Askep Diare Kelompok 1 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ASUHAN KEPERAWATAN DIARE



Dosen Pembimbing : LILIS MAGHFUROH, S.Kep.Ns.M.Kes



Disusun Oleh : 1. 2. 3. 4. 5.



RISTA NUR AYUNI BELLA SRI ALVIANTI ELLY ULFIATIN ALFIATUN KUSMIATI ISYFA’ MAULANA ACHMAD



1802012623 1802012636 1802012637 1802012653 1802012647



PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LAMONGAN TAHUN AJARAN 2020/2021



KATA PENGANTAR



Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayahnya



sehingga



kita



dapat



menyelesaikan



makalah



yang



berjudul



“ASUHAN



KEPERAWATAN DIARE”. Makalah ini kami susun sebagai salah satu persyaratan untuk memenuhi tugas keperawatan anak. Dalam penyusunan, kami mendapat banyak pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu kami tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat Bapak/Ibu: 1. Drs. H. Budi Utomo, Amd. Kep. M.Kes, selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Lamongan. 2. Arifal Aris, S. Kep.,Ners., M.Kes selaku Dekan Universitas Muhammadiyah Lamongan. 3. Suratmi, S. Kep.,Ners., M.Kep selaku Kaprodi S1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Lamongan. 4. Lilis Maghfuroh, S.Kep.Ns.M.Kes selaku dosen pembimbing yang telah memberikan petunjuk dan saran dalam penyusunan makalah ini. 5. Teman-teman mahasiswa S1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Lamongan. Semoga Allah SWT memberi balasan pahala atas semua amal kebaikan yang diberikan. Kami menyadari makalah ini masih banyak kekurangan, untuk itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan. Kami berharap semoga makalh ini bermanfaat bagi semua pembaca pada umumnya.



Lamongan, 02 Oktober 2020



Penulis, Kelompok 1



DAFTAR ISI



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi kerena frekuensisatu kali atau lebih buang air besar dengan tinja encer dan cair (Suriadi dan Rita, 2001). Akibat diare, kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak dan dapat terjadi berbagai komplikasi sebagai berikut: Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonic, atau hipertonik).Renjatan hipovelemik, hipokalimia, (dengan gejala hipotonik otot, lemah, brikardi, meteorismus).Hipoglikemia, itoleransi skunder akibat kerusakanvili mukosausus dan defesiensi enzim lactose.Kejang terjadi pada dehidrasi hipertonik.Malnutrisi energiprotein (akibat muntah dan diare jika lama atau kronik). Penyakit diare masih menjadi penyebab kematian balita (bayi dibawah lima tahun) terbesar di dunia. Menurut catatan Unicef, setiap detik satu balita meninggal karena diare. Diare seringkali dianggap sebagai penyakit sepele, padahal di tingkat global dan nasional fakta menunjukkan sebaliknya. Menurut catatan WHO, diare membunuh dua juta anak di dunia setiap tahun, sedangkan di Indonesia, menurut Surkesnas (2001) diare merupakan salah satu penyebab kematian kedua terbesar pada balita. Di Indonesia, sekitar 162 ribu balita meninggal setiap tahun atau sekitar 460 balita setiap harinya.Penyakit Diare di negara maju walaupun sudah terjadi perbaikan kesehatan dan ekonomi masyarakat tetapi insiden diare infeksi tetap tinggi dan masih menjadi masalah kesehatan. Di Inggris 1 dari 5 orang menderita diare infeksi setiap tahunnya dan  1 dari 6 orang pasien yang berobat ke praktek umum menderita diare infeksi. Tingginya kejadian diare di negara Barat ini oleh karena foodborne infections dan waterborne infections yang disebabkan bakteri Salmonella spp, Campylobacter jejuni, Stafilococcus aureus, Bacillus cereus, Clostridium perfringens



dan



Enterohemorrhagic Escherichia coli (EHEC). Diare infeksi di negara berkembang, menyebabkan kematian sekitar 3 juta penduduk setiap tahun. Di Afrika anak anak terserang diare infeksi 7 kali setiap tahunnya di banding di negara berkembang



lainnya mengalami serangan diare  3 kali setiap tahun. Diare merupakan penyebab kematian nomor 2 pada Balita dan nomor 3 bagi bayi serta nomor 5 bagi semua umur. Setiap anak di Indonesia mengalami episode diare sebanyak 1,6 – 2 kali per tahun. Dari hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di Indonesia, diare menempati urutan ke ketiga penyebab kematian bayi.Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi berak lebih dari biasanya ( 3 atau lebih per hari ) yang disertai perubahan bentuk dan konsistensi tinja dari penderita. (Depkes R I, Kepmenkes RI Tentang Pedoman P2D, Jkt, 2002).Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam golongan 6 besar yaitu karena Infeksi, malabsorbsi, alergi, keracunan, immuno defisiensi, dan penyebab lain, tetapi yang sering ditemukan di lapangan ataupun klinis adalah diare yang disebabkan infeksi dan keracunan. (Depkes RI, Kepmenkes RI Tentang Pedoman P2D , Jkt , 2002). Adapun penyebab-penyebab tersebut sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor misalnya keadaan gizi, kebiasaan atau perilaku, sanitasi lingkungan, dan sebagainya. Pada tahun 2004, Diare merupakan penyakit dengan frekuensi KLB kelima terbanyak setelah DBD, Campak, Tetanus Neonatorium dan keracunan makanan. Di jakartaAngka kematian bayi dan anak di bawah lima tahun di Indonesia hampir sepertiganya disebabkan oleh penyakit diare. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 lalu mencatat, 31,4 % kematian pada bayi dan balita di Indonesia disebabkan oleh diare. ''Diare menjadi penyebab tertinggi pada kematian bayi dan balita,'' kata Zainal I Nampira, Kasubdit Penyehatan Air Departemen Kesehatan, di Jakarta beberapa waktu lalu. Meskipun dari tahun ke tahun terjadi penurunan jumlah provinsi yang mengumumkan kejadian luar biasa (KLB) diare, menurut Zainal, kasus diare masih sangat tinggi. Resiko diare pada anak apabila tidak di tangani Risiko terbesar diare adalah dehidrasi. Jika kita diare, kita dapat hilang lima liter air setiap hari. Bersama dengan air ini, kita juga menghilangkan zat mineral (‘elektrolit’) yang penting untuk fungsi tubuh normal. Elektrolit utama adalah natrium dan kalium.Dehidrasi berat dapat menyebabkan tubuh menjadi syok (kejut) dan dapat mematikan. Dehidrasi adalah lebih berat untuk balita dan anak dibandingkan orang dewasa. Siapa pun yang diare harus minum banyak cairan bening, misalnya teh, kaldu ayam, atau air soda. Ini lebih baik daripada air saja, yang tidak mengembalikan zat mineral. Kita juga dapat minum cairan elektrolit (oralit) yang dapat dibeli tanpa resep di apotek.Diare yang berlanjut



dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan penyerapan gizi yang kurang. Ini dapat mengakibatkan wasting Bayi dan anak merupakan kelompok umur yang sering mengelami diare, masalah ini biasanya di timbulkan bukan hanya kerena infeksi tetapi dapat pula di sebabkan karena kebersihan makanandi intoleransiterhadap karbohidrat, lemak dan protein, jika tidak di tangani akan menyebabkan kekurangan keseimbangan volume cairan dan elektrolit (dehidrasi, syok hipovolemik ),atau berakibat patal atau kematian. Maka peran perawat sangatpenting untuk menerapaknan metode sebagai berikut, Promotif melalui penyuluhan tentang pencegahan faktor-faktor yang dapat menyebabkan diare.Preventif untuk meningkatkan kemandirian klien akan pentingnya kebersihan diri, keluarga dan lingkungan yang dapat menyebabkan diare.Kuratif pemberian cairan yang adekuat dan penatalaksanaan.Rehabilitative yaitu dengan cara memulihkan pasien sehingga dapat berfungsi secara optimal seperti memberikan makanan yang bersih, berikan makanan lunak, bubur dan basi tim.



B. Tujuan Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut: 1. Tujuan Umum : Untuk memenuhi tugas seminar mata ajar keperwatan anak 2. Tujuan Khusus : Agar mahasiswa dan mahasiswi dapat mengetahui dan memahami tentang : a. Pengertian anak dengan diare . b. Etiologi anak dengan diare c. patofisiologi anak dengan diare d. manifestasi klinis anak dengan diare e. Asuhan keperawatan pada anak dengan diare.



BAB II PEMBAHASAN A. PENGERTIAN Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi kerena frekuensisatu kali atau lebih buang air besar dengan tinja encer dan cair (Suriadi dan Rita, 2001). Diare adalah inflamasi membrane mukosa lambung dan usus halus yang di tandai dengan defikasi encer lebih dari tiga kali sehari atau tampa darah dalam tinja yang terjadi secara mendadak dan berlangsung kurang dari tujuh kali pada anak dan bayi yang sebelumnya sehat (Dr. Henra T. Laksamana, 2000). Diare adalah Inflamasi membrane mukosa lambung dan usus halus dan di tandai dengan muntah-muntah dan gastroenteritis yang berakibat kehilangan cairan dan elektrolityang menimbulkan dehidrasi dan ganguan keseimbangan elektrolit (Betz, swoden, 2001) Berdasarkan pengertian diatas kelompok dapat menyimpulkan bahwa diare adalah suatu infeksi yang menyerang membrane mukosa lambung dan usus halus ditandai dengan frekuensi buang air besar lebih dari enpat kali dalam komsistensi cair, yang mengakibatkan kehilangan cairan dan elektrolit. B. ETIOLOGI 1. Faktor internal adalah infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama diare, meliputi, Infeksi virus, Ecoli cholera, singela, Infeksi pasif: entovirus, adeno virus, infeksi parasit, cacing, (ascorosis, oxyuris) protozoa dan jamur. 2. Faktor parenteral adalah infeksi di luar perencanaan makanan seperti, OMA, paringitis, keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak di bawah dua tahun. 3. Factor malabsorbsi adalah disakarida intoleransi laktosa, mokosa, sukrosa) monosakarida (intoleransi, glukosa dan galaktosa). 4. Factor makanan adalah makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan. C. PATOFISIOLOGI Meningkatnya motilitas dan cepatnya pengosongan pada intestinal merupakan akibat dari gangguan absorsi dan ekskresi cairan dan elektrolit yang berlebihan.



Cairan, sodium, potassium,dan bikarbonat berpindah dari rongga ekstraseluler ke dalam tinja, sehingga mengakibatkan dehidrasi dan dapat terjadi asidosis metabolic. Diare yang terjadi merupakan proses Dari: transport aktif akibat rangsangan toksin bakteri terhadap elektrolit kedalam usus halus. sel dalam mukosa intestinal mengalami iritasi dan meningkatnya sekresi cairan dan elektolit. mikroorganisme yang masuk akan merusak sel mukosa intestinal sehingga menurun kearea permukaan intestinal dan terjadi gangguan absorsi cairan dan elektrolit.peradangan akan menurunkan kemampuan intestinal untuk mengabsorsi cairan dan elektolit dan bahan makanan. ini terjadi pada sindrom malabsorsi. meningkatnya motilitas intestinal dapat mengakibatkan gangguan absorsi intestinal. D. MANIFESTASI KLINIS Mula pasien cengeng, suhu tubuh meningkat, nafsu makan berkurang, kemudian timbul diare. Tinja cair bercampur dengan lendir dan darah, di anus dan daerah sekitarnya timbul lecet kerena sering defekasi, berat badan menurun, turgor kulit rkurang elastis, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung, kulit tampak kering dan anorexia. E. KOMPLIKASI Akibatdiare,kehilangan air dan elektrolit secara mendadak dapat terjadi beragai komplikasi sebagai berikut:Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotenik, isotonik, atau bhiper tonik). Renjatan hipovolemik, hipokalimia, (dengan gejala hipotonik otot, lemah, brakardi, meteorismus). Hipoglikemia,



itoleransi



sekunderakibat



kerusakanvilimukosa



usus



dan



defisiensi enzim lactose. Kejang terjadi pada dehidrasihipertonik malnutrisi protein (akibat muntah dan gastroenteritis jika lama atau kronik). F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK 1. Pemeriksaantinjameliputinakrokopis: Kerena feces biasanya di mulai dengan warna coklat muda sampai kuning bercampur lendir, darah atau yang mana konsestennya cair atau encer. 2. Mikroskopis: jumlah sel efitel leokosit dan eritrtosit meningkat. 3. Tes resisten terhadap antibiotik.



4. Kultur tinja. G. PENATALAKSANAAN MEDIS 1. Pemberian carian Pemberian cairan pada klien diare dengan memperhatikan derajat dehidrasi dan keadaan umum. Terdiri dari:



cairan peroral, pada klien dehidrasi ringan dan



dehidrasisedang cairandiberikan cairan peroralberupa cairan yang berisikan NaCl, NaHCO3, KCL, dan glukosa, untuk gastroenteritis akut dan kolera pada anak di atas 9 bulan dengan dehidrasi ringan/ sedang kadar Na 50-60 mEq/1. Formula terdiri dari dua yaitu permula lengkap oralit, dengan formula tidk lengkapdadalah garam dan gula. (NaCL dan sukrosa) atau air tajin di beri garam dan gula. Cairan parentral, sebenarnya ada berapa jenis cairan(riger laktat) yang di perlukan seauai dengan kebutuhan tubuh klien seberapa banyak yang di berikan tergantung dari berat atau ringannya dehidrasi, yang di perhitungkan dengan kehilangan cairan sesuai dengan umur dan berat badan. 2. Pengobatan dietetik Untuk anak di bawah umur satu tahun dengan berat badan kurang dari 7 Kg, jenis makanan; susu (ASI dan susu formula yang mengandung laktosa rendah dan asam lemak tidak jenuh, misalnya LLM), makanan setengah padat(bubur),makanan padat(nasi tim). 3. Obat-obatan Perinsip pengobatan diare adalah pengantian cairan yang hilang melalui tinja atau dengan muntah, dengan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa atau karbonhidrat lain (gula, air, tajin, tepung beras, dsb). Obat anti sekresi: klorpamazin (dosis 0,5 mg/kgBB/hari),opium,loperami, antibiotic; pada umumnya anti biotik tidak di perlukan untuk mengatasi gastroenteritis akut, kecuali jika penyebabnya jelas, seperti kilera diberi tetrasklin 25-30 mg/KgBB/hari, campiobacter diberikan eritromisin 40-50 mg/KgBB/hari.



H. PATHWAY FAKTOR



Makanan



Malabsorbsi



Toksin tidak dapat diabsorbsi



Meningkatnya tekanan osmotik



Hiperperistaltik



Hipersekresi air dan elektrolit Peningkatan isi rongga usus



Distensi abdomen



DIARE



Frekuensi BAB ↑



Penurunan volume cairan



HIPOVELEMIA



I. KONSEP ASKEP



Mual muntah



Nafsu makan ↓



RESIKO KETIDAKSEIMBANGAN CAIRAN



1. PENGKAJIAN Pengkajian bersifat sistematis meliputi pengumpulan data, Dan penentuan masalah. a. Identitas klien. b. Riwayat kesehatan. c. Awal serangan: awalnya anak cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat, anorexia kemudian timbul gastroenteritis. d. Keluhan utama : feses semakin cair, muntah, bila banyak kehilangan banyak air elektrolit dan terjadilah dehidrasi, berat badan turun, pada bayi ubun-ubun cekung,tonus dan tugor kulit berkurang, selaput lender dan bibir kering, prekuensi BAB lebih dari empat kali dengan konsetensi encer. e. Riwat masa lalu, riwat penyakit yang diderita riwayat pemberian imunisasi. f. Riwat psikososial keluarga: di rawat akan menjadi stesor bagi anak itu sendiri dan keluarga. Kecemasan meningkat bila orang tua tidak mengetahui prosedur dan pengobatan anak, setelah menyadari kesehatan anaknya, maka mereka akan beraksi dengan rendah merasa bersalah. g. Kebutuhan dasar 1. Pola ilminasi: Akan mengalami penurunan yaitu BAB lebih dari empat kali sehari, BAK sedikit dan jarang. 2. Pola nutrisi: di awali dengan mual, muntah dan anorexia, menyebankan penurunan berat badan klien. 3. Pola tidur dan istirahat: Akan tergantung akan adanya distensi abdomen yang akan menimbulkan rasa tidak nyaman. 4. Pola hygiene: kebiasan biasa mandi setiap hari. 5. Aktivitas: Akan tergantung dengan kondisi tubuh yang lemah dan adanya rasa nyeri akibat distensi abdomen h. Pemeriksan fisik 1. Pemeriksaan



fisiologis:



keadan



umum



tampak;



lemah,



kesadaran



komposmetis sampai koma, suhu tubuh tinggi, nadi cepat dan lemah, pernafasan agak cepat. 2. Pemeriksan sistemik 1) Inspeksi:mata cekung, ubun-ubun besar, selaput lendir dan bibir kering, berat badan turun dan anus kemerahan. 2) Perkusi; adanya distensi abdomen. 3) Palpasi; tugur kulit elastic.



4) Auskultasi; terdengar bising usus. i. Pemeriksan tingkat pertumbuhan dan perkembangan: pada anak gastroenteritis mengelami gangguan kerena anak dehidrasi sehinga berat badan menurun. j. Tes diagnostik a. Pemeriksan tinja. Mikroskopis; warana feses dimulai berwarna coklat muda sampai warna kuning yang bercampur dengan lendir, darh atau pus yang mana konsestensinya encer. Mikroskopis; jumlah sel eitel leukosit dan eritrosit terdiri dari dari PH feces, biasanya menurun yang menunjukan keadan feces yang asam dan kadar kadar gula yang diduga (ada sugar itoleran) b. Pemeriksan darah Darah lengkap:PH cadangan alkali dan elektrolit untukmenentukan gangguan untuk keseimbamagam asam basa. 3. DIAGNOSIS KEPERAWATAN 



Hipovolemia b.d kehilangan cairan aktif







Resiko ketidakseimbangan cairan d.d disfungsi intestinal



4. INTERVENSI KEPERAWATAN SDKI Hipovolemia kehilangan aktif



SLKI b.d Setelah dilakukan cairan intervensi keperawatan selama 1x24 jam maka status cairan membaik dengan kriteria hasil: 1). Intake membaik (5)



cairan



SIKI Observasi : - Periksa tanda dan gejala hipovolemia ( mis. frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit, turgor kulit menurun, membran mukosa kering, volume urin menurun, hematokrit meningkat, haus, lemah ) - Monitor intake dan



Resiko ketidakseimbangan cairan d.d disfungsi intestinal



Setelah dilakukan intervesi keperawatan selama 1x24 jam maka keseimbangan cairan meningkat dengan kriteria hasil: 1). Asupan makanan meningkat (5) 2). Asites menurun (5)



output cairan Terapeutik : - Berikan asupan cairan oral Edukasi : - Anjurkan perbanyak asupan cairan oral Kolaborasi : - Kolaborasi pemberian cairan IV Isotonis misalnya : NaCl Observasi : - Monitor berat badan - Identifikasi tandatanda hipovolemia (mis. frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit, turgor kulit menurun, membran mukosa kering, volume urine menurun, hematokrit meningkat, haus, lemah, konsistensi urin meningkat, berat badan menurun dalam waktu singkat) Terapeutik : - Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasien - Dokumentasikan hasil pemantauan Edukasi : - Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan



DAFTAR PUSTAKA Tim pokja SDKI DPP PPNI.2017.SDKI Cetakan III (revisi). Jakarta : Dewan pengurus pusat PPNI



Tim pokja SLKI DPP PPNI.2019. SLKI Cetaka II. Jakarta : Dewan pengurus pusat PPNI. Tim pokja SIKI DPP PPNI. 2018. SDKI Cetakan II. Jakarta : Dewan pengurus pusat PPNI A.G.M. Comdell & Neil Mcln Tosh. (1998). Text book of pediatrics (5th ed). New York Churchhill Livingstone Abdoerrachman, Alatas,Ali Dahlan Dkk. (1985). Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. FKUI. Jakarta : Info Medika. Ackley And Ladwig. (1999). Nursing diagnosis hand book : A guid to planning care (4th ed.).St.Louis : Mosby Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik/Donna L. Wong ; Alih Bahasa, Monika Ester,S.Kp ; Editor Edisi Bahasa Indonesia, Sari Kurnianingsih,S.Kp.-Ed.4.-Jakarta EGC,2003. Suriadi, (2001) asuhan keperawatan pada anak sakit. Edisi 1. Jakarta : CV. Sagung Seto Wong dona . (2004) pedoman klinis perawatan pediatric, Alih bahasa : Monca Ester. Jakarta :EGC