Askep Diare [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN DIARE A. Konsep Penyakit Diare I. Definisi a. Diare didefinisikan sebagai feses cair lebih dari tiga kali dalam sehari disertai kehilangan banyak cairan dan elektrolit melalui feses menurut Watson b. Diare akut adalah buang air besar dengan frekuensi yang meningkat lebih dari 3 kali perhari dengan konsistensi tinja cair, bersifat mendadak, dan berlangsung dalam waktu kurang dari seminggu II. Etiologi Etiologi Diare menurut Sodikin (2011): Jenis diare Akut



Kronik



Bayi Anak Remaja - Gastroenteritis - Gastroenteritis - Gastroenteritis - Infeksi sistemik - Keracunan - Keracunan - Akibat pemakaian makanan makanan antibiotik - Infeksi sistemik - Akibat pemakaian - Akibat pemakaian antibiotik antibiotic - Pascainfeksi - Pasca infeksi - Penyakit radang - Defisiensi - Defisiensi usus disakaridase disakaridase - Intoleransi laktosa sekunder sekunder - Giardiasis - Intoleransi protein - Sindrom iritabilitas - Penyalahgunaan susu kolon laksatif ( anoreksia - Sindrom iritabilitas - Penyakit seliakus nervosa) kolon - Intoleransi laktosa - Fibrosis kistik - Giardiasis - Sindrom usus pendek



Penyebab diare akut dapat dibagi menjadi tiga golongan: 1) Faktor infeksi a) Bakteri: enteropathogenic E. Coli, salmonella, shigella,yersinia enterocolitica. b) Virus: enterovirus, echoviruses, adenovirus, human retrovirua seperti agent, rotavirus. c) Jamur: candida enteritis d) Parasit: giardia Clamblia, crytosporium e) Protozoa 2) Faktor non-infeksi a) Alergi makanan: susu, protein b) Gangguan metabolik atau malabsorbsi: penyakit celiac, cystic fibrosis pada pankreasiritasi langsung pada saluran pencernaan oleh makanan c) Obat-obatan: antibiotik d) Penyakit usus: colitis ulcerative, crohn disease, introcolitis e) Emosional atau stress f) Obstruksi usus 3) Perilaku yang meningkatkan resiko diare a) Tidak memberikan ASI selama 4-6 bulan pertama dari kehidupan. b) Menggunakan botol susu. c) Menyimpan makanan masak pada suhu kamar. d) Air minum tercemar dengan bakteri tinja. e) Tidak mencuci tangn sesudah buang air besar, atau sebelum memegang makanan.



III. Patofisiologi Faktor infeksi adalah infeksi pencernaan yang merupakan penyebab diare pada anak yaitu Shigella, Salmonella, dan E. Coli masuk dan berkembang di dalam rongga usus, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit, isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus mengeluarkannya sehingga timbul diare, frekuensi BAB meningkat dan menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit berlebihan sehingga timbul masalah keperawatan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. Faktor makanan adalah seperti makanan beracun, basi dan alergi terhadap makanan yang pasien makan, toksin tidak dapat diserap, dan pada dinding usus akan terjadi hiperperistaltik yang menyebabkan penyerapan makanan di usus menurun dan terjadi diare. Faktor psikologi yaitu rasa takut dan cemas pada pasien, sehingga terjadi hiperperistaltik yang menyebabkan penyerapan makanan di usus menurun dan terjadi diare. Faktor malabsorbsi misalnya, karbohidrat, disakarida, dan monosakarida pada bayi dan anak yang terpenting dan terserang malabsorbsi lemak dan protein menngkatkan tekanan osmotik, yang menyebabkan pergeseran air dan elektrolit ke rongga usus sehingga terjadi diare. Diare menyebabkan frekuensi BAB meningkat dan menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit berlebihan sehingga timbul gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. Frekuensi BAB yang berlebih tersebut juga menyebabkan gangguan integritas kulit perianal. Diare bisa juga menyebabkan distensi abdomen yang menimbulkan mual dan muntah, dan mengakibatkan gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. IV. Klasifikasi Diare dapat dikelompokkan menjadi tiga, menurut pedoman MTBS dalam Nursalam (2005) : 1) Diare akut, terbagi atas (a) diare dengan dehidrasi berat, (b) diare dengan dehidrasi sedang, (c) diare tanpa dehidrasi. 2) Diare persisten, bila diare berlangsung 14 hari atau lebih, terbagi atas (a) diare persisten dengan dehidrasi dan (b) diare persisten tanpa dehidrasi. 3) Disentri apabila diare berlangsung disertai dengan darah. Sedangkan menurut Wijaya dan Putri (2013) jenis diare dapat dikelompokkan menjadi empat, antara lain ; 1) Diare akut adalah berlangsung kurang dari empat belas (14) hari umumnya kurang dari tujuh (7) hari sehingga mengakibatkan dehidrasi yang merupakan penyebab utama kematian bagi penderita diare. 2) Diare persisten adalah berlangsung lebih dari empat belas (14) hari secara terus- menerus sehingga mengakibatkan penurunan berat badan dan gangguan metabolisme. 3) Diare disentri yang disertai darah dalam tinja. Akibat disentri adalah Anorexiasehingga mengakibatkan penurunan berat badan dengan cepat, kemungkinan terjadi komplikasi pada mukosa. 4) Diare masalah lain, anak yang menderita diare akut persisten mungkin juga disertai penyakit lainnya seperti gangguan gizi, demam dan penyakit lainnya. V. Tahapan Dehidrasi: 1). Dehidrasi ringan: berat badan menurun 3%- 5%, dengan volume cairan yang hilang kurang dari 50ml/kg. 2). Dehidrasi sedang: berat badan menurun 6%- 9%, dengan volume cairan yang hilang 5090ml/kg. 3). Dehidrasi berat, berat badan menurun lebih dari 10%, dengan volume cairan yang hilang sama dengan atau lebih dari 100ml/kg. VI. Manifestasi Klinis 1) 2) 3) 4) 5) 6)



Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi. Kram abdominal. Demam. Mual dan muntah. Anorexia.



7) 8) 9) 10)



Lemah. Pucat. Perubahan tanda- tanda vital; nadi dan pernafasan cepat. Pengeluaran urine menurun.



Tabel Skor Maurice King tentang derajat dehidrasi (Sodikin, 2011): Bagian yang diperiksa Keadaan umum Kekenyalan kulit Mata Ubun-ubun besar Mulut Denyut nadi



Nilai untuk gejala yang di temukan 0 1 Sehat Gelisah,cengeng,apati s Normal Sedikit kurang Normal Sedikit cekung Normal Sedikit cekung Normal Kering Kuat\140/mnt



Hal- hal yang perlu diperhatikan pada saat menentukan derajat dehidrasi dengan menggunakan Skor Maurice King: 1) Menentukan kekenyalan kulit, kulit perut “dijepit” antara ibu jari dan telunjuk selama 30-60 detik, kemudian dilepas kembali. Apabila kulit kembali normal dalam waktu 1 detik (turgor agak kurang/ dehidrasi ringan), 1-2 detik (turgor kurang/dehidrasi sedang, dan 2 detik (turgor sangat kurang/ dehidrasi berat). 2) Pada anak- anak dengan ubun- ubun besar sudah menutup, nilai untuk ubun- ubun besar diganti dengan banyaknya atau frekuensi buang air kecil. VII. Komplikasi Komplikasi diare pada anak menurut Suriadi dan Yulianni (2006) adalah sebagai berikut: 1) Dehidrasi 2) Hipokalemia 3) Hipokalsemia 4) Cardiac dysritmia akibatipokalemia dan hipokalsemia 5) Hiponatremia 6) Syok hipovolemik 7) Asidosis VII. Pemeriksaan Penunjang 1) Pemeriksaan darah a) Hemogran lengkap (Hb, eritrosit, hematokrit, leukosit) untuk membantu menentukan derajat dehidrasi dan infeksi. a) Pemeriksaan pH dan keseimbangan asam-basa b) Pemeriksaan elektrolit, ialah Na+, K+, Cl, Ca++, dan Mg++ Nilai normal dari komposisi elektrolit adalah sebagai berikut (Alimul, 2006) : (1) Natrium : 135- 145 mEq/lt (2) Kalium : 3,5- 5,3 mEq/lt (3) Kalsium : 4- 5 mEq/lt (4) Magnesium : 1,5- 2,5 mEq/lt (5) Klorida : 100- 106 mEq/lt c) Osmolaritas d) BUN (Blood Urea Nitrogen) e) Gula darah f) Protein plasma 2) Pemeriksaan urin Ditetapkan volume urin, diperiksa berat jenis dan albuminuria. Bila mungkin diperiksa osmolaritas urin, pH urin karena urin yang asam menunjukkan adanya asidosis. Elektrolit urin yang diperiksa ialah Na+, K+, Cl. Acetonuria menunjukkan adanya ketosis. 3) Pemeriksaan tinja Dicari penyebab infeksi (sediaan langsung dicat dengan Gram dan kultur) maupun investasi parasit dan jamur dan adanya sindrom malabsorbsi terhadap laktosa, lemak, dan



lain- lain. Makroskopis dan mikroskopis, ph dan kadar gula jika diduga ada intoleransi gula, biakan kuman untuk mencari kuman penyebab dan uji resistensi terhadap berbagai antibiotika (pada diare persisten). IX. Penatalaksanaan 1) Cairan parenteral Garam yang diberikan disesuaikan dengan kebutuhan pasien, kadang- kadang tergantung kepada tersedianya cairan setempat. Umumnya Ringer Laktat(RL). (1) Dehidrasi ringan 1 jam pertama: 25- 50 ml/Kg/BB intragastrik. Selanjutnya: 125 ml/Kg/BB/hari. (2) Dehidrasi sedang 1 jam pertama: 5- 100 ml/Kg/BB peroral/ intragastrik. Selanjutnya: 125 ml/Kg/BB/hari. (3) Dehidrasi berat Anak 1 bln- 2 bln BB 3- 10 kg. (a) 1 jam pertama 40 ml/ kg BB/ mnt = 10 tetes. (b) 7 jam berikutnya 12 ml/kg BB/ jam = 3 tetes. (c) 16 jam berikutnya 125 ml/kg BB oralit peroral Anak: 2- 5 tahun, BB 10-15 kg (a) 1 jam pertama 30 ml/ kg BB/ jam (b) 7 jam berikutnya 10 ml/ kg BB/ jam (c) 16 jam berikutnya 125 / kg BB oralit. 2) Pengobatan Dietatik (makanan) Untuk anak < 1 thn dan > 1 thn dengan BB kurang dari 7 kg, jenis makanannya adalah: a) Susu ( ASI dan susu formula mengandung laktosa rendah dan asam lemak tidak jenuh). b) Makanan setengah padat ( bubur) atau makanan padat (nasi tim) bila anak tidak mau meminum susu. c) Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan 3) Obat- obatan Prinsip: mengganti cairan yang hilang melalui tinja dengan/ tanpa muntah dengan cairan yang mengandung elekrolit dan glukosa/karbohidrat lain ( gula, air tajin, tepung beras). Obat- obatan yang diberikan adalah: a) Obat anti sekresi b) Obat spasmolitik c) Antibiotik



Konsep Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Diare I.



Pengkajian 1) Keluhan utama Buang air besar lebih dari 3 kali sehari, BAB < 4 kali dan cair (diare tanpa dehidrasi), BAB 4-10 kali dan cair (dehidrasi ringan/ sedang), atau BAB > 10 kali (dehidrasi berat). Apabila diare berlangsung < 14 hari maka diare tersebut adalah diare akut, sementara apabila berlangsung selama 14 hari atau lebih adalah diare persisten. 2) Riwayat penyakit sekarang a) Bayi atau anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemungkinan timbul diare. b) Feses makin cair, mungkin mengandung darah dan atau lendir, dan warna feses berubah menjadi kehijau-hijauan karena feses bercampur dengan empedu. c) Anus dan area sekitarnya menjadi lecet karena sifat feses semakin lama menjadi asam. d) Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare. e) Apabila penderita telah banyak mengalami kehilangan air dan elektrolit, maka terjadilah gejala dehidrasi. f) Diuresis terjadi olugiria (kurang 1 ml/ kg/ BB/ jam) bila terjadi dehidrasi. Urine normal pada diare tanpa dehidrasi. Urine sedikit gelap pada dehidrasi ringan atau sedang. Tidak ada urine dalam waktu 6 jam (dehidrasi berat). 3) Riwayat kesehatan a) Riwayat imunisasi terutama campak, karena diare lebih sering terjadi atau berakibat berat pada anak- anak dengan campak atau yang baru menderita campak dalam 4 minggu terakhir, sebagai akibat dari penurunan kekebalan tubuh pada pasien. b) Riwayat alergi terhadap makanan atau obat- obatan (antibiotik) karena faktor ini merupakan salah satu kemungkinan penyebab diare c) Riwayat penyakit yang sering terjadi pada anak usia dibawah 2 tahun, biasanya adalah batuk, panas, pilek, dan kejang yang terjadi sebelu, selama, dan sesudah diare 4) Riwayat nutrisi : Riwayat pemberian makanan sebelum sakit diare meliputi: a) Pemberian ASI penuh pada anak umur 4-6 bulan sangat mengurangi resiko diare dan infeksi yang serius. b) Pemberian susu formula. Apakah dibuat menggunakan air masak dan diberikan dengan botol atau dot, karena botol yang tidak bersih akan mudah menimbulkan penyakit pencernaan. c) Perasaan haus. Anak yang diare tanpa dehidrasi tidak merasa haus (minum biasa). Pada dehidrasi ringan / sedang anak merasa haus ingin minum banyak. Sedangkan pada dehidrasi berat, anak malas minum atau tidak bisa minum. 5) Pemeriksaan fisik a) Keadaan umum: (1) Baik, sadar (tanpa dehidrasi). (2) Gelisah, rewel (dehidrasi ringan atau sedang). (3) Lesu, lunglai atau tidak sadar (dehidrasi berat). b) Anak yang diare dengan dehidrasi biasanya mengalami penurunan berat badan. c) Kulit Untuk mengetahui elastisitas kulit, dapat dilakukan pemeriksaan turgor, yaitu dengan cara mencubit daerah perut menggunakan kedua ujung jari (jangan menggunakan kuku). Apabila turgor kembali dengan cepat (kurang dari 2 detik) berarti diare tersebut tidak disertai dengan dehidrasi. d) Kepala Anak berusia di bawah 2 tahun yang mengalami dehidrasi,ubun- ubunnya biasanya cekung. e) Mata



Anak yang mengalami diare dengan disertai dehidrasi kelopak matanya cekung (cowong). f) Mulut dan lidah (1) Mulut dan lidah basah ( tanpa dehidrasi) (2) Mulut dan lidah kering ( dehidrasi ringan/ sedang) (3) Mulut dan lidah sangat kering ( dehidrasi berat). g) Abdomen Kemungkinan abdomen mengalami distensi, kram, dan bising usus yang meningkat. h) Anus Ada atau tidaknya iritasi didaerah sekitar anus. i) Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan laboratorium penting artinya menegakkan diagnosis (kausal) yang tepat, sehingga dapat memberikan terapi yang tepat pula menurut Suharyono dalam Nursalam (2005). Pemeriksaan yang perlu dilakukan pada anak yang mengalami diare, yaitu: (1) Pemeriksaan tinja, baik secara makroskopi maupun mikroskopi dengan kultur. (2) Tes malabsorbsi yang meliputi karbohidrat, lemak, dan kultur urine. 1) Pola Fungsi Kesehatan a) Pola nutrisi Makanan yang terinfeksi, pengolahan yang kurang hygiene berpengaruh pada terjadinya diare, sehingga status gizi dapat berubah ringan sampai jelek dan dapat terjadi hipoglikemia. Kehilangan berat badan dapat dimanifestasikan tahap- tahap dehidrasi. Dietik pada anak < 1 tahun/ > 1 tahun dengan BB < 7 kg dapat diberikan ASI/ susu formula dengan rendah laktosa, umur > 1 tahun dengan BB > 7 kg dapat diberikan makanan padat atau cair. b) Pola eliminasi BAB (frekuensi, banyak, warna dan bau) atau tanpa lendir, darah dapat mendukung secara makroskopis terhadap kuman penyebab dan cara penanganan lebih lanjut. BAK perlu dikaji untuk output terhadap kehilangan cairan lewat urine. c) Pola istirahat Pada bayi, anak dengan diare kebutuhan istirahat dapat terganggu karena frekuensi diare yang berlebihan, sehingga menjadi rewel. d) Pola aktivitas Klien nampak lemah, gelisah sehingga perlu bantuan sekunder untuk memenuhi kebutuhan sehrai- hari. II.



Diagnosa Keperawatan Menurut Sodikin (2011), diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien anak dengan diare adalah: 1) Kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan gastrointestinal berlebih melalui feses atau emesis. 2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kehilangan cairan melalui diare, masukan yang tidak adekuat 3) Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan mikroorganisme yang menembus gastrointestinal. 4) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi karena diare. 5) Cemas (takut) berhubungan dengan perpisahan dengan orangtua, lingkungan tidak kenal, prosedur yang menimbulkan stress. 6) Perubahan proses keluarga berhubungan dengan krisis situasi, kurang pengetahuan.



II. Intervensi dan Rasional Menurut Sodikin (2011), intervensi dan rasional pada pasien anak dengan diare adalah: 1) Kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan gastrointestinal berlebih melalui feses atau emesis. Kriteria hasil: Anak menunjukkan tanda- tanda hidrasi yang adekuat Intervensi:



a) Beri larutan rehidrasi oral (LRO) untuk rehidrasi dan penggantian kehilangan cairan melalui feses. Berikan LRO sedikit tapi sering, khususnya bil anak muntah, kecuali jika muntah hebat bukanlah kontraindikasi untuk penggunaan LRO. b) Setelah rehidrasi, berikan diet reguler pada anak sesuai toleransi karena penelitian menunjukkan pemberian ulang diet normal secara dini bersifat menguntungkan dan menurunkan jumlah defekasi dan penurunan berat badan serta pemendekan durasi penyakit. c) Ganti LRO dengan cairan rendah natrium seperti air, ASI, formula bebas laktosa, atau formula yang mengandung setengah laktosa untuk mempertahankan terapi cairan. d) Pertahankan pencatatan yang ketat, terhadap masukan dan keluaran (urine, feses, dan emesis) untuk mengevaluasi keefektifan intervensi. e) Pantau berat jenis urine setiap 8 jam atau sesuai indikasi untuk mengkaji hidrasi. f) Kaji tanda- tanda vital, turgor kulit, membran mukosa, dan status mental setiap 4 jam atau sesuai indikasi untuk mengkaji hidrasi. g) Timbang berat badan anak untuk mengkaji dehidrasi h) Hindari masukan cairan seperti jus buah, minuman berkarbonat, dan gelatin karena cairan ini biasanya tinggi karbohidrat, rendah elektrolit, dan mempunyai osmolaritas tinggi. i) Instruksikan keluarga dalam memberikan terapi yang tepat, pemantauan masukan dan keluaran, dan mengkaji tanda- tanda dehidrasi untuk menjamin hasil yang optimum dan memperbaiki kepatuhan terhadap aturan terapeutik. 2)



Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kehilangan cairan melalui diare, masukan yang tidak adekuat Intervensi: a) Setelah rehidrasi, instruksikan ibu melanjutkan pemberin ASI, karena hal ini cenderung mengurangi kehebatan dan durasi penyakit. b) Hindari pemberian diet pisang, beras, apel, dan roti panggang atau teh, karena diet ini rendah energi dan protein, terlalu tinggi karbohidrat, dan rendah elektrolit. c) Observasi dan catat respon terhadap pemberian makanan untuk mengkaji toleransi pemberian makanan. d) Instruksikan keluarga dalam memberikan diet yang tepat untuk meningkatkan kepatuhan terhadap program terapeutik



3)



Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan mikroorganisme yang menembus gastrointestinal. Intervensi: a) Lakukan implementasi isolasi terhadap substansi tubuh atau praktik pengendalian infeksi rumah sakit, termasuk pembuangan feses dan pencucian yang tepat, serta penanganan spesimen yang tepat untuk mencegah penyebaran infeksi. b) Pertahankan mencuci tangan yang benar untuk mengurangi risiko penyebran infeksi. c) Gunakan popok sekali pakai superabsorbent untuk menampung feses dan menurunkan kemungkinan terjadinya dermatitis popok. d) Upayakan mempertahankan bayi atau anak kecil dari dari menempatkan tangan dan objek pada area terkontaminasi. e) Instruksikan anggota keluarga dan pengunjung dalam praktik isolasi, khususnya mencuci tangan untuk mengurangi risiko infeksi.



4)



Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi karena diare. Intervensi: a) Ganti popok dengan sering untuk menjaga agar kulit tetap bersih dan kering. b) Bersihkan bokong perlahan- lahan dengan sabun lunak nonalkalin dan air karena feses diare sangat mengiritasi kulit. c) Pajankan kulit yang kemerahan dengan ringan ke udara. d) Hindari penggunaan tisu basah yang mengandung alkohol, karena menyebabkan rasa menyengat. e) Berikan obat anti jamur yang tepat untuk mengobati infeksi jamur kulit.



f) Observasi bokong dan perinium akan adanya infeksi, sehingga terapi yang tepat dapat dimulai



IV.



5)



Cemas (takut) berhubungan dengan perpisahan dengan orangtua, lingkungan tidak kenal, prosedur yang menimbulkan stress. Intervensi: a) Beri perawatan mulut dan empeng bayi untuk memberikan rasa nyaman b) Dorong kunjungan dan partisipasi keluarga dalam oerawatan sebanyak yang mampu dilakukan keluarga untuk mencegah stres yang berhubungan dengan perpisahan. c) Sentuh, gendong, dan bicara pada anak sebanyak mungkin untuk memberikan rasa nyaman dan menghilangkan stres. d) Beri stimulasi sensoris dan pengalihan yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak dan kondisinya untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan yang optimal.



6)



Perubahan proses keluarga berhubungan dengan krisis situasi, kurang pengetahuan. Intervensi: a) Berikan informai pada keluarga tentang penyakit anak dan tindakan terapeutik untuk mendorong kepatuhan terhadap program terapi, khususnya jika sudah dirumah. b) Bantu keluarga dalam memberikan rasa nyaman dan dukungan pada anak. c) Izinkan anggota keluarga untuk berpasrtisipasi dalam perawatan anak sebanyak yang mereka inginkan untuk memenuhi kebutuhan anak dan keluarga. d) Atur perawatan kesehatan pascahospitalisasi untuk menjamin pengkajian dan pengobatan yang kontinyu.



Evaluasi Hasil yang diharapkan setelah mendapat intervensi keperawatan pada pasien anak dengan diare menurut Sodikin (2011) adalah : 1) Anak menunjukkan tanda-tanda hidrasi yang adekuat 2) Anak mengkonsumsi nutrisi adekuat untuk memepertahankan berat badan yang sesuai usia 3) Anak tidak menunjukkan tanda infeksi gastrointestinal 4) Kulit anak tidak mengalami kerusakan 5) Anak menunjukkan tanda-tanda kenyamanan 6) Keluarga memahami tentang penyakit anak dan pengobatannya serta mampu memberikan perawatan



DAFTAR PUSTAKA



Alimul, 2009, Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan proses Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika Carpenito, Lynda Juall, Moyet, 2006, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Jakarta:



EGC



Hidayat, Aziz Alimul, 2006, Pemgantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika Nanda NIC NOC, 2013, Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis, Jakarta: Medi Action Nursalam, 2005, Asuhan Pada Anak dengan Penyakit Tropis ( yang sering terjadi), Jakarta : Salemba Medika Suriadi & Yuliani, 2006, Asuhan Keperawatan Pada Anak, Jakarta: CV. SAGUNG SETO Tarwoto Wartonah, 2006, Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan, Jakarta : Salemba Medika, Edisi: 3 Wijaya & Putri, 2013, Keperawatan Medikal Bedah Keperawatan Dewasa Teori Dan Contoh Askep, Yogyakarta : Nuha Medika Muttaqin & Sari, 2011, Gangguan Gastrointestinal: Aplikasi Asuhan Medikal Bedah, Jakarta : Salemba Medika