Askep Fertilisasi in Vitro Revisi 2 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN Asuhan Keperawatan Menurut Tarwoto dan wartonah (2015), proses keperawatan adalah metode pengorganisasian yang sistematis dalam melakukan asuhan keperawatan pada individu, kelompok dan masyarakat yang berfokus pada identifikasi dan pemecahan masalah dari respons pasien terhadap penyakitnya. A. Pengkajian Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Pengkajian harus dilakukan secara komperhensif terkait dengan aspek biologis, psikologis, sosial, maupun spiritual. Tujuan pengkajian adalah untuk mengumpulkan informasi dan membuat data dasar pasien. Metode utama dapat digunakan dalam pengumpulan data adalah wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik serta diagnostik (Asmadi, 2008). 1. Identitas Klien Nama, jenis kelamin, umur, suku bangsa / latar belakang kebudayaan, agama, status sipil, pendidikan, pekerjaan, alamat, tanggal MRS, dan diagnosa medis. 2. Riwayat Kesehatan a. Wanita a) Riwayat Kesehatan Dahulu 1) Riwayat terpajan benda – benda mutan yang membahayakan reproduksi di rumah. 2) Riwayat infeksi genitorurinaria. 3) Hipertiroidisme dan hipotiroid, hirsutisme. 4) Infeksi bakteri dan virus ex: toksoplasama. 5) Tumor hipofisis atau prolaktinoma. 6) Riwayat penyakit menular seksual. 7) Riwayat kista. b) Riwayat Kesehatan Sekarang 1) Endometriosis dan endometrits. 2) Vaginismus (kejang pada otot vagina). 3) Gangguan ovulasi. 4) Abnormalitas tuba falopi, ovarium, uterus, dan servik. 5) Autoimun. c) Riwayat Kesehatan Keluarga Memiliki riwayat saudara/keluarga dengan aberasi genetic. d) Riwayat Obstetri 1) Tidak hamil dan melahirkan selama satu tahun tanpa alat kontrasepsi. 2) Mengalami aborsi berulang. 3) Sudah pernah melahirkan tapi tidak hamil selama satu tahun tanpa alat kontrasepsi.



b. Pria a) Riwayat Kesehatan Dahulu 1) Riwayat terpajan benda – benda mutan yang membahayakan reproduksi (panas, radiasi, rokok, narkotik, alkohol, infeksi). 2) Status gizi dan nutrisi terutama kekurangan protein dan vitamin tertentu. 3) Riwayat infeksi genitorurinaria. 4) Hipertiroidisme dan hipotiroid. 5) Tumor hipofisis atau prolactinoma. 6) Trauma, kecelakan sehinga testis rusak. 7) Konsumsi obat-obatan yang mengganggu spermatogenesis. 8) Pernah menjalani operasi yang berefek menganggu organ reproduksi contoh : operasi prostat, operasi tumor saluran kemih. 9) Riwayat vasektomi. b) Riwayat Kesehatan Sekarang 1) Disfungsi ereksi berat. 2) Ejakulasi retrograt. 3) Hypo/epispadia. 4) Mikropenis. 5) Andesensus testis (testis masih dalam perut/dalam liat paha). 6) Gangguan spermatogenesis (kelainan jumla, bentuk dan motilitas sperma). 7) Saluran sperma yang tersumbat. 8) Hernia scrotalis (hernia berat sampai ke kantong testis). 9) Varikhokel (varises pembuluh balik darah testis). 10) Abnormalitas cairan semen. c) Riwayat Kesehatan Keluarga Memiliki riwayat saudara/keluarga dengan aberasi genetic. 3. Pemeriksaan Fisik Terdapat kelainan pada organ  genital wanita maupun pria. a. Pemeriksaan wanita a) Pemeriksaan vagina Masalah vagina yang dapat mengahambat penyimpanan air mani ke dalam vagina sekitar serviks ialah adanya sumbatan atau peradangan. Sumbatan psikogen disebut vaginismus atau disparenia, sedangkan sumbatan anatomik dapat karena bawaan atau perolehan. Pemeriksaan yang dilakukan adalah sebuah alat yang disebut spekulum, yang dipakai untuk menahan agar vagina terbuka. Kemudian mengambil cairan vagina untuk dianalisa di laboratorium. Selama pemeriksaan, pasien harus berbaring terlentang dengan lutut terbuka, atau tidur miring dengan lutut ditarik. Pemeriksaan ini tidak memberikan rasa sakit, sehingga pasien dapat santai. Hal itu memungkinkan untuk mengetahui secara jelas apakah ada masalah pada vagina, misalnya bekas infeksi, fibroid, kista indung telur, atau gangguan lain. b) Pemeriksaan leher rahim



Pemeriksaan standar leher rahim yang dikenal sebagai PAP Smear (smear test) ini perlu dilakukan 3-5 tahun sekali pada setiap wanita dewasa dengan kehidupan seks yang aktif. Vagina dibuka dengan spekulum dan contoh sel permukaan lehir rahim diambil dengan alat spatula, lalu dibawa ke lab untuk dianalisa, jangan melakukan hubungan seksual, Douche / menggunakan produk pembersih vagina selama 24 jam setelah PAP Smear. b. Pemeriksaan Pria a) Mengamati kelainan fisik Dalam kesempatan pemeriksaan fisik dilihat penyebaran rambut dan lemak yang tidak rata, atau konsistensi testis, bisa menjadi tanda akibat ketidakseimbangan hormonal kelainan fisik lain dari alat reproduksi pria yang perlu diperiksa adalah kemungkinan adanya parut atau varises pada scrotum yang dapat mempengaruhi jumlah dan kemampuan bergerak (mobilitas) sperma. Salah satu testis tidak turun (kroptorkismus) berarti memperkecil kemampuan produksi sperma. b) Penampungan air mani Air mani ditampung dengan jalam masturbasi langsung kedalam botol gelas yang bermulut lebar (atau gelas minum), setelah abstensi 3-5 hari. Sebaiknya penampungan dilakukan dirumah kemudian dibawa kelaboratorium dalam 2 jam setelah dikeluarkan. 4. Pemeriksaan Penunjang 1) Wanita a) Deteksi Ovulasi b) Analisa hormone c) Sitologi vagina d) Uji pasca senggama e) Biopsy endometrium terjadwal f) Histerosalpinografi g) Laparoskopi h) Pemeriksaan pelvis ultrasound 2) Laki-laki  a) Analisa Semen  Parameter  Warna Putih keruh  Bau Bunga akasia  PH 7,2 - 7,8  Volume 2 - 5 ml  Viskositas 1,6 – 6,6 centipose  Jumlah sperma 20 juta / ml  Sperma motil > 50%  Bentuk normal > 60%  Kecepatan gerak sperma 0,18-1,2 detik



b) c) d) e) f)



 persentase gerak sperma motil > 60%  Sel – sel Sedikit,tidak ada  Uji fruktosa 150-650 mg/dl Pemeriksaan endokrin USG  Biopsi testis  Uji penetrasi sperma Uji hemizona



B. Diagnosis Keperawatan 1. Ansietas berhubungan dengan kekhawatiran mengalami kegagalan dibuktikan dengan tampak gelisah, tampak bingung, sulit tidur, frekuensi napas meningkat. (SDKI, D.0080) 2. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif dibuktikan dengan frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, turgor kulit menurun. (SDKI, D0023) 3. Kesiapan peningkatan keseimbangan cairan berhubungan dengan berkuranya volume cairan dibuktikan dengan membran mukosa lembab, asupan makanan dan cairan adekuat untuk kebutuhan harian, dehidrasi. (SDKI, D0025) 4. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis neoplasma dibuktikan dengan mengeluh nyeri, tampak meringis, bersikap protektif, gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit tidur, nafsu makan berubah. (SDKI, D.0077) 5. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer dibuktikan dengan adanya pendarahan, infeksi, kerusakan usus dan kandung kemih (SDKI, D.0142) C. Intervensi Keperawatan 1. Perencanaan keperawatan pada klien dengan diagnosa keperawatan Ansietas berhubungan dengan kekhawatiran mengalami kegagalan dibuktikan dengan tampak gelisah, tampak bingung, sulit tidur, frekuensi napas meningkat. (SDKI, D.0080) adalah sebagai berikut: 1) Tujuan :Tingkat kekhawatiran akan kegagalan dapat menurun 2) Kriteria hasil :(SLKI,Tingkat Ansietas L. 09093) a. Verbalisasi kebingungan menurun b. Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi menurun c. Perilaku gelisah menurun d. Perilaku tegang menurun



e. Konsentrasi membaik f. Pola tidur membaik 3) Intervensi tindakan (SIKI, 1.09314) Reduksi Ansietas (SIKI, 1.09314) Observasi:  Identifikasi saat tingkat ansietas berubah  Identifikasi kemampuan mengambil keputusan  Monitor tanda tanda ansietas Terapeutik:  Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan  Temani pasien untuk mengurangi kecemasan,jika memungkinkan  Pahami situasi yang membuat ansietas dengarkan dengan penuh perhatian  Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan  Tempatkan barang pribadi yang memberikan kenyamanan  Motivasi mengidentfikasi situasi yang memicu kecemasan  Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang akan datang Edukasi:  Jelaskan prosedur,termasuk sensasi yang mungkin dialami  Informasikan scara faktual mengenai diagnosis,pengobatan,dan prognosis  Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien,jika perlu  Anjukan melakukan kegiatan yang tidak kompetitif ,sesuai kebutuhan  Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi  Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan  Latihan penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat  Latiuh teknik relaksasi Kolaborasi:  Kolaborasi pemberian obat antiansietas,jika perlu 2. Perencanaan keperawatan pada klien dengan diagnosa keperawatan Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif dibuktikan dengan frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, turgor kulit menurun. (SDKI, D0023) adalah sebagai berikut: 1) Tujuan :Kembali normalnya nilai normal cairan didalam tubuh 2) Kriteria hasil :(SLKI,Status Cairan L. 03028,) a. Kekuatan nadi meningkat b. Turgor kulit meningkat c. Output urine meningkat d. Ortopnea menurun e. Dispnea menurun f. Paroxysmal nocturnal dyspnea (PND) menurun g. Ederna anarsaka menurun h. Edema perifer menurun



i. Frekuensi nadi membaik j. Tekanan darah membaik k. Tekanan nadi membaik l. Membran mukosa membaik m. Jugular venous pressure (JVP) membaik n. Kadar Hb membaik o. Kadar Ht membaik 3) Intervensi tindakan (SIKI, 1.03116) Manajemen Hipovolemia (SIKI, 1.03116) Observasi:  Periksa tanda dan gejala hipovolemia  Monitor intake dan output cairan Terapeutik:  Hitung kebutuhan cairan  Berikan posisi modified Trendelenburg  Berikan asupan cairan oral Edukasi:  Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral  Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak Kolaborasi:  Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis  Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis  Kolaborasi cairan koloid  Kolaborasi pemberian produk darah 3. Perencanaan keperawatan pada klien dengan diagnosa keperawatan Kesiapan peningkatan keseimbangan cairan berhubungan dengan berkurangnya volume cairan dibuktikan dengan membran mukosa lembab, asupan makanan dan cairan adekuat untuk kebutuhan harian, dehidrasi. (SDKI, D0025) adalah sebagai berikut: 1) Tujuan :Volume Cairan dapat mencapai nilai normal kembali 2) Kriteria hasil :(SLKI, Keseimbangan Cairan L. 03020) a. Asupan cairan meningkat b. Haluaran urin meningkat c. Kelembapan membran mukosa meningkat d. Edema menurun e. Dehidrasi menurun f. Tekanan darah membaik g. Denyut nadi radial membaik h. Tekanan arteri rata-rata membaik i. Membran mukosa membaik j. Mata cekung membaik k. Turgor kulit membaik 3) Intervensi tindakan (SIKI, 1.03098)



Manajemen Cairan (SIKI, 1.03098) Observasi:  Monitor status hidrasi  Monitor berat badan harian  Monitor berat badan sebelum dan sesudah dialisis  Monitor hasil pemeriksaan laboratorium  Monitor status hemodinamik Terapeutik:  Catat intake-output dan hitung balance cairan 24 jam  Berikan asupan cairan sesuai kebutuhan  Berikan cairan intravena,jika perlu Kolaborasi:  Kolaborasi diuretik,jikaperlu



4. Perencanaan keperawatan pada klien dengan diagnosa keperawatan Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis neoplasma dibuktikan dengan mengeluh nyeri, tampak meringis, bersikap protektif, gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit tidur, nafsu makan berubah. (SDKI, D.0077) adalah sebagai berikut: 1) Tujuan :Berkurangnya skala nyeri 2) Kriteria hasil :(SLKI, Tingkat Nyeri L.08066) a. Keluhan nyeri menurun b. Meringis menurun c. Sikap protektif menurun d. Gelisah menurun e. Kesulitan tidur menurun f. Frekuensi nadi membaik 3) Intervensi tindakan (SIKI, 1.08238) Manajemen Nyeri (SIKI, 1.08238) Observasi:  Identifikasi lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi,kualitas,intensitas nyeri  Identifikasi skala nyeri  Identifikasi respons nyeri non verbal  Identifkasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri  Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri  Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri  Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri  Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas nyeri hidup  Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan  Monitor efek samping penggunaan analgetik Terapeutik:  Berikan tekniknon farmakologis untuk mengurangi nyeri



 Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri  Fasilitasi istirahat dan tidur  Pertimbangkan jenis sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri Edukasi:  Jelaskan penyebab,periode,dan pemicu nyeri  Jelaskan strategi meredakan nyeri  Anjurkan menggunakan analgetik scara tepat  Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri Kolaborasi:  Kolaborasi pemberian anlgetik,bila perlu



5. Perencanaan keperawatan pada klien dengan diagnosa keperawatan Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer dibuktikan dengan adanya pendarahan, infeksi, kerusakan usus dan kandung kemih (SDKI, D.0142) adalah sebagai berikut : 1) Tujuan : Mencegah terjadinya infeksi agar tidak terjadi hal serius 2) Kriteria hasil



:(SLKI,Tingkat infeksi L. 14137)



a. Demam menurun b. Kemerahan menurun c. Nyeri menurun d. Bengkak menurun e. Kadar sel darah putih membaik 3) Intervensi tindakan (SIKI, 1.14508) Manajemen Imunisasi/Vaksinasi (SIKI, 1.14508) Observasi -



Identifikasi penyebab inkontinensia urine ( mis. gangguan fungsi kongnitif, cedera tulang belakang, obat – obatan, usia, riwayat operasi )



-



Identifikasi perasaan dan persepsi terhadap inkontinensia urine Terapeutik



-



Sediakan pakaian dan lingkungan yang mendukung program inkontinensia urine



-



Ambil sampel urine untuk pemekrisaan urine lengkap atau kultur Edukasi :



-



Jelaskan definisi, jenis, dan penyebab inkontinensia urine



-



Diskusikan program inkotinensia urine ( mis. jadwal minum dan berkemih, konsumsi obat diuretik, latihan penguatan otot – otot perkemihan )



Kolaborasi :



-



Kolabarasi dengan medis dan fisioterapis untuk mengatasi inkontinensia urine, jika perlu