Askep Gadar Trauma Abdomen - KGDMB [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Asuhan Keperawatan Gawat Darurat pada Trauma Abdomen Dosen pengampu: Ns. Ainil Fitri, M. Kep



Disusun oleh: M. Khoiruddin



NIM. 1814401012



Rifa Anggita



NIM. 1814401029



Rosa Tri Agusti



NIM. 1814401030



Tia Yunanda



NIM. 1814401035



Program Studi DIII Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Abdurrab Pekanbaru 2020



DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi.........................................................................................................i Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang..................................................................................1 1.2. Tujuan...............................................................................................2 Bab II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Trauma Abdomen...............................................................3 2.2. Etiologi Trauma Abdomen...............................................................3 2.3. Patofisiologis Trauma Abdomen......................................................4 2.4. Manifestasi Klinis Trauma Abdomen...............................................5 2.5. Pemeriksaan Diagnostik Trauma Abdomen.....................................6 2.6. Penatalaksanaan Trauma Abdomen..................................................7 2.7. Komplikasi Trauma Abdomen.......................................................10 2.8. Asuhan Keperawatan GADAR Trauma Abdomen.........................10 Bab III Kesimpulan 3.1. Kesimpulan.....................................................................................14 DAFTAR PUSTAKA........................................................................................15



i



BAB I PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Abdomen adalah sebuah rongga besar yang dililingkupi oleh otot-otot perut pada bagian ventral dan lateral, serta adanya kolumna spinalis di sebelah dorsal. Bagian atas abdomen berbatasan dengan tulang iga atau costae. Cavitas abdomninalis berbatasan dengan cavitas thorax atau rongga dada melalui otot diafragma dan sebelah bawah dengan cavitas pelvis atau rongga panggul. Antara cavitas abdominalis dan cavitas pelvis dibatasi dengan membran serosa yang dikenal dengan sebagai peritoneum parietalis. Membran ini juha membungkus organ yang ada di abdomen dan menjadi peritoneum visceralis. Pada vertebrata, di dalam abdomen terdapat berbagai sistem organ, seperti sebagian besar organ sistem pencernaan, sistem perkemihan. Berikut adalah organ yang dapat ditemukan di abdomen: komponen dari saluran cerna: lambung (gaster), usus halus, usus besar (kolon), caecum, umbai cacing atau appendix; Organ pelengkap dai saluran cerna seperti: hati (hepar), kantung empedu, dan pankreas; Organ saluran kemih seperti: ginjal, ureter, dan kantung kemih (vesica urinaria); Organ lain seperti limpa (lien). Istilah trauma abdomen atau gawat abdomen menggambarkan keadaan klinik akibat kegawatan dirongga abdomen yang biasanya timbul mendadak dengan nyeri sebagian keluhan utama. Keadaan ini memerlukan penanggulangan segera yang sering beru tindakan beda, misalnya pada obstruksi, perforasi atau perdarahan, infeksi, obstruksi atau strangulasi jalan cerna dapat menyebabkan perforasi yang mengakibatkan kontaminasi rongga perut oleh isi saluran cerna sehingga terjadilah peritonitis. Evaluasi awal sangat bermanfaat tetapi terkadang cukup sulit



1



karena adanya jejas yang tidak jelas pada area lain yang terkait. Jejas pada abdomen dapat disebabkan oleh trauma tumpul atau trauma tajam. Pada trauma tumpul dengan velisitas rendah (misalnya akibat tinju) biasanya menimbulkan kerusakan satu organ. Sedangkan trauma tumpul velositas tinggi sering menimbulkan kerusakan organ multipel. Aktivitas dalam kehidupan sehari-hari memungkin seseorang untuk terkena injury yang bisa saja merusak keutuhan integritas kulit, selama ini kita mungkin hanya mengenal luka robek atau luka sayatan saja namun ternyata di luar itu masih banyak lagi luka/trauma yang dapat terjadi pada daerah abdomen. Insiden trauma abdomen meningkat dari tahun ke tahun. Mortalitas biasanya lebih tinggi pada trauma tumpul abdomen dari pada trauma tusuk. Walaupun tehnik diagnostik baru sudah banyak dipakai, misalnya Computed Tomografi, namun trauma tumpul abdomen masih merupakan tantangan bagi ahli klinik. Diagnosa dini diperlukan untuk pengelolaan secara optimal. Trauma abdomen akan ditemukan pada 25 % penderita multitrauma, gejala dan tanda yang ditimbulkannya kadang-kadang lambat sehingga memerlukan tingkat kewaspadaan yang tinggi untuk dapat menetapkan diagnosis.



1.2 Tujuan Adapun tujuan dari latar belakang diatas adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui Pengertian Trauma Abdomen 2. Mengetahui Etiologi Trauma Abdomen 3. Mengetahui Patofisiologi Trauma Abdomen 4. Mengetahui Manifestasi Klinis Trauma Abdomen 5. Mengetahui Pemeriksaan Diagnostik Trauma Abdomen 6. Mengetahui Penatalaksanaan Trauma Abdomen 7. Mengetahui Komplikasi Trauma Abdomen 8. Mengetahui Asuhan Keperawatan Trauma Abdomen



2



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



2.1



Definisi Trauma Abdomen Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja, (Smeltzer, 2001). Trauma perut merupakan luka pada isi rongga perut dapat terjadi dengan atau tanpa tembusnya dinding perut dimana pada penanganan/penatalaksanaan lebih bersifat kedaruratan dapat pula dilakukan tindakan laparatomi, (FKUI, 1995).



1.3



Etiologi Trauma Abdomen



Berdasarkan mekanisme trauma, dibagi menjadi 2 yaitu : 1. Trauma tembus (trauma perut dengan penetrasi kedalam rongga peritonium). Disebabkan oleh: a.



Luka akibat tembakan



b.



Luka akibat benda tajam



c.



Luka akibat tusukan



2. Trauma tumpul (trauma perut tanpa penetrasi kedalam rongga peritonium). Disebabkan oleh: a. Terkena kompresi atau tekanan dari luar tubuh b. Hancur (tertabrak mobil) c. Terjepit sabuk pengaman karna terlalu menekan perut d. Cidera akselerasi / deserasi karena kecelakaan olah raga



3



2.3 Patofisiologi Trauma Abdomen Bila suatu kekuatan eksternal dibenturkan pada tubuh manusia (akibat kecelakaan lalu lintas, penganiayaan, kecelakaan olahraga dan terjatuh dari ketinggian), maka beratnya trauma merupakan hasil dari interaksi antara faktor –   f faktor fisik



dari kekuatan tersebut



dengan jaringan tubuh. Berat trauma yang terjadi berhubungan dengan kemampuan obyek statis (yang ditubruk) untuk menahan tubuh. Pada tempat benturan karena terjadinya perbedaan pergerakan dari jaringan tubuh yang akan menimbulkan disrupsi jaringan. Hal ini juga karakteristik dari permukaan yang menghentikan tubuh juga penting. Komponen lain yang harus dipertimbangkan dalam beratnya trauma adalah posisi tubuh relatif terhadap permukaan benturan. Hal tersebut dapat terjadi cidera organ intra abdominal yang disebabkan beberapa mekanisme: 1. Meningkatnya tekanan intra abdominal yang mendadak dan hebat oleh gaya tekan dari luar seperti benturan setir atau sabuk pengaman yang letaknya tidak benar dapat mengakibatkan terjadinya ruptur dari organ padat maupun organ berongga. 2. Terjepitnya organ intra abdominal antara dinding abdomen anterior dan vertebrae atau struktur tulang dinding thoraks. 3. Terjadi



gaya



akselerasi-deselerasi



secara



mendadak



menyebabkan gaya robek pada organ dan pedikel vaskuler. PATOFLOW: Trauma (Kecelakaan) ↓ Penetrasi & Non-Penetrasi ↓ Terjadi perforasi lapisan abdomen (kontusio, laserasi, jejas, abdomen) ↓ Menekan saraf peritonitis ↓



4



dapat



Terjadi perdarahan jar. Lunak dan rongga abdomen →  Nyeri ↓ Motilitas usus ↓ Disfungsi usus →



Resiko infeksi



↓ Refluks usus output cairan berlebih ↓ Gangguan cairan dan elektrolit



Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh



↓ Kelemahan fisik ↓ Gangguan mobilitas fisik 2.4 Manifestasi Klinis Trauma Abdomen 1. Trauma tembus (trauma perut dengan penetrasi kedalam rongga peritonium) a. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ b. Respon stres simpatis c. Perdarahan dan pembekuan darah d. Kontaminasi bakteri e. Kematian sel 2. Trauma tumpul (trauma perut tanpa penetrasi kedalam rongga peritonium) a. Kehilangan darah b. Memar/jejas pada dinding perut c. Kerusakan organ-organ d. Nyeri tekan, nyeri ketok, nyeri lepas dan kekakuan (rigidity) dinding perut e. Iritasi cairan usus



5



2.5 Pemeriksaan Diagnostik Trauma Abdomen 1. Foto Thorax Untuk melihat adanya trauma pada thorak. 2. Pemeriksaan darah rutin Pemeriksaan Hb diperlukan untuk base-linedata bila terjadi perdarahan terus menerus. Demikian pula dengan pemeriksaan hematokrit. Pemeriksaan leukosit yang melebihi 20.000 /mm tanpa terdapatnya infeksi menunjukkan adanya perdarahan cukup banyak kemungkinan ruptura lienalis. Serum amilase yang meninggi menunjukkan kemungkinan adanya trauma pankreas atau perforasi usus halus. Kenaikan transaminase menunjukkan kemungkinan trauma pada hepar. 3. Plain abdomen foto tegak Memperlihatkan udara bebas dalam rongga peritoneum, udara bebas retro perineal dekat duodenum, corpus alineum dan perubahan gambaran usus. 4. Pemeriksaan urine rutin Menunjukkan adanya trauma pada saluran kemih bila dijumpai hematuri. Urine yang jernih belum dapat menyingkirkan adanya trauma pada saluran urogenital. 5. Intravenous Pyelogram (VP) Karena alasan biaya biasanya hanya dimintakan bila ada persangkaan trauma pada ginjal. 6. Diagnostik Peritoneal Lavage (DPL) Dapat membantu menemukan adanya darah atau cairan usus dalam rongga perut. Hasilnya dapat amat membantu. Tetapi DPL ini hanya alat diagnostik. Bila ada keraguan, kerjakan laparatomi (gold standard). 7. Ultrasonik dan CT Scan Sebagai pemeriksaan tambahan pada penderita yang belum dioperasi dan disangsikan adanya trauma pada hepar dan retro peritoneum.



6



Pemeriksaan Khusus: 1. Abdomonal Paracentesis Merupakan pemeriksaan tambahan yang sangat berguna untuk menentukan adanya perdarahan dalam rongga peritoneum. Lebih dari100.000 eritrosit /mm dalam larutan NaCl yang keluar dari rongga peritoneum setelah dimasukkan 100 –2  00 ml larutan NaCl 0.9% selama 5 menit, merupakan indikasi untuk laparotomi. 2. Pemeriksaan Laparoskopi Dilaksanakan bila ada akut abdomen untuk mengetahui langsung sumber penyebabnya. 3. Rekto-sigmoidoskopi Bila dijumpai perdarahan dan anus 2.6 Penatalaksanaan Trauma Abdomen 1. Pre Hospital Pengkajian yang dilakukan untuk menentukan masalah yang mengancam nyawa, harus mengkaji dengan cepat apa yang terjadi dilokasi kejadian. Paramedik mungkin harus melihat apabila sudah ditemukan luka tikaman, luka trauma benda lainnya, maka harus segera ditangani, penilaian awal dilakukan prosedur ABC jika ada indikasi. Jika korban tidak berespon, maka segera buka dan bersihkan jalan napas. a. Airway Dengan kontrol tulang belakang. Membuka jalan napas menggunaka  n teknik „head tilt chin lift‟ atau menengadahkan kepala dan mengangkat dagu,periksa adakah benda asing yang



dapat



mengakibatkan



tertutupnya



jalan



napas,



muntahan, makanan, darah atau benda asing lainnya. b. Breathing Dengan ventilasi yang adekuat. Memeriksa pernapasan dengan menggunakan cara, lihat, dengar dan rasakan tidak lebih dari 10



detik



untuk



7



memastikan



apakah



ada



napas



atau



respirasi



tidak. Selanjutnya lakukan pemeriksaan status



korban



(kecepatan,



ritme



dan



adekuat



tidaknya pernapasan). c. Circulation Dengan kontrol perdarahan hebat. Jika pernapasan korban tersengal-sengal dan tidak adekuat, maka bantuan napas dapat dilakukan. Jika tidak ada tanda-tanda sirkulasi, lakukan resusitasi jantung paru segera. Rasio kompresi dada dan bantuan napas dalam RJP adalah 30 : 2 (30kali kompresi dada dan 2 kali bantuan napas). Penanganan awal trauma non- penetrasi (trauma tumpul) : a. Stop makanan dan minuman b. Imobilisasi c. Kirim kerumah sakit Penanganan penetrasi (trauma tajam) : a. Bila terjadi luka tusuk, maka tusukan (pisau atau benda tajam lainnya) tidak boleh dicabut kecuali dengan adanya tim medis b. Penanganannya bila terjadi luka tusuk cukup dengan melilitkan dengan kain kassa pada daerah antara pisau untuk memfiksasi pisau sehingga tidak memperparah luka c. Bila ada usus atau organ lain yang keluar, maka organ tersebut tidak



dianjurkan



dimasukkan



kembali



kedalam



tubuh,



kemudian organ yang keluar dari dalam tersebut dibalut kain bersih atau bila ada verban steril d. Imobilisasi pasien e. Tidak dianjurkan memberi makan dan minum f. Apabila ada luka terbuka lainnya maka balut luka dengan menekang g. Kirim ke rumah sakit 2. Hospital a. Trauma penetrasi Bila ada dugaan bahwa ada luka tembus dinding abdomen,



8



seorang ahli bedah yang berpengalaman akan memeriksa lukanya secara lokal untuk menentukan dalamnya luka. Pemeriksaan ini sangat berguna bila ada luka masuk dan luka keluar yang berdekatan. b. Skrinning pemeriksaan rontgen Foto rontgen torak tegak berguna untuk menyingkirkan kemungkinan



hemo



atau



pneumotoraks



atau



untuk



menemukan adanya udara intra peritonium. Serta rontgen abdomen sambil tidur (supine) untuk menentukan jalan peluru atau adanya udara retro peritoneum. c. IVP atau Urogram Excretory dan CT Scanning Ini di lakukan untuk mengetauhi jenis cedera ginjal yang ada. d. Uretrografi Di lakukan untuk mengetauhi adanya rupture uretra e. Sistografi Ini digunakan untuk mengetauhi ada tidaknya cedera pada kandung kencing, contohnya pada : 1) Fraktur pelvis 2) Traumanon – penetrasi 3. Penanganan pada trauma benda tumpul dirumah sakit a. Pengambilan contoh darah dan urine Darah di ambil dari salah satu vena permukaan untuk pemeriksaan laboratorium rutin, dan juga untuk pemeriksaan laboratorium khusus seperti pemeriksaan darah lengkap, potasium, glukosa, amilase. b. Pemeriksaan rontgen Pemeriksaan rongten servikal lateral, toraks antero posterior dan pelvis adalah pemeriksaan yang harus di lakukan pada penderita dengan multi trauma, mungkin berguna untuk mengetahui udara ekstraluminal di retro peritoneum atau udara



bebas



di



bawah



diafragma,



memerlukan laparotomi segera.



9



yang



keduanya



c. Study kontras urologi dan gastrointestinal Dilakukan pada cedera yang meliputi daerah duodenum, kolon ascendens atau decendens dan dubur. 2.7 Komplikasi Trauma Abdomen 1. Segera : hemoragi, syok, dan cedera 2. Lambat : infeksi 3. Trombosis Vena 4. Emboli Pulmonar 5. Stress Ulserasi dan perdarahan 6. Pneumonia 7. Tekanan ulserasi 8. Atelektasis 9. Sepsis 2.8 Asuhan Keperawatan GADAR Trauma Abdomen ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARUTAT PADA TRAUMA ABDOMEN IDENTITAS PASIEN Nama : Tn. D Umur : 19 tahun Jenis Kelamin : Lk Pekerjaan : − Agama : Islam Tanggal Masuk RS : 28 Mei 2020 Alasan Masuk : Nyeri pada perut kanan atas setelah mengalami kecelakaan dan tertabrak di arah samping kanan. SURVEY PRIMER AIRWAY



10



1. Keadaan jalan nafas Jalan Nafas :  Paten  Tidak Paten Obstruksi :  Lidah  Cairan  Benda Asing  Tidak Ada  Muntahan  Darah  Oedema Suara Nafas :  Snoring  Gurgling  Stridor  Tidak ada Keluhan Lain: − 2. Masalah Keperawatan Tidak ada masalah pada jalan napas pasien. BREATHING 1. Fungsi pernafasan Nafas :  Spontan  Tidak Spontan Gerakan dinding dada:  Simetris  Asimetris Irama Nafas :  Cepat  Dangkal  Normal Pola Nafas :  Teratur  Tidak Teratur Jenis : Dispnoe  Kusmaul  Cyene Stoke  Lain-lain Suara Nafas :  Vesikuler  Stidor  Wheezing  Ronchi Sesak Nafas :  Ada  Tidak Ada Pernapasan Cuping hidung :  Ada  Tidak Ada Retraksi otot bantu nafas :  Ada  Tidak Ada Pernafasan :  Pernafasan Dada  Pernafasan Perut RR : − x/mnt Keluhan Lain: 2. Masalah Keperawatan Tidak ada masalah dalam fungsi pernapasan pasien. CIRCULATION 1. Keadaan sirkulasi Nadi : √ Teraba  Tidak teraba  N: 135 x/mnt Tekanan Darah : 70/50 mmHg Pucat : √ Ya  Tidak Sianosis :  Ya √ Tidak



11



CRT :  < 2 detik √ > 2 detik Akral :  Hangat √ Dingin  S: 36.0 0C Pendarahan : √ Ya  Tidak Ada



Lokasi:Abdomen



Jumlah:



Turgor :  Elastis √ Lambat Diaphoresis : Ya  Tidak Riwayat Kehilangan cairan berlebihan:  Diare Muntah  Luka bakar Keluhan Lain: 2. Masalah Keperawatan MK:



Kekurangan



Volume



Cairan



berhubungan



dengan



Perdarahan N O 1 2 3 4 5



INTERVENSI Kaji tanda-tanda vital Balut luka guna mengurangi perdarahan Berikan cairan parenteral sesuai indikasi Kaji tetesan infus Kolaborasi transfusi darah



MK: Penurunan Curah Jantung berhubungan dengan penurunan konstraksi jantung N



INTERVENSI



O 1 2



Monitor TTV secara rutin Monitor suhu pernafasan terkait dengan adanya gejala gagal



3



jantung Monitor EKG, adakah perubahan segmen ST sebagai mana



4 5



mestinya Monitor abdomen jika terdapat indikasi penurunan perfusi Evaluasi respon pasien terhadap distritmia



DISABILITY 1. Penilaian fungsi Neurologis Kesadaran: Sopor GCS : (2) Eye (2) Verbal (4) Motorik = (6) Pupil :  Isokor  Unisokor  Pinpoint  Medriasis 12



Refleks Cahaya :  Ada  Tidak Ada Refleks fisiologis :  Patela (+/-)  Lain-lain tidak dikaji Refleks patologis :  Babinzky (+/-) Kernig (+/-)  Lain-lain Kekuatan Otot : Keluhan Lain : Nyeri 2. Masalah Keperawatan MK: Nyeri berhubungan dengan adanya trauma abdomen N



INTERVENSI



O 1



Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas dan keparahan nyeri



2



sebelum mengobati pasien Pilih analgesik atau kombinasi analgesik yang sesuai ketika



3



lebih dari satu diberikan Lakukan tindakan-tindakan untuk menurunkan efek samping



4 5



analgesik (misalnya; konstipasi dan iritasi lambung) Ajarkan prinsip-prinsip manajamen nyeri Mulai dan modifikasi tindakan pengontrol nyeri berdasarkan respon pasien



BAB III 13



KESIMPULAN



3.1 Kesimpulan Trauma tumpul abdomen adalah pukulan / benturan langsung pada rongga abdomen yang mengakibatkan cidera tekanan/tindasan pada isi rongga abdomen, terutama organ padat (hati, pancreas, ginjal, limpa) atau berongga (lambung, usus halus, usus besar, pembuluh – pembuluh darah abdominal) dan mengakibatkan ruptur abdomen. Trauma abdomen disebabkan oleh Kecelakaan lalu lintas, penganiayaan, kecelakaan olahraga dan terjatuh dari ketinggian.



14



DAFTAR PUSTAKA



Smeltzer, Suzanne C. 2001. Keperawatan Medikal-Bedah Brunner and Suddarth Ed.8 Vol.3. Jakarta: EGC. FKUI. 1995. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta: Binarupa Aksara. Testa,A.Paul.



2008.



Abdominal



Trauma.



(http://emedicine.medscape.com/article/overview).



Internet: Diakses



pada tanggal 30 Mei 2020 Training.



2009.



Primary



trauma



care.



Internet:



(http://primarytraumacare.org/ptcman/training). Diakses pada tanggal 30 Mei 2020 Pathway



trauma



abdomen.



Internet:



(https://www.google.com/search?



q=pathway+trauma+abdomen&safe=strict&sxsrf=ALeKk01xlJOn8JJ 6MBUNQMvvIQc0Tje43A:1591111808905&source=lnms&tbm=isc h&sa=X&ved=2ahUKEwizq6uxuePpAhUGT30KHZIyAGwQ_AUo AXoECA0QAw&biw=1366&bih=657#imgrc=bpH1PYzuzZTb1M) Diakses pada tanggal 30 Mei 2020.



15