Askep Gangguan Menstruasi-1 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN MENSTRUASI (DISMENORE)



Dosen Pengampu : Heni Purwaningsih, S,Kep., Ns., M. Kep. Disusun Oleh : 1. Ade Nurul Aulia



(010118A001)



2. Blandina Patti Peilohy



(010118A026)



3. Eva Duwi Ratnaningrum



(010118A052)



4. Frangsisca Febriana Kumala Sari



(010118A058)



5. Lailatul Khoeriyah



(010118A075)



PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS NGUDI WALUYO 2020 i



KATA PENGANTAR Puji syukur penulis mengucapkan kehadiran Allah SWT, yang telah memberikan rahmat, karunia dan kesempatannya sehingga kami dapat menyelesakan “Asuhan Keperawatan Gangguan Menstruasi” tepat pada waktunya. Tugas ini merupakan tugas kelompok. Penulis mengucapkan terima kasih kepada IbuHeni Purwaningsih, S,Kep., Ns., M. Kep. selaku dosen pengampu dan pembimbing dalam penyusunan tugas ini, serta semua pihak yang ikut membantu dalam pembuatan tugas, sehingga tugas ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan tugas ini pasti terdapat banyak kekurangan sehingga kami memohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam pembutan tugas ini. Semoga tugas ini dapat bermanfaat dan menambah ilmu pengetahuan kita semua. Kami juga mohon kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan tugas ini.



Ungaran, September 2020



Penyusun



ii



DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL......................................................................................i KATA PENGANTAR..................................................................................ii DAFTAR ISI................................................................................................iii BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1 A. Latar Belakang..................................................................................1 B. Rumusan Masalah............................................................................2 C. Tujuan................................................................................................2 BAB II PEMBAHASAN...............................................................................3 A. Definisi Menstruasi...........................................................................3 B. Fisiologi Menstruasi..........................................................................3 C. Definisi Gangguan Menstruasi......................................................10 D. Jenis Gangguan Menstruasi...........................................................10 E. Asuhan Keperawatan Gangguan Menstruasi (Dismenore)........22 BAB III PENUTUP.....................................................................................30 A. Kesimpulan......................................................................................30 DAFTAR PUSTAKA..................................................................................31



iii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Haid atau menstruasi merupakan pelepasan lapisan dalam (endometrium) yang disertai pendarahan, terjadi berulang setiap bulan secara periodik, kecuali pada saat hamil. Sedangkan siklus haid adalah waktu sejak hari pertama haid sampai datangnya haid periode berikutnya.Siklus haid setiap perempuan berbeda antara yang satu dengan yang lainnya, bukan saja antara beberapa perempuan, tetapi juga pada perempuan yang sama. Juga pada kakak beradik bahkan saudara kembar siklus haidnya tidak terlalu sama.Sebelum datangnya haid, setiap perempuan umumnya mengalami sindrom bulanan atau yang lebih dikenal dengan sindrom pra-haid. Sindrom ini sangat mengganggu aktifitas perempuan, terutama mereka yang aktif bekerja diluar rumah.Umumnya, durasi siklus menstruasi adalah 28 hari, dengan lama menstruasi adalah 4 hingga 6 hari. Jumlah darah yang keluar pun rata-rata sebanyak 20-60 mililiter. Menstruasi dimulai saat pubertas dan menandai kemampuan seorang wanita untuk mengandung anak, walaupun mungkin faktor-faktor kesehatan lain dapat membatasi kapasitas ini. Menstruasi biasanya dimulai antara umur 10 dan 16 tahun, tergantung pada berbagai faktor, termasuk kesehatan wanita, status nutrisi, dan berat tubuh relatif terhadap tinggi tubuh. Menstruasi berlangsung kira-kira sekali sebulan sampai wanita mencapai usia 45 – 50 tahun, sekali lagi tergantung pada kesehatan dan pengaruhpengaruh lainnya. Akhir dari kemampuan wanita untuk bermenstruasi disebut menopause dan menandai akhir dari masa-masa kehamilan seorang wanita. Panjang ratarata daur menstruasi adalah 28 hari, namun berkisar antara 21 hingga 40 hari. Panjang daur dapat bervariasi pada satu wanita selama saat-saat yang berbeda dalam hidupnya, dan bahkan dari bulan ke bulan tergantung pada berbagai hal, termasuk kesehatan fisik, emosi, dan nutrisi wanita tersebut. Gangguan menstruasi adalah kondisi ketika siklus menstruasi mengalami anomali atau kelainan. Hal ini bisa berupa perdarahan menstruasi yang terlalu banyak atau terlalu sedikit, siklus menstruasi yang tidak beraturan, dan bahkan tidak haid sama sekali.Gangguan ini dapat menyebabkan rasa cemas yang signifikan pada pasien maupun keluarganya.



1



B. Rumusan Masalah 1. Apa definisi menstruasi? 2. Bagaimana fisiologi menstruasi? 3. Apa definisi gangguan menstruasi? 4. Apa saja jenis gangguan menstruaasi? 5. Bagaimana proses asuhan keperawatan pada gangguan menstruasi (dismenore)? C. Tujuan 1. Untuk mengetahui definisi menstruasi. 2. Untuk mengetahui fisiologi menstruasi. 3. Untuk mengetahui definisi gangguan menstruasi. 4. Untuk mengetahui jenis gangguan menstruaasi. 5. Supaya memahami proses asuhan keperawatan pada gangguan menstruasi (dismenore)



2



BAB II PEMBAHASAN A. Definisi Menstruasi Menstruasi adalah keluarnya darah dari dalam uterus, yang di akibatkan oleh terlepasnya lapisan dinding rahim disertai pelepasan endometrium dan terjadi setiap bulan. Menstruasi ini dinilai berdasarkan 3 hal, pertama siklus haid yaitu berkisar 21-35 hari, kedua lama haid yaitu tidak lebih dari 15 hari, ketiga jumlah darah 20-80 ml (Anwar, 2011; Perry, 2010). Menstruasi atau haid adalah pengeluaran darah yang terjadi akibat perubahan hormon yang terus menerus dan mengarah pada pembentukan endometrium, ovulasi sehingga terjadi peluruhan dinding rahim jika kehamilan tidak terjadi (Verawaty, 2012). Menstruasi merupakan pendarahan yang terjadi secara periodik dan berkala akibat meluruhnya lapisan endometrium pada dinding uterus yang akan berlangsung sekitar 14 hari setelah terjadinya proses ovulasi (Felicia, Esther, Rina, 2015). Keadaan ini disebabkan karena tidak adanya pembuahan oleh sperma pada sel telur, kemudian yang terjadi selanjutnya lapisan endometrium (lapisan dinding rahim) yang sudah menebal akan menjadi luruh. B. Fisiologi Menstruasi Menstruasi merupakan hasil kerja sama yang sangat rapi dan baku dari sumbu Hipotalamus – Hipofisis – Ovarium (sumbu HHO) 2 Terdapat dua siklus yang memegang peran penting dalam terjadinya haid atau menstruasi yakni siklus ovarium dan siklus uterus (endometrial). a. Siklus Ovarium Durasi rata-rata pada siklus ini kurang lebih 28 hari (dari rentang 25-32 hari). Terjadinya suatu peristiwa hormonal menyebabkan ovulasi dan pada akhirnya mengarah ke siklus menstruasi. Perubahan histologis pada endometrium (siklus uterus) selalu berjalan bersamaan dan berkesinambungan dengan siklus ovarium. Siklus ovarium dibagi menjadi 3 fase, yakni: 1.



Fase Folikuler (Fase Preovulasi) 3



Panjang fase folikuler berkisar antara 10-14 hari. Selama fase ini terdapat proses steroidogenesis, folikulogenesis, dan oogenesis/meiosis yang saling terkait satu sama lain. Fase ini diawali dengan pertumbuhan dari folikel antral, namun pada hari ke 5-7 hanya satu folikel dominan yang tetap tumbuh akibat sekresi FSH yang menurun. Folikulogenesis sebenarnya sudah terjadi jauh sebelum seorang wanita dilahirkan, diawali dari folikel primordial, kemudian folikel preantral, folikel antral hingga menjadi folikel preovulasi. -



Folikel Primordial Folikel ini telah dibentuk sejak pertengahan kehamilan hingga beberapa saat paska persalinan. Folikel ini merupakan folikel yang sedang tidak tumbuh, berisi oosit dalam fase pembelahan meiosisprofase 1 yang terhenti pada tahap diplotene. Pada usia kehamilan ibu 16-20 minggu, janin perempuan diduga memiliki 6-7 juta. Seluruh folikel primordial tersebut disimpan sebagai cadangan ovarium. Sejak pertengahan kehamilan, dengan mekanisme yang belum jelas, sekelompok folikel primordial ada yang mengalami atresia, namun ada juga yang masuk kedalam fase pertumbuhan menjadi oosit primer (dalam tahap profase 1 yang terhenti, diplotene, dan akan berlanjut pada saat pubertas). Akibat hal ini, maka folikel primordial yang tersisa hanya tinggal 12 juta saja saat janin dilahirkan. Sesaat setelah seorang perempuan melewati masa pubertas, dimulailah masa menarke. Sumbu HHO kembali bangkit, kembali bekerja secara teratur dan siklik, gonadotropin (FSH & LH) yang dihasilkan oleh hipofisis anterior pun mulai memacu ovarium. Folikel primordial yang berada pada cadangan ovarium kembali bertumbuh hingga masuk pada tahapan pertumbuhan folikel berikutnya, yakni menjadi folikel preantral atau folikel primer.



-



Folikel Preantral atau Folikel Primer Pada folikel ini tampak oosit yang dikelilingi oleh basement membran, zona pelusida, sel granulosa yang sudah mengalami proliferasi menjadi berlapislapis, sel teka terbentuk dari jaringan sekitarnya. Sel granulosa pada folikel preantral ini sudah dapat menangkap stimulus dari gonadotropin dan menghasilkan tiga macam steroid seks yakni estrogen, androgen, dan progesteron.



-



Folikel Antral atau Folikel Sekunder



4



Stimulus dari FSH dan estrogen yang bekerja secara bersamaan menghasilkan cairan yang semakin bertambah banyak, dan berkumpul didalam ruangan antara sel granulosa. Cairan yang semakin bertambah jumlahnya tersebut membentuk ruangan atau rongga yang disebut sebagai antrum. Cairan ini lama kelamaan akan memisahkan sel granulosa menjadi 2 kubu, yakni sel granulosa yang melekat pada dinding folikel dan sel granulosa yang mengelilingi oosit. Sel granulosa yang mengelilingi oosit ini disebut sebagai kumulus ooforus yang berperan untuk menangkap sinyal yang berasal dari oosit. Pada tahap ini awal siklus cairan folikel antral berisi FSH, estrogen dalam jumlah banyak, sedikit androgen, dan belum ada LH. Selain itu, sel teka juga terdiferensiasi menjadi 2 lapis yakni teka interna dan eksterna. -



Folikel Preovulasi Dari beberapa folikel-folikel sekunder yang sudah bertumbuh, hanya satu folikel sekunder yang dapat berkuasa untuk mencapai level berikutnya, hal ini dikarenakan ia memiliki reseptor FSH lebih banyak dibandingkan yang lain. Folikel ini disebut sebagai folikel dominan. Folikel dominan terus bertumbuh hingga menjadi folikel preovulasi ataugrafiaan folikel. Reseptor LH sudah mulai terbentuk di sel granulosa, dan lonjakan LH menyebabkan androgen intrafolikuler meningkat, hal ini bersamaan dengan menurunnya kadar FSH menyebabkan apoptosis sel granulosa pada folikel-folikel kecil yang tidak berhasil menjadi dominan dan meningkatkan libido. Penurunan dari FSH ini disebabkan oleh sel granulosa yang juga menghasilkan inhibin B,semakin bertumbuh folikel- folikel di ovarium, semakin tinggi juga kadar inhibin B, yang dimana inhibin ini dapat memberikan umpan balik ke hipofisis untuk inhibisi pelepasan dari FSH lagi. Selain itu, pada masa ini, oosit primer menyelesaikan proses meiosis I dan menjadi oosit sekunder. Oosit sekunder akan mulai melakukan tahap meiosis II, namun berhenti hingga metafase, apabila setelah fase ovulasi terjadi pembuahan oleh sperma, ia akan melanjutkan meiosis II, namun jika tidak maka ia akan mengalami degenerasi).



2.



Fase Ovulasi Pada fase ovulasi, lonjakan LH sangat penting untuk proses keluarnya oosit dan folikel. Lonjakan LH disebabkan oleh kadar estrogen yang tinggi yang dihasilkan oleh folikel preovulasi. Ovulasi diperkirakan terjadi 34-36 jam setelah lonjakan 5



estrogen dan 10-12 jam setelah paskapuncak LH, 34-36 jam paskaawal lonjakan LH. Lonjakan LH memacu sekresi prostaglandin dan progesteron bersama lonjakan FSH mengaktivasi enzim proteolitik menyebabkan dinding folikel pecah. Pecahnya dinding tersebut menyebabkan oosit sekunder keluar yang nantinya akan ditangkap oleh fimbriae tuba falopi. Lama kelamaan seluruh sel granulosa yang melekat pada membran basalis pada seluruh dinding folikel berubah menjadi sel luteal. 3.



Fase Luteal(Fase Paskaovulasi) Menjelang dinding folikel pecah dan keluarnya oosit saat ovulasi, sel granulosa menjadi membesar dan timbul vakuol beserta penumpukan pigmen kuning, lutein proses luteinisasi yang kemudian dikenal sebagai korpus luteum. 2 hari paskaovulasi, pembuluh-pembuluh darah dan kapiler- kapiler menginvasi lapisan sel granulosa. Neovaskularisasi yang berlangsung dengan cepat ini diakibatkan oleh produksi dari VEGF (vascular endothelial growth factor) dan angipoetin sebagai respon terhadap LH. Selama luteinisasi, sel-sel ini menjadi hipertrofi, dan meningkatkan kapasitas mereka untuk menghasilkan hormon-hormon. Korpus luteum mampu menghasilkan baik progesteron, estrogen maupun androgen. Kemampuan menghasilkan steroid seks korpus luteum sangat bergantung pada tonus kadar LH pada fase luteal. Kadar progesteron dan estradiol mencapai puncaknya sekitar 8 hari paskalonjakan LH, dan kemudian menurun perlahan jika tidak terjadi pembuahan, GnRH kembali meningkat sehingga kembali lagi ke fase folikuler dan siklus ovarium yang baru dimulai lagi. Korpus luteum akan mengalami regresi 9-11 paskaovulasi, diduga akibat luteolisis estrogen yang dihasilkan oleh korpus luteum sendiri. Namun apabila terjadi pembuahan sekresi progesteron tidak akan menurun karena diselamatkan oleh hCG (human chorionic gonadotropin).



b. Siklus Uterus (Endometrial) Uterus merupakan organ target steroid seks ovarium, sehingga perubahan histologik pada dinding endometrium selaras dengan pertumbuhan folikel atau seks steroid yang dihasilkannya. Lapisan endometrium yang berperan dalam proses menstruasi hanyalah stratum fungsionalis, hal ini dikarenakan lapisan ini memberi respons terhadap stimulus steroid seks. Pada akhir fase luteal ovarium, sekresi estrogen dan progesteron menurun drastis sehingga mengakibatkan stratum fungsionalis terlepas atau meluruh, dan menyisakan stratum basalis sedikit bagian dari 6



stratum fungsionalis. Selanjutnya endometrium yang tipis tersebut memasuki siklus haid berikutnya. Selama satu siklus haid pertumbuhan dinding endometrium melalui beberapa fase, yakni: 1. Fase Proliferasi (berlangsung selama 5-7 hari, atau cukup lama 21-30 hari) Fase ini dikaitkan dengan fase folikuler. Pada siklus haid, fase akhir luteal, terdapat stratum basalis dan sedikit sisa lapisan stratum fungsionalis dengan ketebalan yang beragam. Padafase folikuler, folikulogenesis menghasilkan steroid seks. Steroid seks terutama estrogen ini akan memicu pertumbuhan dinding endometrium untuk kembali menebal. Pertumbuhan endometrium dinilai dari penampakan histologi dari kelenjar, stroma dan pembuluh darah (arteria spiralis). Pada awalnya kelenjar lurus pendek, ditutup oleh epitel silindris pendek. Kemudian epitel kelenjar mengalami proliferasi dan pseudostratifikasi, melebar kesamping sehingga mendekati dan bersentuhan dengan kelenjar disebelahnya. Epitel penutup permukaan kavum uteri yang rusak dan hilang saat haid sebelumnya terbentuk kembali. Stroma endometrium awalnya padat akibat haid sebelumnya menjadi edema dan longgar. Arteri spiralis lurus tidak bercabang, menembus stroma, menuju permukaan kavum uteri sampai tepat dibawah membran epitel penutup permukaan kavum uteri. Tepat dibawah epitel permukaan kavum uteri, arteri spiralis membentuk anyaman longgar pembuluh darah kapiler. Ketiga komponen endometrium, kelenjar, stroma, dan endotel pembuluh darah mengalami proliferasi dan mencapai puncaknya pada hari ke 8-10 siklus, sesuai dengan puncak kadar estradiol serum, dan kadar reseptor estrogen di endometrium. Proliferasi endometrium tampak jelas pada stratum fungsionalis, di dua pertiga atas korpus uteri, tempat sebagian besar implantasi blastosis terjadi. Tebal endometrium pada awal fase proliferasi kurang lebih sekitar 0,5mm kemudian tumbuh menjadi 3,5-5 mm. Pada fase ini, hormon yang sangat berperan adalah estrogen. Estrogen adalah hormon yang memacu terbentuknya komponen jaringan, ion, air, dan asam amino. Selain itu estrogen juga memiliki peran dalam meningkatnya jumlah sel mikrovili yang memiliki silia, sel bersilia tersebut nantinya agak bergerak sesuai pola dan irama yang dapat membantu proses penyebaran dan distribui sekresi endometrium selama fase sekresi. Stroma endometrium yang kempis pada saat haidmenjadi mengembang kembali dan merupakan komponen pokok pertumbuhan penebalan kembali endometrium. Limfosit dan makrofag banyak ditemukan didalam stroma sepanjang siklus haid. 7



2. Fase Sekresi (berlangsung selama kurang lebih 12-14 hari) Korpus luteum yang terbentuk selama fase luteal menghasilkan estrogen dan progesteron ternyata juga ikut berperan dalam pertumbuhan endometrium dari fase proliferasi menjadi fase sekresi. Aktivitas sekresi didalam sel kelenjar yang disertai dengan pergerakan vakuol dari intraseluler menuju intraluminal dapat dilihat 7 hari paskaovulasi. Pada fase sekresi, tampak kelenjar menjadi lebih berliku-liku dan menggembung, dimana epitel tersusun rapih seperti gigi, dengan stroma menjadi edem serta arteri spiralis menjadi terpilin. Kelenjar-kelenjar juga menjadi lebih aktif mengeluarkan glikoprotein dan peptida kedalam kavum uteri, selain itu didapati pula transudasi plasma. 3. Fase Implantasi Pada 7 hari paskaovulasi atau hari ke-21 -22 (siklus 28 hari), yakni pertengahan fase luteal, saat puncak kadar estrogen dan progesteron yang bertepatan dengan fase implantasi, stroma mengalami edema hebat. Kadar estrogen dan progesteron yang meningkat hebat pada hari ke 7 paskaovulasi menyebabkan beberapa hal: -



Memicu



sintesis



prostaglandin



sehingga



menyebabkan



permeabilitas



pembuluh darah kapiler meningkat dan terjadilah edema stroma. -



Terjadinya proliferasi arteri spiralis.



Pada hari ke 22-23 siklus mulai terjadi desidualisasi endometrium, dimana tampak sel predesidua disekitar pembuluh darah, inti sel membesar, aktivitas mitosis meningkatdan membentuk membran basal.Desidua merupakan derivat sel stroma yang berperan penting selama masa kehamilan. Sel desidua berfungsi sebagai: -



Mengendalikan invasi trofoblas.



-



Menghasilkan hormon otokrin dan parakrin untuk jaringan fetal maupun maternal.



-



Homeostasis baik pada proses implantasi/kehamilan maupun pada saat proses perdarahan atau haid.



Selama proses implantasi, sangat dibutuhkan endometrium yang tidak mudah berdarah dan uterus maternal harus dapat bertahan terhadap invasi.Hal ini dicegah oleh kadar aktivator plasminogen dan ekspresi enzim yag menghancurkan matriks stroma ekstraseluler (seperti kelompok Matrix Metalloproteinase/MMPs) menurun. Selain itu kadar PAI -1 meningkat. 4. Fase Deskuamasi



8



Pada hari ke 23 siklus menjelang haid, predesidual membentuk lapisan kompaktum pada bagian atas lapisan fungsionalis endometrium. Bila tidak terhadi kehamilan maka usia korpus luteum akan berakhir diikuti kadar estrogen dan progesteron yang semakin menurun. Kadar estrogen dan progesteron yang rendah dapat menyebabkan beberapa keadaan yakni: - Tebal endometrium menurun. Hal ini menyebabkan aliran darah ke pembuluh darah spiralis dan aliran vena menurun dan terjadi vasodilatasi. Kemudian arteriol spiralis mengalami vasokonstriksi dan relaksasi secara ritmik dengan vasokonstriksi semakin dominan berlangsung semakin lama dan endometrium menjadi pucat. Oleh karena itu, 24 jam menjelang haid, endometrium mengalami iskemia, dan terbendung stasis. Sel darah putih keluar dari dinding pembuluh darah kapiler, dan menyebar kedalam stroma. Sel darah merah juga memasuki ronggainterstitial, thrombin platelet plugs muncul di pembuluh darah permukaan. Kadar PGF 2α dan PGE 2 endometrium fase sekresi mencapai puncaknya. Vasokonstriksi dan kontraksi miometrium terjadi. Hal ini dikaitkan dengan PG yang dihasilkan oleh sel perivaskular dan vasokonstriktor endotelin 1 derivat dari stroma sel desidua. - Apoptosis. Pada awal fase sekresi, asam fosfatase dan enzim lisis yang kuat didapatkan didalam lisosom, dan pelepasannya dihambat oleh progesteron. Sehingga pada saat kadar estrogen dan progesteron menjadi rendah, enzim tersebut menjadi lepas dan masuk kedalam sitoplasma epitel, stroma, sel endotel, serta ruangan interseluler dan menyebabkan hancurnya sel disekitarnya; dilepaskannya prostaglandin; ekstravasasi sel darah merah; nekrosis jaringan; dan trombosis pembuluh darah. Proses ini dinamakan sebagai program kematian sel atau apoptosis. - Pelepasan endometrium. Kadar progesteron yang menurun memicu sekresi enzim MMPs, yang kemudian ekspresi MMPs meningkat di sel desidua pada akhir fase sekresi. Hal ini mengakibatkan membran sel hancur, dan matriks ekstraseluler rusak, sehingga jaringan endometrium hancur dan terlepas hingga terjadilah haid. Paska haid, ekspresi MMPs kembali menurun, karena tertekan oleh kadar estrogen yang kembali meningkat. Hal yang menyebabkan perdarahan pada siklus haid berhenti adalah kolaps jaringan; vasokonstriksi arteri radialis dan spiralis pada stratum basalis; stasis vaskuler yang merupakan hasil keseimbangan antara proses pembekuan (oleh 9



Tissue Factor yang dihasilkan oleh stroma dan PAI 1) dan fibrinolisis (oleh Plasminogen yang berubah menjadi plasmin); estrogen pada siklus setelahnya yang mulai meningkat memicu penyembuhan endometrium.



C. Definisi Gangguan Menstruasi Gangguan menstruasi adalah kondisi ketika siklus menstruasi mengalami anomali atau kelainan.Gangguan menstruasi ini dapat dialami tiap perempuan bahkan mereka yang sudah mengalami menopause.Gangguan tersebutdapat terjadi mulai dari tingkat yang ringan sampai berat, dan akan berdampakpada aktivitas sehari-hari, sehingga dapat mengganggu produktifitas remajaseperti sekolah. Gangguan menstruasi yang terjadi yaitu pada perubahan siklus haid, perubahan jumlah darah haid, dan gangguan pada siklus dan jumlah darah haid. Gangguan menstruasi yang berkelanjutan dapat menimbulkan terjadinya gangguan sistem reproduksi yang dapat dihubungkan dengan peningkatan risiko berbagai penyakit seperti kanker rahim, kanker payudara, dan infertilitas. Penyebab gangguan menstruasi dapat karena kelainan biologik dan psikologik. Kelainan biologik karena adanya disfungsional system reproduksi. Sedangkan kelainan psikologik seperti keadaan-keadaan stress dan gangguan emosi. Menurut Wikajosastro (2008), salahsatu gangguan menstruasi adalah adanya pendarahan diluar siklus menstruasi yang disebut metrorrhagia. Keluarnya darah terus menerus diluar batas normal akanmenyebabkan anemia dan memperburuk kelainan yang menimbulkan gejala tersebut. D. Jenis Gangguan Menstruasi Gangguan



menstruasi



umum



yang



memiliki



efek



negatif



pada



kualitas



kehidupanwanita dan keluarga meliputi : 1. Amenorea Hipogonadotropi Amenorea hipogonadotropi paling banyak menyebabkan supresi hipotalamus, akibatpengaruh stres (di rumah, sekolah atau tempat kerja) atau rasio lemak dalam tubuh kritisterhadap tubuh tanpa lemak (berat badan di bawah normal, penurunan berat yang cepat,gangguan makan, seperti: anoreksia nervosa atau bulimia, latihan fisik yang melelahkan).Keteraturan menstruasi dapat dicapai dengan mempertahan berat dan lemak tubuh di ataskadar kritis. Kadar endorfin perifer meningkat karena latihan fisik berat dan diduga memberiefek supresif pada hipotalamus. 10



a. Manifestasi klinis dari amenorea itu bervariasi, tergantung dari penyebabnya, antara lain: - Jika penyebabnya adalah kegagalan mengalami pubertas, maka tidak akan ditemukan tanda – tanda pubertas seperti pembesaran payudara, pertumbuhan rambut kemaluan dan rambut ketiak serta perubahan bentuk tubuh. - Jika penyebanya adalah kehamilan, akan ditemukan morning sickness dan pembesaran perut. - Jika penyebabnya adalah kadar hoemon tiroid yang tinggi maka gejalanya adalah denyut jantung yang cepat, kecemasan, kulit yang hangat dan lembab. Gejala lainnya yang mungkin ditemukan pada amenore yaitu: - Sakit kepala. - Galaktore (pembentukan air susu pada wanita yang tidak hamil dan tidak sedang menyusui). - Gangguan penglihatan (pada tumor hipofisa). - Penurunan atau penambahan berat badan yang berarti. - Vagina yang kering. - Hirsutisme (pertumbuhan rambut yang berlebihan, yang mengikuti pola pria), perubahan suara dan perubahan ukuran payudara. b. Terapi Pengobatan untuk kasus amenore tergantung kepada penyebabnya. Jika penyebanya adalah penurunan berat badan yang drastis atau obesitas, penderita dianjurkan untuk menjalani diet yang tepat. Jika penyebabnya adalah olah raga yang berlebihan, penderita dianjurkan untuk menguranginya.Jika seorang anak perempuan yang belum pernah mengalami menstruasi ( amenore primer ) dan selama hasil pemeriksaan normal, maka dilakukan pemeriksaan setiap 3 – 6 bulan untuk memantau perkembangan pubertasnya. 2. Dismenore Dismenore atau menstruasi yang menimbulkan nyeri merupakan salah satu masalah ginekologi yang paling umum dialami wanita dari berbagai tingkat usia. Klasifikasi dismenore, yaitu: a. Dismenore Primer Dismenore primer terjadi jika tidak ada penyakit organik, biasanya dari bulan keenamsampai tahun kedua setelah menarke. Dismenore ini seringkali hilang pada usis 25 tahunatau setelah wanita hamil dan melahirkan per vagina. Faktor 11



psikogenik dapatmempengaruhi gejala, tetapi gejala pasti berhubungan dengan ovulas dan tidak terjadi saatovulasi disupresi. Selama fase luteal dan aliran menstruasi berikutnya, prostaglandin F2 α (PGF2α) disekresi. Pelepasan PGF2 α yang berlebihan dapat meningkatkan amplitudo danfrekuensi kontraksi uterus, sehingga mengakibatkan iskemia dan kram abdomen bawah yangbersifat siklik. Respon



sistematik



terhadap



PGF2



α



,



meliputi



nyeri



punggung,



kelemahan,pengeluaran keringat, gejala saluran cerna (anoreksia, mual, muntah dan diare) dan gejalasistem saraf pusat (pusing, sinkop, nyeri kepala dan konsentrasi buruk). Penyebab pelepasanprostaglandin yang berlebihan tidak diketahui. Untuk meredakan dismenore primer, dengan mandi air panas, masase, distraksi,latihan fisik dan tidur yang cukup. Panas dapat meredakan iskemia dengan menurunkankontraksi dan meningkatkan sirkulasi. Orgasme dapat meredakan nyeri dengan mengurangiketegangan dan meningkatkan aliran mentruasi dan meredakan vasokongesti pelvis. Dietdengan mengurangi garam dan peningkatan penggunaan diuretik alami seperti asparagusdapat mengurangi edema dan rasa tidak nyaman yang timbul. Manifestasi klinis yang dapat terjadi pada disminore primer, antara lain: -



Usia lebih muda.



-



Timbul setelah terjadinya siklus haid yang teratur.



-



Sering pada nulipara.



-



Nyeri sering terasa sebagai kejang uterus dan spastik.



-



Nyeri timbul mendahului haid.



-



Nyeri meningkat pada hari pertama dan kedua saat haid.



-



Tidak dijumpai keadaan patologi pelvik.



-



Hanya terjadi pada siklus haid yang ovulatorik.



-



Sering memberikan respons terhadap pengobatan medikamentosa.



-



Pemeriksaan pelvik normal.



-



Sering disertai nausea, muntah, diare, kelelahan, dan nyeri kepala



b. Dismenore Sekunder Dismenore Sekunder dikaitkan dengan penyakit pelvis organik seperti endometriosis,penyakit radang pelvis, stenosis cerviks, neoplasma ovarium atau uterus dan polip uterusserta IUD juga dapat merupakan penyebab dismenore ini. Manifestasi klinis yang dapat terjadi pada disminore sekunder, antara lain: 12



-



Usia lebih tua.



-



Cenderung timbul setelah 2 tahun siklus haid teratur.



-



Tidak berhubungan dengan paritas.



-



Nyeri sering terasa terus-menerus dan tumpul.



-



Nyeri dimulai saat haid dan meningkat bersamaan dengan keluarnya darah.



-



Berhubungan dengan kelainan pelvik.



-



Tidak berhubungan dengan adanya ovulasi.



-



Seringkali memerlikan tindakan operatif.



-



Terdapat kelainan pelvik.



Etiologi Dismenorea a. Faktor Psikis Ada wanita yang secara emosional tidak stabil, dysmenorrhea primer mudah terjadi. Kondisi tubuh erat kaitannya dengan faktor psikis, faktor ini dapat menurunkan ketahanan terhadap rasa nyeri. Seringkali segera setelah perkawinan dysmenorrhea hilang, dan jarang sekali dysmenorrhea menetap setelah melahirkan. Mungkin kedua keadaan tersebut (perkawinan dan melahirkan) membawa perubahan fisiologis pada genitalia maupun perubahan psikis. Disamping itu, psikoterapi terkadang mampu menghilangkan dysmenorrhea primer. b. Vasopresin Kadar vasopresin pada wanita dengan dysmenorrhea primer sangat tinggi dibandingkan dengan wanita tanpa dysmenorrhea. Pemberian vasopresin pada saat menstruasi menyebabkan meningkatnya kontraksi uterus, menurunnya aliran darah pada uterus, dan menimbulkan nyeri. Namun, peranan pasti vasopresin dalam mekanisme terjadinya dysmenorrhea masih belum jelas. c. Prostaglandin Prostaglandin memegang peranan penting dalam terjadinya dysmenorrhea. Prostaglandin yang berperan di sini yaitu prostaglandin E2 (PGE2) dan F2α (PGF2α). Pelepasan prostaglandin di induksi oleh adanya lisis endometrium dan rusaknya membran sel akibat pelepasan lisosim. Prostaglandin menyebabkan peningkatan aktivitas uterus dan serabutserabut saraf terminal rangsang nyeri. 15 Kombinasi antara peningkatan kadar prostaglandin dan peningkatan kepekaan miometrium menimbulkan tekanan intrauterus hingga 400 mmHg dan menyebabkan kontraksi miometrium yang hebat. Selanjutnya, kontraksi 13



miometrium yang disebabkan oleh prostaglandin akan mengurangi aliran darah, sehingga terjadi iskemia sel-sel miometrium yang mengakibatkan timbulnya nyeri spasmodik. Jika prostaglandin dilepaskan dalam jumlah berlebihan ke dalam peredaran darah, maka selain dysmenorrhea timbul pula diare, mual, dan muntah. d. Faktor Hormonal Umumnya kejang atau kram yang terjadi pada dysmenorrhea primer dianggap terjadi akibat kontraksi uterus yang berlebihan. Tetapi teori ini tidak menerangkan mengapa dysmenorrhea tidak terjadi pada perdarahan disfungsi anovulatoar, yang biasanya disertai tingginya kadar estrogen tanpa adanya progesteron. Kadar progesteron yang rendah menyebabkan terbentuknya PGF2α dalam jumlah banyak. Kadar progesteron yang rendah akibat regresi korpus luteum menyebabkan terganggunya stabilitas membran lisosom dan juga meningkatkan pelepasan enzim fosfolipase-A2 yang berperan sebagai katalisator dalam sintesis prostaglandin melalui perubahan fosfolipid menjadi asam archidonat. Peningkatan prostaglandin pada endometrium yang mengikuti turunnya kadar progesteron pada fase luteal akhir menyebabkan peningkatan tonus miometrium dan kontraksi. Patofisiologi desminore a. Dismenorea Primer Bila tidak terjadi kehamilan, maka korpus luteum akan mengalami regresi dan hal ini akan mengakibatkan penurunan kadar progresteron. Penurunan ini akan menyebabkan labilisasi membrane lisosom, sehingga mudah pecah dan melepaskan enzim fosfolipase A2. Fosfolipase A2 ini akan menghidrolisis senyawa fosfolipid yang ada di membrane sel endometrium dan menghasilkan asam arakhidonat. Adanya asam arakhidonat bersama dengan kerusakan endometrium akan merangsang kaskade asam arakhidonat yang akan menghasilkan prostaglandin, antara lain PGE2 dan PGF2 alfa. Wanita dengan disminorea primer didapatkan adanya peningkatan kadar PGE dan PGF2 alfa di dalam darahnya, yang akan merangsang miometrium dengan akibat terjadinya pningkatan kontraksi dan disritmi uterus. Akibatnya akan terjadi penurunan aliran darah ke uterus dan ini akan mengakibatkan iskemia. Prostaglandin sendiri dan endoperoksid juga menyebabkan sensitisasi dan selanjutnya



14



menurunkan ambang rasa sakit pada ujung-ujung syaraf aferen nervus pelvicus terhadap rangsang fisik dan kimia. b. Dismenorea Sekunder Adanya kelainan pelvis, misalnya : endometriosis, mioma uteri, stenosis serviks, malposisi uterus atau adanya IUD akan menyebabkan kram pada uterus sehingga timbul rasa nyeri. Pemeriksaan Penunjang Dismenorea 1. Ultrasonography Ultrasonography dilakukan untuk mengetahui adanya kelainan dalam anatomi rahim, misalnya: posisi, ukuran dan luas ruangan rahim 2. Histerosalphingographi Histerosalphingographi dilakukan untuk mencari tahu adanya kelainan dalam rongga rahim, seperti polypendometrium, myoma submukosa atau adenomyosis. 3. Hesteroscopy Hesteroscopy dilakukan untuk membuat gambar dalam rongga rahim, seperti polyp atau tumor lain. 4. Laparoscopy Laparoscopy dilakukan untuk melihat kemungkinan adanya endometriosis dan penyakit-penyakit lain dalam rongga panggul. Penatalaksanaan Dismenorea Terapi yang dapat diberikan pada klien yang mengalami gangguan menstruasi dismenore yaitu: a. Penerangan dan Nasihat Perlu dijelaskan kepada penderita bahwa disminore adalah gangguan yang tidak berbahaya untuk kesehatan. Hendaknya diadakan penjelasan dan diskusi mengenai cara hidup, pekerjaan, kegiatan, lingkungan penderita. Nasihat-nasihat



15



mengenai makanan sehat, istirahat yang cukup, dan olahraga mungkin berguna. Kadang-kadang diperlukan psikoterapi. b. Pemberian Obat Analgesik Dewasa ini telah banyak beredar obat-obat analgesik yang dapat diberikan sebagai terapi simptomatik. Jika rasa nyerinya berat, diperlukan istirahat di tempat tidur dan kompres panas pada perut bawah untuk mengurangi penderitaan.Obat analgesik yang sering diberikan adalah preparat kombinasi aspirin, fenasetin, dan kafein. Obat-obat paten beredar di pasaran ialah antara novalgin, ponstan, acet-aminophen dan sebagainya. c. Terapi Hormonal Tujuan terapi hormonal ialah menekan ovulasi. Tindakan ini bersifat sementara dengan maksud untuk membuktikan bahwa gangguan benar-benar disminore primer, atau untuk memungkinkan penderita melaksanakan pekerjaan penting pada waktu haid tanpa gangguan. Tujuan ini dapat dicapai dengan pemberian salah satu jenis pil kombinasi kontrasepsi. d. Terapi dengan Obat Nonstreoid Antiprostaglandin Memegang peranan yang makin penting terhadap disminore primer. Termasuk disini indometasin, ibuprofen, dan naproksen dalam kurang lebih 70% penderita dapat disembuhkan atau mengalami banyak perbaikan. Hendaknya pengobatan diberikan sebelum haid mulai 1 sampai 3 hari sebelum haid dan pada hari pertama haid. Komplikasi Dismenorea Komplikasi yang biasa muncul akibat gangguan haid adalah infertilitas dan stress emosional pada penderita sehingga dapat meperburuk terjadinya kelainan haid lebih lanjut. Terutama pada amenorrhea komplikasi yang biasa terjadi ialah munculnya gejala-gejala lain akibat insufisiensi hormon seperti osteoporosis. Sedangkan pada dismenorhea komplikasi yang dapat terjadi adalah syok dan hilangnya kesadaran. 3. Sindrom Pramenstruasi Sindrom pramenstruasi (pramenstrual syndrome = PMS) dimulai dari fase luteal yaknipada sekitar hari ke 7 dan ke 10 sebelum menstruasi dan berakhir dengan awal menstruasi.Wanita dapat merasakan peningkatan kreativitas dan energi fisik serta mental. Gejala negatifberhubungan dengan edema (abdomen kembung, pelvis penuh, 16



edema pada ektremitasbawah, nyeri tekan pada payudara dan peningkatan berat badan) atau ketidakstabilan emosi(depresi, tiba–tiba menangis, iritabilitas, sering panik dan tidak mampu konsentrasi). Nyerikepala, keletihan dan nyeri punggung merupakan keluhan umum. Pemahaman PMS yangkurang dapat menimbulkan harga diri rendah dan stres. Secara teori penyebab PMS karenadefisiensi progesteron, kelebihan prolaktin dan prostaglandin dan defisiensi diet sertamasalah psikologis. 4. Endometriosis Endometriosis



dicerminkan



oleh



keberadaan



dan



pertumbuhan



jaringan



endometriumdi luar uterus. Jaringan tersebut mungkin tertanam di ovarium, kavum douglasi, ligamen uterosakrum, septum rektovaginal, sigmoid kolon, ligamentum rotundum, peritoneum pelvisatau kandung kemih.Jaringan endometriosis ektopik berespons terhadap stimulasi hormonal dengan carayang sama dengan respons endometriosis uterus. Selama fase proliferatif dan fase sekresi siklus, endometrium tumbuh. Selama atau segera setelah menstruasi jaringan mengeluarkandarah, menimbulkan respons peradangan disertai fibrosis dan adesi ke organ–organ yangterdekat. Jaringan parut dan distorsi atau blok organ–organ di sekitarnya dapat terjadi. Penyebab endometriosis, menurut teori jaringan endometrium diregurgitasi dari uterus selama menstruasi ke tuba falopii dan ke dalam rongga peritoneum, dimana jaringantersebut tertanam di ovarium dan organ lain. Gejala bervariasi di antara wanita dan berubahseiring perjalanan waktu. Gejala utamanya adalah mengeluh nyeri defekasi pada sekitarsiklus menstruasi, pelvis terasa berat dan nyeri menyebar ke paha. Gejala yang tidak terlaluumum seperti nyeri akibat latihan fisik atau selama hubungan seksual akibat adesi danperdarahan abnormal, yaitu hipermenorea, menoragia, atau srtaining pramenstruasikemungkinan adesi ovarium yang merusak produksi normal hormon ovarium. Kerusakan infertilitas dapat terjadi akibat adesi di sekitar uterus, yang menarik uterus ke dalam posisi tetap dan retraversi. Adesi di sekitar tuba falopii dapat mencegah gerakanspontan yang membawa ovum ke uterus atau memblok ujung– ujung fimbriae.Terapi didasarkan pada tingkat keparahan gejala atau tujuan wanita atau pasangan.Wanita yang tidak merasa nyeri dan tidak bersedia hamil tidak membutuhkan terapi. Wanitayang mengalami nyeri ringan dan menginginkan kehamilan di masa depan membutuhkananalgesik. Wanita yang mengalami nyeri



17



berat dan dapat menunda kehamilan dapatditangani dengan memberi kontrasepsi oral dengan rasio estrogen terhadap progestinrendah. Endometriosis mungkin tidak dapat diobati dengan terapi hormonal dan nyeri dapat kembali dalam tiga sampai 9 bulan saat terapi dihentikan. Kehamilan dapat menjadi terapiyang baik untuk mengatasi endometriosis. Baik kehamilan maupun laktasi mendepresimenstruasi dan menyebabkan jaringan endometrium ektopik lepas. Nyeri dapat mereda selama bertahun–tahun setelah wanita hamil. 5. Premenstrual Tension (Ketegangan Prahaid) Keteganagan prahaid adalah keluhan-keluhan yang biasanya mulai satu minggu sampai beberapa hari sebelum datangnya haid dan menghilang sesudah haid datang walaupun kadang-kadang berlangsung terus sampai haid berhenti.Penyebab ketegangan



prahaid



tidak



jelas,



tetapi



mungkin



faktor



penting



ialah



ketidakseimbangan esterogen dan progesteron dengan akibat retensi cairan dan natrium, penambahan berat badan, dan kadang-kadang edema. Dalam hubungan dengan kelainan hormonal, pada tegangan prahaid terdapat defisiensi luteal dan pengurangan produksi progesteron.Faktor kejiwaan, masalah dalam keluarga, masalah sosial, dll.juga memegang peranan penting. Yang lebih mudah menderita tegangan prahaid adalah wanita yang lebih peka terhadap perubahan hormonal dalam siklus haid dan terhadap faktor-faktor psikologis.Meningkatnya kadar esterogen dan menurunnya kadar progesteron di dalam darah, yang akan menyebabkan gejala deprese dan khususnya gangguan mental. Kadar esterogen akan mengganggu proses kimia tubuh ternasuk vitamin B6 (piridoksin) yang dikenal sebagai vitaminanti depresi karena berfungsi mengontrol produksi serotonin. Serotonin penting sekali bagi otak dan syaraf, dan kurangnya persediaan zat ini dalam jumlah yang cukup dapat mengakibatkan depresi.Hormon lain yang dikatakan sebagai penyebab gejala premenstruasi adalah prolaktin. Prolaktin dihasilkan sebagai oleh kelenjar hipofisis dan dapat mempengaruhi jumlah esterogen dan progesteron yang dihasilkan pada setiap siklus. Jumlah prolaktin yang terlalu banyak dapat mengganggu keseimbangan mekanisme tubuh yang mengontrol produksi kedua hormon tersebut. Wanita yang mengalami sindroma pre-menstruasi tersebut kadar prolaktin dapat tinggi atau normal. Gangguan metabolisme prostaglandin akibat kurangnya gamma linolenic acid (GLA). Fungsi prostaglandin adalah untuk mengatur sistem reproduksi (mengatur efek



hormon



esterogen,



progesterone),



sistem



saraf,



dan



sebagai



anti



peradangan.Keluhan terdiri dari gangguan emosional berupa iritabilitas, gelisah, 18



insomnia, nyeri kepala, perut kembung, mual, pembesaran dan rasa nyeri pada mammae, dan sebagainya. Sedang pada kasus yang berat terdapat depresi, rasa ketakutan, gangguan konsentrasi, dan peningkatan gejala-gejala fisik tersebut diatas. Terapi yang diberikan berupa : - Progesteron sintetik dosis kecil dapat diberikan selama 8 jam sampai 10 hari sebelum haid. - Metiltestosteron 5mg sebagai tablet isap, jangan lebih dari 7 hari. -



Pemberian diuretik selama 5 hari dapat bermanfaat.



- Pemakaian garam dibatasi dan minum sehari-hari dikurang selama 7-10 hari sebelum haid. - Psikoterapi suportif. 6. Hipermenore (Menorraghia) Hipermenore adalah perdarahan berkepanjangan atau berlebihan pada waktu menstruasi teratur. Bisa disebut juga dengan perdarahan haid yang jumlahnya banyak hingga 6-7 hari, ganti pembalut 5-6 kali/hari tetapi masih memiliki siklus-siklus yang teratur. Pada hipermenore perdarahan menstruasi berat berlangsung sekitar 8-10 hari dengan kehilangan darah lebih dari 80ml. a. Manifestasi klinis hipermenore, antara lain: - Sakit kepala. - Kelemahan. - Kelelahan. - Kesemutan pada kaki dan tangan. - Meriang. - Penurunan konsentrasi. - Anemia. b. Ada beberapa terapi yang dapat diberikan pada klien yang mengalami gangguan menstruasi hipermenore yaitu: - Suplemen zat besi (jika kondisi menorrhagia disertai anemia, kelainan darah yang disebabkan oleh defisiensi sel darah merah atu hemoglobin). - Prostaglandin inhibitor seperti medications (NSAID), seperti aspirin atau ibuprofen. - Kontrasepsi oral (ovulation inhibitor). - Progesteron (terapi hormon). - Hysteroctomy (operasi untuk menghilangkan uterus). 19



7. Metroragia Metroragia adalah perdarahan dari vagina yang tidakberhubungan dengan siklus menstruasi. Perdarahan ovulatoriterjadi pada pertengahan siklus sebagai suatu spotting



dan



dapatlebih



tubuh.Penyebabnya



adalah



diyakinkan kelainan



dengan



organic



pengukuran



(polip



suhu



basal



endometrium,karsinoma



endometrium, karsinoma serviks), kelainan fungsionaldan penggunaan estrogen eksogen (Irianto, 2015). Menstruasi merupakan proses peluruhan dinding rahim yang ditandai dengan keluarnya darah dari vagina. Normalnya, menstruasi akan terjadi setiap 21-35 hari sekali, lamanya 2-7 hari per siklus, dengan banyaknya darah yang keluar 30-40 ml (sekitar 6-8 sendok teh) per siklus. Namun, pada keadaan menorrhagia, durasi menstruasi akan memanjang dan banyaknya darah yang keluar akan lebih dari normal. a. Tanda dan Gejala - Darah yang keluar memenuhi 1 atau 2 pembalut setiap jamnya, selama beberapa jam berturut-turut. - Perlu mengganti pembalut saat sedang tidur di malam hari. - Durasi keluarnya darah lebih dari 7 hari. - Darah yang keluar disertai gumpalan-gumpalan darah berukuran sebesar koin atau lebih. - Darah yang keluar terlalu banyak hingga mengganggu aktivitas sehari-hari. - Menorrhagia juga dapat disertai dengan timbulnya rasa nyeri di perut bagian bawah selama haid. b. Penyebab - Ketidakseimbangan hormon, misalnya akibat sindrom ovarium polikistik, obesitas, hipotiroidisme, dan resistensi insulin. - Gangguan atau pertumbuhan jaringan pada rahim, seperti radang panggul, miom (fibroid rahim), endometriosis, adenomyosis, polip rahim. - Gangguan pada ovarium, sehingga menyebabkan proses ovulasi tidak terjadi sebagaimana mestinya. - Kelainan genetik, terutama yang mempengaruhi proses pembekuan darah, misalnya penyakit von Willebrand. - Efek samping obat, seperti obat antiradang, obat hormon, antikoagulan, obat yang digunakan pada kemoterapi, serta suplemen herbal yang mengandung gingseng, ginkgo biloba, dan kedelai. 20



- Alat kontrasepsi, seperti pil KB dan IUD (KB spiral). - Kanker, seperti kanker rahim atau serviks.



8. Polimenorea atau Epimenoragia Polimenorea adalah panjang siklus menstruasi yang memendek dari panjang siklus menstruasi normal, yaitu kurang dari 21 hari persiklusnya. Sementara volume perdarahannya kurang lebih sama atau lebih banyak dari volume perdarahan menstruasi biasanya. Wanita dengan kondisi polimenorea mengalami menstruasi dua kali atau lebih dalam sebulan. a. Gejala - Siklus haid yang pendek (kurang dari 21 hari). - Frekuensi menstruasi yang meningkat (lebih dari 1-2 kali dalam sebulan). - Durasi menstruasi yang panjang. - Dapat juga disertai dengan peningkatan volume darah menstruasi. - Pasien dengan kondisi polimenorea dapat mengalami kondisi anemia. b. Penyebab Polimenorea dapat terjadi akibat adanya ketidakseimbangan sistem hormonal pada aksis hipotalamus-hipofisis-ovarium. Ketidak seimbangan hormon tersebut dapat mengakibatkan gangguan pada proses ovulasi (pelepasan sel telur) atau memendeknya waktu yang dibutuhkan untuk berlangsungnya suatu siklus menstruasi normal sehingga didapatkan menstruasi yang lebih sering. Gangguan keseimbangan hormon dapat terjadi pada : -



Pada 3-5 tahun pertama setelah haid pertama.



-



Beberapa tahun menjelang menopause.



-



Gangguan indung telur.



-



Stress dan depresi.



-



Pasien dengan gangguan makan (seperti anorexia nervosa, bulimia).



-



Penurunan berat badan berlebihan.



-



Obesitas.



-



Olahraga berlebihan, misal atlit.



-



Penggunaan obat-obatan tertentu, seperti antikoagulan, aspirin, dan NSAID.



9. Oligomenorea



21



Oligomenorea yaitu panjang siklus menstruasi yang memanjang dari panjang siklus normalnya lebih dari 35-90 hari, volume perdarahan umumnya lebih sedikit dari volume perdarahan biasanya. a. Tanda dan Gejala Gejala oligomenore di antaranya adalah: - Jarak antara haid lebih dari 35 hari . - Mengalami haid kurang dari 9 kali dalam setahun. - Siklus menstruasi yang tidak teratur. - Perdarahan yang lebih sedikit pada saat haid daripada biasanya. b. Penyebab Oligomenorea memiliki berbagai faktor penyebab, diantaranya adalah: - Paling sering, kondisi ini merupakan efek samping dari penggunaan hormon kontrasepsi. Beberapa wanita mengalami periode yang lebih ringan selama tiga hingga enam bulan setelah mereka mulai menggunakan kontrasepsi. - Gangguan makan, seperti anoreksia nervosa dan bulimia, juga dapat menyebabkan kondisi ini. - Oligomenore biasa terjadi pada remaja perempuan dan wanita perimenopause karena kadar hormon yang berfluktuasi. - Oligomenore juga dapat terjadi pada wanita yang menderita diabetes atau masalah tiroid. - Wanita dengan kadar protein tinggi yang disebut prolaktin dalam darah. Obatobatan, seperti antipsikotik dan anti-epilepsi, dapat mengurangi menstruasi. E. Asuhan Keperawatan Gangguan Menstruasi (Dismenorea) Proses Keperawatan 1. Identitas Identitas nama pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, pendidikan, alamat 2. Keluhan Utama : Keluhan umum yang sering muncul pada pasien dismenore, pasien mengeluh nyeri dibagian abdomen dan daerah sekitar abdomen 3. Riwayat Penyakit Sekarang : Biasanya pasien mengeluhkan merasakan nyeri pada abdomen ketika haid dan sampai menjalar pada pinggang bawah, mengalami sakit



22



kepala/pusing kepala, badan lemas/rasa letih, mual, muntah, sakit daerah bawah pinggang 4. Riwayat Penyakit Dahulu : Tanyakan atau perlu dikaji apakah pasien mempunyai riwayat penyakit dahulu yang berhubungan dengan dismenore, dan kaji riwayat nyeri yang serupa timbul pada saat setiap siklus haid. Disminore primer biasanya mulai saat setelah menarche. Riwayat gejala neurologis seperti kelelahan yang berlebihan ketika siklus haid 5. Riwayat Penyakit Keluarga : Tanyakan atau perlu dikaji apakah ada keluarga yang memiliki gejala penyakit gangguan mestruasi sama seperti pasien, atau adakah penyakit keturunan dari keluarga 6. Riwayat Menstruasi Menarche : Umur 12 tahun Siklus : Teratur 28 hari Banyaknya : Normal Lamanya : 7 hari Keluhan : Disminore 7. Pola Kebiasaan a. Nutrisi : Status nutrisi pasien b. Tidur / Istirahat : Kecukupan pola istirahat pasien c. Aktivitas : Aktivitas atau latihan pasien d. Konsep Diri : Keadaan psikososial pasien terhadap disminore yang dialaminya, seperti pengetahuan klien mengenai penyakitnya 8. Pemeriksaan Fisik Dilakukan secara Head to Toe a. Kepala : Bentuk normal, tidak ada pembengkakan dan tidak adam keluhan b. Mata : Kulit kelopak mata normal, gerakan mata deviasi normal dan mistagmus, konjungtiva normal, sklera normal, reflek cahaya normal c. Hidung : Tidak ada reaksi alergi, tidak ada nyeri tekan sinus d. Mulut dan Tenggorokan : Gigi geligi normal, tidak ada kesulitan menelan e. Dada dan Aksila Mammae : Membesar ( ) ya (√) tidak Areolla mammae : Normal Papila mammae : Normal



23



f. Pernapasan : Jalan nafas normal, Suara nafas normal, tidak menggunakan otototot bantu pernafasan g. Sirkulasi Jantung Kecepatan denyut apikal : Takikardi Irama : Normal teratur Kelainan bunyi jantung : Tidak ada h. Abdomen Mengecil : Linea dan Striae : Luka bekas Operasi : Kontraksi : Lainnya : Nyeri pada abdomen bawah i. Genitourinari : Perineum : Normal Vesika Urinaria : Oliguri j. Ekstermitas (Integumen/Muskuloskletal): Turgor kulit normal, warna kulit normal, kontraktur pada persendian ekstremitas tidak ada, kesulitan dalam pergerakan tidak ada kesulitan k. Pemeriksaan Abdomen : Abdomen lunak tanpa adanya rangsangan peritoneum atau suatu keadaan patologik yang terlokalisir. Bising usus normal l. Pemerkisaan Pelvis : Pada kasus disminore primer, pemeriksaan pelvis adalah normal Analisa Data No 1.



Data DS :Klien mengeluh pucat DO:Klien



terlihat



nampak



gelisah



Etiologi Menstruasi



Diagnosa Ansietas



↓ Nyeri haid ↓ Kurang pengetahuan ↓



2.



DS : Klien mengeluh nyeri pada abdomen bawah hingga 24



Ansietas Menstruasi ↓



Nyeri Akut



menjalar ke bawah pinggang dan punggung



Korpus luteum regresi ↓



DO :



Penurunan kadar progestron



1. Klien



mengeluarkan







keringat banyak, dan



Labilisasi membram



sikap tubuh menekuk



lisosom (mudah pecah)



memegang



bagian



tubuh yang sakit.



Enzim fosfolipase A2



2. Wajah tampak menahan nyeri 3. TD



↓ meningkat ↓



menjadi



90/60



rendah



Menstruasi



Korpus luteum regresi Penurunan



Hidrolisis senyawa fosfolipid ↓



kadar Terbentuk asam arakhidonat



progestron



Labilisasi



membram



lisosom



(mudah pecah) Enzim



↓ Prostaglandin meningkat ↓



fosfolipase



A2



meningkat



Hidrolisis







senyawa



fosfolipid



Meningkatkan kontraksi



Terbentuk



asam



arakhidonat :



karena



kontraksi



Menurunkan aliran darah ke adanya distritmik



lapisan miometrium saat



aktivitas, nyeri seperti ditusuk-tusuk R : Nyeri terjadi pada daerah sekitar abdomen bawah hingga menjalar ke



daerah



uterus ↓ Iskemia



Q : Nyeri dirasakan meningkat



dan distrimi uterus ↓



4. Nyeri Akut P



Myometrium terangsang



bawah 25



↓ Nyeri



pinggang dan punggung S : Skala nyeri 4 – 6. Nyeri



sampai



menangis, merintih dan menekan-nekan bagian yang nyeri T



:



Nyeri



sebelumnya



timbul atau



bersama-sama



ketika



haid, nyeri sering dan terus menerus 3.



DS : 1.



Klien



mengeluh



pusing, lemas 2.



Menstruasi



Intolerensi







Aktivitas



Anemia



Klien



mengatakan



tidak



mampu



melakukan aktivitas DO : Klien terlihat lemas, pucat



↓ Nyeri haid ↓ Kelemahan ↓ Intolerensi Aktivitas



Diagnosa Keperawatan 1. Ansietas (00146) berhubungan dengan kurang pengetahuan penyebab nyeri abdomen ketika haid 2. Nyeri akut (00132) berhubungan dengan agens cedera biologis yang ditandai dengan iskemia dengan meningkatnya kontraksi uterus 3. Intoleransi aktivitas (00092) berhubungan dengan imobilitas akibat nyeri abdomen ketika haid Intervensi Keperawatan



26



No . 1.



Dx. Kep



NOC



NIC



Ansietas



(00146) Setelah



dilakukan



berhubungan



dengan asuhan



keperawatan



kurang



pengetahuan 1x24



penyebab



jam,



klien



tindakan Pengurangan selama (5820)



dapat 1. Gunakan pendekatan yang



nyeri menunjukkan tingkat kecemasan



abdomen ketika haid



Kecemasan



dengan kriteria hasil :



tenang dan meyakinkan 2. Berada disisi klien untuk



Domain 9 : Koping / Tingkat Kecemasan (1211)



meningkatkan rasa aman dan



Toleransi Stres



mengurangi ketakutan



Class



2



:



1. Respons



(121105)



Klien



menunjukkan



Koping



dapat



perasaan 3. Lakukan



gelisah(4) 2.



(121106)



usapan



punggung dengan cara yang Klien



dengan



tepat



tidak merasakan otot tegang 4. Dukung (4) 3.



penggunaan



mekanisme



(121112)



pada



Klien



dapat



koping



yang



sesuai



mengatasi dalam kesulitan 5. Identifikasi pada saat terjadi berkonsentrasi(4) 4.



2.



Nyeri



akut



(121117)



Klien



dapat 6. Instruksikan



klien



menunjukkan rasa cemas



menggunakan



yang disampaikan secara



relaksasi



lisan (4) (00132) Setelah dilakukan



berhubungan



perubahan tingkat kecemasan



dengan asuhan



keperawatan



untuk teknik



tindakan Manajemen Nyeri (1400) selama 1. Lakukan



pengkajian



nyeri



agens cedera biologis 1x24 jam, rasa nyeri klien dapat



komprehensif yang meliputi



yang ditandai dengan berkurang dan teratasi dengan



lokasi,



iskemia



onset/durasi,



dengan kriteria hasil :



meningkatnya kontraksi Tingkat Nyeri (2102) uterus Domain



1. 12



:



melaporkan



Kenyamanan Class 1 : Kenyamanan



(210201)



Klien dari



kualitas, dapat



Fisik



(210206)



3.



intensitas



atau



beratnya nyeri terpeutik untuk mengetahui



Klien



mengekspresikan wajah (4)



frekuensi,



tingkat 2. Gunakan strategi komunikasi



nyeri (4) 2.



karakteristik,



dapat



pengalaman



nyeri



sampaikan



nyeri



dan



penerimaan



pasien terhadap nyeri



(210209) Ketegangan otot 3. Gali bersama pasien faktor27



(4) 4.



faktor



(210210) frekuensi



Klien nafas



dengan (RR)



normal (4) 5.



6. 7.



(210211)



yang



dapat



menurunkan



atau



memperberat nyeri 4. Berikan informasi mengenai



dengan



nyeri, seperti penyebab nyeri



detak jantung (HR) normal



disminore, berapa lama nyeri



(4)



akan dirasakan



(210220)



Klien



Klien



dengan 5. Kendalikan



faktor



Nadi normal (4)



lingkungan



yang



(210212) Klien dengan TD



mempengaruhi



normal (4)



pasien



dapat respons terhadap



ketidaknyamanan 6. Ajarkan



prinsip-prinsip



manajemen nyeri a.



Berikan diuresis natural (vitamin),



tidur



dan



istirahat b.



Lakukan latihan ringan



c.



Lakukan teknik relaksasi



d.



Hangatkan bagian perut



7. Dukung istirahat atau tidur yang



adekuat



untuk



membantu penurunan nyeri 8. Beri tahu dokter jika tindakan tidak



berhasil



keluhan berubah



pasien



atau saat



signifikan



pengalaman 3.



Intoleransi



aktivitas Setelah



(00092)



berhubungan asuhan



dengan



imobilitas 1x24



dilakukan keperawatan jam,



akibat nyeri abdomen beraktivitas ketika haid



klien seperti



dengan kriteria hasil : 28



jika ini dari nyeri



sebelumnya tindakan Terapi Aktivitas (4310) selama 1. Bantu dapat semula



klien



mengeksplorasi personal



dari



untuk tujuan aktivitas-



aktivitas yang bisa dilakukan



Domain 4 : Aktivitas / Daya Tahan (0001) Istirahat Class



1. 4



:



kardiovaskular Pulmonal



Respons / 2.



(000101)



Klien



2. Ciptakan lingkungan yang dapat



melakukan aktivitas rutin



tanpa



(4)



istirahat sebelum makan



(000102)



Klien



(4) (000104)



Klien



(000106)



Klien



dapat dapat



(000112)



Oksigen



darah



ketika beraktivitas (4) 6.



(000118) Klien tidak terasa kelelahan (4)



29



bantuan



sesuai



klien



untuk



kebutuhan 5. Bantu



menjaga daya tahan otot (4) 5.



dorong



bertahap 4. Berikan



berkonsentrasi (4) 4.



gangguan,



dapat 3. Tingkatkan aktivitas secara



melakukan aktivitas fisik 3.



aman untuk periode istirahat



meningkatkan motivasi diri dan penguatan



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Menstruasi adalah pengeluaran cairan darah dari uterus yang disebabkan oleh rontoknya endometrium. Menstruasi membawa perubahan fisiologis dalam tubuh wanita yang terjadi secara berkala dan dipengaruhi oleh hormon reproduksi. Dismenorea merupakan rasa sakit di bagian bawah abdomen pada saat menstruasi yang mengganggu aktivitas wanita. Terjadi peningkatan kontraksi otot rahim akibat peningkatan prostaglandin yang dapat menyebabkan nyeri. Penatalaksanaan dapat dilaksanakan dengan pemberian obat analgesik, obat nonsteroid antiprostaglandin, terapi hormonal, dan terapi dilatasi kanalis servikalis.



30



DAFTAR PUSTAKA Bulechek, Gloria M., [et al.]. (2013). Nursing Interventions Classification (NIC), Sixth Edition. United States of America: Mosby Elsevier Epri, Sugma. 2015. Pengaruh Stres Terhadap Siklus Menstruasi Pada Remaja. Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. 4(2): 94-98. Karjatin, Atin. 2016. Modul Keperawatan Maternitas. Jakarta: Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan. Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (Eds.). 2014. NANDA International Nursing Diagnoses: Definitions & Classification, 2015-2017, Tenth Edition. Oxford: Wiley Blackwell Moorhead, Sue., [et al.]. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC): measurement of health outcomes, Fifth Edition. United States of America: Mosby Elsevier Rigon F, Sanctis VD, Bernasconi S, Bianchin L, Bona G, Bozzola M, et al. Menstrual pattern and menstrual disorder among adolescents: An update of the italian data. Italian Journal of Pediatrics. 2012; 38:38. Mahitala, Anindita. 2015. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Gangguan Menstruasi Wanita Pasangan Usia Subur di Desa Temanggung Kecamatan Kaliangkrik Kabupaten Magelang. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 3(3): 74-80.



31