Askep Gerontik Sistem Gastrointestinal Pencernaan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Asuhan Keperawatan Lansia dengan Gangguan Sistem Gastrointestinal



Oleh : William Rudy Widianto



2117015



Yohanis Tende Boro



2117017



Kristina Malo



2117035



Nuraya



2117037



PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN GEMA INSAN AKADEMIK MAKASSAR 2017



BAB I PENDAHULUAN A.    Latar Belakang Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stress lingkungan. Penurunan kemampuan berbagai organ, fungsi dan sistem tubuh itu bersifat alamiah/fisiologis. Penurunan tersebut disebabkan berkurangnya jumlah dan kemampuan sel tubuh. Pada umumnya tanda proses menua mulai tampak sejak usia 45 tahun dan akan menimbulkan masalah pada usia sekitar 60 tahun. Tahap dewasa merupakan tahap tumbuh mencapai titik perkembangan yang maksimal. Setelah itu tumbuh mulai menyusut dikarenakan berkurangnya jumlah selsel yang adadidalam tubuh. Sebagai akibatnya, tubuh juga akan menglami penurunan fungsi secara perlahan-lahan. Itulah yang dikatakan proses penuaan. Penuaan atau proses terjadinya tua adalah suatu proses memghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/ mengganti dan mempertahankan fungsi normal sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi serta memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantinides, 1994). Seiring dengan proses menua tersebut, tubuh akan mengalami berbagai masalah kesehatan atau yang biasa disebut sebagai penyakit degenerative. Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah gangguan motilitas usus, hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya dapat timbul diare pula. Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat). B.     Rumusan Masalah 1.      Bagaimana definisi lansia? 2.      Penyakit apa saja yang berhubungan dengan pencernaan pada lansia?



3.      Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada lansia dengan gangguan pencernaan? C.    Tujuan Penulisan 1.      Untuk mengehui definisi lansia 2.      Untuk mengehui Penyakit apa saja yang berhubungan dengan pencernaan pada lansia 3.      Untuk mengehui konsep asuhan keperawatan pada lansia dengan gangguan pencernaan



BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.    Teori Proses Penuaan



1.     Pengertian Gerontik berasal dari kata gerontology dan geriatric. Gerontologi adalah cabang ilmu yang membahas atau menangani tentang proses penuaan dan masalah yang timbul pada orang yang berusia lanjut. Sedangkan geriatric berkaitan dengan penyakit atau kecacatan yang terjadi pada orang yang berlanjut usia. Keperawatan gerontik adalah suatu bentuk pelayanan professional yang didasarkan ilmu dan kiat/tekhnik keperawatan gerontik yang berbentuk bio-psiko-sosio-kultural dan spiritual yang komprehensif, ditujukan pada klien lanjut usia baik sehat maupun sakit pada tingkat individu, keluarga, kelompok dan komunitas/masyarakat. Menurut undang-undang no.13/th 1998 bab i pasal 1 ayat 2 seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas. Tahap dewasa merupakan tahap tumbuh mencapai titik perkembangan yang maksimal. Setelah itu tumbuh mulai menyusut dikarenakan berkurangnya jumlah selsel yang adadidalam tubuh. Sebagai akibatnya, tubuh juga akan menglami penurunan fungsi secara perlahan-lahan. Itulah yang dikatakan proses penuaan. Penuaan atau proses terjadinya tua adalah suatu proses memghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/ mengganti dan mempertahankan fungsi normal sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi serta memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantinides, 1994). Seiring dengan proses menua tersebut, tubuh akan mengalami berbagai masalah kesehatan atau yang biasa disebut sebagai penyakit degenerative. 2.      Perubahan pada system Gastrointestinal Banyak masalah GI yang dihadapi oleh lansia berkaitan gaya hidup. Mulai dari gigi sampai anus terjadi perubahan morfologik degeneratif, antara lain perubahan



atrofi pada rahang, mukosa, kelenjar dan otot-otot pencernaan. Berikut ini merupakan yang terjadi pada system GI akibat proses menua : a.       Rongga mulut. Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada rongga mulut akibat proses menua:   Hilangnya tulang periosteum dan periduntal, pengurangan dentin, dan retaksi dari struktur gusi. Implikasi dari hal ini adalah tanggalnya gigi, kesulitan dalam mempertahankan pelekatan gigi palsu yang lepas.   Hilangnya kuncup rasa. Implikasi dari hal ini adalah mukosa mulut tampak lebih merah dan berkilat. Bibir dan gusi tampak tipis karena penyusutan epithelium dan mengandung keratin.   Air liur/saliva disekresikan sebagai respon terhadap makanan yang telah dikunyah. Saliva memfalisitasi pencernaan melalui mekanisme sebagai berikut : penyediaan enzim pencernaan, pelumasan dari jaringan lunak, remineralisasi pada gigi. Pada lansia saliva telah mengalai penuruan. b.      Esophagus, Lambung, dan Usus. Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada esophagus, lambung dan usus akibat proses menua :   Diatasi esophagus, kehilangan tonus sfingterjantung, dan peurunan refleks muntah. Implikasi dari hal ini adalah peningkatan aspirasi.   Atrofi penurunan sekresi asam hidroklorik mukosa lamung sebesar 11% sampai 40 % dari populasi. Implikasi dari hal ini adalah perlambatan dalam mencerna makanan dan mempengaruhi penyerapan vitamin B12, bakteri usus halus akan bertambah secara berlebihan dan menyebabkan kurangnya penyerapan lemak.   Penurunan motilitas lambung. Implikasi dari hal ini adalah penurunan absorbsi obatobatan, zat besi, kalsium,vitamin B12, dan konstipasi sering terjadi. c.       Saluran empedu, Hati, Kandung Empedu, dan pancreas Pada hepar mengalami penurunan aliran darah sampai 35% pada usia lebih dari 80 tahun. Berikut ini merupaka perubahan yang terjadi pada saluran empedu,hati, dan pancreas akibat proses menua :



  Pengecilan ukuran hai dan pancreas. Implkasi dari hal ni adalah terjadi penurunan kapasitas dalam menimpan dan mensintesis protein dan enzim-enzim pencernaan.   Perubahan proporsi lemak empedu tanpa diikuti perubahan metabolisme asam empedu yang signifikan. Implikasi dari hal ini adalah peningkatan sekresi kolesterol. B.    Penyakit Pada Alat Pencernaan Dan Pengobatannya 1.      Sembelit (Konstipasi) Konstipasi adalah kelainan pada sistem pencernaan dengan gejala mengalami pengerasan feses yang sulit untuk dibuang yang dapat menyebabkan kesakitan pada penderitanya. Konstipasi dapat disebabkan oleh pola makan, hormon, akibat samping obat-obatan (Aluminium hidroksida (dalam antasid yang dijual bebas), Garam bismuth, Garam besi, Antikolinergik, Obat darah tinggi (anti-hipertensi), Golongan narkotik, Beberapa obat penenang dan obat tidur), dan juga karena kelainan anatomis. Biasanya, konstipasi disebabkan karena defekasi yang tidak teratur sehingga feses mengeras dan sulit dikeluarkan. Pengobatan dan peredaan konstipasi secara alami dapat dilakukan dengan pengubahan pola makan menjadi lebih sehat, rajin berolahraga, memijat perut, minum air putih sebanyaknya, meminum minuman prebiotik dan probiotik, atau membiasakan diri untuk buang air besar setiap hari dengan membuat jadwal buang air besar yang disebut bowel training. Sedangkan dengan cara sedikit dipaksa yang biasanya untuk penderita obstipasi, yaitu dengan mengonsumsi obat pencahar disebut laksatif (yang kadangkadang menyebabkan perut terasa melilit berlebihan, tinja berbentuk cair, atau bahkan ketergantungan obat pencahar), penghisapan tinja atau feses dengan alat khusus, terapi serat, dan pembedahan (walaupun pilihan ini cukup jarang dilakukan). Agar penderita konstipasi dapat cepat sembuh, maka penderita dilarang: a.       Menahan buang air besar b.      Mengkonsumsi makanan siap saji dan bersifat panas c.       Makan dalam porsi yang banyak d.      Meminum minuman yang berkafein dan minuman ringan



2.      Mencret (Diare) Diare terjadi karena adanya rangsangan yang berlebihan pada mukosa usus sehingga gerakan otot usus meningkat dan makanan kurang terserap secara sempurna. Faktor kebersihan juga menjadi sebab diare. Diare yang disebabkan bakteri atau salah makan. Pengobatannya Untuk cara mengobati Diare adalah dengan Perawatan yang terpenting untuk mengobati diare adalah memastikan kecukupan asupan cairan dan garam (elektrolit). Untuk gejala ringan sampai sedang, Anda bisa menggunakan obatobatan ringan yang dapat mengurangi diare bahkan dapat menjadi Cara Mengobati Diare. Pada kasus yang parah dan pada anak-anak, wanita hamil, dan orang tua (lansia) yang bisa berbahaya bila kehilangan banyak cairan, pemberian infus mungkin diperlukan. Bila penyebabnya adalah keracunan makanan, dokter mungkin perlu memberikan obat-obatan untuk membunuh patogen yang berada di usus dan mencegah kerusakan mukosa lebih lanjut. Obat antispasmodik dapat membantu mengurangi nyeri kolik abdomen dan salah satu Cara Mengobati Diare. Penggolongan Obat Diare: a.       Kemoterapeutika untuk terapi kausal yaitu memberantas bakteri penyebab diare seperti antibiotika, sulfonamide, kinolon dan furazolidon. 1)      Racecordil.Anti diare yang ideal harus bekerja cepat, tidak menyebabkan konstipasi, mempunyai indeks terapeutik yang tinggi, tidak mempunyai efek buruk terhadap sistem saraf pusat, dan yang tak kalah penting, tidak menyebabkan ketergantungan. Racecordil yang pertama kali dipasarkan di Perancis pada 1993 memenuhi semua syarat ideal tersebut. 2)      Loperamide. Loperamide merupakan golongan opioid yang bekerja dengan cara memperlambat motilitas saluran cerna dengan mempengaruhi otot sirkuler dan longitudinal usus. Obat diare ini berikatan dengan reseptor opioid sehingga diduga efek konstipasinya diakibatkan oleh ikatan loperamid dengan reseptor tersebut. Efek samping yang sering dijumpai adalah kolik abdomen (luka di bagian perut), sedangkan toleransi terhadap efek konstipasi jarang sekali terjadi.



3)      Nifuroxazide. Nifuroxazide adalah senyawa nitrofuran memiliki efek bakterisidal terhadap Escherichia coli, Shigella dysenteriae, Streptococcus, Staphylococcus dan Pseudomonas aeruginosa. Nifuroxazide bekerja lokal pada saluran pencernaan. Obat diare ini diindikasikan untuk dire akut, diare yang disebabkan oleh E. coli & Staphylococcus, kolopatis spesifik dan non spesifik, baik digunakan untuk anak-anak maupun dewasa. 4)      Dioctahedral smectite.Dioctahedral smectite (DS), suatu aluminosilikat nonsistemik berstruktur filitik, secara in vitro telah terbukti dapat melindungi barrier mukosa usus dan menyerap toksin, bakteri, serta rotavirus. Smectite mengubah sifat fisik mukus lambung dan melawan mukolisis yang diakibatkan oleh bakteri. Zat ini juga dapat memulihkan integritas mukosa usus seperti yang terlihat dari normalisasi rasio laktulose-manitol urin pada anak dengan diare akut. b.      Obstipansia untuk terapi simtomatis (menghilangkan gejala) yang dapat menghentika diare dengan beberapa cara: 1)      Zat penekan peristaltik, sehingga memberikan lebih banyak waktu untuk resorpsi air dan elektrolit oleh mukosa usus seperti derivat petidin (difenoksilatdan loperamida), antokolinergik (atropine, ekstrak belladonna) 2)      Adstringensia yang menciutkan selaput lendir usus, misalnya asam samak (tannin) dan tannalbumin, garam-garam bismuth dan alumunium. 3)      Adsorbensia, misalnya karbo adsorben yanga pada permukaannya dapat menyerap (adsorpsi) zat-zat beracun (toksin) yang dihasilkan oleh bakteri atau yang adakalanya berasal dari makanan (udang, ikan). Termasuk di sini adalah juga musilago zat-zat lendir yang menutupi selaput lendir usus dan luka-lukanya dengan suatu lapisan pelindung seperti kaolin, pektin (suatu karbohidrat yang terdapat antara lain sdalam buah apel) dan garam-garam bismuth serta alumunium. c.       Spasmolitik, yakni zat-zat yang dapat melepaskan kejang-kejang otot yang seringkali mengakibatkan nyeri perut pada diare antara lain papaverin dan oksifenonium. 3.      Wasir atau hemoroid.



Wasir atau hemoroid adalah pelebaran pembuluh darah balik (vena) di dalam anyaman pembuluh darah. Keluhan pertama kali yaitu darah segar menetes setelah buang air besar (BAB). Biasanya tanpa disertai rasa nyeri dan gatal di anus. Pencegahannya adalah perlu diet tinggi serat dengan makan sayur sayuran dan buahbuahan yang bertujuan membuat volume tinjanya besar, tetapi lembek, sehingga saat BAB, karena tidak perlu mengejan dapat merangsang wasir. Untuk Mengatasi, Mengobati & Menyembuhkan Wasir / Ambeyen / Hemoroid. Untuk menghilangkan wasir secara total sebaiknya anda menjalankan beberapa tips menyembuhkan wasir serta melakukan konsultasi dengan dokter. a.       Jalankan pola hidup sehat b.      Olah raga secara teratur c.       Makan makanan berserat d.      Hindari terlalu banyak duduk atau nongkrong di wc / toilet e.       Jangan merokok, minum minuman keras, narkoba, dll f.       Jangan melakukan aktivitas hubungan seks yang tidak wajar g.      Minum air yang cukup h.      Jangan menahan kencing dan berak i.        Jangan suka menggosok dan menggaruk dubur berlebihan j.        Jangan mengejan / mengeden / ngeden berlebihan k.      Jika tidak ingin pup / bab jangan dipaksa l.        Duduk berendam pada air yang hangat m.    Minum obat sesuai anjuran dokter Langkah pertama dalam mengobati hemoroid adalah dengan meminimalisasi kemungkinan penyebab dari hemoroid tersebut. Bila disebabkan oleh faktor makanan maka dianjurkan untuk mulai mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung serat seperti buah buahan, sayur sayuran, padi padian dan sereal. Konsumsi obat pelunak kotoran dan minum yang banyak juga direkomendasikan. Bila dengan pengaturan diet gagal, maka dilanjutkan dengan menggunakan obat obatan antihemoroid. Ada beberapa sediaan obat diantaranya, salep, krim dan tablet anus.



Untuk mendapatkan obat ini lebih baik anda berkonsultasi dengan dokter kesayangan anda sebab ada beberapa obat yang harus didapatkan dengan resep dokter. Pilihan terakhir pengobatan hemoroid adalah dengan operasi. Operasi biasanya dilakukan pada hemoroid yang parah dan sulit diatasi dengan obat obatan. Namun biasanya, walau telah dilakukan operasi, pasien tetap dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung serat. Bisa juga untuk mengatasi ambeien, minum klorofil dan spirulina. cara kerja klorofil: klorofil mengatasi ambeien dengan cara memperlebar pembuluh darah sehingga aliran darah menjadi lancar, membersihkan pembuluh darah, meredakan bengkak, mengatasi luka serta memperlancar BAB/mengatasi sembelit sebagai salah satu penyebab ambeien. Biasanya, wasir tidak membutuhkan pengobatan kecuali bila menyebabkan gejala. Obat pelunak tinja atau psilium bisa mengurangi konstipasi dan peregangan yang menyertainya. Suntikan skleroterapi diberikan kepada penderita wasir yang mengalami perdarahan. Dengan suntikan ini, pembuluh vena digantikan oleh jaringan parut. Wasir dalam yang besar dan tidak bereaksi terhadap suntikan skleroterapi, diikat dengan pita karet. Cara ini, disebut ligasi pita karet, meyebabkan wasir menjadi layu dan putus tanpa rasa sakit. Pengobatan ini dilakukan dengan selang waktu 2 minggu atau lebih. Mungkin diperlukan 3-6 kali pengobatan. Wasir juga bisa dihancurkan dengan menggunakan laser (perusakan laser), sinar



infra



merah



(fotokoagulasi



infra



merah)



atau



dengan



arus



listrik



(elektrokoagulasi). Pembedahan mungkin digunakan bila pengobatan lain gagal. Bila wasir dengan bekuan darah menyebabkan nyeri, maka bisa diobati dengan cara duduk berendam dalam air hangat, mengoleskan salep obat bius local, pengompresan dengan kemiri. 4.      Kanker usus Kanker usus merupakan penyakit ketiga yang menjadi penyebab kematian di seluruh dunia. Penelitian sebelumnya dengan menggunakan binatang sebagai percobaan, kandungan kalsium yang banyak terdapat pada susu mampu melindungi



usus dari serangan kanker. Studi pada manusia juga menunjukan keseluruhan jumlah kalsium yang dikonsumsi sangat positif dakam mengurangi tingkat dari resiko kanker susu ini. Setiap kenaikan 1.000 miligram kalsium sehari atau lebih akan mempu mengurangi 15% resiko dari kanker usus pada wanita dan 10% pada pria. Konsumsi susu dan kalsium bisa mengurangi resiko terkena kanker usus. Keju dan yoghurt juga merupakan hasil olahan dari susu. Pengobatan Kanker Usus. Empat jenis utama pengobatan untuk kanker kolorektal adalah Pembedahan, Radioterapi, Kemoterapi, Target terapi Pembedahan biasanya merupakan pengobatan utama untuk kanker usus stadium awal. Suatu Polipectomi adalah suatu metode yang biasa digunakan oleh dokter (ahli endoskopi) untuk mengangkat polip usus yang dianggap berbahaya (mengarah ke pra-kanker) pada saat dilakukannya kolonoskopi. Bila sudah menjadi kanker, maka perlu dilakukan tindakan operasi yang disebut kolektomi atau reseksi segmental. Biasanya dokter akan mengangkat bagian usus yang terkena kanker (termasuk node getah bening didekatnya), dan kemudian menyambungkan kembali bagian usus yang tersisa. 5.      Kanker Lambung Tumor jinak di lambung agaknya tidak menimbulkan gejala atau masalah medis. Tetapi kadang-kadang, beberapa mengalami perdarahan atau berkembang menjadi kanker. Sekitar 99% kanker lambung adalah adenokarsinoma. Kanker lambung lainnya adalah leiomiosarkoma (kanker otot polos) dan limfoma. Kanker lambung lebih sering terjadi pada usia lanjut. Kurang dari 25 % kanker tertentu terjadi pada orang di bawah usia 50 tahun. Di Cina, Jepang, Cili dan Iceland, kanker lambung sering sekali ditemukan. Di AS, lebih sering terjadi pada orang miskin, orang kulit hitam dan orang yang tinggal di utara. Dan merupakan penyebab kematian no 7, yang terjadi pada sekitar 8 dari setiap 100.000 orang. Faktor makanan tertentu diperkirakan berperan dalam pertumbuhan kanker lambung. Faktor-faktor ini meliputi asupan garam yang tinggi, asupan karbohidrat yang tinggi, asupan bahan pengawet (nitrat) yang tinggi, dan asupan sayuran hijau dan buah yang kurang.



Tetapi tidak satupun dari faktor-faktor tersebut yang telah terbukti menyebabkan kanker. Pada stadium awal, tumor lambung yang kecil bisa menyebar (metastasis) ke tempat yang jauh. Penyebaran tumor bisa menyebabkan pembesaran hati, sakit kuning (jaundice), pengumpulan cairan di perut (asites) dan nodul kulit yang bersifat ganas. Penyebaran kanker juga bisa menyebabkan pengeroposan tulang, sehingga terjadi patah tulang. Pengobatannya, Teknologi Baru Pengobatan Kanker Lambung. Cryosurgery adalah aplikasi yang dirancang teknologi antariksa AS. Dengan menembus kulit metode minimal invasif ini membuat sel tumor beku sampai -160 derajat celsius hanya dengan beberapa detik sampai puluhan detik. Lalu dipanaskan sampai 40 derajat celcius secara efektif dapat membunuh sel kanker tanpa mempengaruhi sel yang normal. terapi radio partikel adalah penanaman radio partikel 125I ke dalam sel kanker, mengeluarkan sinar gamma secara berkelanjutan dan jarak yang pendek untuk membunuh sel tumor, memiliki efek radioterapi terhadap tumor. Metode dengan memasukkan jarum kepusat tumor ini juga berlaku untuk Teknologi Radio frekuensi dengan memindahkan sumber panas arus frekuensi tinggi, menggunakan jarum elektroda inti untuk menghasilkan kecepatan getaran tinggi dan gesekan ion untuk menghasilkan panas sehingga menyebabkan sel kanker “terbakar mati.” Lokal kemotrapi menggunakan jarum inti mengendalikan kanker dengan embolisasi sehingga kanker tidak mendapatkan asupan nutrisi sehingga secara perlahan membunuh sel kanker. Teknologi Imunisasi biologi dilakukan dengan memasukkan kembali sel aktif dari badan pasien sendiri, tumor atau organisme yang tidak baik akan dikendalikan dengan mendapatkan respon imun dari tindakan ini. 6.      Kanker Anus Faktor risiko untuk kanker anus adalah penyakit tertentu yang ditularkan secara seksual. a.       Berdarah dengan buang air besar, rasa sakit, dan kadang-kadang gatal seputar dubur adalah gejala khas. b.      Pemeriksaan manual dan biopsi dilakukan untuk mencek diagnosa.



c.       Pengobatan mungkin diperlukan baik pembedahan saja atau kombinasi terapi radiasi dan kemoterapi atau terapi radiasi dan pembedahan. Kanker anus timbul pada sel kulit dengan segera di seputar dubur atau di garis sepanjang daerah peralihan antara dubur dan rektum (kanal anal).Tidak seperti di dubur dan usus besar, pada kanker yang mana selalu adenocarcinoma, kanker anal terutama merupakan carcinoma sel squamous. Kanker anal terjadi sekitar di atas 4.000 orang di Amerika Serikat setiap tahun. Kanker anal hampir dua kali sering terjadi pada wanita. Penyebab kanker anal tak jelas, tetapi orang yang melakukan hubungan seks secara anal meningkatkan risiko, seperti orang yang mempunyai infeksi yang ditularkan secara seksual, khususnya



human



papillomavirus



(HPV



tipe



16)



dan



lymphogranuloma



venereum.Pengobatan Kanker Anal :cAda tiga metode utama pengobatan kanker Anal: terapi radiasi, kemoterapi dan pembedahan. Terapi Radiasi. Terapi radiasi menggunakan energy radiasi tingkat tinggi jenis tertentu untuk mengecilkan tumor atau menghilangkan sel-sel kanker. Terapi radiasi bekerja dengan cara merusak DNA sel kanker dan membuat sel kanker tidak dapat berkembang biak. Meskipun terapi radiasi dapat merusak sel-sel sehat di dekatnya, sel-sel kanker sangat sensitif terhadap radiasi dan biasanya mati ketika diobati. Selsel sehat yang rusak selama radiasi akan pulih kembali. Dua jenis utama terapi radiasi adalah radiasi eksternal dan internal, atau disebut juga “brachytherapy.” Radiasi eksternal jauh lebih umum daripada radiasi internal dalam mengobati kanker dubur. Kemoterapi. Kemoterapi dapat dilakukan untuk terapi kanker dubur dan terkadang dibutuhkan kombinasi dengan terapi radiasi. Obat Kemoterapi bekerja dengan menghmbuhan sel-sel kanker yang pembelahannya sangat cepat, namun ada beberpa sel normal yang juga memiliki sifat membelah sangat cepat juga seperti selsel folikel rambut dan tentu saja kemoterapi juga mempengaruhi sel-sel ini. Oleh karena itulah pada orang yang menjalani kemoterapi akan mengalami kerontokan rambut. Namun kerontokan ini akan segera pulih manakala kemoterapi sudah selesai. Bedah. Pembedahan dilakukan untuk mengangkat tumor, metode ini merupakan yang paling umum untuk mengobati kanker dubur namun pada beberapa



orang metode ini masih menjadi pertimbangan. Operasi juga dapat dikombinasi dengan terapi radiasi dan atau kemoterapi. Hal ini dilakukan agar pengobatan memberikan hasil yang lebih optimal. 7.      Irritable Bowel Syndrome Irritable Bowel Syndrome adalah suatu kelainan pergerakan keseluruhan saluran pencernaan, yang menyebabkan nyeri perut, sembelit (konstipasi) atau diare. Penyakit ini lebih banyak ditemukan pada wanita. Pada kelainan ini, saluran pencernaan sangat peka terhadap berbagai rangsangan. Stres, makanan, obat-obatan, hormon atau rangsangan lainnya bisa menyebabkan kontraksi saluran pencernaan menjadi abnormal. Kontraksi saluran pencernaan menjadi lebih kuat dan lebih sering, sehingga makanan dan tinja hanya sesaat singgah di usus kecil sehingga seringkali menyebabkan diare. Kram perut terjadi akibat dari kontraksi yang kuat dari usus besar dan meningkatkan kepekaan (sensitivitas) reseptor nyeri di usus besar. Pengobatannya, biasanya dilakukan dengan dua cara yaitu terapi non-obat dan terapi obat. Terapi non obat bagi penderita IBS Diare dilakukan dengan mengurangi makanan yang terlalu banyak mengandung lemak, makanan atau minuman mengandung gula fruktosa, minuman beralkohol, dan produk susu. Untuk pasien IBS Konstipasi, sangat dianjurkan untuk menambahkan unsur serat di dalam menu makanannya. Apabila terapi non-obat tidak mengurangi gejala IBS, maka terapi dengan obat dapat dipertimbangkan untuk mengatasi gejala nyeri perut, kembung, diare, atau sembelit. Untuk pengobatan IBS Diare, obat-obatan anti diare dapat diberikan, seperti loperamid, difenoxilat ataupun kolestiramin. Bagi penderita IBS Konstipasi (sembelit), obat-obatan yang bersifat sebagai pencahar, seperti ispagula dan bisakodil, dapat diberikan. Gejala nyeri perut yang sering menyertai dapat diberikan mebeverin. High-Desert Dinamic Trio+Enzymeminerals dan Clover Honey juga dapat dikonsumsi untuk membantu mengatasi masalah pencernaan. High-Desert Dinamic Trio+Enzymeminerals mampu mempercepat reaksi kimia dalam tubuh sehingga zat makanan terurai dengan lebih optimal, sedangkan High-Desert Clover



Honey yang berasal dari nektar bunga clover mempunyai sifat mengikat elektrolitelektrolit yang ada di dalam saluran pencernaan. Selain itu, terapi psikologis dari dokter diperlukan untuk membantu kesembuhan penderita. 8.      Perdarahan Pada Kelainan Arteriovenosa Perdarahan Pada Kelainan Arteriovenosa adalah pecahnya pembuluh darah abnormal yang menghubungkan pembuluh nadi (arteri) dan pembuluh balik (vena). Penyebab terbentuknya arteriovenosa yang abnormal pada lapisan lambung dan usus, tidak diketahui. Tetapi hal ini sering terjadi pada orang dengan : a.       Kelainan pada katup jantung, ginjal atau hati b.      Penyakit jaringan ikat c.       Terapi penyinaran pada usus. Pembuluh darah abnormal ini diameternya bervariasi, mulai dari selebar benang pancingan yang berat sampai selebar jari kelingking manusia. Pembuluh ini rapuh dan mudah berdarah, bahkan dapat terjadi perdarahan hebat, terutama pada usia lanjut. Pengobatan, Pengobatan terhadap penyakit yang mendasarinya (misalnya, pembedahan katup jantung atau pencangkokan ginjal), bisa menghentikan perdarahan saluran pencernaan. Perdarahan bisa juga dihentikan dengan melakukan kauterisasi pada pembuluh darahnya, menggunakan endoskopi. Tetapi dapat terbentuk lagi kelainan hubungan arteriovenosa yang baru. Anemia yang disebabkan kehilangan darah bisa dikoreksi dengan pemberian tambahan zat besi. 9.      Ulkus Peptikum Ulkus Peptikum adalah luka berbentuk bulat atau oval yang terjadi karena lapisan lambung atau usus dua belas jari (duodenum) telah termakan oleh asam lambung dan getah pencernaan. Ulkus yang dangkal disebut erosi. Pepsin adalah suatu enzim yang bekerja sama dengan asam klorida (HCl) yang dihasilkan oleh lapisan lambung untuk mencerna makanan, terutama protein. Ulkus peptikum terjadi pada lapisan saluran pencernaan yang telah terpapar oleh asam dan enzim-enzim pencernaan, terutama pada lambung dan usus dua belas jari.



Nama dari ulkus menunjukkan lokasi anatomis atau lingkungan dimana ulkus terbentuk. Gol. Obat Ulkus Peptikum a.       Patogenesis Tiga faktor utama : -            Infeksi helicobacter pylori gram negatif. -            Sekresi HCL meningkat -            Mukosa tidak adekuat vs asam lambung b.      Tujuan Terapi : -            Menghilangkan infeksi helicobacter pylori. -            Mengurangi sekresi asam lambung -            Menetralisir asam lambung. -            Melindungi mukosa lambung dari kerusakan. c.       Obat anti ulkus peptikum 1)      Golongan antimikroba amoksisilin, komponen bismuth, klaritromisin, Metronidazol, tetrasiklin 2)      Golongan penetralisir asam lambung (antasida) ; Alumunium hidroksida, kalsium hidroksida. Magnesium hidroksida, natrium bikarbonat 3)      Golongan pelindung mukosa ; Bismuth koloidal, sukralfat, fucoidan (baru). Mempengaruhi sekresi asam lambung 1)      gol. Inhibitor reseptor h2 histamin. contoh : simetidin, famotidin, ranitidin, nizatidin. 2)      gol. Prostaglandin . contoh : misoprostol 3)      gol. Inhibitor pompa proton . contoh : lansoprazol, omeprazol 4)      gol. Anti muskarinik. contoh : hiosciamin, mepenzolat, pirenzepin C.     Pemeriksaan Diagnostik Untuk Saluran Pencernaan Pemeriksaan yang dilakukan untuk sistem pencernaan terdiri dari endoskop (tabung serat optik yang digunakan untuk melihat struktur dalam dan untuk memperoleh jaringan dari dalam tubuh), rontgen, ultrasonografi (USG), perunut radioaktif, dan pemeriksaan kimiawi.



Pemeriksaan-pemeriksaan tersebut bisa membantu dalam menegakkan diagnosis, menentukan lokasi kelainan dan kadang mengobati penyakit pada sistem pencernaan. Pada beberapa pemeriksaan, sistem pencernaan harus dikosongkan terlebih dahulu. Ada juga pemeriksaan yang dilakukan setelah 8-12 jam sebelumnya melakukan puasa; sedangkan pemeriksaan lainnya tidak memerlukan persiapan khusus. Langkah pertama dalam mendiagnosis kelainan sistem pencernaan adalah riwayat medis dan pemeriksaan fisik. Tetapi gejala dari kelainan pencernaan seringkali bersifat samar sehingga dokter mengalami kesulitan dalam menentukan kelainan secara pasti. Kelainan psikis (misalnya kecemasan dan depresi) juga bisa mempengaruhi sistem pencernaan dan menimbulkan gejala-gejalanya 1.      Pemeriksaan Kerongkongan a.       Pemeriksaan barium. Penderita menelan barium dan perjalanannya melewati kerongkongan dipantau melalui Fluoroskopi (teknik rontgen berkesinambungan yang memungkinkan barium diamati atau difilmkan). Dengan fluoroskopi, dokter bisa melihat kontraksi dan kelainan Anatomi kerongkongan (misalnya penyumbatan atau ulkus). Gambaran ini seringkali direkam pada sebuah film atau kaset video. Selain cairan barium, bisa juga digunakan makanan yang dilapisi oleh barium, sehingga bisa ditentukan lokasi penyumbatan atau bagian kerongkongan yang tidak berkontraksi secara normal. Cairan barium yang ditelan bersamaan dengan makanan yang dilapisi oleh barium bisa menunjukkan kelainan seperti: 1)        Selaput kerongkongan (dimana sebagian kerongkongan tersumbat oleh jaringan fibrosa) 2)        Divertikulum zenker (kantong kerongkongan) 3)        Erosi dan ulkus kerongkongan 4)        Varises kerongkongan 5)        Tumor. b.      Manometri. Manometri adalah suatu pemeriksaan dimana sebuah tabung dengan alat pengukur tekanan dimasukkan ke dalam kerongkongan. Dengan alat ini (alatnya disebut manometer) dokter bisa menentukan apakah kontraksi kerongkongan dapat mendorong makanan secara normal atau tidak.



c.       Pengukuran pH kerongkongan. Mengukur keasaman kerongkongan bisa dilakukan pada saat manometri. Pemeriksaan ini digunakan untuk menentukan apakah terjadi refluks asam atau tidak. d.      Uji Bernstein (Tes Perfusi Asam Kerongkongan). Pada pemeriksaan ini sejumlah kecil asam dimasukkan ke dalam kerongkongan melalui sebuah selang nasogastrik. Pemeriksaan ini digunakan untuk menentukan apakah nyeri dada disebabkan karena iritasi kerongkongan oleh asam dan merupakan cara yang baik untuk menentukan adanya peradangan kerongkongan (esofagitis). e.       Intubasi. Intubasi adalah memasukkan sebuah selang plastik kecil yang lentur melalui Hidung atau mulut ke dalam lambung atau usus halus. Prosedur ini bisa digunakan



untuk



keperluan



diagnostik



maupun



pengobatan.



Intubasi



bisa



menyebabkan muntah dan mual, tetapi tidak menimbulkan nyeri. Ukuran selang yang digunakan bervariasi, tergantung kepada tujuan dilakukannya prosedur ini (apakah untuk diagnosik atau pengobatan). 1)      Intubasi Nasogastrik. Pada intubasi nasogastrik, sebuah selang dimasukkan melalui hidung menuju ke lambung. Prosedur ini digunakan untuk mendapatkan contoh cairan lambung, untuk menentukan apakah lambung mengandung darah atau untuk menganalisa keasaman, enzim dan karakteristik lainnya. Pada korban keracunan, contoh cairan lambung ini dianalisa untuk mengetahui racunnya. Kadang selang terpasang agak lama sehingga lebih banyak contoh cairan yang bisa didapat. Intubasi nasogastrik juga bisa digunakan untuk memperbaiki keadaan tertentu:   Untuk menghentikan perdarahan dimasukkan air dingin   Untuk memompa atau menetralkan racun diberikan karbon aktif   Pemberian makanan cair pada penderita yang mengalami kesulitan menelan. Kadang



intubasi



nasogastrik



digunakan



secara



berkesinambungan



untuk



mengeluarkan isi lambung. Ujung selang biasanya dihubungkan dengan alat penghisap, yang akan mengisap gas dan cairan dari lambung. Cara ini membantu mengurangi tekanan yang terjadi jika sistem pencernaan tersumbat atau tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.



2)      Intubasi Nasoenterik.Pada intubasi nasoenterik, selang yang dimasukkan melalui hidung lebih panjang, karena harus melewati lambung untuk menuju ke usus halus. Prosedur ini bisa digunakan untuk mendapatkan contoh isi usus, mengeluarkan cairan, dan memberikan makanan. Sebuah selang yang dihubungkan dengan suatu alat kecil di ujungnya bisa digunakan untuk biopsi (mengambil contoh jaringan usus halus untuk diperiksa secara mikroskopik atau untuk analisa aktivitas enzim). Lambung dan usus halus tidak dapat merasakan nyeri, sehingga kedua prosedur diatas tidak menimbulkan nyeri. 2.      Rontgen a.       Foto polos perut. Foto polos perut merupakan foto rontgen standar untuk perut, yang tidak memerlukan persiapan khusus dari penderita. Sinar X biasanya digunakan untuk menunjukkan suatu penyumbatan, kelumpuhan saluran pencernaan, pola udara Abnormal di dalam rongga perut, pembesaran organ (misalnya hati, ginjal, limpa) b.      Pemeriksaan barium.Setelah penderita menelan barium, maka barium akan tampak putih pada foto rontgen dan membatasi saluran pencernaan, menunjukkan kontur dan lapisan dari kerongkongan, lambung dan usus halus. Barium yang terkumpul di daerah abnormal menunjukkan adanya ulkus, erosi, tumor dan varises kerongkongan. Foto rontgen bisa dilakukan pada waktu-waktu tertentu untuk menunjukkan keberadaan barium. Atau digunakan sebuah fluoroskop untuk mengamati pergerakan barium di dalam saluran pencernaan. Proses ini juga bisa direkam. Dengan mengamati perjalanan barium di sepanjang saluran pencernaan, dokter dapat menilai fungsi kerongkongan dan lambung, kontraksi kerongkongan dan lambung, penyumbatan dalam saluran pencernaan. Barium juga dapat diberikan dalam bentuk enema untuk melapisi usus besar bagian bawah. Kemudian dilakukan foto rontgen untuk menunjukkan adanya polip, tumor atau kelainan struktur lainnya. Prosedur ini bisa menyebabkan nyeri kram serta menimbulkan rasa tidak nyaman. Barium yang diminum atau diberikan sebagai enema pada akhirnya akan dibuang ke dalam tinja, sehingga tinja tampak putih seperti kapur. Setelah pemeriksaan, barium harus segera dibuang karena bisa menyebabkan sembelit yang berarti. Obat pencahar bisa diberikan untuk mempercepat pembuangan barium.



3.      Parasentesis Parasentesis adalah memasukkan jarum ke dalam rongga perut dan mengambil cairannya. Dalam keadaan normal, rongga perut diluar saluran pencernaan hanya mengandung sejumlah kecil cairan. Cairan bisa terkumpul dalam keadaan-keadaan tertentu, seperti perforasi lambung atau usus, penyakit hati, kanker atau pecahnya limpa. Parasentesis digunakan untuk memperoleh contoh cairan untuk keperluan pemeriksaan atau untuk membuang cairan yang berlebihan. Pemeriksaan fisik (kadang disertai dengan USG) dilakukan sebelum parasentesis untuk memperkuat dugaan bahwa rongga perut mengandung cairan yang berlebihan. Selanjutnya daerah kulit (biasanya tepat dibawah pusar) dibersihkan dengan larutan antiseptik dan dibius lokal. Melalui kulit dan otot dinding perut, dimasukkan jarum yang dihubungkan dengan tabung suntik ke dalam rongga perut dimana cairan terkumpul. Sejumlah kecil cairan diambil untuk pemeriksaan laboratorium atau sampai 0,96 liter cairan diambil untuk mengurangi pembengkakan perut. 4.      USG Perut USG menggunakan gelombang udara untuk menghasilkan gambaran dari organ-organ dalam. USG bisa menunjukkan ukuran dan bentuk berbagai organ (misalnya hati dan pankreas) dan juga bisa menunjukkan daerah abnormal di dalamnya. USG juga dapat menunjukkan adanya cairan. Tetapi USG bukan alat yang baik untuk menentukan permukaan saluran pencernaan, sehingga tidak digunakan untuk melihat tumor dan penyebab perdarahan di lambung, usus halus atau usus besar. USG merupakan prosedur yang tidak menimbulkan nyeri dan tidak memiliki resiko. Pemeriksa menekan sebuah alat kecil di dinding perut dan mengarahkan gelombang suara ke berbagai bagian perut dengan menggerakkan alat tersebut. Gambaran dari organ dalam bisa dilihat pada layar monitor dan bisa dicetak atau direkam dalam filem video.



D.     Perubahan Fisik Pada Lansia Pada Sistem Pencernaan Perubahan yang terjadi pada system pencernaan lansia adalah : 1.      Kehilangan gigi, Penyebab utama adanya periodontal disease yang biasa terjadi setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk. 2.      Indera pengecap menurun, Adanya iritasi yang kronis dari selaput lendir, atropi indera pengecap (± 80 %), hilangnya sensitivitas dari syaraf pengecap dilidah terutama rasa manis, asin, asam & pahit. 3.      Esofagus melebar. 4.      Lambung, rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun ), asam lambung menurun, waktu mengosongkan menurun. 5.      Peristaltik lemah & biasanya timbul konstipasi. 6.      Fungsi absorbsi melemah ( daya absorbsi terganggu ). 7.      Liver (hati), Makin mengecil & menurunnya tempat penyimpanan, berkurangnya aliran darah.



BAB III ASUHAN KEPERAWATAN A.    Pengkajian Untuk mengetahui kemampuan dan kekuatan lansia baik secara fisik, psikologis, social dan spiritual, maka perlu dilakukan pengkajian terhadap secara menyeluruh menyangkut aspek tersebut. 1.      Biologis Pengkajian fisik / biologis dilakukan dengan cara wawancara, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang diperlukan. Riwayat kesehatan lansia dikaji dengan menanyakan tentang: a.       Pandangan lansia tentang kesehatannya b.      Kegiatan yang mampu dilakukan lansia c.       Kekuatan fisik lansia : kekuatan otot, sendi, penglihatan, pendengaran d.      Kebiasaan lansia merawat diri sendiri e.       Kebiasaan makan, minum, istirahat / tidur, buang air besar / kecil f.       Kebiasaan gerak badan / olahraga g.      Perubahan-perubahan fungsi tubuh yang sangat bermakna dirasakan h.      Kebiasaan lansia dalam memelihara kesehatan dan kebiasaan minum obat i.        Masalah-masalah seksual yang dirasakan 2.      Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara periksa pandang, perabaan, ketok dan dengar untuk mengetahui perubahan system tubuh, antara lain : system integument, muskuloskletal, respirasi, kardiovaskuler, perkemihan, persyarafan, dan fungsi sensoris misalnya : penglihatan, pendengaran, pengecapan dan penciuman. 3.      Psikologis Pemeriksaaan psikologis dilakukan saat berkomunikasi dengan lansia untuk melihat fungsi kognitif termasuk daya ingat, proses berfikir, dan juga perlu dikaji



alam perasaan, orientasi terhadap realitas dan kemampuan lansia dalam penyelesaian masalahnya. Perubahan yang umum terjadi antara lain : daya ingat yang menurun. Proses fikir yang lambat dan adanya perasaan sedih serta merasa kurang diperhatikan. Halhal yang perlu dikaji pada lansia meliputi : a.       Apakah mengenal masalah-masalah utamanya b.      Apakah optimis memandang sesuatu dalam kehidupan c.       Bagaimana sikapnya terhadap proses penuaan d.      Apakah merasa dirinya dibutuhkan atau tidak e.       Bagaimana mengatasi masalah atau stress yang dialami f.       Apakah mudah untuk menyesuaikan diri g.      Apakah lansia sering mengalami kegagalan h.      Apa harapan sekarang dan yang akan dating. Dll 4.      Sosial – ekonomi Penilaian sosial dilihat dari bagaimana lansia membina keakraban dengan teman sebaya maupun dengan lingkungannya dan bagaimana keterlibatan lansia dalam organisasi social. Status ekonomi juga turut mempengaruhi yaitu dari penghasilan yang mereka peroleh. Perasaan sejahtera dalam kaitannya dengan social ekonomi, hal inipun terkait dengan harga dirinya. Lansia yang mempunyai penghasilan tentu merasa dirinya berharga karena masih mampu menghasilkan sesuatu untuk dirinya sendiri dan orang lain. Hal-hal yang perlu dikaji antara lain : a.       Apa saja kesibukan lansia b.      Dari mana saja sumber keuangannya c.       Dengan siapa ia tinggal d.      Kegiatan organisasi social apa yang diikuti lansia e.       Bagaimana pandangan lansia berhubungan dengan orang lain diluar rumah f.       Siapa saja yang biasa mengunjunginya g.      Seberapa besar ketergantungannya



h.      Apakah dapat menyalurkan hobi atau keinginannya dengan fasilitas yg ada 5.      Spiritual Penilaian spiritual terkait dengan keyakinan agama yang dimiliki manusia dan sejauhmana keyakinan tersebut dapat menjalankan ibadahnya dengan baik, keyakinan tersebut benar-benar diresapi dalam kehidupan sehari-hari ia akan lebih mudah menyesuaikan diri terhadap proses penuaan. yang perlu dikaji pada lansia : a.       Apakah secara teratur melakukan ibadah sesuai dengan keyakinan agamanya b.      Apakah secara teratur mengikuti atau terlibat aktif dalam kegiatan keagamaan, misalnya penyantunan anak yatim atau fakir miskin dan lain-lain c.       Bagaimana cara lansia menyelesaikan masalah, apakah dengan berdoa jika menghadapi masalah d.      Apakah lansia terlihat sabar dan tawakal Dari hasil pengkajian atau data-data yang diperoleh dari pertanyaan diatas dapat dianalisa / disimpulkan, dirumuskan masalah atau diagnosa keperawatan yang mungkin timbul pada lansia. Beberapa masalah keperawatan yang umum ditemukan pada lansia antara lain : 6.      Fisik / biologi a.       gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pemasukan makanan yang tidak adekuat b.      gangguan persepsi berhubungan dengan gangguan pendengaran / penglihatan c.       kurangnya perawatan diri berhubungan dengan penurunan minat dalam merawat diri d.      resiko cedera fisik : jatuh berhubungan dengan penyesuaian terhadap penurunan fungsi tubuh tidak adekuat e.       perubahan pola eliminasi berhubungan dengan pola makan yang tidak efektif f.       gangguan pola tidur berhubungan dengan kecemasan atau nyeri g.      gangguan pola napas berhubungan dengan penyempitan jalan napas atau adanya sekret pada jalan napas



h.      gangguan mobilisasi berhubungan dengan kekakuan sendi dan lain-lain 7.      Psikologis - sosial a.       Menarik diri dari lingkungan berhubungan dengan perasaan tidak mampu b.      Isolasi sosial berhubungan dengan perasaan curiga c.       Depresi berhubungan dengan isolasi sosial d.      Harga diri rendah berhubungan dengan perasaan ditolak e.       Koping yang tidak adekuat berhubungan dengan ketidakmampuan mengungkapkan perasaan secara tepat f.       Cemas berhubungan dengan sumber keuangan terbatas. 8.      Spiritual a.       Reaksi berkabung atau berduka berhubungan dengan ditinggal pasangan b.      Penolakan terhadap proses penuaan berhubungan dengan ketidaksiapan menghadapi kematian c.       Marah terhadap tuhan berhubungan dengan kegagalan yang dialami d.      Perasaan tidak tenang berhubungan dengan ketidakmampuan melakukan ibadah secara tepat. B.     Perencanaan Sesuai dengan permasalahan yang dialami lansia disusun perencanaan dengan tujuan agar lansia / keluarga dan tenaga kesehatan terutama perawat baik yang melakukan perawatan di rumah maupun dipanti dapat membantu lansia, sehingga dapat berfungsi seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuan dan kondisi fisik, psikologis dan sosial dengan tidak tergantung pada orang lain. Tujuan tindakan keperawatan pada lansia diarahkan untuk pemenuhan kebutuhan dasar antara lain : 1.      Pemenuhan kebutuhan nutrisi 2.      Meningkatnya keamanan dan keselamatan 3.      Memelihara kebersihan diri



4.      Memelihara keseimbangan istirahat / tidur 5.      Meningkatkan hubungan interpersonal melalui komunikasi yang efektif C.    Tindakan keperawatan : 1.      Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Peran pemenuhan gizi pada lansia adalah untuk mempertahankan kesehatan dan kebugaran dan memperlambat timbulnya penyakit degeneratif seperti kerapuhan tulang (osteoporosis) dan penyakit yang terjadi pada lansia sehingga dapat menjamin hari tua yang sehat dan tetap aktif. Gangguan nutrisi pada lansia dapat disebabkan oleh factor fisik, psikologi dan sosial. Penurunan alat penciuman dan pengecapan, pengunyahan kurang sempurna dan rasa kurang nyaman saat makan karena gigi geligi kurang lengkap, rasa penuh diperut dan sukar buang air besar karena melemahnya otot lambung dan usus akan menyebabkan nafsu makan lansia kurang. Perubahan peran karena tugas-tugas perkembangan pada lansia menyebabkan timbulnya kecemasan dan putus asa, dapat menyebabkan lansia menolak makan atau makan berlebihan. Seringkali keluarga / lingkungan sangat melindungi lansia, tidak memberi kesempatan untuk menentukan keinginan lansia, hal inipun menyebabkan ia menolak makan atau makan berlebihan Masalah gizi yang sering timbul pada lansia adalah : a.       Gizi berlebihan ;Kebiasaan makan banyak waktu muda sukar dirubah. Apabila pada lansia



penggunaan



kalori



berkurang



karena



berkurangnya



aktivitas



dapat



menyebabkan berat badan berlebihan. Kegemukan merupakan salah satu pencetus berbagai penyakit, misalnya penyakit jantung, penyempitan pembuluh darah, kencing manis, tekanan darah tinggi dan sebagainya. b.      Gizi berkurang: Bila konsumsi kalori terlalu rendah dari yang dibutuhkan menyebabkan berat badan berkurang dari normal. Bila pemenuhan protein pun berkurang dapat menyebabkan banyak kerusakan sel yang tidak dapat diperbaiki misalnya : rambut cepat rontok, daya tahan terhadap penyakit organ tubuh yang vital. Gizi kurang dapat disebabkan oleh masalah sosial ekonomi gangguan penyakit, serta



ketidaktahuan keluarga akan makanan bergizidan kebiasaan makanan yang salah dari usia mudah. c.       Kekurangan vitamin : Disebabkan karena kekurangan konsumsi buahdan sayuran dalam makanannya. Apalagi bila hal ini ditambah dengan kekurangan protein dalam makanan. d.      Kelebihan vitamin : Sering usia lanjut mencoba bermacam-macam vitamin tanpa resep dokter, yang sebenarnya tidak mereka perlukan. Dosis yang berlebihan dari vitamin ini akan terbuang tanpa guna dan mempertinggi biaya. Kebutuhan gizi pada lansia kurang lebih sama dengan kebutuhan nutrisi pada orang dewasa normal, hanya yang mungkin diubah adalah jenis yang utama, bentuk dan pengurangan porsi untuk mengimbangi aktivitasnya. a.       Kalori, pada lansia pria adalah 2.100 kalori sedangkan untuk wanita adalah 1.700 kalori, kebutuhan tersebut dapat dimodifikasikan tergantung keadaan usia lanjut, misalnya gemuk atau kurus atau disertai penyakit lain (kencing manis, dll). b.      Karbohidrat, dianjurkan 60% dari jumlah kalori. Berikan golongan gula yang mudah diserap karena tidak mengalami pengubahan lebih lanjut pada proses metabolisme, misalnya madu, nasi, buah-buahan yang manis. c.       Lemak, pemakaian yang berlebihan tidak dianjurkan karena menyebabkan timbulnya hambatan pada pencernaan dan terjadinya penyakit. Berikan 15 % - 20 %dr total kalori yg dibutuhkan. d.      Vitamin & mineral, kebutuhannya sama dgn usia muda.pemenuhan kebutuhan didapatkan dr makanan berupa sayur-sayuran & buah-buahan. e.       Air, kebutuhan sekitar 6-8 gls/hr krn menurunnya fx ginjal & mencegah konstipasi maka pemasukan air yg banyak sgt dianjurkan. Rencana makanan untuk lansia a.       Berikan makanan porsi kecil tapi sering b.      Banyak minum & kurangi makan: dapat meringankan pekerjaan ginjal & dapat memperlancar pengeluaran sisa makanan, hindari makanan yang terlalu asin c.       Beri makanan yg mengandung serat,agar buang air besar menjadi mudah & teratur



d.      Batasi pemberian mkanan yang mengandung tinggi kalori agar badan dalam keadaan seimbang seperti: gula,makanan manis,minyak,makanan berlemak. e.       Membatasi minum kopi dan teh, bila perlu diencerkan untuk merangsang gerakan usus & menambah nafsu makan. 2.      Meningkatkan keamanan & keselamatan lansia Kecelakaaan sering terjadi pada lansia antara lain: jatuh, kecelakaan lalu lintas dan kebakaran. Hal ini berkaitan dengan proses penuaan dimana fleksibilitas dari kaki mulai berkurang, ditandai dengan timbulnya masalah mobilisasi akibat nyeri, pada sendi-sendi. Situasi tersebut menyebabkan usila tidak mampu menyanggah tubuhnya dengan



baik.Selain



itu



penurunan



fungsi



pengindaraan



dan



pendengaran



menyebabkan lansia tidak dapat mengamati situasi sekitarnya,sehingga sering terjadi bahaya kecelakaan lalu lintas dan luka baker. Selanjutnya, kecelakaan / jatuh dapat puola akibat lingkungan yang tidak tepat untuk lansia, misalnya pencahayaan yang kurang, lantai yang licin atau tidak rata, tangga yang tidak diberi tanda pengaman, kursi atau tempat tidur yang mudah bergerak.Untuk mencegah resiko kecelakaan diatas, beberapa tindakan yang harus dilakukan antara lain: a.       Klien / lansia 1)      biarkan lansia menggunakan alat bantu untuk meningkatkan keselamatan. 2)      latih lansia untuk pindah dari tempat tidur ke kursi 3)      biasakan menggunakan pengaman tempat tidur jika tidur 4)      jika klien mengalami masalah fisik, misalnya rematik, gangguan persyarafan, latih klien untuk berjalan dan latih klien menggunakan alat bantu berjalan 5)      bantu klien berjalan ke kamar mandi, terutama untuk lansia yang menggunakan obat penenang atau diuretika 6)      menggunakian kacamata jika berjalan atau melakukan sesuatu 7)      usahakan ada yang menemani jika bepergian. b.      Lingkungan 1)      tempatkan klien diruangan khusus dekat ke kantor sehingga mudah di observasi apabila lansia dirawat diruang perawatan lansia



2)      letakkan bel di bawah bantal dan ajarkan cara menggunakannya 3)      gunakan tempat tidur yang tidak terlalu tinggi 4)      letakkan meja kecil dekat tempat tidur agar lansia mudah menempatkan alat-alat yang selalu digunakan 5)      upayakan lantai bersih, rata, tidak licin dan basah 6)      kunci semua peralatan yang menggunakan roda untuk lansia yang menggunakan 7)      pasang pegangan dikamar mandi 8)      hindari lampu yang redup dan menyilaukan 9)      sebaiknya gunakan lampu 70 atau 100 watt 10)  jika pindah dari ruangan terang ke gelap ajarkan klie lansia untuk memejamkan mata sesaat 11)  gunakan sandal atau sepatu yang beralas karet c.       Memelihara kebersihan diri Akibat proses penuaan, sebagian lansia mengalami kemunduran / motivasi untuk melakukan perawatan diri secara teratur. Kadang kala kurangnya perawatan diri pada lansia akibat penurunan daya ingat, sehingga tidak dapat melakukan upaya kebersihan diri secara tepat dan teratur. Hal ini juga berkaitan dengan kebiasaan lansia pada usia muda. Jika usila tersebut pada saat mudanya orangnya rapi, tentu ia akan tetap melakukan aktivitas perawatan diri dengan baik, perawatan diri yang kurang dapat pula akibat dari kelemahan atau ketidakmampuan fisik lansia. Akibat dari proses penuaan kelenjar keringat berkurang seringkali kulit lansia bersisik dan kering. Upaya yang dilakukan untuk kebersihan diri antara lain: 1)      mengingatkan atau membantu lansia untuk melakukan upaya kebersihan diri misalnya, cuci rambut, sikat gigi, ganti pakaian, dll. 2)      menganjurkan lansia untuk menggunakan sabun lunak yang mengandung miyak atau berikan skin lotion 3)      mengingatkan / membantu lansia untuk membersihkan lubang telinga, mata, dan gunting kuku d.      Memelihara keseimbangan istrahat dan tidur



Pada umunya lansia mengalami gangguan tidur, upaya yang dapat dilakukan antara lain: 1)      menyediakan tempat atau waktu tidur yang nyaman 2)      mengatur lingkungan yang cukup, pentilasi bebas dari bau-bauan 3)      melatih lansia melakukan latihan fisik ringan untuk melancarkan sirkulasi darah dan melenturkan otot-otot. Latihan fisik ini dapat dilakukan sesuai hobby, misalnya berkebun, berjalan santai, dll. 4)      memberikan minuman hangat sebelum tidur misalnya, susu hangat. e.       Meningkatkan hubungan interpersonal Masalah yang umum ditemukan pada lansia yaitu daya ingat yang menurun, pikun, depresi, lekas marah dan mudah tersinggung, curiga. Hal ini disebabkan karena hubungan inter personal yang tidak adikuat. Upaya yang dilakukan antara lain: 1)      berkomunikasi dengan manusia dengan kontak mata 2)      memberikan stimulus / mengingatkan lansia terhadap kegiatan yang akan dilakukan 3)      menyediakan waktu untuk berbincang-bincang dengan lansia 4)      memberikan lansia kesempatan untuk mengekspresikan / terhadap respon verbal dan non verbal lansia 5)      melibatkan lansia untuk keperluan tertentu sesuai dengan kemampuan lansia 6)      menghargai pendapat lansia D.    Diagnosa keperawatan: Resiko terjadi cedera fisik: jatuh berhubungan dengan penurunan fungsi penglihatan dan pandangan. 1.      Tujuan jangka panjang: Lansia dapat memelihara kemanan dan keselamatan dan tidak terjadi trauma fisik 2.      Tujuan jangka pendek: setelah tindakan keperawatan, lansia dapat: a.       Mengidentifikasi hal-hal yang mungkin terjadi akibat penglihatan berkurang b.      Melakukan aktivitas sehari-hari tanpa trauma fisik E.     Intervensi keperawatan



1.      Bina hubungan saling percaya 2.      Jelaskan penurunan fungsi tubuh karena proses penuaan 3.      Jelaskan kebutuhan, keamanan, dan keselamatan akibat penurunan fungsi tubuh 4.      Ciptakan lingkungan atau ruangan yang cukup penerangan, lantai tidak licin dan basah 5.      Hindari lantai kamar mandi dan wc yang licin dan beri pegangan dan pasang bel 6.      Dekatkan barang-barang keperluannya seperti: kacamata, sikat gigi, alat cukur, dll. 7.      Letakkan bel di bawah bantal dan ajarkan cara penggunaannya bila perlu bantuan 8.      Perhatian khusus pada lansia yang baru dapat jalan belum siap mobilisasi atau lansia dengan lingkungan baru 9.      Ajarkan cara menggunakan alat bantu, pindah / turun dari tempat tidur, bangun pada malam hari untuk bak 10.  Jelaskan efek samping dari obat dan cara-cara minum obat. Ulangi dan perkuat instruksi dengan instruksi tulisan. 11.  Libatkan keluarga dalam perawatan lansia 12.  Ulangi penjelasan-penjelasan bila diperlukan dengan kata-kata sederhana dan spesifik F.     Pelaksanaan Melaksanakan tindakan keperawatan yang telah disusun dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti, perlahan-lahan dan sabar, ulangi penjelasan yang belum dimengerti. G.    Evaluasi Setelah selesai melakukan tindakan keperawatan perlu dikaji respon verbal dan non verbal lansia / keluarga terhadap tindakan keperawatan yang dilakukan dengan mengacu pada tujuan. Hasil pengkajian digunakan untuk menyusun rencana tindak lanjut keperawatan. Selain asuhan keperawatan individu pada lansia, dapat dilakukan asuhan keperawatan keluarga lansia, yang ditujukan untuk asuhan keperawatan keluarga di rumah.



ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA Ny Wt H. Contoh Kasus



I.Identitas diri klien Nama : Ny Wt Umur : 75 tahun Jenis kelamin : Perempuan Alamat : Dusun Kembang Rt 02/Rw 61 Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta Status perkawinan: Kawin Agama : Islam Suku : Jawa Pendidikan : Tidak sekolah Pekerjaan : Tidak bekerja Sumber : Klien dan keluarga (anak)



II.Struktur keluarga No



Nama



Umur



JK



Hub dg klien



Pendd



Pekerjaan



Keterangan



1



Bp A



55 th



L



Menantu



SD



Swasta



Sehat



2



Ny S



53 th



P



Anak ke-2



SD



Buruh



Sehat



3



TM



34 th



L



Cucu



SLTP



-



Sehat



Genogram III. Riwayat Keluarga Klien mengatakan keluarganya banyak yang meninggal karena adanya “pageblug” atau kekurangan pangan pada zaman penjajahan. Menurut klien ada penyakit keturunan dari keluarga yaitu hipertensi.



IV. Riwayat Penyakit 1. Keluhan utama saat ini: Klien merasa perutnya keras dan tidak nyaman karena jarang BAB. Selain itu klien mengatakan mempunyai penyakit mag yang sudah lama dan kadang-kadang masih kambuh. Perut juga sering terasa gemetar, tetapi klien tidak pernah muntah. Klien juga mengeluh sulit tidur baik pada malam maupun siang hari.



2. Apa yang dipikirkan saat ini: Klien mengatakan hanya memikirkan apabila suatu saat akan dipanggil menghadap Allah, maka klien sudah siap dan pasrah. 3. Siapa yang paling dipikirkan saat ini: Klien menyatakan rindu kepada anak pertamanya dan cucu-cucunya yang tinggal di Sumatra dan sudah 2 tahun belum pulang. Klien mengatakan menderita sakit dan mondok selama 9 bulan di RS Panti Rapih sehabis melahirkan anak pertamanya tersebut. Klien mengatakan sudah pernah melihat ke-7 cucunya yang tinggal di Sumatra. 4. Riwayat penyakit dahulu: Klien mengatakan pernah mondok di RS Panti Rapih selama 9 bulan karena melahirkan anak pertamanya. Sebelum klien dibawa ke RS Panti Rapih, klien sudah ditangani di Puskesmas depok I selama 1 minggu. Selain itu, klien mempunyai penyakit mag yang gejalanya masih dirasakan sampai sekarang. Menurut anak ke-2 klien, klien pernah menderita disentri dan keluarga memeriksakan ke Puskesmas. Selain klien minum obat dari Puskesmas, klien juga diberikan Pisang Bandung dengan tujuan untuk menahan keluarnya BAB. Setelah itu, klien tidak BAB selama 1 bulan, kemudian klien diberikan pepaya dan klien dapat BAB.



V. Pengkajian 1. Persepsi dan pemeliharaan kesehatan Klien mengatakan sehat itu adalah bila kondisi badan mempunyai kekuatan untuk melakukan kegiatan sehari-hari seperti mandi sendiri (sibin), memakai pakaian sendiri, makan/minum sendiri, dan BAK sendiri di tempat tidur. Persepsi klien tentang sakit bila klien merasa tidak enak badan hingga tidak bisa bangun. Bila merasa sakit akan periksa ke dokter/RS dan minum obat. Klien menyatakan bersyukur karena masih diberi kesehatan sampai seusia ini.



2. Pola nutrisi Jumlah : Frekuensi 2-3x perhari. Klien menyatakan nafsu makan menurun, makan hanya 3-5 suap saja setiap kali makan, sedikit sayur dan lauk, apabila makan terlalu banyak klien merasa tidak enak. Klien juga jarang ngemil. Klien minum air putih hangat atau air the manis tetapi jarang. Minum sekitar 1-2 gelas per hari, klien menyatakan tidak suka minum terlalu banyak karena sering BAK. Jenis : Nasi, bubur, lauk nabati/hewani, sayur, buah, tidak ada alergi makanan. Apabila merasa bosan dengan nasi, klien meminta anaknya untuk memasakkan mie. Makanan pantangan klien yaitu melinjo, makanan pedas, asam, asin. Jenis minuman: air putih dan kadang-kadang the manis, tidak pernah minum kopi dan alkohol. 3. Pola eliminasi: Klien mengatakan susah BAB, biasanya klien BAB 1-2 kali/bulan, perut teraba keras, terasa tidak nyaman, saat BAB sakit dan harus dibantu dengan mengurut



perutnya. Klien mengatakan feces yang keluar keras seperti batu. BAK klien lancar, frekuensi 5-7 kali sehari, malam hari biasanya terbangun untuk BAK. Klien BAB disungai dengan dituntun oleh anaknya, sedang BAK di tempat tidur dengan cara ditampung di waskom, dan setiap pagi urine dibuang oleh anaknya. 4. Pola aktivitas dan latihan Kemampuan perawatan diri



0



1



2



Makan / minum



V



Mandi



V



Toileting



V



Berpakaian



V



Mobilitas di tempat tidur



V



Berpindah / berjalan



Ambulasi / ROM



3



4



V



V



Keterangan: 0 : mandiri, 1: alat bantu, 2: dibantu orang lain 3: dibantu orang lain dan alat, 4: tergantung total. Klien dapat mengambil makanan/minuman sendiri di meja dari tempat tidur. Biasanya makanan/minuman sudah disiapkan oleh anaknya. Klien mandi sendiri di tempat tidur posisi duduk dengan melap tubuhnya. Dua ember air hangat disediakan oleh anaknya, satu ember untuk sabun dan satu ember untuk membilas. Klien mampu menggunakan pakaian sendiri. Mobilitas di tempat tidur masih mampu sendiri, namun untuk berpindah atau turun dari tempat tidur harus dituntun oleh orang lain. Klien masih mampu melakukan ROM sederhana. 5. Pola tidur dan istirahat Klien tidur sekitar 2-3 jam perhari, selalu terbangun pada malam hari dan susah untuk tidur. Biasanya klien berdzikir saat klien tidak dapat tidur. Klien mengatakan tidak pernah bisa tidur siang. 6. Pola perceptual 1. Penglihatan



Klien menyatakan penglihatannya agak kabur. Klien tidak dapat melihat jari perawat yang diacungkan di depan mata klien. 2. Pendengaran Klien masih dapat mendengar suara dengan jelas tanpa melihat mimik muka lawan bicara. 3. Pengecap Klien masih dapat membedakan rasa antara manis, pahit, asam dan asin. 4. Sensasi Klien masih dapat membedakan panas, dingin, sakit maupun nyeri. 7. Pola persepsi diri 1. Gambaran diri Klien merasa tidak terganggu dengan keadaannya /penampilan sekarang ini, klien merasa tetap bersyukur dengan bagaimanapun keadaan tubuhnya, asalkan sehat. 2. Ideal diri Klien merasa keadaannya yang sudah tua, tetapi tidak pernah mematahkan semangatnya untuk mencari keselamatan untuk kehidupannya di akhirat nanti. Saat ini klien tinggal di ruangan tersendiri dan terpisah dari rumah induk. Klien mengatakan bahwa klien lebih suka tinggal dikamar tersebut karena lebih terang dan luas, dapat melihat suasana di luar rumah dan tidak malu dengan banyak orang yang sering berlalu lalang di rumah induk. 3. Harga diri Klien merasa mempunyai kepuasan dan kebanggan terhadap dirinya karena masih diperhatikan oleh orang-orang terdekatnya, seperti anak dan cucucucunya. Klien mengatakan, “Kalau tidak ada anak perempuan saya itu, pasti sudah kiamat.” Klien menceritakan bahwa majikan dimana klien bekerja dahulu masih sering menjenguk dan memperhatikan klien. 4. Identitas diri Klien sudah dapat menerima keadaannya, tidak merasa malu dengan keadaannya, masih merasa diperhatikan oleh keluarganya, terutama anaknya. 5. Peran diri Klien merasa perannya dalam keluarga sudah tidak begitu berarti, namun klien merasa masih berperan terhadap dirinya sendiri, yaitu mencari bekal kematian. 8. Pola peran hubungan Di dalam komunikasi sehari-hari klien tidak mengalami hambatan. Dalam berkomunikasi menggunakan bahasa Jawa. Klien tinggal bersama 1 anak yang tinggal serumah dan cucunya, namun ruangan klien terpisah dari mereka. Anak klien (Ny S) selalu datang ke kamar klien pada saat menyiapkan makanan/minuman atau air hangat untuk mandi. Kadang-kadang Ny S juga datang menjenguk klien untuk sekedar mengajak berbincang-bincang. Apabila klien mempunyai keinginan, klien memanggil dari balik kamar, dan Ny S segera mendatangi klien. Anak klien yang lain telah menikah dan tinggal di Sumatra, dan klien tidak pernah berhubungan, kecuali kalau anaknya pulang. Hubungan antar keluarga di Sumatra dan di Yogyakarta melalui surat. 9. Pola managemen koping stress Klien selalu pasrah kepada Allah atas apapun yang terjadi padanya. Klien menyatakan siap apabila suatu saat dipanggil untuk menghadap Allah.



10. Sistem nilai dan keyakinan Klien beragama islam, dan masih berusaha menjalankan sholat 5 waktu seperti layaknya masih muda dan kuat. Klien menyatakan tidak pernah sholat malam, tetapi sering berdzikir. Klien merasa yakin bahwa kebahagiaan di akhirat dapat diperoleh dengan bekal yang dipersiapkan di dunia. VI. Pemeriksaan Fisik 1. Pemeriksaan fisik  Tingkat kesadaran : Compos Mentis  TD : 140/90 mmHg. Nadi: 82 x/menit, Respirasi : 18 x/menit dan  Temperatur : afebris, BB : 27 Kg dan TB : 143 Cm  Kepala : Kulit kepala dan rambut bersih, sudah beruban, jumlah rambut sudah berkurang  Leher : tidak ada pembesaran vena jugularis  Thorak : Bentuk dada simetris, retraksi otot dada (-), suara nafas vesikuler, ronchi (-), wheezing (-)  Abdomen : teraba keras di bagian bawah, tidak ada ascites, tidak kembung, nyeri tekan (-)  Ekstremitas : Tidak ada kelainan, kuku jari tangan dan kaki panjang dan agak kotor 2. Pemeriksaan Panca Indera a. Penglihatan (mata) :  Bola mata : simetris tidak ada kelainan, kornea nampak keruh  Konjunctiva : tidak anemis  Sklera : tidak ikterik  Reflek pupil : (+/+)  Visus : 0/6 b. Pendengaran(telinga) :  Bentuk telinga simetris  Nyeri tekan tidak ada  Liang telinga : serumen tidak ada  Gangguan pendengaran tidak ada, tidak menggunakan alat bantu dengar c. Pengecapan( mulut )  Gigi geligi cukup bersih, gigi sudah banyak yang tanggal, tinggal 1 buah gigi seri, dan beberapa gigi geraham  Lidah bersih  Sensasi rasa manis ,asin dan pahit (+) d. Sensasi(kulit)  Sensasi nyeri (+), sensasi taktil (+), sensasi suhu (+)  Turgor kulit : baik agak kering e. Penciuman (hidung)  Lubang hidung simetris  Septum nasi : lurus  Tidak ada sekret



VII. Analisa Data DATA DS:  







PROBLEM



ETIOLOGI



Resiko untuk jatuh



Umur > 65 tahun



Immobilisasi



Penurunan fungsi sistem tubuh pada proses menua



Konstipasi



Penurunan



Klien mengatakan pernah jatuh di tangga depan pintu kamarnya 2 kali Ny S mengatakan bahwa klien sudah tidak pernah pergi-pergi dari kamarnya, kecuali untuk BAB saja Ny S mengatakan klien sudah tidak bisa berjalan sendiri, apabila pergi BAB harus dituntun



DO:    



Usia klien 75 tahun Penglihatan klien terganggu, visus 0/6 Tremor Kondisi rumah sempit dan ada tangga yang tinggi tepat di pintu kamar



DS:   



Klien tidak pernah keluar kamar kecuali kalau BAB di sungai Klien mengatakan aktivitas sehari-hari hanya di tempat tidur Ny S mengatakan bahwa klien masih mampu berdiri sendiri, tetapi sudah tidak bisa berjalan sendiri, sehingga lebih banyak tiduran



DO:  



DS:



Saat kunjungan, klien sedang berbaring di tempat tidur Klien mampu duduk di tempat tidur



 







   



Klien mengatakan sulit BAB Klien mengatakan, “Kalau BAB kok lama sekali, kadang hanya 1 atau 2 kali dalam sebulan.” Klien mengatakan sakit saat BAB/mengeluarkan feces dan harus dibantu dengan mengurut-urut perutnya Klien mengatakan, feces yang keluar keras seperti batu Klien mengatakan perutnya juga keras dan terasa tidak nyaman Klien mengatakan minum hanya 1-2 gelas sehari Klien mengatakan hanya makan 3-5 suap setiap kali makan



motilitas traktus gastrointestinal



DO: 



Perut bagian bawah teraba keras



DS: 



Klien mengatakan makan hanya 3-5 suap, kalau lebih dari itu makanan terasa tidak enak



Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh



Ketidakmampuan pemasukan atau mencerna makanan atau mengabsorbsi zatzat gizi berhubungan dengan proses menua



Gangguan pola tidur



Pergantian tidur yang berhubungan dengan usia



DO:     



BB : 27 kg, TB : 142 cm IMT : 13,39 (dibawah ideal >20%) Intake makanan kurang Mudah merasa kenyang sesaat setelah mengunyah makanan Keengganan untuk makan



DS:   



Klien mengatakan sulit untuk tidur Klien mengatakan tidur hanya 2-3 jam dalam sehari Klien mengatakan tidak dapat tidur siang



DO: 



Saat perawat datang, klien sedang tiduran tetapi tidak tidur



DS: 







Klien mengatakan, “Ngak apa, meskipun saya tinggal di kolong tikus seperti ini, tetapi saya lebih senang di sini, karena lebih luas, dapat melihat suasana di luar dan kalau di sana, saya “perkewuh” (tidak enak) dengan banyak orang” Ny S mengatakan bahwa sewaktu klien berada di rumah induk, pernah terjadi pencurian, oleh karena itu klien meminta untuk pindah kamar di belakang rumah agar rumah induk dapat dikunci pada saat semua orang pergi kerja.



Resiko untuk kesepian



Isolasi fisik



DO:   



Klien berada di sebuah kamar sempit dan berada di belakang rumah Kamar klien terpisah dari rumah induk Keluarga jarang menemani klien, kontak sering dilakukan bila memberi makan dan menyiapkan air hangat untuk mandi



VII. Diagnosa Sesuai Prioritas 1. Resiko untuk jatuh berhubungan dengan umur >65 tahun 2. Immobilisasi berhubungan dengan penurunan fungsi sistem tubuh pada proses menua 3. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan pemasukan atau mencerna makanan atau mengabsorbsi zat-zat gizi berhubungan dengan proses menua 4. Konstipasi berhubungan dengan penurunan motilitas gastrointestinal 5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan pergantian tidur yang berhubungan dengan usia 6. Resiko untuk kesepian berhubungan dengan isolasi fisik



IX. Rencana Keperawatan DIAGNOSA KEPERAWATAN



1. Resiko untuk jatuh b.d umur >65 tahun



RENCANA KEPERAWATAN TUJUAN TIU: Setelah dilakukan perawatan selama 1 minggu klien Ny Wt tidak mengalami jatuh.



INTERVENSI 1. terhadap perubahan fisik pada lanjut usia dan akibatnya 2.



TIK: Setelah dilakukan 2 x kunjungan klien dapat mengenal adanya resiko jatuh kembali dengan kriteria : 1. Dapat menjelaskan perubahan fisik yang terjadi pada lanjut usia 2. Mampu menyebutkan akibat perubahan fisik tersebut 3. Mampu menjelaskan cara pencegahan agar tidak jatuh 4. Dapat mendemonstrasikan cara pencegahan 5. Keluarga menyatakan akan memodifikasi lingkungan sehingga menjadi lebih aman 6. Tampak adanya modifikasi terhadap lingkungan rumah



pengetahuan positif yang disampaikan oleh klien 3. mengenai perubahan pada lanjut usia; proses menua, batasan usia lanjut; perubahan pada sistem tubuh, akibat perubahan 4. mengulangi hal-hal yang telah dijelaskan dan didiskusikan 5. yang dicapai 6. mengenai upaya pencegahan agar tidak jatuh 7. dalam keluarga yang ada dan dapat digunakan; peralatan, biaya, tenaga 8. terjadinya jatuh



ulangan; kondisi rumah, kondisi penderita 9. cara-cara pencegahan jatuh pada klien 10. cara pencegahan sesuai dengan yang telah diajarkan 11. untuk mempraktekkan cara pencegahan 12. yang dilakukan 13. keluarga terhadap lingkungan aman 14. keadaan rumah yang sekarang dan keterkaitannya dengan kesehatan klien 15. lingkungan yang aman bagi usia lanjut 16. ulang lingkungan yang aman 17. kesanggupannya untuk menciptakan lingkungan yanga aman 18. setelah diskusi.



2. Immobilisasi b.d penurunan fungsi sistem tubuh pada proses manua



TIU: Setelah dilakukan perawatan selama 1 minggu klien mampu melakukan mobilisasi sesuai kemampuan TIK: Setelah 2 kali kunjungan, klien dan keluarga mampu melakukan perawatan pada lansia yang imobilisasi dengan kriteria : 1. Mampu menjelaskan pengertian, penyebab, akibat dan upaya pencegahan imobilisasi 2. Mampu memotivasi diri untuk melakukan mobilisasi sesuai kemampuan



1. Kaji pengetahuan klien tentang imobilisasi : pengertian, penyebab, akibat, dan upaya pencegahan 2. Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang imobilisasi 3. Berikan contoh dan demonstrasi mobilisasi yang aman dan dapat dilakukan oleh klien 4. Motivasi klien untuk melakukan mobilisasi sesuai kemampuan 5. Libatkan keluarga untuk membantu mobilisasi klien 6. Beri reinforcement atas upaya pemahaman informasi dan usaha mobilisasi yang dilakukan



3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan pemasukan atau mencerna makanan atau mengabsorbsi



TIU: Setelah dilakukan perawatan selama 1 minggu klien dapat memahami mengenai keseimbangan nutrisi . pengetahuan klien bertambah



1. Diskusikan dengan klien dan keluarganya kondisi kurang nutrisi 2. Jelaskan pada klien dan keluarga cara pengaturan diet seimbang 3. Beri motivasi agar meningkatkan makan



TIK: Setelah 2 kali kunjungan, klien dan



zat-zat gizi berhubungan dengan proses menua



keluarga dapat melakukan perawatan anggota keluarga dengan nutrisi yang kurang dengan kriteria: 1. Klien dapat menjelaskan alasan mengapa ia berada pada nutrisi yang kurang 2. Klien dan keluarga dapat menyebutkan nutrisi seimbang



4.



5. 6.



7.



8.



9.



10.



porsi kecil tapi sering (ngemil) Anjurkan klien dan keluarga untuk lebih banyak mengkonsumsi bauh dan sayur Jelaskan komplikasi dari kurang nutrisi Tingkatkan kesadaran klien tentang tindakan-tindakan yang mendukung masukan makanan Ajarkan teknik-teknik modifikasi jenis makanan dan cara penyajian Instruksikan kepada keluarga untuk menyajikan makanan selagi hangat Anjurkan keluarga untuk melakukan penimbangan BB klien secara periodik Beri reinforcement atas pemahaman informasi dan partisipasi keluarga dalam peningkatan nutrisi klien



4. TIU: Konstipasi b.d Setelah dilakukan perawatan selama penurunan motilitas 1 minggu klien tidak mengalami traktus gastro konsipasi intestinal



1. 2.



TIK: Setelah dilakukan 2 kali kunjungan klien dapat: 1. Menggambarkan aturan usus terapeutik 2. Menjelaskan secara rasional untuk intervensi 3. BAB secara lancar dan feses lembek



3.



4.



5.



6.



Kaji faktor penyebab konstipasi Tingkatkan tindakan korektif :  Tinjau ulang diet seimbang  Diskusikan pilihan diet  Dorong penggunaan buah dan sayuran  Dorong pemasukan cairan adekuat kirakira 2 liter (8-10 gelas).  Anjurkan untuk minum segelas air hangat sebelum sarapan yang bisa menstimulus pengosongan usus.  Anjurkan waktu yang teratur untuk eliminasi. Libatk an keluarga dalam penyediaan diet Jelask an risiko bila konstipasi terjadi berkelanjutan. Anjur kan klien untuk meningkatkan aktifitas fisik sesuai kemampuan Beri reinforcement atas upaya pemahaman informasi maupun upaya perawatan terhadap konstipasi



5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan pergantian tidur yang berhubungan dengan usia



TIU: Setelah dilakukan perawatan selama 1 minggu klien dapat memenuhi kebutuhan tidurnya (tidur 4-5 jam dalam sehari)



TIK: Setelah dilakukan 2 kali kunjungan klien dapat: 1. Menggambarkan pergantian pola tidur yang berhubungan dengan usia 2. Menjelaskan secara rasional untuk intervensi 3. Memenuhi kebutuhan tidurnya setiap hari



1. Kaji pengetahuan klien tentang pola tidur fisiologis dan patologis 2. Ber penjelasan tentang pergantian pola tidur yang berhubungan dengan usia lanjut 3. Diskusikan dengan klien cara-cara efektif pengantar tidur 4. Anjurkan klien untuk memulai tidur pada saat klien sudah mulai mengantuk 5. Anjurkan klien untuk memanfaatkan waktu dimana klien tidak dapat tidur untuk melakukan aktivitas yang bermanfaat, seperti mengajak ngobrol anak atau cucunya 6. Anjurkan klien untuk menghindari stress atau banyak pikiran 7. Libatkan keluarga dalam aktivitas seharihari klien 8. Anjurkan keluarga meluangkan waktu untuk menemani klien bercerita pada saatsaat klien tidak dapat tidur 9. Beri reinforcement atas upaya yang telah



dilakukan oleh klien dan keluarga



6. Resiko untuk kesepian berhubungan dengan isolasi fisik



TIU: Setelah dilakukan perawatan selama 1 minggu klien tidak mengalami kesepian



TIK: Setelah dilakukan 2 kali kunjungan klien dapat: 1. Menggambarkan kesepian karena isolasi fisik 2. Menjelaskan secara rasional untuk intervensi 3. Menyebutkan upaya mengatasi kesepian



1. Kaji persepsi klien tentang kesepian dan faktor-faktor penyebab 2. Temani klien dan terima apa adanya 3. Motivasi klien untuk mengungkapkan perasaan kepada orang lain 4. Dengarkan ceritacerita klien dan bersikap empati 5. Tunjukkan sikap interes terhadap perbincangan dengan klien 6. Berikan umpan balik setiap tindakan yang dilakukan klien 7. Beri reinforcement untuk upaya perawatan diri yang positif 8. Konfrontasi klien untuk keputusan yang tidak tepat, jika perlu 9. Motivasi kesadaran klien untuk berhubungan dengan orang lain 10. Fasilitasi klien untuk keinginan/ aktivitas yang positif



BAB IV PENUTUP A.    Kesimpulan Kesimpulan pada makalah ini dapat dijelaskan sebagai berikut mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah gangguan motilitas usus, hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya dapat timbul diare pula. Diare



adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat). B.     Saran Kami berharap para pembaca dapat memahami pembahasan makalah kami tentang Asuhan Keperawatan Lansia dengan Gangguan Sistem Pencernaan, saran kami adalah agar setiap calon perawat dapat memaksimalkan pengetahuanya dan tidak pernah berhenti untuk terus belajar dan bekerja dengan kemampuan yang maksimal dan intergritas kerja yang baik



DAFTAR PUSTAKA Darmojo R.B, Martono H, (2000), Buku Ajar Geriatri, Edisi 2, Balai penerbit FKUI, Jakarta Price SA, Lorraine M, (1995), Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Buku 1, Edisi IV, EGC, Jakarta Mansjoer a,dkk,(1999), Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid I, Media Euskulapius FKUI, Jakarta Bruner & Sudart, (2002), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol. 2, Edisi 8, EGC, Jakarta FKUI, (2000), Kumpulan Makalah Pelatihan Askep Keluarga, Jakarta Capernito L.J, (2000), Rencana Askep dan Dokumentasi Keperawatan, Edisi 2, EGC, Jakarta Engram B, (2000), Rencana askep medikal bedah, Edisi !, EGC, Jakarta Tuker SM et al, (1992),Standard Perawatan Pasien, Vol 2, Edisi V, EGC, Jakarta Suparman dkk, (1990), Ilmu Penyakit Dalam , Jilid 2, Balai Penerbit FKUI, Jakarta Buku ajar geriatri. Jakarta : balai penerbit fkui gallo, joseph.1998. Buku saku gerontologi. Jakarta : egc nugroho, wahjudi.2000. Keperawatan gerontik.jakarta : egc potter & perry.2005. Buku ajar fundamental keperawatan. Edisi 4.jakarta :egc a.h. markum, 1991, Buku ajar kesehatan anak, jilid i, penerbit fkui ngastiyah, 997, perawatan anak sakit, egc, jakarta Price & wilson 1995, patofisologi-konsep klinis proses-proses penyakit, buku 1, ed.4, egc, Jakarta Soetjiningsih 1998, tumbuh kembang anak, egc, jakarta soeparman & waspadji, 1990, ilmu penyakit dalam, jilid i, ed. Ke-3, bp fkui, jakarta.