15 0 227 KB
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan sekelompok kelainan
kadar
glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Kemampuan tubuh pada orang dengan diabetes untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun, atau pankreas dapat menghentikan sama sekali produksi insulin (Smeltzer & Bare, 2001). Dalam konteks kehamilan, pada wanita hamil terjadi perubahan-perubahan fisiologis yang berpengaruh terhadap metabolisme karbohidrat karena adanya hormon plasenta yang bersifat resistensi terhadap insulin, sehingga kehamilan tersebut bersifat diabetogenik. Dengan meningkatnya umur kehamilan, berbagai faktor dapat mengganggu keseimbangan metabolisme karbohidrat sehingga terjadi gangguan toleransi glukosa. Selama lebih dari satu abad, telah diketahui bahwa diabetes yang datang pada saat kehamilan dapat menyebabkan efek buruk pada keadaan klinis fetus dan neonatus (Buchanan & Xiang, 2005). Diabetes Melitus (DM) dengan kehamilan (Diabetes Mellitus Gestational DMG) adalah kehamilan normal yang disertai dengan peningkatan insulin resistance (ibu hamil gagal mempertahankan euglycemia). Pada golongan ini, kondisi diabetes dialami sementara selama masa kehamilan. Artinya kondisi diabetes atau intoleransi glukosa pertama kali didapati selama masa kehamilan, biasanya pada trimester kedua atau ketiga (OPHD-Oregon Public Health Division, 2009). Prevalensi DMG sulit ditentukan karena standar penetapan diagnosis yang berbeda-beda. Standar penetapan diagnosis tersebut adalah menurut WHO (2011), ADA (2009), O’Sullivan-Mahan (1992), dan Perkeni (2002). Diagnosis DMG menurut The American Diabetes Association (ADA) yakni dilakukan untuk setiap ibu hamil dimulai sejak kunjungan pertama (trimester 1 untuk menapis DM Pragestasi (DMpG), bila negatif diulangi pada kehamilan 24-28 minggu untuk menapis DM Gestasi (ADA, 2009); menurut WHO skrining dan diagnosis yang direkomendasikan adalah satu tahap (One Step
1
Approach) yakni dengan TTGO (Test Toleransi Glukosa Oral) dengan memberikan beban 75 gram glukosa anhidrus setelah berpuasa selama 8–14 jam (WHO, 2011). Menurut Perkeni (2002), penapisan DMG dianjurkan pada semua ibu hamil pada pertemuan pertama dengan petugas kesehatan. Bila hasilnya negatif, pemeriksaan diulang pada masa kehamilan 24-28 minggu. Menurut O’Sullivan-Mahan (1992), DMG adalah pemeriksaan kadar gula darah melalui tahapan tes tantangan glukosa (TTG) dan tes toleransi glukosa oral (TTGO). Di Indonesia, prevalensi DMG sekitar 1,9–3,6% dan sekitar 40-60 wanita yang pernah mengalami DMG pada pengamatan lanjut pasca persalinan akan mengidap Diabetes Mellitus atau gangguan toleransi glukosa (Suparman, 2003). Menurut WHO (1999), dikutip oleh Agency for Healthcare Research and Quality (AHRQ), (2008) dijelaskan bahwa kejadian DMG meningkat pada ibu hamil dengan faktor risiko antara lain peningkatan berat badan pada masa kehamilan >0,5 kg/minggu, umur lebih dari 25 tahun, riwayat DM dalam keluarga, riwayat DMG, dan ethnic. Penelitian yang dilakukan oleh Taber Lisa, et al tahun 2010 menyebutkan bahwa faktor risiko ibu dengan DMG adalah wanita yang didiagnosis dengan DM gestasional berada pada risiko tinggi untuk diabetes masa depan, dengan 17%-63% diabetes tipe 2 dalam waktu 5-16 tahun dalam kelompok etnis yang berbeda. Sedangkan anak-anak mereka dalam jangka panjang berada pada peningkatan risiko obesitas dan intoleransi glukosa. DMG dikaitkan dengan sejumlah faktor risiko, yang pada gilirannya berhubungan dengan resistensi insulin (obesitas, pada etnis risiko, usia ibu). DMG berhubungan dengan meningkatnya komplikasi perinatal dan ibu memiliki risiko untuk dapat menderita penyakit diabetes melitus yang lebih besar dalam jangka waktu 5-10 tahun setelah melahirkan. Meningkatnya komplikasi perinatal dan ibu memiliki risiko untuk dapat menderita Diabetes Mellitus yang lebih besar dalam jangka waktu 5-10 tahun setelah melahirkan (Jung, 2008).
2
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, dapat di rumuskan permasalahan sebagai berikut: “Bagimaan asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan penyakit penyerta diabetes mellitus?”
C. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Mahasiswa
mengetahui
gambaran
secara
umum
tentang
asuhan
keperawatan pada ibu hamil dengan penyakit penyerta diabetes mellitus. 2. Tujuan khusus a. Mahasiswa dapat memahami pengertian, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis dan penatalaksanaan pada pasien ibu hamil dengan penyakit penyerta diabetes mellitus. b. Mahasiswa mampu menyusun pengkajian, intervensi keperawatan pada pasien ibu hamil dengan penyakit penyerta diabetes mellitus. c. Mahasiswa mampu menerapkan implementasi keperawatan pada pasien ibu hamil dengan penyakit penyerta diabetes mellitus dan mampu mengevaluasi implementasi keperawatan.
D. Metode Penulisan Metode penulisan pada makalah ini dengan metode deskriptif dan melalui pengumpulan literatur dari berbagai sumber. Dalam penyampaian ini kami menggunakan metode presentasi supaya para audience dapat dengan mudah mencerna materi ini.
E. Manfaat Penulisan 1. Sebagai bahan pembelajaran untuk penderita diabetes mellitus pada ibu hamil. 2. Sebagai sumber informasi bagi para pembaca tentang diabetes mellitus pada ibu hamil.
3
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar Ibu Hamil dengan Penyakit Penyerta Diabetes Mellitus 1. Definisi Diabetes mellitus gestasional (GDM) didefinisikan sebagai derajat apapun intoleransi glukosa dengan onset atau pengakuan pertama selama kehamilan. (WHO-World Health Organisation 2011). Hal ni berlaku baik insulin atau modifikasi diet hanya digunakan untuk pengobatan dan apakah atau tidak kondisi tersebut terus berlangsung setelah kehamilan. Ini tidak mengesampingkan kemungkinan bahwa intoleransi glukosa yang belum diakui mungkin telah dimulai bersamaan dengan kehamilan. Diabetes
mellitus
gestasional
(DMG)
adalah
intoleransi
karbohidrat ringan (toleransi glukosa terganggu) maupun berat, terjadi atau diketahui pertama kali saat kehamilan berlangsung. (ejournal keperawatan (e-Kp) Volume 1. Nomor 1. Agustus 2013)
2. Klasifikasi Pada Diabetes Mellitus Gestasional, ada 2 kemungkinan yang dialami oleh si Ibu: a. Ibu tersebut memang telah menderita DM sejak sebelum hamil b. Si ibu mengalami/menderita DM saat hamil
Ada beberapa macam klasifikasi berdasarkan kelas, salah satunya menurut White (1965) a. Kelas A Diabetes kimiawi disebut juga diabetes laten/subklinus atau diabetes kehamilan dengan kadar gula darah normal setelah makan, tetapi terjadi meningkatkan kadar glukosa 1 atau 2 jam. Ibu tidak memerlukan insulin, cukup dioabati dengan perawatan diet.
4
b. Kelas B Diabetes dewasa, terjadi setelah usia 19 tahun dan berlangsung selama 10 tahun, tidak disertai kelainan pembuluh darah. c. Kelas C Diabetes yang diderita pada usia 10-19 tahun dan berlangsung selama 10-19 tahun dengan tidak disertai penyakit vascular. d. Kelas D Diabetes yang sudah lebih dari 20 tahun, tetapi diderita sebelum usia 10 tahun disertai dengan kelainan pembuluh darah. e. Kelas E Diabetes yang disertai pengapuran pada pembuluh darah panggul termasuk arteri uterus.
3. Etiologi Selama kehamilan, peningkatan kadar hormon tertentu dibuat dalam plasenta (organ yang menghubungkan bayi dengan tali pusat ke rahim) nutrisi membantu pergeseran dari ibu ke janin. Hormon lain yang diproduksi
oleh
plasenta
untuk
membantu
mencegah
ibu
dari
mengembangkan gula darah rendah. Selama kehamilan, hormon ini menyebabkan terganggunya intoleransi glukosa progresif (kadar gula darah yang lebih tinggi). Untuk mencoba menurunkan kadar gula darah, tubuh membuat insulin lebih banyak supaya sel mendapat glukosa bagi memproduksi sumber energi. Biasanya pankreas ibu mampu memproduksi insulin lebih (sekitar tiga kali jumlah normal) untuk mengatasi efek hormon kehamilan pada tingkat gula darah. Namun, jika pankreas tidak dapat memproduksi insulin yang cukup untuk mengatasi efek dari peningkatan hormon selama kehamilan, kadar gula darah akan naik, mengakibatkan GDM. Risiko Tinggi DM Gestasional: a. Umur lebih dari 30 tahun b. Obesitas dengan indeks massa tubuh 30 kg/m2 c. Riwayat DM pada keluarga (ibu atau ayah)
5
d. Pernah menderita DM gestasional sebelumnya e. Pernah melahirkan anak besar > 4.000 gram f. Adanya glukosuria
4. Manifestasi klinik a. Poliuri (banyak kencing) Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai melampaui daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic diuresis yang mana gula banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga klien mengeluh banyak kencing. b. Polidipsi (banyak minum) Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan banyak karena poliuri, sehingga untuk mengimbangi klien lebih banyak minum. c. Polipagi (banyak makan) Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami starvasi (lapar). Sehingga untuk memenuhinya klien akan terus makan. Tetapi walaupun klien banyak makan, tetap saja makanan tersebut hanya akan berada sampai pada pembuluh darah. 1) Penurunan berat badan 2) Kesemutan, gatal 3) Pandangan kabur 4) Pruritus vulvae pada wanita 5) Lemas, lekas lelah, tenaga kurang. Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa, maka tubuh berusama mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh yang lain yaitu lemak dan protein, karena tubuh terus merasakan lapar, maka tubuh selanjutnya akan memecah cadangan makanan yang ada di tubuh termasuk yang berada di jaringan otot dan lemak sehingga klien dengan DM walaupun banyak makan akan tetap kurus.
6
5. Patofisiologi Kehamilan adalah suatu kondisi diabetogenic ditandai dengan resistensi insulin dengan peningkatan kompensasi sebagai respon β-sel dan hyperinsulinemia. Resistensi insulin biasanya dimulai pada trimester kedua dan memaju ke seluruh sisa dari kehamilan. Plasenta sekresi hormon seperti progesteron, kortisol laktogen, plasenta, prolaktin, dan hormon pertumbuhan, merupakan penyumbang utama kepada resistensi insulin yang terlihat dalam kehamilan. Resistensi pada insulin mungkin berperan dalam memastikan bahwa janin memiliki tenaga yang cukup dari glukosa dengan mengubah metabolisme energi ibu dari karbohidrat ke lemak. Wanita dengan GDM memiliki keparahan yang lebih besar dari resistensi insulin dibandingkan dengan resistensi insulin terlihat pada kehamilan normal. Mereka juga memiliki penurunan dari peningkatan kompensasi dalam sekresi insulin, khususnya pada fase pertama sekresi insulin. Penurunan pada insulin fase pertama mungkin menandakan kerusakan fungsi sel β. Xiang et al menemukan bahwa wanita dengan GDM Latino meningkat resistensi terhadap pengaruh insulin pada clearance glukosa dan produksi dibandingkan dengan wanita hamil normal. Selain itu, mereka menemukan bahwa wanita dengan GDM mengalami
penurunan
67%
sebagai
kompensasi
β-sel
mereka
dibandingkan dengan normal peserta kontrol hamil. Ada juga kebanyakan wanita dengan GDM yang memiliki bukti autoimun sel islet. Prevalensi dilaporkan antibodi sel islet pada wanita dengan GDM berkisar 1,6-38%. Prevalensi autoantibodi lain, termasuk autoantibodi insulin dan antibody asam glutamat dekarboksilase, juga telah variabel. Wanita-wanita ini mungkin menghadapi risiko untuk mengembangkan bentuk autoimun diabetes di kemudian hari. Akhirnya, dalam 5% dari semua kasus GDM, β-sel ketidakmampuan untuk mengkompensasi resistensi insulin adalah hasil dari cacat di β -sel, seperti mutasi pada glukokinase. (Sumber : Journal Clinical Diabetes January 2005 Vol 23).
7
6. Komplikasi a. Komplikasi pada Ibu: 1) Hipoglikemia, terjadi pada enam bulan pertama kehamilan 2) Hiperglikemia, terjadi pada kehamilan 20-30 minggu akibat resistensi insulin 3) Infeksi saluran kemih 4) Preeklampsi 5) Hidramnion 6) Retinopati 7) Trauma persalinan akibat bayi besar b. Masalah pada anak : 1) Abortus 2) Kelainan kongenital spt sacral agenesis, neural tube defek 3) Respiratory distress 4) Neonatal hiperglikemia 5) Makrosomia 6) Hipocalcemia 7) Kematian perinatal akibat diabetic ketoasidosis 8) Hiperbilirubinemia Tanda terjadi komplikasi pada DM gestasional: a. Makrovaskular: stroke, penyakit jantung koroner,ulkus/ gangren. b. Mikrovaskular: retina (retinopati) dan ginjal (gagal ginjal kronik), syaraf (stroke,neuropati). c. Koma: hiperglikemi, hipoglikemi, stroke
7. Pemeriksaan Diagnostik Kriteria Diagnosis: a. Gejala klasik DM + gula darah sewaktu ≤ 200 mg/dl. Gula darah sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memerhatikan waktu makan terakhir. Atau: b. Kadar gula darah puasa 126 mg/dl.Puasa diartikan pasien tidak mendapat kalori tambahan sedikitnya 8 jam. Atau:
8
c. Kadar gula darah 2 jam pada TTGO 200 mg/dl. TTGO dilakukan dengan Standard WHO, menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75 g glukosa anhidrus yang dilarutkan dalam air.
Cara pelaksanaan TTGO (WHO, 1994): a. Tiga hari sebelum pemeriksaan tetap makan seperti kebiasaan seharihari (dengan karbohidrat yang cukup) dan tetap melakukan kegiatan jasmani seperti biasa. b. Berpuasa paling sedikit 8 jam (mulai malam hari) sebelum pemeriksaan, minum air putih tanpa gula tetap diperbolehkan. c. Diperiksa kadar glukosa darah puasa d. Diberikan glukosa 75 g (orang dewasa), atau 1,75 g/Kg BB (anakanak), dilarutkan dalam 250 ml air dan diminum dalam waktu 5 menit e. Berpuasa
kembali
sampai
pengambilan
sampel
darah
untuk
pemeriksaan 2 jam setelah minum larutan glukosa selesai f. Diperiksa kadar glukosa darah 2 jam sesudah beban glukosa g. Selama proses pemeriksaan, subyek yang diperiksa tetap istirahat dan tidak merokok. Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi criteria normal atau DM, maka dapat digolongkan ke dalam kelompok TGT (Toleransi Glukosa Terganggu) atau GDPT (Glukosa Darah Puasa Terganggu) dari hasil yang diperoleh. TGT : glukosa darah plasma 2 jam setelah pembebanan antara 140 – 199 mg/dl GDPT : glukosa darah puasa antara 100 – 125mg/dl.
Reduksi Urine Pemeriksaan reduksi urine merupakan bagian dari pemeriksaan urine rutin yang selalu dilakukan di klinik. Hasil yang (+) menunjukkan adanyaglukosuria. Beberapa hal yang perlu diingat dari hasil pemeriksaan reduksi urine adalah: a. Digunakan pada pemeriksaan pertama sekali untuk tes skrining, bukan untuk menegakkan diagnosis b. Nilai (+) sampai (++++)
9
c. Jika reduksi (+): masih mungkin oleh sebab lain, seperti: renal glukosuria, obatobatan, dan lainnya d. Reduksi (++) kemungkinan KGD: 200 –300 mg% e. Reduksi (+++) kemungkinan KGD: 300 – 400 mg% f. Reduksi (++++) kemungkinan KGD: 400 mg% g. Dapat digunakan untuk kontrol hasil pengobatan h. Bila ada gangguan fungsi ginjal, tidak bisa dijadikan pedoman.
8. Penatalaksanaan medic a. Manajemen Farmakalogi 1) Insulin adalah terapi farmakologis yang paling konsisten yang telah ditunjukkan
untuk
mengurangi
morbiditas
janin
ketika
ditambahkan dengan evaluasi Terapi Nutrisi Medis (MNT). Pemilihan kehamilan untuk terapi insulin dapat didasarkan pada ukuran glikemia ibu dengan atau tanpa penilaian karakteristik pertumbuhan janin. Ketika kadar glukosa ibu digunakan, terapi insulin dianjurkan ketika MNT gagal untuk mempertahankan glukosa dipantau berdasarkan kadar glukosa berikut: a) Glukosa darah puasa seluruh : ≤ 95 mg / dl (5,3 mmol / l) b) Glukosa plasma puasa : ≤ 105 mg / dl (5,8 mmol / l) c) Glukosa darah postprandial 1-jam keseluruhan : ≤ 140 mg / dl (7,8 mmol / l)
Glukosa 1-jam postprandial plasma : ≤ 155
mg / dl (8,6 mmol / l) d) Glukosa darah postprandial 2-jam keseluruhan: ≤ 120 mg / dl (6,7 mmol / l) e) Glukosa postprandial plasma 2-jam : ≤ 130 mg / dl (7,2 mmol /l) 2) Insulin harus digunakan bila insulin yang diresepkan, dan Pemantauan Glukosa Darah Mandiri Harian (SMBG)
harus
dibimbing dan waktu dosis regimen insulin. Penggunaan insulin analog belum cukup teruji di GDM.
10
3) Pengukuran lingkar perut janin awal pada trimester ketiga dapat mengidentifikasi sebagian besar bayi tanpa risiko kelebihan makrosomia dengan tidak adanya terapi insulin ibu. Pendekatan ini telah diuji terutama pada kehamilan dengan ibu kadar glukosa serum puasa 30 kg / m 2). Pembatasan kalori 3033% (25 kkal / kg berat aktual per hari) telah terbuktikan dapat mengurangi hiperglikemia dan kadar plasma trigliserida tanpa menunjukkan peningkatan pada ketonuria. Pembatasan karbohidrat untuk 35-40% dari kalori telah terbukti menurunkan kadar glukosa ibu dan membaikan kondisi ibu dan janin. 3) Program latihan fisik yang sedang telah terbukti dapat menurunkan konsentrasi glukosa ibu pada wanita dengan GDM. Meskipun dampak latihan komplikasi neonatal menunggu uji klinis yang ketat,
efek
penurun
glukosa
11
menguntungkan
menjamin
rekomendasi bahwa perempuan tanpa kontraindikasi medis atau obstetri didorong untuk memulai atau melanjutkan program latihan sederhana sebagai bagian dari pengobatan untuk GDM. 4) GDM tidak dengan sendirinya merupakan indikasi untuk kelahiran certio cesearan atau untuk partus sebelum 38 minggu kehamilan. Perpanjangan masa kehamilan 38 minggu meningkatkan risiko makrosomia janin tanpa mengurangi tingkat bedah caesar, sehingga melahirkan janin pada minggu 38 dianjurkan tetapi kondisi obstetric harus pertimbangan. c. Monitor / Surveilans (Antenatal Care) 1) Surveilans metabolik ibu harus diarahkan dalam mendeteksi hiperglikemia parah cukup untuk menentukan kadar risiko efek pada janin. Pemantauan diri glukosa darah harian (SMBG) tampaknya lebih unggul mengetahui kadar gula darah yang benar. Bagi wanita yang diobati dengan insulin, bukti-bukti terbatas menunjukkan bahwa pemantauan postprandial lebih unggul dari pemantaun preprandial. 2) Pemantauan keton urin mungkin berguna dalam mendeteksi kalori yang tidak memadai atau asupan karbohidrat pada wanita diperlakukan dengan pembatasan kalori. 3) Surveilans harus dipertingkatkan bagi kehamilan berisiko tinggi kerana dapat menyebabakan kematian pada janin , terutama ketika kadar glukosa puasa melebihi 105 mg / dl (5,8 mmol / l) atau jangka masa kehamilan berlanjut. Inisiasi, frekuensi, dan teknik khusus yang digunakan untuk menilai kesejahteraan janin akan tergantung pada risiko kumulatif janin bergantung dari GDM dan kondisi medis lain / kondisi obstetri yang hadir. 4) Penilaian pertumbuhan janin asimetris dengan ultrasonografi, terutama di awal trimester ketiga, dapat membantu dalam mengidentifikasi janin yang dapat manfaat dari terapi insulin ibu. (Sumber : Journal Clinical Diabetes January 2005 Vol 23)
12
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian a. Biodata 1) Identitas klien meliputi: a) Nama : b) Umur : c) Agama : d) Jenis kelamin : e) Pendidikan : f) Tanggal masuk rumah sakit : g) Tanggal pengkajian : h) No register : i) Dignosa medis : 2) Identitas wali meliputi : a) Nama : b) Umur : c) Jenis kelamin : d) Pendidikan : e) Hubungan dengan klien :
b. Keluhan Utama : mengeluh Mual, muntah, penambahan berat badan berlebihan atau tidak adekuat, polipdipsi, poliphagi, poluri, nyeri tekan abdomen dan retinopati. c. Riwayat Penyakit Keluarga : Perlu dikaji apakah ada keluarga yang menderita DM, karena DM bersifat keturunan. d. Riwayat Kehamilan : 1) Diabetes mellitus gestasional. 2) Hipertensi karena kehamilan. 3) Infertilitas. 4) Bayi low gestasional age. 5) Riwayat kematian janin.
13
e. Pola Aktivitas Sehari-hari: 1) Pola Nutrisi: Polidipsi, Poliuri, Mual dan muntah, Obesitas, Nyeri tekan abdomen, Hipoglikemi, Glukosuria, Ketonuria. 2) Pola eliminasi: a) BAK : pasien dengan DM memiliki gejala yaitu poliuri atau sering berkemih. b) BAB : biasanya tidak ada gangguan. 3) Pola personal hygiene: Pola atau frekuensi mandi, menggosok gigi, keramas. f. Pola istirahat tidur : Gangguan pola tidur karena perubahan peran dan melaporkan kelelahan yang berlebihan. g. Pola aktifitas dan latihan : Aktivitas yang berlebih pada keadaan hipoglikemi dapat menyebabkan rasa lapar meningkat, pusing, nyeri kepala, berkeringat, letih, lemah, pernapasan dangkal dan pandangan kabur. Jika ini terjadi maka ibu akan rentan terhadap cedera dan jika rasa lapar berlebih ini akan menyebabkan ketidakpatuhan diet ibu. h. Pemeriksaan Fisik : 1) Keadaan umum jika dalam keadaan hipoglikemi ibu bisa merasa lemah dan letih 2) TD ibu dengan DM perlu diobservasi tekanan darahnya karena komplikasi dari ibu dengan DM adalah preeklamsia dan eklamsia. 3) Nadi pada keadaan hiperlikemi biasanya nadi lemah dan cepat. 4) Respirasi pada keadaan hiperglikemi atau diabetik ketoasidosis biasanya RR meningkat dan napas bau keton. 5) Suhu tidak ada gangguan, tetapi biasanya kulit pasien lembab pada kondisi hipoglikemi. 6) Berat badan ibu dengan DM biasanya memiliki berat badan berlebih, dan terjadi peningkatan berat badan waktu hamil yang berlebih.
14
2. Diagnosa Keperawatan a. Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan
ketidakmampuan
mencerna
dan
menggunakan nutrisi kurang tepat. b. Resiko Tinggi cidera janin berhubungan dengan peningkatan kadar glukosa maternal, perubahan pada sirkulasi. c. Resiko tinggi terhadap cedera maternal berhubungan dengan perubahan kontrol diabetik, profil darah abnormal atau anemia, hipoksia jaringan dan perubahan respon imun. d. Kurang pengetahuan mengenai kondisi diabetes, prognosis dan kebutuhan tindakan berhubungan dengan kurang informasi, kesalahan informasi dan tidak mengenal sumber informasi.
15
3. Rencana Asuhan Keperawatan a. Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan
ketidakmampuan
mencerna
dan
menggunakan nutrisi kurang tepat. Kriteria evaluasi : Mempertahankan kadar gula darah puasa antara 60-100 mg/dl dan 2 jam sesudah makan tidak lebih dari 140 mg/dl. NO
INTERVENSI
RASIONAL
Mandiri 1.
Timbang berat badan Penambahan berat badan adalah setiap
kunjungan kunci petunjuk untuk memutuskan
prenatal. 2.
penyesuaian kebutuhan kalori.
Kaji masukan kalori Membantu dalam mengevaluasi dan pola makan dalam pemahaman pasien tentang aturan 24 jam.
3.
diet.
Tinjau
ulang
berikan
dan Kebutuhan metabolisme dari janin
informasi dan ibu membutuhkan perubahan
mengenai
perubahan besar selama gestasi memerlukan
yang diperlukan pada pemantauan ketat dan adaptasi penatalaksanaan diabetic. 4.
Tinjau ulang tentang Makan pentingnya yang
sedikit
makanan menghindari
teratur
dan
sering
hiperglikemia
,
bila sesudah makan dan kelaparan
memakai insulin. 5.
Perhatikan
adanya Mual
mual
muntah mengakibatkan
dan
khususnya
dan
pada karbohidrat
trimester pertama.
muntah
dapat defisiensi
yang
dapat
mengakibatkan metabolisme lemak dan terjadinya ketosis.
6.
Kaji pemahaman stress Stress pada diabetic
dapat
peningkatan
mengakibatkan kadar
glukosa,
menciptakan fluktuasi kebutuhan
16
insulin. 7.
Ajarkan pasien tentang stick untuk memantau glukosa metode
finger
untuk
stick sendiri. Kebutuhan insulin dapat
memantau dinilai berdasarkan temuan glukosa
glukosa sendiri. 8.
Tinjau
darah serum secara periodic
ulang
dan Hipoglikemia dapat terjadi secara
diskusikan tanda gejala cepat dan berat pada trimester serta kepentingan hipo pertama atau hiperglikemia.
karena
peningkatan
penggunaan glukosa dan glikogen oleh ibu dan perkembangan janin. Hiperglikemia berefek terjadinya hidramnion.
9.
Instruksikan
untuk Pengguanaan
jumlah
besar
sederhana
untuk
mengatasi
karbohidrat
hipoglikemia
mengatasi
asimtomatik.
menyebabkan nilai glukosa darah
hipoglikemi
meningkat. 10.
Anjurkan pemantauan Ketidak cukupan masukan kalori keton urine.
ditunjukkan
dengan
ketonuria,
menandakan kebutuhan terhadap peningkatan karbohidrat. Kolaborasi 11.
Diskusikan
tentang Pembagian
dosis
dosis , jadwal dan tipe mempertimbangkan insulin.
insulin kebutuhan
basal maternal dan rasio waktu makan
12.
Sesuaikan
diet
dan Kebutuhan metabolisme prenatal
regimen insulin untuk berubah selama trimester pertama memenuhi
kebutuhan
individu 13.
Kolaborasi dengan ahli Diet secara spesifik pada individu gizi
perlu
17
untuk
mempertahankan
normoglikemi. 14.
Observasi
kadar Insiden abnormalitas janin dan
Glukosa darah.
bayi baru lahir menurun bila kadar glukosa darah antara 60 – 100 mg/dl, sebelum makan antara 60 105 mg/dl, 1 jam sesudah makan dibawah 140 mg/dl dan 2 jam sesudah makan kurang dari 200 mg/dl.
b. Resiko Tinggi cidera janin berhubungan dengan peningkatan kadar glukosa maternal, perubahan pada sirkulasi. Kriteria evaluasi : Menunjukan reaksi Non stress test dan Oxytocin Challenge Test negative atau Construction Stress Test secara normal. NO
INTERVENSI
RASIONAL
Mandiri 1.
Kaji control diabetik pengontrolan secara ketat sebelum sebelum konsepsi.
konsepsi membantu menurunkan resiko
mortalitas
janin
dan
abnormal konginental. 2.
Kaji gerakan janin dan Terjadi insufisiensi plasenta dan denyut
janin
setiap ketosis maternal mungkin secara
kunjungan.
negatif
mempengaruhi
gerakan
janin dan denyut jantung janin. 3.
Observasi
tinggi Untuk
fundus
setiap pertumbuhan abnormal
uteri
mengidentifikasi
pola
kunjungan. 4.
Berikan informasi dan Penurunan buatkan untuk glukosa
mortalitas
dan
prosedur komplikasi morbiditas janin bayi pemantauan baru lahir dan anomali congenitial dan dihubungkan
18
dengan
kenaikan
penatalaksanaan
kadar glukusa darah.
diabetes di rumah Pantauan adanya tanda sekitar 12% – 13% dari diabetes
5.
tanda
edema, akan
berkembang
proteinuria,
gangguan
peningkatan
tekanan perubahan
darah
menjadi
hipertensi
karena
kardiovaskuler
berkenaan dengan diabetes. Kolaborasi
Kaji HbA1c setiap 2 – Insiden bayi malformasi secara
6.
4
minggu
sesuai kongenital meingkat pada wanita
indikasi.
dengan kadar HbA1c tinggi pada awal
kehamilan
atau
sebelum
konsepsi 7.
Bantu
untuk Membantu menjamin hasil positif
persalinan
per untuk neonatus. Insiden lahir mati
vaginam atau seksio.
meningkat secara bermakna pada gestasi lebih dari minggu ke-36. Makrosomia sering menyebabkan distosia
dengan
sefalopelvis
disproporsi.
c. Resiko tinggi terhadap cedera maternal berhubungan dengan perubahan kontrol diabetik, profil darah abnormal atau anemia, hipoksia jaringan dan perubahan respon imun. Kriteria evaluasi : Tetap normotensive, Mempertahankan normoglikemia, Bebas dari komplikasi (seperti infeksi, pemisahan plasenta). NO
INTERVENSI
RASIONAL
Mandiri 1.
Perhatikan klasifikasi Klien dengan klasifikasi D, E atau white untuk diabetes. F adalah berisiko tinggi terhadap Kaji derajad kontrol komplikasi kehamilan.
19
diabetik. 2.
Kaji
perdarahan Perubahan
vaskuler
pervaginam dan nyeri dihubungkan tekan abdomen.
menandakan
yang
dengan
diabetes
resiko
abrupsi
plasenta. 3.
Pantau terhadap tanda Distensi uterus berlebihan karena dan gejala persalinan makrosomia preterm
atau
hidramnion
dapat mempredisposisikan pada persalinan awal.
4.
Bantu untuk belajar Memungkinkan memantau
keakuratan
tes
glukosa urin yang lebih besar karena
darah di rumah yang ambang ginjal terhadap glukosa dilakukan
6
kali menurun selama kehamilan.
sehari. 5.
Periksa keton dalam Ketonuria urin setiap hari
menandakan
adanya
kondisi kelaparan yang secara negatif
dapat
mempengaruhi
perkembangan janin 6.
Identifikasi
kejadian Insiden hipoglikemia sering terjadi
hipoglikemia
dan pada trimester ketiga karena aliran
hiperglikemia.
glukosa darah dan asam amino yang kontinue pada janin dan untuk menurunkan kadar insulin antagonis
laktogen
plasenta.
Insiden hiperglikemia memerlukan regulasi diet atau insulin untuk normoglikemia khususnya pada trimester kedua dan ketiga karena kebutuhan
insulin
sering
meningkat dua kali 7.
Kolaborasi Pantau kadar glukosa Mendeteksi ancaman ketoasidosis,
20
serum
8.
setiap menentukan
adanya
ancaman
kunjungan.
hipoglikemia.
Jadwalkan
Latar belakang retinopati dapat
pemeriksaan
berlanjut selama kehamilan karena
oftalmologi
selama keterlibatan vaskuler berat. Terapi
trimester
pertama, koagulasi laser dapat memperbaiki
trimester kedua dan dan menurunkan fibrosis optik. ketiga
bila
berada
dalam
diabetes
klasifikasi
kelas
D
atau diatasnya
d. Kurang pengetahuan mengenai kondisi diabetes, prognosis dan kebutuhan tindakan berhubungan dengan kurang informasi, kesalahan informasi dan tidak mengenal sumber informasi. Kriteria evaluasi : 1) Berpartisipasi dalam penatalaksanaan diabetes selama kehamilan. 2) Mengungkapkan
pemahaman
tentang
prosedur,
tes
laboratorium dan aktivitas yang melibatkan pengontrolan diabetes. 3) Mendemonstrasikan kemahiran memantau sendiri dan pemberian insulin. NO
INTERVENSI
1.
RASIONAL
Mandiri Kaji
pengetahuan Diabetes mellitus gestasional
tentang
proses
dan besisiko terhadap ambilan glukosa
tindakan
terhadap yang tidak efektif dalam sel,
penyakit
termasuk penggunaan lemak dan protein
hubungan dengan diet, untuk energi secara berlebihan dan latihan,
stres
dan dehidrasi seluler saat air dialirkan
kebutuhan insulin.
21
dari sel oleh konsentrasi hipertonik
glukosa dalam serum 2.
Berikan
informasi Perubahan
metabolik
prenatal
tentang cara kerja dan menyebabkan kebutuhan insulin efek merugikan insulin berubah.
Trimester
pertama
dan tinjau ulang alasan kebutuhan insulin rendah tetapi menghindari
obat menjadi dua kali dan empat kali
hipoglikemi oral.
selama trimester kedua dan ketiga. Meskipun insulin tidak melewati plasenta, agen hipoglikemi oral dapat
dan
potensial
membahayakan janin. 3.
Berikan informasi
Latihan
setelah
makan
dapat
tentang kebutuhan
membantu mencegah hipoglikemia
program latihan ringan dan menstabilkan penyimpangan glukosa,
kecuali
terjadi
peningklatan glukosa berlebihan, dimana
latihan
dapat
meningkatkan ketoasidosis 4.
Berikan mengenai kehamilan
informasi Peningkatan pengetahuan dapat dampak menurunkan
rasa
takut,
pada meningkatkan kerja sama dan
kondisi diabetes dan membantu harapan masa depan.
22
komplikasi janin
menurunkan
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan Diabetes Melitus yang terjadi dan diketahuinya saat hamil, maka ini dinamakan dengan Diabetes melitus gestasional, sedangkan bila Diabetes Melitus telah diketahui sebelum hamil, maka dinamakan Diabetes Melitus pregestasi. Diabetes Melitus yang terjadi pada ibu hamil dan diketahui saat hamil kemudian akan pulih kembali 6 minggu pasca persalinan, maka ini dinamakan Diabetes Melitus gestasional, namun apabila setelah 6 minggu persalinan Diabetes Melitus belum juga sembuh, maka ini bukannya diabetes Gestasional, tetapi Diabetes Melitus. Diabetes mellitus gstasional perlu penanganan yang serius, karena dapat mempengaruhi perkembangan janin, dan dapat mengancam kehidupan janin kedepannya. sehingga perlu diberikan asuhan keperawatan secara professional terhadap ibu hamil dengan Diabetes Melitus, supaya tidak lagi terjadi berbagai komplikasi-komplikasi yang tidak diinginkan
B. Saran Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penyusun mengambil saran dalam rangak meningkatkan pelayanan asuhan keperawatan. Adapun saran-saran adalah sebagai berikut : 1. Pasien Apabila sudah mengetahui dan memahami gejala dari penyakit diabetes mellitus gestasional hendaknya pasien segera kerumah sakit agar dapat dilakukan tindakan keperawatan. 2. Perawat Bagi seorang perawat sebaiknya harus memahami dan mengerti baik secara teoritis maupun praktek tentang penyakit diabetes mellitus gestasional agar dapat melakukan tindakan keperawatan.
23
DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/doc/132750368/Asuhan-Keperawatan-Pada-Ibu-HamilDengan-Diabetes-Melitus diakses pada tanggal 13 februari 2018, pukul 15:25 WIB https://media.neliti.com/media/publications/67971-ID-analisis-faktor-yangberhubungan-dengan.pdf diakses pada tanggal 13 februari 2018, pukul 15:15 WIB ejournal keperawatan (e-Kp) Volume 1. Nomor 1. Agustus 2013 diakses pada tanggal 13 februari 2018, pukul 14:45 WIB Journal Clinical Diabetes January 2005 Vol 23 diakses pada tanggal 13 Februari 2018, pukul 16:00 WIB http://jemariinspirasimu.blogspot.co.id/2015/10/askep-diabetes-melitus-pada-ibuhamil.html diakses pada tanggal 13 februari 2018, pukul 14:35 WIB
24