Ibu Hamil DM [PDF]

  • Author / Uploaded
  • hana
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ASUHAN KEBIDANAN DIABETES MELITUS  PADA IBU HAMIL BAB I PENDAHULUAN 1.1     Latar Belakang Diabetes merupakan salah satu gangguan kesehatan dengan jumlah penderita yang cukup besar didalam populasi penduduk dunia. Diabetes merupakan suatu bentuk kelainan atau gangguan metabolisme tubuh, dimana tubuh penderita diabetes mengalami gangguan mengolah karbohidrat dikarenakan kurangnya hormon insulin atau mengalami kekurangan transporter glukosa. Adapun penanganan diabetes melitus pada ibu hamil memerlukan perhatian yang serius karena menyangkut 2 nyawa yaitu : nyawa sang ibu serta janin yang tengah dikandung. Ibu hamil memiliki resiko mengalami diabetes gestational yang biasanya diakibatkan karena obesitas dan hipertensi. Semua ibu hamil pada suatu waktu dalam masa kehamilannya akan menjalani pemeriksaan untuk men-screeningdiabetes gestasional. terutama pada ibu hamil yang usianya diatas 35 tahun, berat badan berlebih, atau yang memiliki riwayat diabetes dalam keluarga dapat menjalani pemeriksaan ini lebih awal dan lebih sering.  Ibu hamil yang sebelum masa kehamilan tidak menderita diabetes melitus juga berisiko untuk menderita diabetes melitus gestasional pada masa kehamilan. Mengalami gangguan diabetes disaat hamil dapat mengakibatkan dampak buruk bagi sang ibu dan juga janin yang tengah dikandungnya. Melakukan pemeriksaan teratur guna mengecek kondisi gula darah merupakan tindakan yang sangat dianjurkan dan juga teratur mengunjungi dokter guna menjalani konsultasi medis. Adapun penangan diabetes melitus pada ibu hamil sebagai usaha menjaga kestabilan kondisi tubuh seperti melakukan pengaturan pola makan guna mengurangi resiko terjadinya hipoglikemia. Sekitar 2-5% ibu hamil dapat mengalami diabetes gestasional dengan peningkatan hingga 7-9% pada populasi dengan ibu yang memiliki faktor risiko. Biasanya pemeriksaaan untuk screeningpenyakit ini dilakukan pada masa antara kehamilan minggu ke-24 dan ke-28 karena pada saat ini plasenta memproduksi hormon dalam yang dapat mengakibatkan resistensi insulin dalam jumlah banyak. Jika hasil pemeriksaan didapatkan kadar yang meningkat, pemeriksaan selanjutnya perlu dilakukan untuk konfirmasi diagnosis diabetes gestasional. 1.2 Rumusan Masalah 1.Apa itu kehamilan? 2. Apa itu penyakit Diabetes Mellitus (DM)? 3. Apa kaitan Diabetes Mellitus (DM) dengan Ibu Hamil? 4. Bagaimana Asuhan Kebidanan ibu hamil dengan penyakit Diabetes Mellitus? 1.3 Tujuan Penulisan 1.3.1 Tujuan Umum 1.      Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami pengertian dari kehamilan, Diabetes Mellitus (DM) serta kaitan Diabetes Mellitus (DM) dengan ibu hamil 2.      Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami asuhan kebidanan ibu hamil dengan penyakit Diabetes Mellitus (DM)



1.3.2  Tujuan Khusus Mampu menerapkan asuhankebidanan ibu hamil dengan penyakit Diabetes Mellitus sebagai upaya meningkatkan kualitas kesehatan. 1.4  Manfaat Penulisan 1.      Mengetahui apa yang dimaksud dengan kehamilan 2.      Mengetahui apa yang dimaksud Diabetes Mellitus (DM) 3.      Dapat menjelaskan kaitan Diabetes Mellitus (DM) dengan Ibu Hamil 4.      Mampu menerapakan asuhan kebidanan ibu hamil dengan Mellitus sebagai upaya meningkatkan kualitas kesehatan.



penyakit



Diabetes



BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 KONSEP DASAR 2.1.1 Definisi Kehamilan adalah masa dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) di hitung dari hari pertama haid terakhir (syaifuddin, 2006). Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intra uteri mulai sejak konsepsi yang berakhir sampai permulaan persalinan (Manuaba,2008). Kehamilan merupakan proses yang diawali  dengan adanya pembuahan (konsepsi), masa pembentukan bayi dalam rahim, dan diakhiri oleh lahirnya sang bayi (Monika,2009). Jadi, kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin yang diawali dengan adanya pembuahan dan diakhiri oleh lahirnya sang bayi di hitung dari hari pertama haid terakhir. Diabetes melitus merupakan kelainan herediter dengan ciri influensi atau absennya insulin dalam sirkulasi darah, konsentrasi gula darah tinggi, dan  berkurangnya glikogenesis (Wahyu Purwaningsih, 2010). Mengalami gangguan diabetes disaat hamil dapat mengakibatkan dampak buruk bagi sang ibu dan juga janin yang tengah dikandungnya. 2.1.2 Etiologi Penyakit diabetes melitus yang terjadi selama kehamilan disebabkan karena kurangnya jumlah insulin yang dihasilkan oleh tubuh yang dibutuhkan untuk membawa glukosa melewati membran sel. 2.1.3 Patofisiologi



Dalam kehamilan terjadi perubahan metabolisme endokrin dan karbohidrat yang menunjang pemasukan makanan bagi janin serta persiapan menyusui. Glukosa dapat difusi secara tetap melalui plasenta pada janin sehingga kadarnya dalam darah janin hampir menyerupai kadar dalam darah ibu. Insulin ibu tidak dapat mencapai janin sehingga kadar gula ibu yang mempengaruhi kadar dalam janin. Pengendalian yang utama dipengaruhi oleh insulin, disamping beberapa hormon lain yaitu estrogen, steroid, plasenta laktogen. Akibat lambatnya reabsorbsi makanan maka terjadi hiperglikemia yang relatif lama dan menuntut kebutuhan insulin. Menjelang aterm kebutuhan insulin meningkat mencapai 3 kali dari keadaan normal yang disebut: tekanan diabetogenik dalam kehamilan. Secara fisiologis telah terjadi retensi insulin yaitu bila ditambah dengan estrogen eksogen ia tidak mudah menjadi hipoglikemia. Yang menjadi masalah bila seorang ibu tidak mampu meningkatkan produksi insulin sehingga relatif hipoinsulin yang mengakibatkan hiperglikemia / diabetes kehamilan. Retensi insulin juga disebabkan oleh adanya hormon estrogen, progesteron, kortisol, prolaktin dan plasenta laktogen yang mempengaruhi reseptor insulin pada sel sehingga mengurangi fungsi insulin. keadaan yang disebut hiperglikemia, sehingga dapat menyembuhkan kondisi kompensasi  tubuh seperti meningkatkan rasa haus (polidipsi) mengekskresikan cairan (poliuri), mudah lapar (polifagi) 2.1.4 Klasifikasi Diabetes Melitus Tipe diabetes mellitus dapat dibedakan menjadi: 1.      DM Tipe 1 (IDDM) Insulin dependent diabetes mellitus atau tergantung insulin (T1) yaitu kasus yang memerlukan insulin dalam pengendalian kadar gula darah. 2.      DM Tipe 11 (NIDDM) Non insulin dependent diabetes mellitus atau tidak tergantung insulin (TT1) yaitu kasus yang tidak memerlukan insulin dalam pengendalian kadar gula darah 3.      Diabetes mellitus gestasional (DMG) atau diabetes laten  yaitu diabetes yang hanya timbul dalam kehamilan. Pengobatan tidak memerlukan insulin cukup dengan diit saja. Ada beberapa macam klasifikasi berdasarkan kelas, salah satunya menurut White (1965) 1.      Kelas A. Diabetes kimiawi disebut juga diabetes laten/subklinus atau diabetes kehamilan dengan kadar gula darah normal setelah makan, tetapi terjadi meningkatkan kadar glukosa 1 atau 2 jam. Ibu tidak memerlukan insulin, cukup dioabati dengan perawatan diet. 2.      Kelas B. Diabetes dewasa, terjadi setelah usia 19 tahun dan berlangsung selama 10 tahun, tidak disertai kelainan pembuluh darah. 3.      Kelas C. Diabetes yang diderita pada usia 10-19 tahun dan berlangsung selama 10-19 tahun dengan tidak disertai penyakit vascular. 4.      Kelas D. Diabetes yang sudah lebih dari 20 tahun, tetapi diderita sebelum usia 10 tahun disertai dengan kelainan pembuluh darah. 5.      Kelas E. Diabetes yang disertai pengapuran pada pembuluh darah panggul termasuk arteri uterus. 6.      Kelas F. Diabetes dengan nefropati, termasuk glomerulonefritis dan pielonefritis. 2.1.5 Faktor Risiko Faktor risiko ibu hamil dengan diabetes melitus adalah : 1.      Riwayat keluarga dengan diabetes melitus 2.      Glukosuria dua kali berturut-turut 3.      Obesitas 4.      Keguguran kehamilan yang tidak bisa dijelaskan (abortus spontan) 5.      Adanya hidramnion 6.      Kelahiran anak sebelumnya besar



7.      Umur mulai tua 8.      Herediter 2.1.6 Manifestasi Klinis Tanda dan gejala klinis patogenesis Diabetes Melitus menurut Mansjoer, (2000), yaitu sebagai berikut : 1.      Polifagia. 2.      Poliuria 3.      Polidipsi 4.      Lemas 5.      BB menurun 6.      Kesemutan 7.      Gatal. 8.      Mata kabur 9.      Pruritus vulva. 10.  Ketonemia 11.  Glikosuria 12.  Gula darah 2 jam pp > 200 mg/dl. 13.  Gula darah sewaktu > 200 mg/dl 14.  Gula darah puasa > 126 mg/dl.



Kemungkinan atau dugaan penyakit makin tinggi terjadi pada: 1.  Umur penderita makin tua. 2.  Pada multiparitas 3.  Penderita gemuk. 4. Kelainan anak lebih besar dari 4000gr. 5.  Riwayat kehamilan yang mengalami sering meninggal dalam rahim, sering mengalami lahir mati, sering mengalami keguguran. 6.  Bersifat keturunan. 7.  Pada pemeriksaan terdapat gula dalam urin. Kejadian penyakit gula dalam kehamilan sering memberikan pengaruh yang kurang menguntungkan dan dapat dijabarkan sebagai berikut: 1.    Pengaruh kehamilan, persalinan, dan nifas terhadap penyakit gula diantaranya: a.   Keadaan pre-diabetes lebih jelas menimbulkan gejala pada kehamilan, persalinan, dankala nifas. b.  Penyakit diabetes (gula) makin berat. c. Saat persalinan, karena meerlukan tenaga yang besar, dapat terjadi koma diabetikum. 2.   Pengaruh penyakit gula terhadap kehamilan diantaranya: a.   Dapat terjadi gangguan pertumbuhan janin dalam rahim: terjadi keguguran, persalinan premature, kematian dalam rahim, lahir mati atau bayi yang besar. b.   Dapat terjadi hidramnion. c.   Dapat menimbulkan pre-eklampsia-eklampsia. 3.    Pengaruh penyakit terhadap persalinan diantaranya: a.   Gangguan kontraksi otot rahim yang menimbulkan persalinan lama atau terlantar. b.   Janin besar dari sering memerlukan tindakan opersai. c.   Gangguan pembuluh darah plasenta yang menimbulkan asfiksia sampai lahir mati.



d.   Perdarahan postpartum karena gangguan kontraksi otot rahim. e.   Post partum mudah terjadi infeksi. f.   Bayi mengalami hipoglisemia post partum dan dapat menimbulkan kematian. 4.    Pengaruh penyakit gula terhadap kala nifas diantaranya: a.   Mudah terjadi infeksi postpartum. b.   Kesembuhan luka terlambat dan cenderung infeksi mudah menyebar. 5.    Pengaruh penyakit terhadap janin (bayi) diantaranya: a   Dapat terjadi keguguran, persalinan prematuritas, kematian janin dalam rahim (setelah minggu 36) dan lahir mati. b    Bayi dengan dismaturitas. c    Bayi dengan cacat bawaan. d    Bayi yang potensial mengalami kelainan saraf dan jiwa. e    Bayi yang dapat menjadi potensial mengidap penyakit gula. 2.1.7 Komplikasi Diabetes Melitus  Terhadap Kehamilan Diabetes mellitus dapat menimbulkan komplikasi pada ibu hamil dan janin intrauteri. Komplikasi ibu hamil dengan dibetes mellitus yang terjadi dalam berbagai manifestasi klinik dapat bersumber dari : 1.      Lamanya menderita diabetes mellitus. 2.      Konsentrasi kolesterol darah yang tinggi. 3.      Hiperglikemi glukosuria. 4.      Banyak dan lamanya terdapat badan keton dalam darah. Hal-hal tersebut dapat menimbulkan kerusakan sebagai berikuut: 1.  Kerusakan pembuluh darah. 2.  Viskositas darah meningkat, sehingga distribusi dan suplai O2 ke jaringan makin menurun. 3. Pembuluh darah mengalami aterosklerosis sekunder dapat menimbulkan hipertensi. 4. Hipertensi menimbulkan gangguan organ vital terkait melalui: a.       Diabetika endarteritis. b.      Mikrokoagulasi. c.       Ekstravasasi cairan menimbulkan edema. 2.1.8 Bentuk-bentuk Kelainan Kongenital 1.   Kardiovaskuler a.      Transposisi pembuluh darah besar. b.      Defek septum ventrikuler. c.      Defek septum atrial. d.      Hipoplastik ventrikel kiri. e.      Situs invrsus. f.      Anomaly aorta 2.   System saraf pusat a.      Anensefalus. b.      Ensefalokel. c.      Meningomielokele. d.      holoprosensefale. e.      Mikrosefali. 3.   Penulangan



a.      Sindrom regresi kuadalis. b.      Spina bifida 4.   Genitourinari a.      Tanpa ginjal (Potter syndrome) b.      Polikistik ginjal. c.      Ureter ganda. 5.   Gastrointestinal a.       Fistula trakeo-oesophagus. b.      Atresiaani c.      Anus inforferata.



2.1.9Manajemen Terapeutik Manajemen terapeutik yang diberikan bertujuan untuk kemungkinan timbulnya komplikasi pada ibu dan mempertinggi angka keselamatan bayi (salvage fetal rate). Ada tiga tujuan utama pengobatan diabetes melitus gestational sebagai berikut : 1.      Mencegah timbulnya ketosis dan hipodlikemia 2.      Mencegah hiperglikemia dan glikosuria seminimal mungkin 3.      Mencapai usia kehamilan seoptimal mungkin Diet ibu diabetes dalam kehamilan tidak berbeda dengan diabetes lainnya, kecuali penambahan kalori total untuk mencapai penambahan berat badan 10-12 kg selama hamil dan menjaga asupan karbohidrat tidak kurang dari 200 gr/hari.  Diperhatikan diet yang teratur dan asupan kalori total yang tepat diselingi dengan makanan kecil (4-6 kali sehari). 2.1.10 Pemeriksaan Diagnostik Kriteria Diagnosis: 1.      Gejala klasik DM + gula darah sewaktu ≤ 200 mg/dl. Gula darah sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memerhatikan waktu makan terakhir. Atau: 2.      Kadar gula darah puasa 126 mg/dl.Puasa diartikan pasien tidak mendapat kalori tambahan sedikitnya 8 jam. Atau: 3.      Kadar gula darah 2 jam pada TTGO 200 mg/dl. TTGO dilakukan dengan Standard WHO, menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75 g glukosa anhidrus yang dilarutkan dalam air. Cara pelaksanaan TTGO (WHO, 1994) 1.      Tiga hari sebelum pemeriksaan tetap makan seperti kebiasaan sehari-hari (dengan karbohidrat yang cukup) dan tetap melakukan kegiatan jasmani seperti biasa 2.      Berpuasa paling sedikit 8 jam (mulai malam hari) sebelum pemeriksaan, minum air putih tanpa gula tetap diperbolehkan 3.      Diperiksa kadar glukosa darah puasa 4.      Diberikan glukosa 75 g (orang dewasa), atau 1,75 g/Kg BB (anak-anak), dilarutkan dalam 250 ml air dan diminum dalam waktu 5 menit 5.      Berpuasa kembali sampai pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan 2 jam setelah minum larutan glukosa selesai 6.      Diperiksa kadar glukosa darah 2 jam sesudah beban glukosa



7.      Selama proses pemeriksaan, subyek yang diperiksa tetap istirahat dan tidak merokok. Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi criteria normal atau DM, maka dapat digolongkan ke dalam kelompok TGT (Toleransi Glukosa Terganggu) atau GDPT (Glukosa Darah Puasa Terganggu) dari hasil yang diperoleh.          TGT : glukosa darah plasma 2 jam setelah pembebanan antara 140 – 199 mg/dl          GDPT : glukosa darah puasa antara 100 – 125mg/dl. Reduksi Urine Pemeriksaan reduksi urine merupakan bagian dari pemeriksaan urine rutin yang selalu dilakukan di klinik. Hasil yang (+) menunjukkan adanyaglukosuria. Beberapa hal yang perlu diingat dari hasil pemeriksaan reduksi urine adalah: 1.      Digunakan pada pemeriksaan pertama sekali untuk tes skrining, bukan untuk menegakkan diagnosis 2.      Nilai (+) sampai (++++) 3.      Jika reduksi (+): masih mungkin oleh sebab lain, seperti: renal glukosuria, obat-obatan, dan lainnya 4.      Reduksi (++) kemungkinan KGD: 200 –300 mg% 5.      Reduksi (+++)  kemungkinan KGD: 300 – 400 mg% 6.      Reduksi (++++) kemungkinan KGD:  400 mg% 7.      Dapat digunakan untuk kontrol hasil pengobatan 8.      Bila ada gangguan fungsi ginjal, tidak bisa dijadikan pedoman.



2.1.11    Penatalaksanaan Medis 1.      Terapi Diet Tujuan utama penatalaksanaan klien dengan diabetes mellitus adalah untuk mengatur glukosa darah dan mencegah timbulnya komplikasi akut dan kronik. Jika klien berhasil mengatasi diabetes yang dideritanya, ia akan terhindar dari hyperglikemia atau hypoglikemia. Penatalaksanaan diabetes tergantung pada ketepatan interaksi dari tiga faktor aktifitas fisik, diet dan intervensi farmakologi dengan preparat hyperglikemik oral dan insulin. Tiga hal penting yang harus diperhatikan pada penderita diabetes mellitus adalah tiga J (jumlah, jadwal dan jenis makanan) yaitu :          J I      :  jumlah kalori sesuai dengan resep dokter harus dihabiskan.          J 2      : jadwal makanan harus diikuti sesuai dengan jam makan terdaftar.          J 3      :jenis makanan harus diperhatikan (pantangan gula dan makanan manis). Diet pada penderita diabetes mellitus dapat dibagi atas beberapa bagian antara lain :          Diet A : terdiri dari makanan yang mengandung karbohidrat 50 %, lemak 30 %, protein 20 %.          Diet B : terdiri dari karbohidrat 68 %, lemak 20 %, protein 12 %.          Diet B1 : terdiri dari karbohidrat 60 %, lemak 20 %, protein 20 %.



         Diet B1



dan B2 diberikan untuk nefropati diabetik dengan gangguan faal ginjal.



NO



Tipe Diet



1. 2.



Diet A Diet B



Diberikan pada semua penderita diabetes mellitus pada umumnya. Diberikan pada penderita diabetes terutama yang : 1. Kurang tahan lapan dengan dietnya. 2. Mempunyai hyperkolestonemia. 3. Mempunyai penyulit mikroangiopati misalnya pernah mengalami cerobrovaskuler accident (cva) penyakit jantung koroner. 4. Mempunyai penyulit mikroangiopati misalnya terdapat retinopati diabetik tetapi belum ada nefropati yang nyata. 5. Telah menderita diabetes dari 15 tahun



3.



Diet B1



Diberikan pada penderita diabetes yang memerlukan diet protein tinggi, yaitu penderita diabetes terutama yang : 1. Mampu atau kebiasaan makan tinggi protein tetapi normalip idemia. 2. Kurus (underweight) dengan relatif body weight kurang dari 90 %. 3. Masih muda perlu pertumbuhan. 4. Mengalami patah tulang. 5. Hamil dan menyusui. 6. Menderita hepatitis kronis atau sirosis hepatitis. 7. Menderita tuberkulosis paru. 8. Menderita penyakit graves (morbus basedou). 9. Menderita selulitis. 10. Dalam keadaan pasca bedah. Indikasi tersebut di atas selama tidak ada kontra indikasi penggunaan protein kadar tinggi.



4.



Indikasi Diet



Diet B1 dan Diet B2 (Diberikan pada penderita nefropati dengan gagal ginjal kronik B2 yang klirens kreatininnya masih lebar dari 25 ml/mt). Sifat-sifat diet B2 1. Tinggi kalori (lebih dari 2000 kalori/hari tetapi mengandung protein kurang. 2. Komposisi sama dengan diet B, (68 % hidrat arang, 12 % protein dan 20 % lemak) hanya saja diet B2 kaya asam amino esensial. 3. Dalam praktek hanya terdapat diet B2 dengan diet 2100 – 2300 kalori / hari. Karena bila tidak maka jumlah perhari akan berubah. Diet B3 (Diberikan pada penderita nefropati diabetik dengan gagal ginjal kronik yang klibers kreatininnya kurang dari 25 MI/mt) Sifat diet B3 1. Tinggi kalori (lebih dari 2000 kalori/hari). 2. Rendah protein tinggi asam amino esensial, jumlah protein 40



gram/hari. 3. Karena alasan No 2 maka hanya dapat disusun diet B3 2100 kalori dan 2300 / hari. (bila tidak akan merubah jumlah protein). 4. Tinggi karbohidrat dan rendah lemak. 5. Dipilih lemak yang tidak jenuh. Semua penderita diabetes mellitus dianjurkan untuk latihan ringan yang dilaksanakan secara teratur tiap hari pada saat setengah jam sesudah makan. Juga dianjurkan untuk melakukan latihan ringan setiap hari, pagi dan sore hari dengan maksud untuk menurunkan BB. Penyuluhan kesehatan, untuk meningkatkan pemahaman maka dilakukan penyuluhan melalui perorangan antara dokter dengan penderita yang datang. Selain itu juga dilakukan melalui media-media cetak dan elektronik. 2.      Terapi Insulin Menurut Prawirohardjo, (2002) yaitu sebagai berikut : Daya tahan terhadap insulin meningkat dengan makin tuanya kehamilan, yang dibebaskan oleh kegiatan antiinsulin plasenta. Penderita yang sebelum kehamilan sudah memerlukan insulin diberi insulin dosis yang sama dengan dosis diluar kehamilan sampai ada tanda-tanda bahwa dosis perlu ditambah atau dikurangi. Perubahan-perubahan dalam kehamilan memudahkan terjadinya hiperglikemia dan asidosis tapi juga menimbulkan reaksi hipoglikemik. Maka dosis insulin perlu ditambah/dirubah menurut keperluan secara hati-hati dengan pedoman pada 140 mg/dl. Insulin yang dapat digunakan untuk terapi diantaranya: a). Humulin          Komposisi : Humulin R Reguler soluble humaninsulin (rekombinant DNA origin). Humulin N isophane human insulin (rekombinant DNAorigin). Humulin 30/70 reguler soluble human insulin 30% & human insulin suspensi 70% (rekombinant DNA origin).          Indikasi : IDDM          Dosis : Dosis disesuaikan dengan kebutuhan individu. Diberikan secara injeksi SK, IM, Humulin R dapat diberikan secara IV. Humulin R mulai kerja ½ jam, lamanya 6-8 jam, puncaknya 2-4 jam. Humulin N mulai kerja 1-2 jam, lamanya 18-24 jam, puncaknya 6-12 jam. Humulin 30/70 mulai kerja ½ jam, lamanya 14-15 jam, puncaknya 1-8 jam.          Kontraindikasi : Hipoglikemik.          Peringatan : Pemindahan dari insulin lain, sakit atau gangguan emosi, diberikan bersama obat hiperglokemik aktif.          Efek sampinng : Jarang, lipodistropi, resisten terhadap insulin, reaksi alergi local atau sistemik.          Faktor resiko : pada kehamilan kategori B b). Insulatard Hm/ Insulatard Hm Penfill          Komposisi : Suspensi netral isophane dari monokomponen insulin manusia. Rekombinan DNA asli.          Indikasi : DM yang memerlukan insulin          Dosis : Jika digunakan sebagai terapi tunggal biasanya diberikan 1-2x/hari (SK). Onset: ½ jam. Puncak: 4-12 jam. Terminasi: setelah 24 jam. Penfill harus digunakan dengan Novo pen 3 dengan jarum Novofine 30 G x 8mm.          Kontraindikasi : Hipoglikemia.          Faktor resiko : pada kehamilan kategori B



c. Actrapid Hm/Actrapid Hm Penfill          Komposisi : Larutan netral dari monokomponen insulin manusia. Rekombinan DNA asli          Indikasi : DM          Dosis : Jika digunakan sebagai terapi tunggal, biasanya diberikan 3 x atau lebih sehari.



Penfill SK, IV, IM. Harus digunakan dengan Novo Pen 3 & jarum Novofine 30 G x 8 mm. Tidak dianjurkan untuk pompa insulin. Durasi daya kerja setelah injeksi SK: ½ jam, puncak: 1-3 jam. Terminasi setelah 8 jam.          Kontraindikasi : hipoglikemia, insulinoma. Pengunaan pada pompa insulin.          Peringatan : Stres psikis, infeksi atau penyakit lain yang meningkatkan kebutuhan insulin. Hamil.          Efek samping : Jarang, alergi & lipoatrofi.          Interaksi obat : MAOI, alcohol, bloker meningkatkan efek hipoglikemik. Kortikosteroid, hormon tiroid, kontrasepsi oral, diuretic meningkatkan kebutuhan insulin.          Faktor resiko : pada kehamilan kategori B d. Humalog/Humalog Mix 25          Komposisi : Per Humalog insulin lispro. Per Humalog Mix 25 insulin lispro 25%, insulin lispro protamine suspensi 75%.          Indikasi : Untuk pasien DM yang memerlukan insulin untuk memelihara homeostasis normal glukosa. Humalog stabil awal untuk DM, dapat digunakan bersama insulin manusia kerja lama untuk pemberian pra-prandial          Dosis : Dosis bersifat individual. Injeksi SK aktivitas kerja cepat dari obat ini, membuat obat ini dapat diberikan mendekati waktu makan (15 menit sebelum makan)          Kontraindikasi : hipoglikemia. Humalog mix 25 tidak untuk pemberian IV.          Peringatan : Pemindahan dari terapi insulin lain. Penyakit atau gangguan emosional. Gagal ginjal atau gagal hati. Perubahan aktivitas fisik atau diet. Hamil.          Efek samping : Hipoglikemia, lipodisatrofi, reaksi alergi local & sistemik.          Interaksi obat : Kontrasepsi oral,kortikosteroid, atau terapi sulih tiroid dapat menyebabkan kebutuhan tubuh akan insulin meningkat. Obat hipoglikemik oral, salisilat, antibiotik sulfa, dapat menyebabkan kebutuhan tubuh akan insulin menurun.          Faktor resiko : pada kehamilan kategori B e. Mixtard 30 Hm/Mixtard Hm Penfill          Komposisi : Produk campuran netral berisi 30% soluble HM insulin & 70% isophane HM insulin (monokomponen manusia). Rekombinan DNA asli.          Indikasi : DM yang memerlukan terapi insulin.          Dosis : Jika digunakan sebagai terapi tunggal biasanya diberikan 1-2 x/hari. Onset: ½ jam. Puncak 2-8 jam. Terminasi setelah 24 jam. Penfill harus digunakan dalam Novo Pen 2 dengan jarum Novofine 30 G x 8 mm.          Kontraindikasi : Hipoglikemia, insulinoma.          Peringatan : Stres psikis, infeksi atau penyakit yang dapat meningkatkan kebutuhan insulin. Hamil.          Efek samping : Jarang, alergi & lipoatrofi.          Interaksi obat : MAOI, alkohol, ? bloker meningkatkan efek hipoglikemik. Kortikosteroid, hormon tiroid, kontrasepsi oral, diuretic meningkatkan kebutuhan insulin.          Faktor resiko : pada kehamilan kategori B. 3.      Olahraga Kecuali kontraindikasi, aktivitas fisik yang sesuai direkomendasikan untuk memperbaiki sensitivitas insulin dan kemungkinan memperbaiki toleransi glukosa. Olahraga



juga dapat membantu menaikkan berat badan yang hilang dan memelihara berat badan yang ideal ketika dikombinasi dengan pembatasan intake kalori. 0



2.2          KONSEP ASUHAN KEBIDANAN 2.2.1Pengkajian 1. Identitas 2. Keluhan Utama 3. Riwayat Kehamilan 4. Riwayat Penyakit Keluarga 5. Riwayat Obstetri 6. Riwayat Kehamilan sekarang 7. Riwayat antenatal care meliputi : 8. Pola Aktivitas Sehari-hari a. Pola nutrisi b. Pola eliminasi c. Pola personal hygiene d. Pola istirahat dan tidur e. Pola aktifitas dan latihan 9.  Pemeriksaan Fisik a. Kepala dan rambut b. Wajah c. Mata d. Hidung e. Keadaan mulut f.Telinga g. Leher h.Dada dan payudara i. Ekstremitas dan kulit 2.2.2 Diagnosa Keperawatan 2.2.3   Intervensi 2.2.4 Evaluasi



BAB III GAMBARAN KASUS “Asuhan Kebidana pada Ibu Hamil dengan Diabetes Melitus (DM)” Pada Ny. S Umur 31 Tahun G2P1A0AH1 Umur Kehamilan 30 minggu Di BPM Haniyah, Sleman, Yogyakarta



A.  Pengkajian 1. Identitas a. Identitas klien 1.      Nama                                  : Ny ‘S’                                   2.      Umur                                  : 31th                                                                 3.      Suku/Bangsa                       : Sumatera/Indonesia              4.      Agama                                : Islam                                     5.      Pendidikan                         : SMA                                     6.      Pekarjaan                            : Pedagang                              7.      Alamat                                : Jl.Krapyak, Sleman               8.      No. Register                     : 01042013 9.      Dx. Medis                                      : DM 10.  Tanggal masuk                 : Minggu, 1 Maret 2020 11.  Tanggal pengkajian           : Minggu, 1 Maret 2020 b. Identitas penanggung jawab 1.       Nama                                    : Tn. ‘Z’ 2.       Umur                                    : 34th 3.       Jenis kelamin                    : laki-laki 4.       Agama                                  : Islam 5.       Pendidikan                                     : D3 6.       Pekarjaan                                        : Karyawan swasta 7.       Suku/Bangsa                                  : Jawa/Indonesia 8.       Alamat                                 : Jl.Krapyak, Sleman 9.       Hubungan dengan klien       : Suami



2. Data Subjektif a). Alasan Datang/ Dirawat : Ibu mengatakan ingin memeriksakan keadaanya. b). Keluhan utama Ibu mengeluh sering merasa haus, merasa lapar dan sering BAK c). Riwayat kesehatan dahulu Ibu mengatakan tidak pernah atau sedang menderita penyakit menular seperti PMS, HIV/AIDS, TBC, penyakit menurun seperti DM, Hipertensi, jantung, dan penyakit menahun seperti Asma, jantung, dan Hipertensi. Dan Ibu mengatakan dulu pernah melakukan operasi sesar. d). Riwayat kesehatan keluarga Ibu mengatakan keluarga ibu maupun keluarga suami tidak pernah/sedang menderita penyakit menular seperti PMS, HIV/AIDS, TBC, penyakit menurun seperti DM, Hipertensi, jantung, dan penyakit menahun seperti Asma, jantung, dan Hipertensi. e). Riwayat Kehamilan Sekarang : a.   HPM           : 4-9-2019                    HPL    :  11-6-2020 b.   ANC pertama umur kehamilan       :  6minggu c.   Kunjungan ANC Trimester I



Frekuensi    : 6 Minggu Keluhan      : mual muntah Komplikasi :  tidak ada Terapi                      :  belum diberikan Trimester II Frekuensi    :  2x Keluhan      : pusing Komplikasi : DMG Terapi                      : tablet Fe, Lico Calk, Trimester III Frekuensi    : 2x Keluhan      : sering haus, lapar, BAK Komplikasi : DMG Terapi                      : tablet fe d.   Imunisasi TT:  TT 1 : TT Caten TT 2 : tanggal 25 September 2007 TT 3 : tanggal 28 Oktober 2007 TT 4 : tanggal         TT 5 : tanggal         e.  Pergerakan janin selama 24 jam (dalam sehari) Ibu mengatakan janinnya bergerak lebih dari 10x sehari. f). Aspek psikologis          Ibu mengatakan suami dan keluarga senang dan menerima dengan kehamilan sekarang.]          Ibu mengatakan suami dan keluarga mendukung ibu dengan kehamilan sekarang.          Ibu mengatakan hubungan ibu, suami, keluarga, dan tetangga baik-baik saja g). Aspek sosial Hubungan klien dengan keluarga sangat baik, terbukti keluarganya bergantian menjaganya selama di Rumah Sakit. Hubungan klien dengan lingkungan juga sangat baik, terbukti banyak yang menjenguknya, h). Aspek spiritual Klien dan keluarga beragama islam menurut keluarga selama sehatnya klien rajin beribadah, begitu juga selama dirawat di rumah sakit. i). Pengetahuan ibu (tentang kehamilan, persalinan, nifas) -          Ibu mengatakan belum mengetahui tentang kehamilan trimester 1,2, dan 3. -          Ibu mengatakan belum mengetahui tentang masa persalinan. -          Ibu mengatakan belum mengerti tentang masa nifas dan menyusui.



2. Data Objektif a) .Pemeriksaan umum Keadaan umum           : baik Kesadaran                   : composmentis Status emosional         : stabil



Tanda vital                  : Tekanan darah                    : 120/80mmhg             Nadi    : 72x/menit Pernafasan                          : 25x/menit                  Suhu    : 36.50c BB                                      : 68kg                           TB       : 150cm b). Pemeriksaan Fisik Kepala             : messocepal. Tidak ada benjolan, bersih, tidak berketombe Wajah              : simetris, tidak ada odema, ada cloasma gravidarum Telinga : simetris, terdapat lubang telinga  Mata               : simetris, konjungtiva merah muda, sclera putih Hidumg           : simetris, tidak polip, tidak ada sekret Mulut               : simetris, tidak labioskisis/palatoskisis, tidak karies gigi Leher               : tidak ada pmbesaran vena jugularis, kelenjar parotis/limfe Dada                : simetris, tidak retraksi dinding dada. Payudara         : simetris, putting menonjol, colustrum(-), hyperpigmentasi Abdomen        : linea(+), striae(+), tfu 3 jari atas pusat.



 Palpasi             Leopold I        : pada bagian fundus teraba bulat, lunak, dan ridak melenting yaitu bokong janin.  Leopold II      : pada bagian kanan ibu teraba panjang, datar, keras yaitu punggung janin, pada bagian kiri ibu teraba bagian-bagian kecil yaitu ekstremitas janin.  Leopold III     : Pada bagian terendah teraba bulat, keras, melenting yaitu kepala janin.  Leopold IV     : Bagian terendah janin belum masuk PAP



Auskultasi DJJ                                        : 144x/menit Ekstremitas atas                    : Simetris, tidak ada udema,jari lengkap Ekstermitas bawah                : Simetris, tidak ada udema,jari lengkap Genitalia luar                                    : bersih, tidak ada tanda-tanda infeksi Pemeriksaan panggul            : tidak dilakukan c). Pemeriksaan penunjang             tanggal: 31-3-2020    jam: 09.30WIB Cek GDS = 220 mg/dl d). Data penunjang GDP: 120 mg/dl 2 jam sesudah makan: 140mg/dl HbA1c : 7%  e). System pengindraan 1)  Sistem penglihatan Inspeksi       : bentuk mata dan bola mata simetris, reflek pupil klien baik, saat ada rangsangan cahaya miosis, konjungtiva tak anemis, sclera tidak ikterik, gerakan bola mata baik. Palpasi         : tidak terdapat lesi atau oedema, tidak dirasakan nyeri tekan.  2)  Sistem pendengaran Bentuk dan letak simetris, tidak ada serumen, fungsi pendengaran cukup baik karena klien mampu mengerjakan apa saja yang diperintahkan.



 3)  Sistem penciuman Bentuk dan letak simetris, klien di tes dengan mengguanakan alcohol dan kopi disertai dengan tulisan alcohol dan kopi, klien dapat menunjuk dengan tepat bau yang dirasakan. 4)  Sistem pengecapan Keadaan lidah sedikit kotor, klien dites dengan menggunakan garam dan gula disertai tulisan garam dan gula, klien dapat menunjuk dengan tepat apa yang dirasakan.  5) Sistem integument Gastisitas/turgor kulit baik walaupun saat di tarik kulit klien kembali ke semuala +/- 3-5 detik karena proses penuaan, tidak ada lesi, warna kulit putih,tidak ada masa, tampilan umum kulit bersih, kulit kepala bersih, distribusi rambut merata.  6) Sistem pencernaan Bentuk mulut simetris, gigi utuh mukosa bibir kering, reflek menelan ada, auskultasi pada bising usus 10x/menit.  7) Sistem pernafasan Bentuk hidung simetris, tidak tampak polip, tidak aa pernafasan cuping hidung, retraksi dada negative, tidak ada nyeri tekan pada adda, tidak ada benjolan pada dada, terdengar suara sonor pada dada sebelah kiri dan kanan, tidak ada wheezing.  8) Sistem kardiovaskuler Tachicardi, cyanotic negative pada akral bibir klien, tidak terdapat peningakatan vena juularis, tidak ada bunyi tambahan.  9) Sistem perkemihan Eliminasi urine tidak sering, ketok CVA tidak dirasaka nyeri, tidak ada nyeri pada aderah supra pubis, blas tidak teraba keras dan saat di palpasi tidak terasa nyeri.  10)  System persarafan N1 (olfaktorius)                       : klien dapat membedakan bau minyak kayu putih                     : lapang pandang klien agak berkurang behubungan dengan penuaan ius)                 : normal (bila terkena cahaya miosis dan midriasis bila tidak terkena cahaya) N4 (trakelis)                            : mata masih terkoordinasi sesuai perintah.                        : reflek mengunyah ada, kelopak mata(+), rahang dapat mengatup secara simetris                       : klien dapat menggerakan bola mata ke kiri dan ke kanan. N7 (fasialis)                             : klien dapat menggerakan muka. N8 (cochlealis)                        : pendengaran baik. N9 (glosopharingeus)              : ada reflek menelan. N10 (vagus)                             : kemampuan menelan baik.                       : kedua bahu masih mampu mengatasi tahanan dengan cukup baik. N12 (hipoglosus)                     : pergerakan lidah normal. 11)  Sistem musculoskeletal Tidak ada kelumpuhan pada ekstermitas, kekuatan otot penuh, tidak ada nyeri dan tidak ada luka. f). Pola Aktivitas Sehari-hari No. ADL(Activity Daily Living) 1. Nutrisi 1. Makan -          Frekuensi -          Jenis



Sebelum Masuk RS



Di RS



3x/hari Nasi dan lauk-pauk (sayur, ikan, tempe, dll) Tidak Ada



Kalori



-          Porsi/Jumlah -          Makanan pantangan 1. Minum -          Frekuensi -          Jumlah 2. Eliminasi 1. BAB -          Frekuensi -          Konsistensi 1. BAK -          Frekuensi -          Jumlah urine output -          Warna -          Terpasang kateter 3. Istirahat Tidur -          Waktu Tidur  : Malam Siang -          Lama Tidur    : Malam Siang -          Masalah tidur



6-7 gls/hari ± 1.500 – 1.750 ml/hari



4. Personal Hygiene 1. Mandi -          Frekuensi -          Penggunaan Sabun -          Cara 1. Oral Hygiene -          Frekuensi -          Penggunaan pasta gigi -          Cara melakukan 1. Pemeliharaan Rambut -          Frekuensi -          Penggunaan shampoo -          Cara melakukan 1. Pemeliharaan Kuku -          Frekuensi -          Cara melakukan 5. Aktivitas



2x sehari Ya Sendiri 2x sehari Ya Sendiri 2x Seminggu Ya Sendiri Tidak tentu sendiri



1-2 x/hari Lembek 1 /2 -1 cc/kg berat badan/jam ± 900 – 1.000 ml/hari Jernih Tidak



1 x/hari Lembek Tidak tentu ± 900 – 1.000 ml/hari Jernih Ya



21.00 – 05.00 WIB 12.00 – 13.00 WIB ± 8 jam ± 1 jam Tidak



21.00 – 05.00 WIB 11.30 – 13.30 WIB ± 8 jam ± 2 jam Tidak 2x sehari Ya Sendiri Tidak Tidak Belum cuci rambut Tidak tentu -



Klien mengatakan mulai beraktivitas pada jam 05.30 – 16.30 WIB sebagai Petani



Klien melakukan aktivitasnya Sendiri



B. Diagnosa Kebidanan 1.      Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna dan menggunakan nutrisi kurang tepat. 2.      Resiko cedera berhubungan dengan hipoglikemia atau hiperglikemia



3.      Resiko Tinggi cidera janin berhubungan dengan peningkatan kadar glukosa maternal, perubahan pada sirkulasi. 4.      Resiko tinggi terhadap trauma, gangguan pertukaran gas pada janin berhubungan dengan ketidakadekuatan kontrol diabetik maternal, makrosomnia atau retardasi pertumbuhan intra uterin. C.    Intervensi N Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional o Keperawatan 1



Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidakmampu an mencerna dan menggunakan nutrisi kurang tepat.



Setelah  dilakukan tindakan keperawat an nutrisi pasien terpenuhi.



Mempertahan1.     -Timbang berat 1.    -Penambahan kan kadar gula badan setiap berat badan darah puasa kunjungan adalah kunci antara 60-100 prenatal. petunjuk mg/dl dan 2 untuk jam sesudah memutuskan makan tidak penyesuaian lebih dari 1402.      kebutuhan mg/dl. kalori. -Observasi 2.      masukan kalori dan pola makan - Membantu dalam 24 jam. dalam mengevaluasi 3.    - Perhatikan pemahaman pasien tentang adanya mual dan muntah khususnya aturan diet pada trimester 3.      - Mual dan pertama. muntah dapat mengakibatka n defisiensi karbohidrat yang dapat 4.      - Ajarkan pasien mengakibatka n metabolisme tentang metode finger stick untuk lemak dan memantau glukosa terjadinya ketosis. sendiri. 4.    - Kebutuhan 5.      -Diskusikan insulin dapat dinilai tentang dosis , berdasarkan jadwal dan tipe temuan insulin. glukosa darah serum secara periodic



6.     -Kolaborasi 5.      dengan ahli gizi.



Pembagian 7.      -Observasi kadar dosis insulin mempertimba Glukosa darah. ngkan kebutuhan basal maternal dan rasio waktu makan. 6.     - Diet secara spesifik pada individu perlu untuk mempertahan kan normoglikemi . 7.      - Insiden abnormalitas janin dan bayi baru lahir menurun bila kadar glukosa 8.    - Tentukan hasil darah antara 60 – 100 HbA1c setiap 2 – mg/dl, 4 minggu. sebelum makan antara 60 -105 mg/dl, 1 jam sesudah makan dibawah 140 mg/dl dan 2 jam sesudah makan kurang dari 200 mg/dl. 8.     Memberikan keakuratan gambaran rata rata control glukosa serum -



2



Resiko cedera berhubungan dengan hipoglikemia atau hiperglikemia



Setelah dilakukan tindakan keperawat an tidak terjadi resiko cedera.



selama 60 hari . - Kontrol glukosa serum memerlukan waktu 6 minggu untuk stabil. Pasien dapat 1.   -Jelaskan pada 1.   - Dengan memverbalisas pasien, suami meningkatnya i pemahaman atau keluarga pengetahuan mengenai mengenai ibu, suami dan hipoglekemia hipoglikemia dan keluarga dan hiperglikemia kondisi hiperglikemia termasuk hipoglikemi termasuk penyyebab dan dan sebab dan tanda gejalanya. hiperglikemi tanda 2.    dapat dicegah gejalanya. -Anjurkan pasien sehingga Pasien dapat untuk membawa dapat mengidentifik insulin spuit, juga meminimalka asi gula kerja-cepat n resiko konsekuensi saat bepergian cedera. potensial dari jauh dari rumah. 2.   hiperglikemi Dimungkinka dan 3.    -Diskusikan n jika pada hipoglkemia hubungan latihan keadaan pada dirinya fisik dan diet dan hipoglikemia dan janinnya. efek keduanya atau Hipoglikemia pada stres. hiperglikemi dan dapat hiperglikemia dilakukan dapat dicegah penanganan atau cepat. diminimalkan. 3.    Latihan fisik dan kepatuhan diet dan stres sangat berpengaruh pada kondisi ibu maupun janin, maka dari itu perlunya membatasi kegiatan fisik -  



3



Resiko Tinggi cidera janin berhubungan dengan peningkatan kadar glukosa maternal, perubahan pada sirkulasi.



Setelah dilakukan tindakan keperawat an tidak terjadi resiko cidera janin.



yang berlebih dan kepatuhan diet sangat berperan dalam menjaga kondisi ibu dan janin. Menunjukan 1.     - Observasi contro 1.     -Pengontrolan reaksi Non l diabetik secara ketat stress test dan sebelum sebelum Oxytocin konsepsi. konsepsi Challenge Test membantu negative atau menurunkan Construction resiko Stress Test mortalitas secara normal. janin dan abnormal konginental. 2.     Observasigerakan 2.     - Terjadi janin dan denyut insufisiensi janin setiap plasenta dan kunjungan. ketosis maternal mungkin secara negatif mempengaruh i gerakan 3.    - Observasi tinggi janin dan fundus uteri denyut setiap kunjungan. jantung janin.     -Tinjau ulang prosedur dan 3.   -   Untuk rasional untuk mengidentifik Non stress Test asi pola setiap minggu. pertumbuhan 5.      -Observasi kadar abnormal albumin 4.      - Aktifitas dan glikosilat pada pergerakan getasi minggu ke janin 24 sampai ke 28 merupakan khususnya pada petanda baik ibu dengan resiko dari kesehatan tinggi. janin. 6.      -Dapatkan kadar5.      - Tes serum serum alfa albumin



fetoprotein pada gestasi minggu ke 14 sampai minggu ke 16.



4



glikosilat menunjukkan glikemia lebih dari beberapa hari.



7.      -Siapkan untuk ultrasonografi pada gestasi minggu ke 8, 12, 18, 28, 36 sampai minggu ke 38. 6.     -  Insiden kerusakan tuba neural lebih besar pada ibu diabetik dari pada non diabetik bila kontrol sebelum kehamilan sudah buruk. 7.      -Ultrasonograf i bermanfaat dalam memastikan tanggal gestasi dan membantu dalam evaluasi retardasi pertumbuhan intra uterin. Resiko tinggi Setelah 1.      -Kehamilan 1.      -  Tinjau ulang 1.      terhadap dilakukan cukup bulan. riwayat pranatal -Hiperglikemi trauma, tindakan 2.      dan kontrol a maternal gangguan keperawat -Meningkatkan maternal. pada periode pertukaran gas an pasien keberhasilan pranatal pada janin tidak kelahiran dari meningkatkan berhubungan mengalam bayi usia makrosomia, dengan i trauma gestasi yang membuat ketidakadekuat dan tepat. janin berisiko an kontrol gangguan3.      - Bebas terhadap diabetik pertukaran cedera. cedera



maternal, makrosomnia atau retardasi pertumbuhan intra uterin.



gas pada 4.      -Menunjukkan janin. kadar glukosa normal, bebas tanda hipoglikemia



kelahiran karena distosia atau disporsia sefalopelvis. Kadar glukosa maternal yang tinggi pada kelahiran meransang pankreas janin, mengakibatka n hiperinsuline mia. 2.    - Peningkatan glukosa dan kadar keton menandakan 2.      - Periksa adanya ketoasidosis glukosa atau yang dapat keton dan mengakibatka albumin dalam n asidosis urin ibu dan janin dan pantau tekanan potensial darah. cedera susunan 3.      -Observasi tanda syaraf pusat. vital. 3.     Peningkatan infeksi asenden, dapat mengakibatka 4.      -Anjurkan posisi n sepsis rekumben lateral neonatal. selama 4.     Meningkatkan persalinan. perfusi plasenta dan 5.     - Tinjau hasil tes meningkatkan pranatal seperti kesediaan n profil biofisikal, ---Peningkatan tes nonstres dan infeksi tes stres asenden, dapat kontraksi. mengakibatkan 6.      -Observasi sepsis frekuensi denyut neonatal.



jantung janin. - Meningkatkan perfusi plasenta dan meningkatkan kesediaan oksigen untuk janin.    -



Memberikan informasi tentang cadangan pada plasenta untuk oksigenasi janin selama periode intrapartal.



6.     - Tacikardi, bradikardi atau deselerasi lambat pada penurunan variabilitas menandakan kemungkinan hipoksia janin.



D. Evaluasi Dari hasil intervensi yang tertulis, evaluasi yang diharapkan: agnosa 1        : Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna dan menggunakan nutrisi kurang tepat. valuasi             : Pasien mampu mempertahankan nutrisi adekuat agnosa 2        : Resiko cedera berhubungan dengan hipoglikemia atau hiperglikemia valuasi             : Cidera tidak terjadi agnosa 3        : Resiko Tinggi cidera janin berhubungan dengan peningkatan kadar glukosa maternal, perubahan pada sirkulasi. valuasi             : Cidera terhadap janin tidak terjadi agnosa 4        : Resiko tinggi terhadap trauma, gangguan pertukaran gas pada janin berhubungan dengan ketidakadekuatan kontrol diabetik maternal, makrosomnia atau retardasi pertumbuhan intra uterin. valuasi             : Trauma tidak terjadi



BAB IV PENUTUP 4.1Kesimpulan 1.  Diabetes melitus pada kehamilan dapat mengakibatkan dampak buruk bagi sang ibu dan juga janin yang tengah dikandungnya. 2.  Penyakit diabetes melitus yang terjadi selama kehamilan disebabkan karena kurangnya jumlah insulin yang dihasilkan oleh tubh yang dibutuhkan untuk membawa glukosa melewati membran sel. 3.  Faktor resiko ibu hamil dengan diabetes melitus adalahRiwayat keluarga dengan diabetes melitus, Glukosuria dua kali berturut-turut, Obesitas, Keguguran kehamilan yang tidak bisa dijelaskan (abortus spontan), Adanya hidramnion, Kelahiran anak sebelumnya besar, Umur mulai tua, Herediter. 4.  Hal yang terpenting dari penanganan diabetes gestasional adalah mengontrol kadar gula dalam darah. 4.2  Saran Bagi ibu hamil hendaknya mengatur pola makan dan porsi makan dengan benar, menhindari makan dan minuman yang mengandung glukosa berlebih, rutin berolahraga, serta selalu rajin untuk control gula darah, agar jika terdapat peningkatan gula darah yang berlebih, segera mendapatkan penangan dari petugas kesehatan.



5.        DAFTAR PUSTAKA Mitayani. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta. Salemba Medika Bobak, lowdermik, dan Jensen. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Edisi 4. Jakarta: EGC Manuaba, Ida Bagus Gede dan I N Chandranita Manuaba. 2007.Pemgantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC Purwaningsih, Wahyu dan Siti Fatmawati. 2010. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jogjakarta : Nuha Medika