ASKEP Ileus Obstruksi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN PADA KASUS ILEUS OBSTRUKSI DI RUANG FLAMBOYAN RSUD PRAYA



Oleh : SALWA APRILIA 089 STYJ 19



YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM PROGRAM STUDI KEPERAWATAN JENJANG S.1 MATARAM 2021



LEMBAR PENGESAHAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN PADA KASUS ILEUS OBSTRUKSI DI RUANG FLAMBOYAN RSUD PRAYA



ASKEP ini di sahkan pada : Hari



:



Tanggal



:



Pembimbing Akademik



Pembimbing Lahan



KATA PENGANTAR i



Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan ASKEP tentang “Ileus Obstruksi” ASKEP ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan ASKEP ini. Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi sususnan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki ASKEP ini. Akhir kata kami berharap semoga ASKEP ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca. Mataram, 12 Januari 2021



DAFTAR ISI



ii



Halaman Cover Lembar Pengesahan....................................................................................... Kata Pengantar .............................................................................................. Daftar Isi ......................................................................................................... Daftar Tabel ...................................................................................................



i ii iii iv



BAB I PENDAHULUAN............................................................................... A. Latar Belakang ......................................................................................... B. Tujuan .......................................................................................................



1 1 1



BAB II TINJAUAN TEORI.......................................................................... A. Definisi....................................................................................................... B. Etiologi....................................................................................................... C. Manifestasi Klinis...................................................................................... D. Patofisiologi............................................................................................... E. Pemeriksaan Penunjang............................................................................. F. Penatalaksanaan......................................................................................... G. Komplikasi.................................................................................................



3 3 3 4 4 5 6 7



BAB III KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN......................... A. Pengkajian.................................................................................................. B. Diagnosa Keperawatan.............................................................................. C. Intervensi Keperawatan............................................................................. D. Implementasi Keperawatan........................................................................ E. Evaluasi Keperawatan................................................................................



8 8 10 10 11 11



DAFTAR PUSTAKA



DAFTAR TABEL



iii



Tabel 3.1 Analisa Data..................................................................................... Tabel 3.2 Intervensi Keperawatan....................................................................



iv



9 10



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya, semua makhluk hidup harus memenuhi kebutuhan energinya dengan cara mengkonsumsi makanan. Makanan tersebut kemudian diuraikan dalam sistem pencernaan menjadi sumber energi, sebagai komponen penyusun sel dan jaringan tubuh, dan nutrisi yang membantu fungsi fisiologis tubuh. Pencernaan makanan merupakan proses mengubah makanan dari ukuran besar menjadi ukuran yang lebih kecil dan halus, serta memecah molekul makanan yang kompleks menjadi molekul yang sederhana dengan menggunakan enzim dan organ-organ pencernaan. Enzim ini dihasilkan oleh organ-organ pencernaan dan jenisnya tergantung dari bahan makanan yang akan dicerna oleh tubuh. Luasnya daerah permukaan saluran cerna dan fungsi digestifnya menunjukan betapa pentingnya makna pertukaran antara organisme manusia dengan lingkungannya. Kelainan inflamasi dan malabsorpsi akan mengganggu keutuhan fungsi traktus gastrointestinal. (Dona L.Wong, 2008 ) Obstruksi intestinal merupakan salah satu bentuk kelainan pada traktus digestivus dan menjadi kegawatan dalam bedah abdominalis yang sering dijumpai, merupakan 60-70% dari seluruh kasus akut abdomen yang bukan appendicitis akuta. Setiap tahunnya 1 dari 1000 penduduk dari segala usia didiagnosa ileus (Davidson, 2006). Di Amerika diperkirakan sekitar 300.000400.000 orang menderita ileus setiap tahunnya (Jeekel, 2003). Sedangkan di Indonesia berdasarkan data Depkes RI tahun 2004 tercatat ada 7.059 kasus ileus paralitik dan obstruktif yang dirawat inap dan 7.024 pasien rawat jalan. B. Tujuan Penulisan 1.



Tujuan umum Untuk mendapatkan gambaran nyata mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan ileus obstrutif



1



2.



Tujuan khusus Adapun tujuan khusus penulisan karya tulis ini adalah untuk mendapatkan gambaran nyata tentang : a.



Pengkajian data yang menunjang masalah keperawatan



b.



Penyusunan diagnosa keperawatan



c.



Penyusunan rencana tindakan keperawatan



d.



Pelaksanaan tindakan keperawatan



e.



Pelaksanaan evaluasi keperawatan



2



BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Obstruksi usus adalah gangguan pada aliran normal isi usus sepanjang traktus intestinal (Nettina, 2001). Obstruksi terjadi ketika ada gangguan yang menyebabkan terhambatnya aliran isi usus ke depan tetapi peristaltiknya normal (Reeves, 2001). Obstruksi usus merupakan suatu blok saluran usus yang menghambat pasase cairan, flatus dan makanan dapat secara mekanis atau fungsional. (Tucker, 1998). Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa obstruksi usus adalah sumbatan total atau parsial yang menghalangi aliran normal melalui saluran pencernaan. B. Etiologi Adapun penyebab dari obstruksi usus dibagi menjadi dua bagian menurut jenis obstruksi usus, yaitu: 1.



Mekanis Yaitu terjadi obstruksi intramunal atau obstruksi munal dari tekanan pada usus, diantaranya :



2.



a.



Intususepsi



b.



Tumor dan neoplasma



c.



Stenosisd.



d.



Striktur



e.



Perlekatan (adhesi)



f.



Hernia



g.



Abses



Fungsional Yaitu akibat muskulator usus tidak mampu mendorong isi sepanjang usus. (Brunner and Suddarth, 2002)



3



C. Manifestasi Klinis Terdapat 4 tanda kardinal gejala ileus obstruktif (Winslet, 2002) : 1.



Nyeri abdomen



2.



Muntah



3.



Distensi



4.



Kegagalan buang air besar atau gas (konstipasi).



Gejala ileus obstruktif bervariasi tergantung kepada (Winslet, 2002) : 1.



Lokasi obstruksi



2.



Lamanya obstruksi



3.



Penyebabnya



4.



Ada atau tidaknya iskemia usus Gejala selanjutnya yang bisa muncul termasuk dehidrasi, oliguria, syok



hypovolemik, pireksia, septikemia, penurunan respirasi dan peritonitis. Terhadap setiap penyakit yang dicurigai ileus obstruktif, semua kemungkinan hernia harus diperiksa. (Winslet, 2002) D. Patofisiologi Peristiwa patofisiologik yang terjadi setelah obstruksi usus adalah sama, tanpa memandang apakah obstruksi tersebut diakibatkan oleh penyebab mekanik atau fungsional. Perbedaan utamanya pada obstruksi paralitik dimana paralitik dihambat dari permulaan, sedangkan pada obstruksi mekanis peristaltic mula-mula diperkuat, kemudian intermiten, dan akhirnya hilang. Lumen usus yang tersumbat secara progresif akan tegang oleh cairan dan gas 170% dari gas yang ditelan) akibat peningkatan tekanan intra lumen, yang menurunkan pengaliran air dan natrium dari lumen usus ke darah. Oleh karena itu sekitar 8 liter cairan disekresi kedalam saluran cerna setiap hari, tidak adanya absorbs dapat mengakibatkan penimbunan intra sumber kehilangan utama cairan dan elektrolit. Pengaruh atas kehilangan cairan dan elektrolit adalah penciutan ruang cairan ekstra sel yang mengakibatkan hemokonsentrasi,



hipovolemia,



insufisiensi



ginjal,



syok-hipotensi,



pengurangan curah jantung, penurunan perfusi jaringan, asidosis metabolic dan kematian bila tidak dikoreksi.



4



E. Pemeriksaan Penunjang 1.



Pemeriksaan radiologi a.



Foto polos abdomen Dengan posisi terlentang dan tegak (lateral dekubitus) memperlihatkan dilatasi lengkung usus halus disertai adanya batas antara air dan udara atau gas (air-fluid level) yang membentuk pola bagaikan tangga.



b.



Pemeriksaan radiologi dengan Barium Enema Mempunyai suatu peran terbatas pada pasien dengan obstruksi usus halus. Pengujian Enema Barium terutama sekali bermanfaat jika suatu obstruksi letak rendah yang tidak dapat pada pemeriksaan foto polos abdomen. Pada anak-anak dengan intussuscepsi, pemeriksaan enema barium tidak hanya sebagai diagnostik tetapi juga mungkin sebagai terapi.



c.



CT – Scan Pemeriksaan ini dikerjakan jika secara klinis dan foto polos abdomen



dicurigai



adanya



strangulasi.



CT–Scan



akan



mempertunjukkan secara lebih teliti adanya kelainan-kelainan dinding usus, mesenterikus, dan peritoneum. CT– Scan harus dilakukan dengan memasukkan zat kontras kedalam pembuluh darah. Pada pemeriksaan ini dapat diketahui derajat dan lokasi dari obstruksi. d.



USG Pemeriksaan ini akan mempertunjukkan gambaran dan penyebab dari obstruksi.



e.



MRI Walaupun pemeriksaan ini dapat digunakan, tetapi tehnik dan kontras yang ada sekarang ini belum secara penuh mapan. Tehnik ini digunakan untuk mengevaluasi iskemia mesenterik kronis.



5



f.



Angiografi Angiografi mesenterik



superior telah digunakan untuk



mendiagnosis adanya herniasi internal, intussuscepsi, volvulus, malrotation, dan adhesi. 2.



Pemeriksaan laboratorium Leukositosis mungkin menunjukkan adanya strangulasi, pada urinalisa mungkin menunjukkan dehidrasi. Analisa gas darah dapat mengindikasikan asidosis atau alkalosis metabolic. (Brunner and Suddarth,2002)



F. Penatalaksanaan Dasar pengobatan ileus obstruksi adalah koreksi keseimbangan elektrolit dancairan, menghilangkan peregangan dan muntah dengan dekompresi, mengatasi peritonitis dan syok bila ada, dan menghilangkan obstruksi untuk memperbaiki kelangsungan dan fungsi usus kembali normal. 1.



Resusitasi Dalam resusitasi yang perlu diperhatikan adalah mengawasi tanda tanda vital, dehidrasi dan syok. Pasien yang mengalami ileus obstruksi mengalami dehidrasi dan gangguan keseimbangan ektrolit sehingga perlu diberikan cairan intravena seperti ringer laktat. Respon terhadap terapi dapat dilihat dengan memonitor tanda -tanda vital dan jumlah urin yang keluar. Selain pemberian cairan intravena,diperlukan juga pemasangan nasogastric tube (NGT). NGT digunakan untuk mengosongkan lambung, mencegah aspirasi pulmonum bila muntah danmengurangi distensi abdomen.



2.



Farmakologis Pemberian obat-obat antibiotik spektrum luas dapat diberikan sebagai profilaksis. Antiemetik dapat diberikan untuk mengurangi gejala mual muntah.



3.



Operatif Operasi dilakukan setelah rehidrasi dan dekompresi nasogastrik untuk mencegah sepsis sekunder. Operasi diawali dengan laparotomi kemudian disusul dengan teknik bedah yang disesuaikan dengan hasil



6



eksplorasi selama laparotomi. Berikut ini beberapa kondisi atau pertimbangan untuk dilakukan operasi : Jika obstruksinya berhubungan dengan suatu simple obstruksi atau adhesi, maka tindakan lisis yang dianjurkan. Jika terjadi obstruksi stangulasi maka reseksi intestinal sangat diperlukan. Pada umumnya dikenal 4 macam cara/tindakan bedahyang dilakukan pada obstruksi ileus : a.



Koreksi sederhana (simple correction), yaitu tindakan bedah sederhana untuk membebaskan usus dari jepitan, misalnya pada hernia incarcerata non-strangulasi, jepitan oleh streng/adhesi atau pada volvulus ringan.



b.



Tindakan operatif by-pass, yaitu tindakan membuat saluran usus baru yang “melewati” bagian usus yang tersumbat, misalnya pada tumor intralurninal, Crohn disease, dan sebagainya.



c.



Membuat fistula entero-cutaneus pada bagian proximal dari tempat obstruksi,misalnya pada Ca stadium lanjut.



d.



Melakukan reseksi usus yang tersumbat dan membuat anastomosis ujung-ujungusus untuk mempertahankan kontinuitas lumen usus, misalnya pada carcinoma colon, invaginasi, strangulata, dan sebagainya. Pada beberapa obstruksi ileus, kadang-kadang dilakukan tindakan operatif bertahap, baik oleh karenapenyakitnya sendiri maupun karena keadaan penderitanya, misalnya pada Casigmoid obstruktif, mula-mula dilakukan kolostomi saja, kemudian hari dilakukan reseksi usus dan anastomosis. (Sabara, 2007).



G. Komplikasi 1.



Peritonitis karena absorbsi toksin dalam rongga peritonium sehingga terjadi peradangan atau infeksi yang hebat pada intra abdomen.



2.



Perforasi dikarenakan obstruksi yang sudah terjadi terlalu lama pada organ intra abdomen.



3.



Sepsis, infeksi akibat dari peritonitis, yang tidak tertangani dengan baik dan cepat.



4.



Syok hipovolemik terjadi akibat dehidrasi dan kehilangan volume plasma.(Brunner and Suddarth, 2001)



7



BAB III KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengkajian Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan upaya untuk pengumpulan data secara lengkap dan sistematis mulai dari pengumpulan data, identitas dan evaluasi status kesehatan klien. (Nursalam, 2001). 1.



Identitas Biodata klien yang penting meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, suku dan gaya hidup.



2.



Riwayat kesehatan a.



Keluhan utama . Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan klien pada saat dikaji. Pada umumnya akan ditemukan klien merasakan nyeri pada abdomennya biasanya terus menerus, demam, nyeri tekan lepas, abdomen tegang dan kaku.



b.



Riwayat kesehatan sekarang Mengungkapkan hal-hal yang menyebabkan klien mencari pertolongan, dikaji dengan menggunakan pendekatan PQRST : P : Apa yang menyebabkan timbulnya keluhan. Q : Bagaiman keluhan dirasakan oleh klien, apakah hilang, timbul atau teru-menerus. R : Di daerah mana gejala dirasakan S : Seberapa keparahan yang dirasakan klien dengan memakai skala numeric 1 s/d 10. T : Kapan keluhan timbul, sekaligus factor yang memperberat dan memperingan keluhan.



c.



Riwayat kesehatan masa lalu Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit yang sama, riwayat ketergantungan terhadap makanan/minuman, zat dan obat-obatan.



8



d.



Riwayat kesehatan keluarga Apakah ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit yang sama dengan klien.



3.



Pemeriksan fisik a.



Aktivitas/istirahat Gejala : Kelelahan dan ngantuk. Tanda  : Kesulitan ambulasi



b.



Sirkulasi Gejala : Takikardia, pucat, hipotensi ( tanda syok)



c.



Eliminasi Gejala : Distensi abdomen, ketidakmampuan defekasi dan Flatus Tanda  : Perubahan warna urine dan feces



d.



Makanan/cairan Gejala : anoreksia,mual/muntah dan haus terus menerus. Tanda : muntah berwarna hitam dan fekal. Membran mukosa pecahpecah. Kulit    buruk.



e.



Nyeri/Kenyamanan Gejala  : Nyeri abdomen terasa seperti gelombang dan bersifat kolik. Tanda   : Distensi abdomen dan nyeri tekan



f.



Pernapasan Gejala   : Peningkatan frekuensi pernafasan, Tanda    : Napas pendek dan dangkal



4.



Analisa data Symptom



Tabel 3.1 Analisa Data Etiologi Distensi abdomen dan adanya selang Nasogastrik tube/ usus.



DS : Mengeluh nyeri DO : 1. Tampak meringis 2. Bersikap protektif 3. Frekuensi nadi meningkat 4. Tekanan darah meningkat DS : 1. Nyeri abdomen 2. Nafsu makan menurun DO : 1. Berat badan menurun



Output berlebihan



9



Problem Nyeri akut



Defisit nutrisi



2. Bising usus hiperaktif 3. Otot menelan lemah 4. Membrane mukosa pucat 5. Serum albumin turun 6. Diare Sumber : SDKI Edisi 1 (2016) B. Diagnosa Keperawatan Menurut diagnosis keperawatan SDKI Edisi 1 (2016), diagnosa keperawatan yang dapat diambil pada pasien dengan asma adalah : 1.



Nyeri akut b/d distensi abdomen dan adanya selang Nasogastrik tube/ usus.



2.



Defisit nutrisi b/d output berlebihan



C. Intervensi Keperawatan Tabel 3.2 Rencana Keperawatan Hari/ No Tujuan dan kriteria hasil Tanggal DX (SLKI Edisi 1 Cetakan II, 2019) 1 Setelah dilakukan tindakan keperwatan diharapkan nyeri menurun dengan kriteria hasil : 1. Keluhan nyeri menurun 2. Meringis menurun 3. Sikap protektif menurun 4. Frekuensi nadi membaik 5. Tekanan darah membaik



2



Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan keseimbangan cairan dapat



10



Intervensi (SIKI Edisi 1 Cetakan II 2018) 1. Indetifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri 2. Indetifikasi skala nyeri 3. Indetifikasirespon nyeri non verbal 4. Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis TENS, hipnosis, akkupressure, terapi musik, dll) 5. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri 6. Fasilitasi istirahat tidur 7. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri 8. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat 9. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri 10. Kolaborasi pemberian analgetik jika perlu 1. Identifikasi status nutrisi 2. Identifikasi makanan yang disukai



dipertahankan dalam batas normal, dengan kriteria hasil : 1. Nafsu makan membaik 2. Nyeri abdomen menurun 3. Berat badan membaik 4. Bising usus membaik 5. Membrane mukosa membaik 6. Daire menurun



3. Monitor berat badan 4. Lakukan oral hygine 5. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai 6. Berikan makanan tinggi serat 7. Berikan makanan tinggi kalore dan protein 8. Berikan suplemen makanan 9. Anjurkan diet yang di programkan 10. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan 11. Kolaborasi dengan ahli gizi dengan menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient yang dibutuhkan



D. Tindakan Keperawatan Merupakan tahap ke empat dalam tahap proses keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah direncanakan dalam rencana keperawatan. Dalam tahap ini perawat harus mengetahui berbagai hal diantaranya bahaya-bahaya fisik dan perlindungn pada pasien, tehnik komunikasi, kemampuan dalam prosedur tindakan, pemahaman tentang hak-hak dari pasien serta dalam memahami tingkat perkembngan pasien (Nursalam, 2006) Menurut Nursalam, (2006) Tindakan keperawatan mencakup tindakan independent (mandiri), dan kolaborasi. 1.



Tindakan mandiri adalah aktifitas keperawatan yang didasarkan pada kesimpulan atau keputusan sendiri dan bukan merupakan petunjuk atau perintah dari petugas kesehatan lain.



2.



Tindakan kolaborasi adalah tindakan yang didasarkan hasil keputusan bersama seperti dokter dan petugas kesehatan lain.



E. Evaluasi Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai (Nursalam, 2006)



11



Menurut Nursalam, (2006) evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP yang operasional dengan pengertian: S : Ungkapan perasaan dan keluhan yang dirasakan secara obyektif oleh keluarga setelah diberikan implementasi keperawatan. O : Kedaan subyektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat menggunakan pengamat yang objektif setelah implemnatsi keperawatan. A : Merupakan analisis perawat setelah mengetahui respon subjektif dan masalah keluarga yang dibandingkan dengan krietria dan standar yang telah ditentukan mengacu pada tujuan rencana keperawatan keluarga. P : Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis pada tahap ini ada 2 evaluasi yang dapat dilaksanakan oleh perawat.



12



DAFTAR PUSTAKA Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Alih Bahasa AgungWaluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8. Jakarta : EGC Doengoes, Marylin E & Moorhouse. 2000. Rencana Askep : Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta: EGC Judith M. Wilkinson, Nancy R. Ahern. 2005. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, Diagnosa NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC. Jakarta : EGC Price & Wilson. 2007. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6, Volume1. Jakarta : EGC Nursalam. 2006. Proses dan Dokumentasi Praktik. Jakarta : Salemba Medika.



Keperawatan



: Konsep dan



Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan Keperawatan. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia



13