ASKEP JIWA Kehilangan Dan Berduka Fix [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KATA PENGANTAR



Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa, yang telah melimpahkan rahmat-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang asuhan keperawatan klien dengan kehilangan dan berduka. Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan makalah ini. Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang asuhan keperawatan klien dengan kehilangan dan berduka ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca. Denpasar, 6 September 2017



Penyusun



1



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR.....................................................................................................................i DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii BAB I : PENDAHULUAN............................................................................................................1 1.1.



Latar Belakang..................................................................................................................1



1.2.



Rumusan Masalah.............................................................................................................3



1.3.



Tujuan...............................................................................................................................3



1.4.



Manfaat.............................................................................................................................3



BAB II : PEMBAHASAN.............................................................................................................4 2.1



Definisi Kehilangan dan Berduka.....................................................................................4



2.2



Rentang Respon Kehilangan dan Berduka........................................................................5



2.3



Sifat- sifat Kehilangan......................................................................................................6



2.4



Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Kehilangan dan Berduka................................8



2.4.1



Pengkajian..................................................................................................................8



2.4.2



Diagnosa..................................................................................................................12



2.4.3



Perencanaan.............................................................................................................12



2.4.4



Prinsip Tindakan Keperawatan pada klien dengan respon kehilangan....................12



2.4.5



Rencana Tindakan Keperawatan..............................................................................14



2.4.6



Implementasi Keperawatan....................................................................18



2.4.7



Evaluasi Keperawatan............................................................................18



BAB III : PENUTUP...................................................................................................................19 3.1.



Kesimpulan.....................................................................................................................19



3.2.



Saran................................................................................................................................19



DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................21



2



BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahir, kehilangan, dan kematian adalah kejadian yang universal dan kejadian yang sifatnya unik bagi setiap individual dalam pengalaman hidup seseorang. Kehilangan dan berduka merupakan istilah yang dalam pandangan umum berarti sesuatu kurang enak atau nyaman untuk dibicarakan. Hal ini dapat disebabkan karena kondisi ini lebih banyak melibatkan emosi dari yang bersangkutan atau disekitarnya. Dalam perkembangan masyarakat dewasa ini, proses kehilangan dan berduka sedikit demi sedikit mulai maju. Dimana individu yang mengalami proses ini ada keinginan untuk mencari bentuan kepada orang lain. Pandangan-pandangan tersebut dapat menjadi dasar bagi seorang perawat apabila menghadapi kondisi yang demikian.



Pemahaman dan persepsi diri



tentang pandangan diperlukan dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif. Kurang memperhatikan perbedaan persepsi menjurus pada informasi yang salah, sehingga intervensi perawatan yang tidak tetap (Suseno, 2004). Perawat berkerja sama dengan klien yang mengalami berbagai tipe kehilangan. Mekanisme koping mempengaruhi kemampuan seseorang untuk menghadapi dan menerima kehilangan. Perawat membantu klien untuk memahami dan menerima kehilangan dalam konteks kultur mereka sehingga kehidupan mereka dapat berlanjut. Dalam kultur Barat, ketika klien tidak berupaya melewati duka cita setelah mengalami kehilangan yang sangat besar artinya, maka akan terjadi masalah emosi, mental dan sosial yang serius. Kehilangan dan kematian adalah realitas yang sering terjadi dalam lingkungan asuhan keperawatan. Sebagian besar perawat berinteraksi dengan klien dan



1



keluarga yang mengalami kehilangan dan dukacita. Penting bagi perawat memahami kehilangan dan dukacita. Ketika merawat klien dan keluarga, parawat juga mengalami kehilangan pribadi ketika hubungan klien-kelurga-perawat berakhir karena perpindahan, pemulangan, penyembuhan atau kematian. Perasaan pribadi, nilai dan pengalaman pribadi mempengaruhi seberapa jauh perawat dapat mendukung klien dan keluarganya selama kehilangan dan kematian (Potter & Perry, 2005).



2



1.2. Rumusan Masalah 1. Apakah definisi dari kehilangan dan berduka ? 2. Jelaskan rentang respon kehilangan dan berduka ! 3. Jelaskan sifat-sifat kehilangan ! 4. Jelaskan setiap bagian asuhan keperawatan klien dengan kehilangan dan berduka ! 1.3. Tujuan 1. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang definisi kehilangan dan berduka. 2. Mahasiswa mampu menjelaskan rentang respon kehilangan dan berduka. 3. Mahasiswa mampu menjelaskan sifat-sifat kehilangan. 4. Mahasiswa



mampu



menjelaskan



pengkajian,



analisa



data,



diagnose



keperawatan, intervensi dan evaluasi dari asuhan keperawatan klien dengan kehilangan dan berduka. 1.4. Manfaat Makalah ini hendaknya dapat bermanfaat guna menambah pengetahuan mengenai konsep dasar asuhan keperawatan kehilangan dan berduka.sehingga dapat hendaknya diaplikasikan dalam pemberian asuhan keperawatan



3



BAB II PEMBAHASAN



2.1 Definisi Kehilangan dan Berduka Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada , baik terjadi sebagian atau keseluruhan (Lambert dan Lambert,1985,h.35). Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh setiap individu dalam rentang kehidupannya. Sejak lahir individu sudah mengalami kehilangan dan cenderung akan mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk yang berbeda (Direja,2011). Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kehilangan adalah suatu keadaan yang dialami oleh individu yang berpisah akan suatu hal yang mencakup kejadian nyata atau hanya khayalan (yang diakibatkan persepsi seorang terhadap kejadian) dalam rentang kehidupannya. Berduka adalah reaksi terhadap kehilangan yang merupakan respons emosional yang normal. Berduka merupakan suatu proses untuk memecahkan masalah, dan secara normal berhubungan erat dengan kematian. Hal ini sangat penting dan menentukan kesehatan jiwa yang baik bagi individu karena member kesempatan individu untuk melakukan koping dengan kehilangan secara bertahap sehingga dapat menerima kehilangan sebagai bagian dari kehidupan nyata. Individu sebagai proses sosial dapat diselesaikan dengan bantuan orang lain. Penyebab dari berduka antara lain: a. Kematian keluarga atau orang yang berarti b. Antisipasi kematian keluarga atau orang yang berarti



4



c. Kehilangan (objek, pekerjaan, fungsi, status, bagian tubuh, hubungan sosial) Gejala dan tanda mayor subjektif berupa merasa sedih, merasa bersalah atau menyalahkan orang lain, tidak menerima kehilangan, merasa tidak ada harapan. Kemudian tanda objektifnya berupa menangis, pola tidur berubah, dan tidak mampu berkonsentrasi. 2.2 Rentang Respon Kehilangan dan Berduka Gambaran rentang respon individu terhadap kehilangan dan berduka menurut Kublier-rose, 1969 : 1. Fase Pengingkaran (denial) Reaksi pertama individu yang mengalami kehilangan adalah syok, tidak percaya atau menolak kenyataan bahwa kehilangan itu terjadi, dengan mengatakan “ Tidak, saya tidak percaya bahwa itu terjadi”, “ Itu tidak mungkin”. Bagi individu atau keluarga yang mengalami penyakit terminal, akan terus menerus mencari informasi tambahan. Reaksi fisik yang terjadi pada fase peenginkaran adalah letih, lemah, pucat, mual, diare, gangguan pernapasan, detak jantung cepat, menangis, gelisah, tidak tahu berbuat apa. Reaksi tersebut cepat berakhir dalam waktu beberapa menit sampai beberapa tahun. 2. Fase Marah (anger) Fase ini dimulai dengan timbulnya kesadaran akan kenyataan terjadinya kehilangan. Individu menunjukkan perasaan yang meningkat yang sering diproyeksikan kepada orang yang ada di lingkungannya, orang orang tertentu atau ditujukan kepada dririnya sendiri. Tidak jarang menunjukkan perilaku agresif, bicara kasar, menolak pengobatan, dan menuduh dokter dan perawat yang tidak becus. Respon fisik yang terjadi pada fase ini antara lain, muka merah, nadi cepat, gelisah, susah tidur, tangan mengepal.



5



3.



Fase Tawar Menawar (bargaining) Apabila individu telah mampu mengungkapkan rasa marahnya secara intensif, maka ia akan maju ke fase tawar menawar dengan memohon kemurahan Tuhan. Respon ini sering dinyatakan dengan kata-kata “ Kalau saja kejadian ini bisa ditunda maka saya yang akan sering berdoa” Apabila proses berduka ini dialami oleh keluarga maka pernyataan sebagai berikut sering dijumpai “Kalau saja yang sakit bukan anak saya”.



4.



Fase Depresi (depression) Individu pada fase ini sering menunujukkan sikap antara lain menarik diri, tidak mau bicara, kadang-kadang bersikap sebagai pasien yang sangat baik dan menurut, atau dengan ungkapan-ungkapan yang menyatakan keputusasaan, perasaan tidak berharga. Gejala fisik yang sering diperlihatkan adalah menolak makan, susah tidur, letih, dorongan libido menurun.



5.



Fase Penerimaan Fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan. Pikiran selalu terpusat kepada objek atau orang hilang akan mulai berkurang atau hilang, individu telah menerima kenyataan kehilangan yang dialaminya, gambaran tentang objek atau irang yang hilang mulai dilepaskan dan secara bertahap perhatian beralih pada objek yang baru. Fase menerima biasanya dinyatakan dengan kata-kata “Saya betul-betul menyayangi baju saya yang hilang tapi baju saya yang baru manis juga,” atau “Apa yang dapat saya lakukan agar saya dapat cepat sembuh?”.



2.3 Sifat- sifat Kehilangan Sifat-sifat kehilangan pada umumnya ada 2 yakni: a. Tiba – tiba (Tidak dapat diramalkan)



6



Kehilangan secara tiba-tiba dan tidak diharapkan dapat mengarah pada pemulihan dukacita yang lambat. Kematian karena tindak kekerasan, bunuh diri, pembunuhan atau pelalaian diri akan sulit diterima. b. Berangsur – angsur (Dapat Diramalkan) Penyakit menyebabkan



yang yang



sangat



menyulitkan,



ditinggalkan



mengalami



berkepanjangan, keletihan



dan



emosional



(Rando:1984) Menurut Burgers dan Lazare tahun 1976, karakteristik berduka antara lain: 



Berduka yang menunjukkan reaksi syok dan ketidakyakinan.







Berduka yang menunjukkan perasaan sedih dan hampa bila teringat tentang kehilangan orang yang disayangi.







Berduka yang menunjukkan perasaan tidak nyaman dan sering disertai dengan menangis, serta keluhan-keluhan sesak pada dada, rasa tercekik, napas pendek.







Mengenang almarhum terus menerus.







Memperoleh pengalaman perasaan berduka.







Cenderung menjadi mudah tersinggung dan marah.



Sedangkan karakteristik dari jenis kehilangan antara lain: 



Kehilangan orang bermakna, misalnya akibat kematian atau dipenjara.







Kehilangan kesehatan bio-psiko-sosial, misalnya menderita penyakit, amputasi, kehilangan pendapatan, kehilangan perasaan tentang diri, kehilangan pekerjaan, kehilangan kedudukan dan kehilangan kemampuan seksual.







Kehilangan milik pribadi (misalnya uang, perhiasan).



7



2.4 Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Kehilangan dan Berduka. 2.4.1



Pengkajian



Pengkajian meliputi upaya mengamati dan mendengarkan isi duka cita klien: apa yang dipikirkan, dikatakan, dirasakan, dan diperhatikan melalui perilaku. Beberapa percakapan yang merupakan bagian pengkajian agar mengetahui apa yang mereka iagn dan rasakan adalah :   



Persepsi yang adekuat tentang kehilangan Dukungan yang adekuat ketika berduka akibat kehilangan Perilaku koping yang adekuat selama proses



Terdapat 7 faktor yang mempengaruhi rentang respon kehilangan, yakni: a. Faktor predisposisi Faktor predisposisi yang mempengaruhi rentang respon kehilangan adalah: 1)



Faktor Genetic : Individu yang dilahirkan dan dibesarkan di dalam keluarga yang mempunyai riwayat depresi akan sulit mengembangkan sikap optimis dalam menghadapi suatu permasalahan termasuk dalam menghadapi perasaan



2)



kehilangan. Kesehatan Jasmani : Individu dengan keadaan fisik sehat, pola



hidup



kemampuan



yang



teratur,



mengatasi



cenderung



stress



yang



mempunyai lebih



tinggi



dibandingkan dengan individu yang mengalami gangguan 3)



fisik Kesehatan Mental : Individu yang mengalami gangguan jiwa terutama yang mempunyai riwayat depresi yang ditandai dengan perasaan tidak berdaya pesimis, selalu dibayangi oleh masa depan yang suram, biasanya sangat



4)



peka dalam menghadapi situasi kehilangan. Pengalaman Kehilangan di Masa Lalu : Kehilangan atau perpisahan dengan orang yang berarti pada masa kana-



8



kanak akan mempengaruhi individu dalam mengatasi perasaan kehilangan pada masa dewasa (Stuart-Sundeen, 5)



1991). Struktur Kepribadian : Individu dengan konsep yang negatif, perasaan rendah diri akan menyebabkan rasa percaya diri yang rendah yang tidak objektif terhadap



stress yang dihadapi. b. Faktor presipitasi Ada beberapa stressor yang dapat menimbulkan perasaan kehilangan. Kehilangan kasih iagno secara nyata ataupun imajinasi individu seperti: kehilangan sifat bio-psiko-sosial antara lain meliputi: 1) Kehilangan kesehatan 2) Kehilangan fungsi seksualitas 3) Kehilangan peran dalam keluarga 4) Kehilangan posisi di masyarakat 5) Kehilangan harta benda atau orang yang dicintai 6) Kehilangan kewarganegaraan c. Mekanisme koping Koping yang sering dipakai individu dengan kehilangan respon antara lain: Denial, Represi, Intelektualisasi, Regresi, Disosiasi, Supresi dan Proyeksi yang digunakan untuk menghindari intensitas stress yang dirasakan sangat menyakitkan. Regresi dan disosiasi sering ditemukan pada pasien depresi yang dalam. Dalam keadaan patologis mekanisme koping tersebut sering dipakai secara berlebihan dan tidak tepat. d. Respon Spiritual 1) Kecewa dan marah terhadap Tuhan 2) Penderitaan karena ditinggalkan atau merasa ditinggalkan 3) Tidak memilki harapan; kehilangan makna e. Respon Fisiologis 1) Sakit kepala, insomnia 2) Gangguan nafsu makan 3) Berat badan turun 4) Tidak bertenaga 5) Palpitasi, gangguan pencernaan 6) Perubahan sistem iagno dan endokrin 9



f.



Respon Emosional 1) Merasa sedih, cemas 2) Kebencian 3) Merasa bersalah 4) Perasaan mati rasa 5) Emosi yang berubah-ubah 6) Penderitaan dan kesepian yang berat 7) Keinginan yang kuat untuk mengembalikan ikatan dengan 8)



individu atau benda yang hilang Depresi, apati, putus asa selama fase disorganisasi dan



9)



keputusasaan Saat fase reorganisasi, muncul rasa mandiri dan percaya



diri g. Respon Kognitif 1) Gangguan asumsi dan keyakinan 2) Mempertanyakan dan berupaya



menemukan



makna



3)



kehilangan Berupaya mempertahankan



4)



meninggal Percaya pada kehidupan akhirat dan seolah-olah orang



keberadaan



orang



yang



yang meninggal adalah pembimbing. h. Perilaku Individu dalam proses berduka sering menunjukkan perilaku seperti : 1) 2) 3) 4)



Menangis tidak terkontrol Sangat gelisah; perilaku mencari Iritabilitas dan sikap bermusuhan Mencari dan menghindari tempat dan aktivitas yang



5)



dilakukan bersama orang yang telah meninggal. Menyimpan benda berharga orang yang telah meninggal



6) 7)



padahal ingin membuangnya Kemungkinan menyalahgunakan obat atau iagnos Kemungkinan melakukan iagnos, upaya bunuh diri atau



8)



pembunuhan Mencari aktivitas dan refleksi personal selama fase reorganisasi



Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengkajian:



10



a) Perawat mengkaji pasien berduka dan anggota keluarga yang mengalami kehilangan untuk menentukan tingkatan berduka. b) Pengkajian terhadap gejala klinis berduka (Schulz, 1978) yang mencangkup: sesak di dada, napas pendek, berkeluh kesah, perasaan penuh di perut, kehilangan kekuatan otot, distress perasaan yang hebat. c) Enam karakteristik berduka (Burgers dan Lazare, 1976)juga dikaji: respons fisiologis, respons tubuh terhdapa kehilangan atau mengetahui lebih dulu kehilangan dengan suatu reaksi stress. Perawat dapat mengkaji tanda klinis respons tersebut. d) Factor yang memengaruhi suatu reaksi kehilangan yang bermakna bergantung



pada



persepsi



individu



terhadap



pengalaman



kehilangan, umur, kultur, keyakinan spiritual, peran seks, status sosial-ekonomik. e) Factor presdiposisi yang memengaruhi reaksi kehilangan yang mencakup genetic, kesehatan fisik, kesehatan mental, pengalaman f)



kehilangan di masa lalu. Factor pencetus mencakup perilaku yang ditunjukkan oleh individu yang mengalami kehilangan, dan mekanisme koping yang sering digunakan oleh individu.



2.4.2



Diagnosa



Adapun beberapa diagnose yang berkaitan dengan kondisi berduka dan kehilangan, antara lain: a) Isolasi Sosial b) Gangguan Konsep Diri c) Defisit Perawatan diri 2.4.3



Perencanaan



Tujuan keperawatan agar individu yang mengalami proses berduka secara normal, melakukan koping terhadap kehilangan secara bertahap dan menerima kehilangan sebagai bagian dari kehilangan yang nyata dan harus dilalui.



11



2.4.4



Prinsip Tindakan Keperawatan pada klien dengan respon kehilangan.



a) Prinsip tindakan keperawatan pada tahap penyangkalan adalah memberikan kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan perasaanya Tindakan Keperawatan:  Doronglah pasien untuk mengungkapkan perasaan dukanya.  Tingkatkan kesadaran pasien secara bertahap tentang kenyataan, 



kehilangan, apabila ia sudah siap secara emosional. Dengarkan pasien dengan penuh pengertian







menghukum atau menghakimi. Jelaskan kepada pasien bahwa sikapnya itu wajar terjadi pada







orang yang mengalami kehilangan. Beri dukungan kepada pasien secara nonverbal, seperti memegang







tangan, menepuk bahu, merangkul. Jawab pertanyaan pasien dengan bahasa sederhana, jelas dan



dan



jangan



singkat.  Amati dengan cermat respons pasien selama berbicara.  Tingkatkan secara bertahap kesadaran pasien terhadap kenyataan. b) Prinsip tindakan keperawatan pada tahap marah adalah member dorongan, member kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan rasa marahnya secara verbal,tanpa melawan dengan kemarahan. Perawat harusmenyadari bahwa perasaan marah adalah ekspresi dari perasaan frustasi dan ketidakberdayaan. Tindakan keperawatan:  Terima semua perilaku keluarga akibat kesedihannya (misalnya marah, menangis)  Dengarkan dengan empati, jangan member respons yang mencela.  Bantu pasien memanfaatkan sistem pendukung. c) Prinsip tindakan keperawatan pada tahap tawar menawar adalah membantu pasien mengidentifikasikan rasa bersalah dan perasaan takutnya. Tindakan keperawatan:  Amati perilaku pasien. 12



 Diskusikan bersama pasien mengenai perasaannya.  Tingkatkan harga diri pasien.  Cegah tindakan merusak diri d) Prinsip tindakan keperawatan pada tahap depresi



adalah



mengidentifikasi tingkat depresi, risiko merusak diri, dan membantu pasien mengurangi rasa bersalah. Tindakan Keperawatan:  Amati periaku pasien.  Diskusikan bersama pasien mengenai perasaanya.  Cegah tindakan merusak diri.  Hargai perasaan pasien.  Bantu pasien mengidentifikasi dukungan positif yang terkait 



dengan kenyataan. Beri kesempatan pada pasien mengungkapkan perasaannya, bila



perlu biarkan ia menangis sambil tetap didampingi.  Bahas pikirann yang selalu timbul bersama dengan pasien. e) Prinsip tindakan perawatan tahap penerimaan adalah membantu pasien untuk menerima kehilangan yang tidak bisa dielakan. Tindakan keperawatan:  Sediakan waktu untuk mengunjungi pasien secara teratur 2.4.5



Rencana Tindakan Keperawatan



1. Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah/ kronis. A. Tujuan Umum : Klien dapat berintervensi dengan orang lain. B. Tujuan Khusus :  Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.  Klien dapat memahami penyebab dari harga diri rendah.  Klien menyadari aspek positif dan negatif dari dirinya.  Klien dapat mengekspresikan perasaan dengan tepat, jujur dan terbuka.  Klien mampu mengontrol tingkah laku dan menunjukkan perbaikan komunikasi dengan orang lain. C. Intervensi :  Bina hubungan saling percaya dengan klien. Rasional : Rasa percaya merupakan dasar dari hubungan terapeutik yang mendukung dalam mengatasi perasaannya.



13



 Berikan motivasi klien untuk mendiskusikan pikiran dan perasaannya. Rasional : Motivasi meningkatkan keterbukaan klien.  Jelaskan penyebab dari harga diri yang rendah. Rasional : dengan mengetahui penyebab diharapkan klien dapat beradaptasi dengan perasaannya.  Dengarkan klien dengan penuh empati, beri respon dan tidak menghakimi. Rasional : empati dapat diartikan sebagai rasa peduli terhadap perawatan klien, tetapi tidak terlihat secara emosi.  Berikan motivasi klien untuk menyadari aspek positif dan negatif dari dirinya. Rasional : meningkatnya harga diri.  Berikan dukungan, support dan pujian setelah klien mampu melakukanaktivitasnya. Rasional : pujian membuat klien berusaha lebih keras lagi 2.



Gangguan Konsep Diri: Harga diri rendah berhubungan dengan koping individu tidak efetif sekunder terhadap respon kehilangan pasangan A. Tujuan:  Klien merasa harga dirinya naik  Klien menggunakan koping yang adaptif  Klien menyadari dapat mengntrol perasaannya B. Intervensi:  Merespon kesadaran diri dengan cara: Membina hubungan saling percaya dan keterbukaan Bekerja dengan klien pada tingkat kekuatan ego yang dimilikinya Memaksimalkan partisipasi klien dalam hubungan teraeutik Rasional: Kesadaran diri sangan diperlukan dalam membina hubungan terapeutik perawat/ klien  Menyelidiki diri dengan cara: Membantu klien menerima perasaan dan pikirannya Membantu klien menjelaskan konsep dirinya dan hubungannya dengan orang lain melalui keterbukaan Berespon secara empati dan menekankan bahwa kekuatan untuk berubah ada pada klien Rasional:



14



Klien yang dapat memahami perasaannya memudahkan dalam penerimaan terhadap dirimya sendiri  Mengevaluasi diri dengan cara: Membantu klien menerima perasaan dan pikiran Mengekspresikan respon koping adaptif terhadap masalahnya Rasional: Respon koping adaptif sangat dibutuhkan dalam penyelesaian masalah secara konstruktif  Membuat perencanaan yang realistik: Membantu klien mengidentifikasi alternatif pemecahan masalah Membantu klien menkonseptualisasikan tujuan yang realistik Rasional: Klien membutuhkan bantuan perawat untuk mengatasi permasalahannya dengan cara menentukan perencanaan yang realistik  Bertanggung jawab dalam bertindak: Membuat klien untuk melakukan tindakan yang penting untuk merubah respon maladaptif dan mempertahankan respon oping yang adaptif Rasional: Penggunaan koping yang adaptif membantu dalam proses penyelesaian masalah klien  Mengobserfasi tingkat depresi: Mengamati perilaku klien Bersama klien membahas perasaannya Rasional : Dengan mengobservasi tingkat depresi maka rencana perawatan selanjutnya disusun dengan tepat.  Membantu klien mengurangi rasa bersalah. Menghargai persaan klien Mengidentifikasi dukungan yang positif dengan mengaitkan terhadap kenyataan Memberikan kesempatan untuk menangis dan mengungkapkan perasaannya Bersama klien membahas pikiran yang selalu timbul Rasional: Individu dalam keadaan terduka sering mempertahankan perasaan bersalahnya terhadap orang yang hilang



15



3.



Defisit Perawatan Diri berhubungan dengan Intoleransi Aktivitas A. Tujuan Umum: Klien mampu melakukan perawtan diri secara optimal B. Tujuan Khusus:  Klien dapat mandi sendiri tanpa paksaan  Klien dapat berpakaian sendiri dengan rapi dan bersih  Klien dapat menyikat giginya dengan bersih  Klien dapat merawat kukunya sendiri C. Intervensi:  Libatkan klien untuk makan bersama diruang makan Rasional: Sosialisasi bagi klien sangat diperlukan dalam proses menyembuhkannya  Menganjurkan klien untuk mandi Rasional: Pengertian yang baik dapat menbantu klien dapat mengerti dan diharapkan dapat melakukan sendiri  Menganjurkan klien untuk mencuci baju Rasional: Diharapkan klien mandiri  Membantu dan menganjurkan klien untuk menghias diri Rasional: Diharapkan klien mandiri  Membantu klien untuk merawat rambut dan gigi Rasional: Diharapkan klien mandiri



2.4.6 Implementasi Implementasi dilakukan sesuai dengan rencana tindakan yang sudah disusun. 2.4.7 Evaluasi 1. Pasien mampu mengenali peristiwa kehilangan yang dialami. 2. Memahami hubungan antara kehilangan yang dialami dengan keadaan dirinya. 3. Mengidentifikasi cara-cara mengatasi berduka yang dialaminya. 4. Memanfaatkan faktor pendukung. 5. Keluarga mengenal masalah kehilangan dan berduka.



16



6. Keluarga memahami cara merawat pasien berduka berkepanjangan. 7. Keluarga mempraktikkan cara merawat pasien berduka disfungsional. 8. Keluarga memanfaatkan sumber yang tersedia di masyarakat.



17



BAB III PENUTUP



3.1.



Kesimpulan Berdasarkan data-data yang diperoleh, akhirnya dapat disimpulkan bahwa kehilangan adalah suatu keadaan yang dialami oleh individu yang berpisah akan suatu hal yang mencakup kejadian nyata atau hanya khayalan (yang diakibatkan persepsi seorang terhadap kejadian) dalam rentang kehidupannya. Gambaran rentang respon individu terhadap kehilangan dan berduka menurut Kublier-rose (1969) dibagi mejadi 4 yaitu : Fase Pengingkaran (denial), Fase Marah (anger), Fase Tawar Menawar (bargaining), dan Fase Depresi (depression) Fase Penerimaan. Selain itu terdapat dua sifat-sifat kehilangan secara umum yaitu Tiba – tiba (Tidak dapat diramalkan) dan Berangsur – angsur (Dapat Diramalkan). Di dalam menangani pasien dengan respon kehilangan, diperlukan prinsipprinsip keperawatan yang sesuai, misalnya pada anak atau pada orang tua dengan respon kehilangan (kematian anak). Pengkajian yang dapat dilakukan yaitu dengan mengidentifikasi factor predisposisi dan factor presipitasi. Dimana factor predisposisi



meliputi



Genetic,



Kesehatan



Jasmani,



Kesehatan



Mental,



Pengalaman Kehilangan di Masa Lalu dan Struktur Kepribadian. 3.2. Saran Setelah kami membuat kesimpulan tentanga asuhan keperawatan pada klien dengan respon kehilangan dan berduka, maka kami menganggap perlu adanya sumbang saran untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu asuhan keperawatan. Adapun saran-saran yang dapat kami sampaikan sebagaiberikut: 1. Dalam perencanaan tindakan, harus disesuaikan dengan kebutuhan klien pada saat itu. 2. Dalam perumusan diagnose keperawatan, harus diprioritaskan sesuai dengan kebutuhan maslow ataupun kegawatan dari masalah. 3. Selalu mendokumentasikan semua tindakan keperawatan baik yang kritis maupun yang tidak. 18



19



DAFTAR PUSTAKA



Ah. Yusuf, Rizky Fitryasari PK, Hanik Endang Nihayati. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika



Budi, Anna Keliat. 2009. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta : EGC



Dalami, Ermawati,dkk. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan Masalah Psikososial. Jakarta :CV Trans Info Media



Direja,A.H.S.2011.Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogjakarta: Nuha Medika



SDKI



DPP



PPNI,



Tim



Pokja.



2016.



Standar



Diagnosis



Keperawatan



Indonesia’Definisi dan Indikator Diagnostik’. Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI



Suliswati, dkk, 2010. Konsep Dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC



Yosep I.2009.Keperawatan Jiwa. Bandung:refika Aditama.



20