ASKEP KEL 4B RUANG HCU RSUP Dr. Sardjito [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN SISTEM PERNAPASAN PADA PASIEN DENGAN EFUSI PLEURA MASIF DI RUANG HCU RSUP Dr. SARDJITO



Disusun oleh : Kelompok 4B Fajar Nur Azizah



(P07120217020)



Fathina Djuanisa R.



(P07120217021)



Rizka Cindy Arina Putri



(P07120217033)



Yuliana Fajarsari



(P07120217039)



PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA JURUSAN KEPERAWATAN 2020



LEMBAR PENGESAHAN



LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN KEGAWATDARURATAN SISTEM PERNAPASAN PADA PASIEN DENGAN EFUSI PLEURA MASIF INI DIBUAT UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN SYARAT MEMPEROLEH NILAI PRAKTIK KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA JURUSAN KEPERAWATAN



OLEH : Kelompok 4B Fajar Nur Azizah



(P07120217020)



Fathina Djuanisa R.



(P07120217021)



Rizka Cindy Arina Putri



(P07120217033)



Yuliana Fajarsari



(P07120217039)



TELAH DIPERIKSA DAN DISETUJUI TANGGAL .……………………



OLEH :



PEMBIMBING LAPANGAN



: ………………………………………………..



PEMBIMBING PENDIDIKAN



: ………………………………………………...



KATA PENGANTAR



Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat, rahmat, dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan asuhan keperawatan kegawatdaruratan ini dengan baik. Laporan asuhan keperawatan kegawatdaruratan ini penulis susun untuk memenuhi tugas Praktik Klinik IX (Keperawatan Gawat Darurat). Dalam penyusunan laporan asuhan keperawatan kegawatdaruratan ini penulis mendapatkan banyak bantuan, bimbingan, dan saran serta dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Direktur Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Yogyakarta, Bapak Joko Susilo, SKM., M. Kes. 2. Ketua Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Yogyakarta, Bapak Bondan Palestin, SKM., M. Kep., Sp. Kom. 3. Ketua Program Studi Sarjana Terapan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Yogyakarta, Bapak Maryana, S. SiT., S. Psi., S. Kep., Ns., M. Kep. 4. Dosen Koordinator Praktik Klinik IX (Keperawatan Gawat Darurat), Bapak Maryana, S. SiT., S. Psi., S. Kep., Ns., M. Kep. 5. Dosen Pembimbing Praktik Klinik IX (Keperawatan Gawat Darurat), Ibu Rosa Delima Ekwantini, S. Kp., M.Kes. 6. Pembimbing Lapangan di Ruang HCU RSUP Dr. Sardjito, Ibu Nurhidayati, S, Kep., Ns. 7. Teman-teman anggota kelompok 8. Teman-teman Kelas Sarjana Terapan Keperawatan Penulis berharap semoga laporan asuhan keperawatan kegawatdaruratan dengan judul “Laporan Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan Sistem Pernapasan pada Pasien dengan Efusi Pleura Masif di Ruang HCU RSUP Dr. Sardjito” dapat



memberikan informasi dan menjadi acuan, petunjuk, dan pedoman kepada para pembaca. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan asuhan keperawatan kegawatdaruratan ini terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini sehingga kedepannya menjadi lebih baik. Yogyakarta, 11 November 2020 Penulis



BAB I PENDAHULUAN



A. LATAR BELAKANG Efusi pleura merupakan suatu keadaan dimana terjadi akumulasi cairan pleura yang abnormal dalam rongga pleura akibat transudasi atau eksudasi yang berlebihan (Medical Science, Nusantara Medical Science Jurnal, 2018). Menurut WHO (2014), efusi pleura merupakan suatu gejala penyakit yang dapat mengancam jiwa penderitanya. Secara geografis penyakit ini terdapat di seluruh dunia, bahkan menjadi problema utama di negara-negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia. WHO memperkirakan 20% penduduk kota dunia pernah menghirup udara kotor akibat emisi kendaraan bermotor, sehingga banyak penduduk yang berisiko tinggi terkena penyakit paru dan saluran pernapasan seperti efusi pleura. Menurut WHO (2014), efusi pleura terjadi pada 30 % penderita TB paru dan merupakan penyebab morbiditas terbesar akibat TB ekstra paru. Penderita dengan Efusi pleura banyak di temui pada kelompok umur 44-49 tahun keatas (30,7%), serta lebih banyak terjadi pada laki-laki (54,7%) dibandingakn perempuan (45,3%). Tingginya insiden efusi pleura disebabkan oleh TB paru dan Tumor paru. Efusi menunjukkan tanda dan gejala yaitu sesak nafas, bunyi pekak atau datar saat perkusi di area nyang berisi cairan, bunyi nafas minimal atau tak terdengar dan pergeseran trachea menjauhi tempat yang sakit. Umunya pasien datang dengan gejala sesak nafas, nyeri dada, batuk dan demam. Pada pemeriksaan fisik dapat di temukan abnormalitas dengan bunyi redup pada perkusi, penurunan fremitus pada palpasi, dan penurunan bunyi napas pada auskultasi paru bila cairan efusi sudah melebihi 300 ml. Foto toraks dapat di



gunakan untuk mengkonfirmasi terjadinya efusi pleura (Baughman, 2000 dalam Khairani dkk, 2012). Dampak yang terjadi jika efusi pleura tidak segera di tangani yaitu menyebabkan terjadinya atelektasis pengembangan paru yang tidak sempurna yang di sebabkan oleh penekanan akibat penumpukan cairan pleura, fibrosis paru dimana keadaan patologis tedapat jaringan ikat paru dalam jumlah yang berlebihan, empisema dimana terdapat kumpulan nanah dalam rongga antar paru-paru dan kolaps paru (Headher, 2011 dalam Wiryansyah, 2019). Menurut Riskesdas (2013) terdapat 508.330 jiwa yang menderita penyakit paru obstruktif kronis dan terdapat 2,7 % penderita Efusi pleura. Menurut hasil Studi Berta & Puspita dalam Causes Of Pleural Efusion In Metro 2017 terdapat 537 insidensi pleura pada periode Januari- Desember 2017. Sebanyak 60,9% adalah berjenis kelamin laki-laki dan 39,1 % berjenis kelamin perempuan. Sebanyak 10, 4 % berusia kurang dari 35 tahun, 39,3% berusia 35-55 tahun, 34,6 % berusia 56-70 tahun, dan 15,6 % berusia lebih dari 70 tahun.



B. TUJUAN 1. Tujuan Umum Mampu memahani dan menjelaskan mengenai Efusi Pleura Masif dan proses asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien dengan Efusi Pleura Masif. 2. Tujuan Khusus a. Mampu memahami pengertian Efusi Pleura Masif b. Mampu memahami patofisiologi dari Efusi Pleura Masif c. Mampu memahami dan melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan Efusi Pleura Masif.



C. METODE Laporan asuhan keperawatan kegawatdaruratan ini menggunakan metode studi kasus yang ada di rumah sakit. Data didapatkan dari rekam medis, anamnesis pasien dan keluarga pasien, serta informasi dari perawat. Pengumpulan data-data yang dipergunakan dalam penulisan laporan asuhan keperawatan kegawatdaruratan ini juga berasal dari berbagai literatur kepustakaan yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas. Beberapa jenis referensi yang digunakan bersumber dari beberapa buku dan jurnal dari internet.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



A. PENGERTIAN Efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak antara permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain (Amin, 2015). Efusi pleura adalah kondisi dimana udara atau cairan berkumpul di rongga pleura yang dapat menyebabkan paru kolaps sebagian atau seluruhnya (Smeltzer & Bare, 2012). B. PATOFISIOLOGI KEPERAWATAN (MIND MAP) Didalam rongga pleura terdapat kurang lebih 5 ML cairan yang cukup untuk membasahi seluruh permukaan pleura viseralis dan parietalis. Cairan ini dihasilkan oleh kapiler pleura parietalis karena adanya tekanan hidrostatik, tekanan koloid dan daya tarik elastis. Sebagian cairan ini diserap kembali oleh kapiler paru dan pleura viseralis, sebagian kecil lainnya (10- 20%) mengalir kedalam pembuluh limfe sehingga posisi cairan disini mencapai 1 L sehari. Terkumpulnya cairan di rongga pleura di sebut efusi pleura, ini terjadi bila keseimbangan antar produksi dan abrsorbsi terganggu misalnya pada hyperemia akibat inflamasi, perubahan tekanan osmotik, peningkatan tekanan vena (gagal jantung). Berdasarkan kejadiannya efusi di bedakan menjadi transudat dan eksudat pleura. Transudat biasanya terjadi pada gagal jantung karena bendungan vena disertai peningkatan tekanan hidrostatik dan sirosis hepatik karena tekanan osmotik koloid yang menurun. Eksudat dapat di sebabkan oleh keganasan atau infeksi. Cairan keluar langsung dari kapiler sehingga kaya akan protein dan berat jenisnya tinggi. Cairan ini juga



mengandung banyak sel darah putih. Sebaliknya transudat kadar proteinnya rendah sekali atau nihil sehingga berat jenisnya rendah (Smeltzer & Bare, 2012).



MIND MAP EFUSI PLEURA MASIF



BAB III ASUHAN KEPERAWATAN A. PENGKAJIAN UMUM Tanggal Pengkajian Sumber Metode Pengumpulan Data Oleh



: Selasa, 10 November 2020 Jam : 08.45 WIB : Rekam Medis, Perawat, Keluarga Pasien, Pasien : Wawancara, Studi Dokumen, Observasi, dan Pemeriksaan Fisik : 1. Fajar Nur Azizah 2. Fathina Djuanisa R. 3. Rizka Cindy Arina Putri 4. Yuliana Fajarsari



A. Identitas Pasien Nama Pasien



: Tn. H (19 thn)



Tempat, Tanggal Lahir : Cilacap, 15 Juli 2001 Alamat



: Dusun Wanasri, Jeruk Legi, Kab. Cilacap



Status Perkawinan



: Belum Menikah



Agama/Suku



: Islam



Warga Negara



: Indonesia



Pendidikan



: SMU / SMK



Pekerjaan



: Pelajar



Dx. Medis



: Efusi Pleura Masif



B. Penanggung Jawab Nama



: Tn. S.



Hubungan dgn pasien



: Ayah



Alamat



: Dusun Wanasri, Jeruk Legi, Kab. Cilacap



Pekerjaan



: PNS



PENGKAJIAN DATA DASAR A. Primary Assessment 1. Airway 2. Breathing



:



Tidak terdapat sumbatan, terdapat suara napas tambahan



:



wheezing. Nafas spontan, mengeluh sesak, tidak menggunakan otot tambahan, frekuensi pernapasan 39 x/menit, bunyi napas



3. Circulation



:



vesikuler, Sp02 100%, on nasal kanul 8 liter/menit TD 117/80 mmHg dan HR 130 x/menit, irama teratur, denyut nadi kuat, ekstremitas hangat, CRT > 3 detik, turgor kulit jelek, mukosa mulut kering dan pucat, akral dingin



B. Fokus Assessment 1. Keadaan Umum : 2. Tingkat Kesadaran : 3. Keluhan Utama :



Klien terlihat lemas dan pucat Composmentis, GCS (E4 M6 VT) Pasien mengeluh sesak ketika bernapas



C. Sekunder Assessment 1. 2.



Riwayat Penyakit Dahulu Klien memiliki pungsi pleura (+), lymphoma (+), riwayat radioterapi (+) Riwayat Penyakit Sekarang Klien mengeluh sesak napas. Dada terasa nyeri. Nyeri timbul saat bernapas, seperti tertimpa beban berat, di area sekitar dada, skala nyeri 3



3.



dari 10, nyeri timbul tenggelam. Pasien tampak gelisah. Riwayat Kesehatan Keluarga Tidak memiliki riwayat penyakit jantung, diabetes mellitus, ataupun penyakit menular lainnya



D. Pemeriksaan Fisik Kesadaran Vital Sign - TD - HR - RR - Suhu - SpO2



: Composmentis : : : : :



117/80 mmHg 130 x/menit 39 x/menit 36,7 ⁰C 100%



1.



Kepala dan Maksilofasial



: Tidak ada jejas dan memar, tidak ada luka



2.



Vertebra Servikalis Dan



terbuka, kulit kering, rambut hitam. : Tidak terdapat luka/memar, kulit leher



3.



Leher Thoraks a. Inspeksi



:



Napas cenderung cepat, napas teratur 39



a. Auskultasi b. Perkusi



: :



x/mnt, pola napas takipneu Vesikuler, suara napas tambahan wheezing Sonor/redup, ada tanda-tanda penumpukan



:



cairan Napas sejajar paru kanan dan kiri



:



Kulit area dada sama dengan anggota tubuh



c. Palpasi 4. Dada a. Inspeksi



kering



lain, tidak ada jejas ataupun memar dan



5.



b. Auskultasi c. Perkusi d. Palpasi Abdomen a. Auskultasi b. Inspeksi



: : :



tanda-tanda infeksi Napas cepat dan teratur Tidak ada nyeri tekan Tidak teraba benjolan mencurigakan



: :



Bising usus kurang lebih 3x/menit Dinding dada sejajar dinding perut DD//DP, tidak ada kelainan, warna kulit sama dengan



c. Perkusi



anggota tubuh lain : Timpani, tidak terdengar bunyi penumpuk



d. Palpasi



:



an cairan pd abdomen, tidak ada nyeri tekan Tidak teraba massa pada abdomen, otot



6.



Perineum / Rektum /



:



perut supel, hepar tidak teraba besar Genetalia normal, terpasang kateter, warna



7.



Vagina Muskuloskeletal



:



urin kuning jernih. Gerakan ekstremitas lancar tetapi lemah, tidak ada rasa nyeri selama pemeriksaan ekstremitas, tidak ada fraktur



4 4 4 4



8.



Personal Hygiene



:



Kondisi klien tampak kotor dan bau. Mulut klien tampak kotor dan bau. Klien tidak mampu mandi secara mandiri. Klien bed rest total.



E. Terapi No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.



Obat Aminopluid Ampisulfat Albumin Codein NACE Ranitidin PCT Heparin Nystatin drop



Dosis 12 tpm 1,5 gr/8 jam 3x1 10 gr/8 jam 200 gr/8 jam 150 gr/12 jam 1gr/8 jam (KP) 5000 ui/12 jam 3x10



Rute IV IV PO PO PO PO IV SC PO



F. Data Laboratorium No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17.



Nama Pemeriksaan Leukosit Eritrosit Hemoglobin Hematokrit NCV MCH MCHC Trombosit RDW-5D RDW-CV PDW MPV P-LCR Plateletcrit NRBC# Netrofil% Limfosit%



Hasil



Satuan



Nilai



7,35 3,36 9,7 30,7 91,4 28,9 31,6 115 59,2 17,6 13,3 12,0 36,9 0,2 0,0 86,3 2,7



10^3/uL 10^6/uL g/dL % fl pg g/dL 10^3/uL fL % fL fl % % 10^3/uL % %



Rujukan 4,50-11,50 4,60-6,00 13,0-18,0 40,0-50,0 80,0-94,0 26,0-32,0 32,0-36,0 150-450 35,0-45,0 11,5-14,5 9,3-16,0 7,2-10,4 15,0-25,0 0,0-10,0 0,0-0,0 50,0-70,0 18,0-42,0



18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29.



Monosit% Eosinofil% Basofil% IG (immature granulocyte)# NRBC% Netrofil# Limfosit# Monosit# Eosinofil# Basofil# IG (immature granulocyte)% Albumin



11,0 0,0 0,0 0,09 0,00 6,34 2,7 11,0 0,0 0,00 1,20 1,83



% % % 10^/uL % 10^/uL 10^/uL 10^/uL 10^/uL 10^/uL % g/dL



2,0-11,0 1,0-3,0 0,0-2,0 0,00-1,00 0,00-0,00 2,30-8,60 1,62-5,37 0,30-0,80 0,00-0,20 0,00-0,10 0,00-10,00 3,97-4,94



. B. ANALISA DATA Data DS : DO :



Masalah Pola Nafas Tidak



Penyebab Hambatan upaya



Efektif



napas



(SDKI, 2016



- pola napas takipneu



Hal. 26)



- Napas cenderung cepat - RR 39 x/mnt DS :



Defisit Perawatan



-



Kelemahan



Diri



DO :



(SDKI, 2016



- Kondisi klien tampak kotor dan



Hal. 240)



bau. - Mulut klien tampak kotor dan bau. - Klien



tidak



mampu



mandi



secara mandiri. - Klien bed rest total. DS : - P : nyeri timbul saat bernapas



Nyeri Akut



Agen pencedera



(SDKI, 2016



fisiologis



- Q : seperti tertimpa beban berat



Hal. 172)



- R : di area sekitar dada - S : skala nyeri 3 dari 10 - T : nyeri timbul tenggelam DO : - Pasien tampak gelisah - 117/80 mmHg - 130 x/menit C. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas ditandai dengan : DS : DO : - pola napas takipneu - Napas cenderung cepat - RR 39 x/mnt 2. Nyeri akut berhubungan agen pencedera fisiologis ditandai dengan : DS : - P : nyeri timbul saat bernapas - Q : seperti tertimpa beban berat - R : di area sekitar dada - S : skala nyeri 3 dari 10 - T : nyeri timbul tenggelam DO : - Pasien tampak gelisah - 117/80 mmHg



- 130 x/menit . 3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan DS : DO : - Kondisi klien tampak kotor dan bau. - Mulut klien tampak kotor dan bau. - Klien tidak mampu mandi secara mandiri. - Klien bed rest total



D. RENCANA KEPERAWATAN 1. Diagnosa Keperawatan



: Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas



Hari, Tanggal



: Selasa, 10 November 2020



Pukul



: 09.00 WIB



Oleh



: Rizka Cindy A. P dan Fajar Nur A.



SLKI (STANDAR LUARAN



SIKI (STANDAR INTERVENSI



KEPERAWATAN



KEPERAWATAN INDONESIA)



Setelah



INDONESIA) dilakukan



asuhan



1. Monitor pola napas



1. Memberikan



keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan pola napas menjadi efektif dengan kriteria hasil : 1. Frekuensi



napas



2. Monitor



frekuensi



dan



3. Monitor saturasi oksigen



memburuk (2) menjadi cukup membaik (4) 3. Pola



napas



semi-fowler



atau



5. Berikan oksigen melalui nasal



cukup



memburuk (2) menjadi cukup



2. Memberikan data mengenai frekuensi 3. Memberikan data mengenai saturasi



fowler kanul atau NRM / RM



dari



pola



O2 pasien 4. Posisikan



2. Kedalaman napas dari cukup



mengenai



dan kedalaman napas pasien



memburuk (1) menjadi cukup membaik (4)



data



napas pasien kedalaman napas



dari



RASIONAL



4. Posisi semi-fowler atau fowler dapat mengurangi sesak napas 5. Pemberian



O2



dapat



mencukupi



kebutuhan O2 pasien dan mengurangi sesak pasien



6. Berikan minum hangat



6. Pemberian



minum



yang



hangat



membaik (4)



diharapkan



4. Frekuensi nadi dari cukup memburuk (2) menjadi cukup



mengencerkan



dahak dan mengurangi sesak napas 7. Kelola



pemberian



obat



mukolitik (NACE 200 mg)



membaik (4)



dapat



sesuai program



7. Obat golongan mukolitik berfungsi untuk



mengencerkan



dahak



dan



mengurangi sesak napas



2. Diagnosa Keperawatan : Nyeri akut berhubungan agen pencedera fisiologis Hari, Tanggal



: Selasa, 10 November 2020



Pukul



: 09.00 WIB



Oleh



: Rizka Cindy A. P dan Fajar Nur A.



SLKI (STANDAR LUARAN



SIKI (STANDAR INTERVENSI



KEPERAWATAN



KEPERAWATAN INDONESIA)



INDONESIA) Setelah dilakukan asuhan



1. Monitor



keperawatan selama 3 x 24 jam,



PQRST



diharapkan



nyeri



menurun



dengan kriteria hasil :



nyeri



menggunakan



2. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri



8. Keluhan nyeri dari cukup meningkat



(2)



menjadi



RASIONAL 1. Memberikan data mengenai nyeri pasien 2. Teknik



nonfarmakologis



dapat



mengurangi rasa nyeri yang dirasakan 3. Istirahat dan tidur yang cukup dapat



3. Fasilitasi istirahat dan tidur



cukup menurun (4)



mengurangi nyeri yang dirasakan 4. Memandirikan klien untuk melakukan



4. Ajarkan teknik nonfarmakologis



9. Meringis meningkat



dari



cukup



(2)



menjadi



cukup menurun (4) 10. Gelisah meningkat



dari



cukup



(2)



menjadi



(2)



menjadi



cukup membaik (4) 12. Tekanan darah dari cukup memburuk



(2)



cukup membaik (4)



pemicu nyeri kepada pasien dan



menjadi



5. Menambah pengetahuan pasien dan keluarga mengenai nyeri



keluarga 6. Kelola



11. Frekuensi nadi dari cukup



teknik nonfarmakologis agar nyeri berkurang



5. Jelaskan penyebab, periode dan



cukup menurun (4) memburuk



untuk mengurangi rasa nyeri



pemberian



analgetik



(codein 10 mg) sesuai program



6. Obat analgetik dapat mengurangi nyeri



3. Diagnosa Keperawatan : Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan Hari, Tanggal



: Selasa, 10 November 2020



Jam



: 09.00 WIB



Oleh



: Rizka Cindy A. P dan Fajar Nur A.



SLKI (STANDAR LUARAN



SIKI (STANDAR INTERVENSI



KEPERAWATAN



KEPERAWATAN INDONESIA)



Setelah



INDONESIA) dilakukan asuhan



1. Monitor tingkat kemandirian



1. Memberikan data mengenai tingkat



keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan, meningkat



perawatan dengan



diri



kemandirian klien dalam perawatan diri 2. Monitor kebersihan tubuh



2. Memberikan data mengenai keadaan



kriteria



perawatan diri klien 3. Monitor kemampuan menelan



hasil : 1. Kemampuan mandi dari menurun



(1)



pakaian dari menurun (1) menjadi sedang (3) cukup



menurun



bantu BAB / BAK, dan pakaian 5. Fasilitasi dan berikan bantuan mandi,



3. Kemampuan makan dari (2)



data



mengenai



minum 4. Sediakan peralatan mandi, alat



2. Kemampuan mengenakan



3. Memberikan



kemampuan klien dalam makan dan



menjadi



sedang (3)



RASIONAL



BAB



mengenakan berhias



/ pakaian



BAK, dan



4. Membantu klien memenuhi kebutuhan perawatan diri 5. Membantu klien dalam melakukan perawatan diri 6. Memberikan



rasa



mengurangi bau mulut



nyaman



dan



menjadi cukup meningkat



6. Lakukan oral hygiene



7. Menambah



(4) dari cukup menurun (2) menjadi cukup meningkat (4)



7. Ajarkan kepada keluarga cara memandikan pasien 8. Jelaskan



manfaat



melakukan



tidak melakukannya terhadap



mulut (1)



dari



menjadi



cukup meningkat (4)



kesehatan kepada pasien dan keluarga



8. Menambah pengetahuan pasien dan keluarga



perawatan diri dan dampak dari



5. Mempertahankan menurun



keluarga



mengenai perawatan diri pada klien



4. Kemampuan BAB / BAK



kebersihan



pengetahuan



mengenai



melakukan perawatan diri



pentingnya



E. CATATAN PERKEMBANGAN Diagnosa Keperawatan : IMPLEMENTASI



EVALUASI



Diagnosa Keperawatan : IMPLEMENTASI



EVALUASI



Diagnosa Keperawatan : IMPLEMENTASI



EVALUASI



Diagnosa Keperawatan : IMPLEMENTASI



EVALUASI



BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan



B. Saran



DAFTAR PUSTAKA



Amin, Huda. (2015). Konsep Teori Efusi Pleura. Surabaya : Universitas Airlangga. Khairani, D. (2012). Keperawatan Medikal bedah. Jakarta : EGC. Medical Science Journal. (2018) Identification Of Micobacterium Tuberculosis By Polimarase Chain Reaction (PCR) Terst and Its Relationship to MGG Staining Of Pleural Fluid in Patient With Suspected Tuberculosis Pleural Effusion. Nusantara Medical Science. PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI. PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI. PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI. Riskesdas (2013). Hasil Riskesdas 2013. Jakarta : Kemetrian Kesehatan RI Smeltzer & Bare. (2012). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth (Ed.8, Vol. 1,2). Jakarta : EGC. Wiryansyah, O. A. (2019). Analisis Faktor-Faktor Penyebab Efusi Pleura di Rumah Sakit Pusri Palembang Tahun 2017. Jurnal Kesehatan dan Pembangunan, 9(17). World Health Organization (WHO). (2014). Global Status Report on Noncommunicabel Diseases. Geneva: WHO Press.