14 0 221 KB
Cover Kata pengantar Daftar Isi Daftar tabel Daftar gambar lampiran
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kejadian gawat darurat dapat diartikan sebagai keadaan dimana seseorang membutuhkan pertolongan segera, karena apabila tidak mendapatkan pertolongan dengan segera maka dapat mengancam jiwanya atau menimbulkan kecacatan permanen. Salah satu kejadian gawat darurat yang juga mengancam nyawa manusia adalah keracunan makanan. Keracunan makanan adalah penyakit yang disebabkan karena makan makanan yang terkontaminasi oleh mikroorganisme atau bahan kimia, atau makanan yang memang mengandung racun. Keracunan merupakan masuknya suatu zat ke dalam tubuh kita yang dapat mengganggu kesehatan bahkan dapat menimbulkan kematian. Pada hakekatnya semua zat dapat berlaku sebagai racun, tergantung dosis dan cara pemberiannya. Hampir semua racun bekerja segra dan karena itu setiap kasus keracunan merupakan kegawatdaruratan medis, dan harus mendapat pertolongan segera (Yayasan Ambulace Gawat Darurat 118, 2018). Pertolongan terhadap keracunan yang ditimbulkan oleh zat apapun haruslah dipersiapkan dengan sebaik-baiknya. Pertolongan yang salah atau secara berlebihan justru mendatangkan bahaya baru. Identifikasi racun merupakan usaha untuk mengetahui bahan, zat, atau obat yang diduga sebagai penyebab terjadi keracunan, sehingga tindakan penanggulangannya dapat dilakukan dengan tepat dan akurat. Dalam menghadapi peristiwa keracunan, kita berhadapan dengan keadaan darurat yang dapat terjadi dimana dan kapan saja serta memerlukan kecepatan untuk bertindak dengan segera dan juga mengamati efek dan gejala keracunan yang timbul.
B. RUMUSAN MASALAH a. Bagaimana konsep dasar dari keracunan/intoksikasi? b. Bagaimanakah asuhan keperawatan gawat darurat keracunan/intoksikasi? C. TUJUAN a. Tujuan Umum Penyusunan makalah ini bertujuan untuk menyelesaikan tugas Keperawatan Klinik VIII b. Tujuan Khusus 1) Mengetahui konsep dasar keracunan 2) Mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan keracunan 3) Mengetahui asuhan keperawatan gawat darurat pasien dengan keracunan D. MANFAAT a. Mendapatkan pengetahuan tentang keracunan. b. Mendapatkan pengetahuan tentang asuhan keperawatan keracunan c. Mendapatkan pengetahuan tentang asuhan keperawatan gawat darurat keracunan
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Konsep Dasar Penyakit A. Definisi Racun adalah zat yang ketika tertelan, terisap, diabsorbsi, menempel pada kulit atau dihasilkan di dalam tubuh dalam jumlah yang relative kecil menyebabkan cedera dari tubuh dengan adanya reaksi kimia. Junaidi (2011) menyatakan keadaan darurat yang diakibatkan masuknya suatu zat atau makananke dalam tubuh melalui mulut yang mengakibatkan bahaya bagi tubuh disebut sebagai keracunan makanan. Keracunan merupakan masuknya suatu zat ke dalam tubuh kita yang dapat mengganggu kesehatan bahkan dapat menimbulkan kematian. Pada hakekatnya semua zat dapat berlaku sebagai racun, tergantung dosis dan cara pemberiannya. Hampir semua racun bekerja segra dan karena itu setiap kasus keracunan merupakan kegawatdaruratan medis, dan harus mendapat pertolongan segera (Yayasan Ambulace Gawat Darurat 118, 2018). Menurut WHO (2012), keracunan atau intoksikasi adalah kondisi yang mengikuti masuknya suatu zat psikoaktif yang menyebabkan gangguan kesadaran, kognisi, persepsi, afek, perlaku, fungsi, dan repon psikofisiologis. Sumber lain menyebutkan bahwa keracunan dapat diartikan sebagai masuknya suatu zat kedalam tubuh yang dapat menyebabkan ketidak normalan mekanisme dalam tubuh bahkan sampai dapat menyebabkan kematian. Keracunan dapat terjadi bila suatu zat yang masuk ke dalam tubuh manusia baik disengaja atau tidak disengaja dapat menyebabkan sakit atau mengancam nyawa. B. Klasifikasi a. Menurut cara terjadinya 1) Meracuni diri (self poisoning), penederita berusaha membunuh diri sendiri dengan tujuan menarik perhatian saja. Contohnya adalah keracunan baygon. 2) Usaha bunuh diri (attemped suicide), penderita ingin benar – benar bunuh diri dan dapat berakhir dengan kematian. 3) Keracunan akibat kecelakaan (accidental poisoning), keracunan terjadi karena ketidaksengajaan. 4) Keracunan akibat pembunuhan (homicidal poisoning), terajdi akibat tindakan kriminal
5) Keracunan akibat ketergantungan obat, terjadi akibat sifat toleransi obat sehingga memerlukan peningktan dosis. Peningkatan dosis yang tidak terukur/tidak terkendali menimbulkan overdosis yang vatal. ( Safitrih, 2015) b. Menurut cepat lambatnya proses keracunan 1) Keracunan Akut Gejala keracunan muncul dengan cepat segera setelah korban menelan atau kontak dengan zat racun musalnya keracunan makanan, sianida, dan insektisida. 2) Keracunan Kronik Gejala muncul dalam waktu realtif lama sehinnga korban sering tidak sadar mengalami keracunan. Keracunan kronis yang sering terjadi antara lain keracunan bromid, salisilat, fenitoin, dan digitalis karena tidak diawasi. c. Menurut organ yang terkena Keracunan dapat dibedakan menurut organ yang terkena yaitu neurotoksik, kardiotoksik, nefrotoksikdan hepatotoksik. C. Etiologi Penyebab keracunan ada beberapa macam dan akibatnya bisa mulai yang ringan sampai yang berat. Keracunan makanan dapat disebabkan oleh pencemaran bahan bahan kimia beracun, kontaminasi zat-zat kimia, mikroba, bakteri, virus dan jamur yang masuk ke dalam tubuh manusia (Suarjana, 2013). Secara umum yang banyak terjadi di sebabkan oleh : a. Mikroba Mikroba yang menyebabkan keracunan di antaranya : 1) Escherichia coli patogen 2) Staphilococus aureus 3) Salmonella d. Bacillus Parahemolyticus 4) Clostridium Botulisme 5) Streptokkkus b. Bahan Kimia 1) Peptisida golongan organofosfat 2) Organo Sulfat dan karbonat c. Toksin 1) Jamur 2) Keracunan Singkong 3) Tempe Bongkrek
4) Bayam beracun 5) Kerang D. Gejala Tanda dan gejala pada keracunan ringan seperti Anoreksia, nyeri kepala, rasa lemah, rasa takut, tremor pada lidah dan kelopak mata, dan Pupil miosis. Pada keracunan sedang gejala yang sering terjadi Nausea, muntah – muntah, kejang dan kram perut, hipersalifa, hiperhidrosis, fasikulasi otot, dan Bradikardi. Keracunan berat mialnya terjadi gejala diare, reaksi cahaya negatif, sesak nafas, sianosis, bahkan sampai terjadi edema paru. Gejala yang paling menonjol meliputi a. Kelainan Visus b. Hiperaktivitas kelenjar ludah dan keringat c. Gangguan Saluran pencernaan d. Kesukaran bernafas E. Patofisiologi (Etiologi, Faktor Resiko, Proses penyakit, komplikasi) Keracuanan dapat di sebabkan oleh beberapa hal di antaranya yaitu faktor bahan kimia, mikroba, toksin dll. Dari penyebab tersebut dapat mempengaruhi vaskuler sistemik sehingga terjadi penurunan fungsi organ – organ dalam tubuh. Biasanya akibat dari keracunan menimbulkan mual, muntah, diare, perut kembung, gangguan pernafasan, gangguan sirkulasi darah dan kerusakan hati (sebagai akibat keracunan obat dan bahan kimia). Terjadi mual, muntah di karenakan iritasi pada lambung sehingga HCL dalam lambung meningkat. Makanan yang telah terkontaminasi toksik atau zat racun sampai di lambung, lalu lambung akan mengadakan perlawanan sebagai adaptasi pertahanan diri terhadap benda atau zat asing yang masuk ke dalam lambung dengan gejala mual, lalu lambung akan berusaha membuang zat tersebut dengan cara memuntahkannya. Karena seringnya muntah maka tubuh akan mengalami dehidrasi akibat banyaknya cairan tubuh yang keluar bersama dengan muntahan. Karena dehidrasi yang tinggi maka lama kelamaan tubuh akan lemas dan banyak mengeluarkan keringat dingin. Banyaknya cairan yang keluar, terjadinya dehidrasi, dan keluarnya
keringat
dingin
akan
merangsang
kelenjar
hipopisis
anterior
untuk
mempertahankan homeostasis tubuh dengan terjadinya rasa haus. Apabila rasa haus tidak segera diatasi maka dehidrasi berat tidak dapat dihindari, bahkan dapat menyebabkan pingsan sampai kematian.
Keracunan dapat menyebabkan gangguan terbanyak pada sistem saraf pusat dengan akibat penurunan tingkat kesadaran dan depresi pernapasan. Fungsi kardiovaskuler mungkin juga terganggu, sebagian karena efek toksik langsung pada miokard dan pembuluh darah perifer,dan sebagian lagi karena depresi pusat kardiovaskular diotak. Hipotensi yang terjadi mungkin berat dan bila berlangsung lama dapat menyebabkan kerusakan ginjal, hipotermia terjadi bila ada depresi mekanisme pengaturan suhu tubuh. Gambaran khas syok mungkin tidak tampak karena adanya depresi sistem saraf pusat dan hipotermia, Hipotermia yang terjadi akan memperberat syok, asidemia, dan hipoksia. (Brunner and Suddarth, 2010). Pathway (terlampir) F. Pemeriksaan Diagnostik a. Elektrokardiografi EKG dapat memberikan bukti-bukti dari obat-obat yang menyebabkan penundaan disritmia atau konduksi. b. Radiologi Banyak substansi adalah radioopak, dan cara ini juga untuk menunjukkan adanya aspirasi dan edema pulmonal. c. Analisa GasDarah, elektrolit dan pemeriksaan laboratorium lain Keracunan akut dapat mengakibatkan ketidakseimbangan kadar elektrolit, termasuk natrium, kalium, klorida, magnesium dan kalsium. Tanda-tanda oksigenasi yang tidak adequat juga sering muncul, seperti sianosis, takikardia, hipoventilasi, dan perubahan status mental. d. Tes fungsi ginjal Beberapa toksik mempunyai efek nefrotoksik secara lengsung. e. Skrining toksikologi Cara ini membantu dalam mendiagnosis pasien yang Keracunan. Skrin negatif tidak berarti bahwa pasien tidak Keracunan, tapi mungkin racun yang ingin dilihat tidak ada. Adalah penting untuk mengetahui toksin apa saja yang bisa diskrin secara rutin di dalam laboratorium, sehingga pemeriksaannya bisa efektif.
G. Penatalaksanaan a. Survey Primer 1) Jalan nafas (A) Pada kasus keracunan saluran nafas harus dibersihkan dari muntah atau beberapa gangguan lain. 2) Pernafasan (B) Kaji keadekuatan ventilasi dengan observasi usaha ventilasi melalui analisa gas darah atau spirometri. Siapkan untuk ventilasi mekanik jika terjadi depresi pernapasan. Tekanan ekspirasi positif diberikan pada jalan napas, masker kantong dapat membantu menjaga alveoli tetap mengembang. Berikan oksigen pada klien yang mengalami depresi pernapasan, tidak sadar dan syock. Jaga agar pernapasan tetap dapat berlangsung dengan baik. 3) Sirkulasi (C) Jika ada gangguan sirkulasi segera tangani kemungkinan syok yang tepat, dengan memasang IV line, penderita keracunan makanan yang parah dan mengalami dehidrasi harus mendapatkan perawatan lanjutan. Cairan ini bisa menggantikan cairan tubuh yang hilang serta menjaga agar tubuh tidak terlalu lemah. Kaji TTV, kardiovaskuler dengan mengukur nadi, tekanan darah, tekanan vena sentral dan suhu. Stabilkan fungsi kardioaskuler dan pantau EKG. 4) Disability Pantau status neurologis secara cepat meliputi tingkat kesadaran dan GCS, ukuran dan reaksi pupil serta tanda-tanda vital. Penurunan kesadaran dapat terjadi pada klien keracunan alcohol dan obat-obatan. Penurunan kesadaran dapat juga disebabkan karena penurunan oksigenasi, akibat depresi pernapasan seperti pada klien keracunan baygon, botulinum b. Survey Sekunder Kaji adanya bau dari mulut dan muntahan, sakit kepala, sukar bicara, sesak nafas, tekanan darah menurun, kejang-kejang, gangguan penglihatan, hypersekresi hidung, spasme laringks, brongko kontriksi, aritmia jantung dan syhock. Setelah itu dapat dilakukan Dekomentaminasi. 1) Mata Irigasi dengan air bersih suam-suam kuku / larutan NaCl 0,9 % selama 15-20 menit, jika belum yakin bersih cuci kembali
2) Kulit, cuci (scrubbing) bagian kulit yang terkena larutan dengan air mengalir dingin atau hangat selama 10 menit 3) Gastroinstestinal Pada dekontaminasi saluran cerna dapat dilakukan dengan cara : a) Bilas Lambung Bilas lambung dilakukan untuk menghilangkan obat atau racun dalam bentuk padat dan larutan, untuk memberikan arang aktif pada pasien yang tidak bisa menelan dan untuk melarutkan dan mengeleminasi agen korosif dari perut dan mengosongkan perut untuk keperluan endoskopi. Bilas lambung dapat dilakukan bila pasien dalam keadaan sadar atau apabila nafas telah dilindungi oleh pipa endotrakeal. Hasil paling efektif bila kumbah lambung dikerjakan dalam 4 jam setelahkeracunan. Pada koma derajat sedang hingga berat tindakan kumbahlambung sebaiknya dikerjakan dengan bantuan pemasangan pipaendotrakeal berbalon untuk mencegah aspirasi pneumonia b) Arang Aktif Menurut para ahli makanan dan dokter, pertolongan pertama yang bisakita lakukan adalah dengan memberikan karbon aktif atau arang aktif kekorban. Di pasaran, ada arang aktif yang dijual. Salah satu yang terkenalnorit. Tablet berwarna hitam ini punya sifat arang aktif yang mampumenyerap apapun yang ada di sekitarnya, termasuk racun. Semakin banyakyang dimakan, semakin banyak racun yang diserap. Hanya saja, norit cumamenyerap racun yang masih di saluran pencernaan dan belum ikut beredardalam darah.Meskipun norit mampu menyerap banyak racun, norit nyatanya jugamenyerap zat gizi dan vitamin yang terdapat pada makanan. Oleh karena itu,saat menenggak norit, korban juga harus terus diberikan minum air putihuntuk menggantikan zat yang ikut terserap norit. c. Antidotum Antidotum hanya tersedia untuk beberapa obat dan racun. Antidotum yang paling sring digunakan adalah Asetilsistein untuk keracunan paracetamol dan naloxon untuk keracunan opioid. d. Penilaian Klinis
Upaya yang paling penting adalah anamnese atau aloanamnesis yangrinci. Beberapa pegangan anamnesis yang penting dalam upaya mengatasikeracunan, ialah sebagai berikut : 1) Kumpulkan informasi selengkapnya tentang seluruh obat yangdigunakan, termasuk yang sering dipakai 2) Kumpulkan informasi dari anggota keluarga, teman dan petugas tentangobat yang digunakan. 3) Tanyakan dan simpan sisa obat dan muntahan yang masih ada untuk pemeriksaan toksikologi 4) Tanyakan riwayat alergi obat atau syok anafilaktik Pada
pemeriksaan
fisik
diupayakan
untuk
menemukan
tanda/kelainan
fungsiautonom yaitu pemeriksaan tekanan darah, nadi, ukuran pupil, keringat, airliur, dan aktivitas peristaltik usus. H. Komplikasi Komplikasi yang bisa muncul pada kasus ini diantaranya adalah : a. Shock b. Henti nafas c. Henti jantung d. Kejang e. Koma 2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan A. Pengkajian a. Identitas klien meliputi nama, umur , jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, diagnosa medis. b. Data penanggung jawab meliputi nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, alamat rumah, hubungan dengan pasien. c. Keluhan Utama terdiri dari keluhan atau gejala saat awal di lakukan pengkajian pertama kali. d. Triage 1) Pengkajian Primer a) Manajemen Airway
Kaji: bersihan jalan nafas, adanya / tidaknya sumbatan jalan nafas, Distres pernafasan, tanda- tanda perdarahan di jalan nafas, muntahan, edema laring. Pada kasus keracunan saluran nafas harus dibersihkan dari muntah atau beberapa gangguan lain dan, bila diperlukan, suatu alat yang mengalirkan napas melalui oral atau dengan memasukkan pipa endotrakea. Pada kebanyakan pasien, penempatan pada posisi sederhana dalam posisi dekubitus lateral cukup untuk menggerakkan lidah yang kaku (flaccid) keluar dan saluran napas. Hipoventilasi dan koma memerlukan perhatian khusus pada penatalaksanaan saluran napas. Gas darah arteri harus sering diperiksa, dan aspirasi isi lambung harus dicegah. b) Manajemen Breathing (Ventilasi) Kaji: Frekuensi nafas, usaha dan pergerakan dinding dada Suara pernafasan melalui hidung atau mulut Udara yang dikeluarkan dari jalan nafas. Pernapasan yang adekuat harus diuji dengan mengobservasi dan mengukur gas darah arteri. Pada pasien dengan insufisiensi pernapasan harus dilakukan intubasi dan ventilasi mekanik. c) Manajemen Circulation Kaji: Denyut nadi karotis, Tekanan darah, Warna kulit, kelemahan kulit. Pada kasus keracunan, sirkulasi yang cukup harus diuji dengan mengukur denyut nadi, tekanan darah, urin yang keluar, dan evaluasi perfusi perifer. Alat untuk intravena harus dipasang dan darah diambil untuk penentuan serum glukosa dan untuk pemeriksaan rutin lainnya.
Penatalaksanaan
cairan dan elektrolit mungkin kompleks. Monitoring berat badan, tekanan vena sentral, tekanan yang mendesak kapiler paru, dan gas darah arteri diperlukan untuk memastikan pemberian cairan mencukupi tetapi tidak berlebihan. d) Disability, Kaji: Tingkat kesadaran, gerakan ekstremitas, Glasgow Coma Scale (GCS), atau pada angka tentukan Alert (A), Respon Verbal (V), Respon Nyeri / pain (P), Tidak berespon/ Unresponsive (U) Gejala : lemah, letih, sulit bergerak/ berjalan, Kram otot, tonus otot menurun, gangguan istirahat/ tidur, wajah meringis dengan palpitasi.
e) Exposure, Kaji adanya jejas pada seluruh tubuh, yang perlu diperhatikan adalah cegah hipotermi. 2) Pengkajian sekunder Setelah dilakukan intervensi awal yang esensial, dapat dimulaievaluasi yang terinci untuk membuat diagnosis spesifik. Hal ini meliputi pengumpulan riwayat yang ada dan melakukan pemeriksaan fisik singkat yang berorientasi pada toksikologi. Penyebab koma lainnya atau kejangseperti trauma pada kepala, meningitis, atau kelainan metabolisme harusdicari dan diobati. Pada kasus keracunan riwayat yang perlu dikaji mendalam adalah pernyataan dengan mulut tentang jumlah dan jenis obat yang ditelan dalam kedaruratan toksik mungkin tidak dapat dipercayai. Bahkan anggota keluarga, polisi, dan pemadam kebakaran atau personil paramedis harus ditanyai tintuk menggambarkan lingkungan di mana kedaruratan toksik ditemukan dan semua alat suntik, botol-botol kosong, produk rumah tangga, atau obat-obat bebas di sekitar pasien yang kemungkinan dapat meracuni pasien harus dibawa ke ruang gawatdarurat. 3) Pemeriksaan Fisik a) Keadaan umum dan tanda- tanda vital Keadaan : berupa composmentis, apatis, somnolen, sopor, koma Penampilan : cenderung sederhana Ekspresi wajah : lihat ekspresi wajah pasien Kebersihan secara umum : lihat kebersihan diri pasien Tanda- tanda vital : evaluasi dengan teliti tanda – tanda vital merupakan hal yang esensial pada kegawatdaruraan keracunan. b) Pemeriksaan Head To Toe 1. Kepala dan rambut Inspeksi : bentuk, ukuran, distribusi, dan warna rambut Palpasi : tebal dan banyaknya rambut, hematoma 2. Mata Inspeksi : simetris, konjungtiva, sclera, Konstriksi pupil (miosis) adalah khas utituk keracunannarkotika, klonidin, fenotiazin, insektisida organofosfat dan penghambat kolinesterase lainnya, serta koma yang dalam akibatobat sedatif. Dilatasi pupil (midriasis) umumnya terdapat padaamfetamin, kokain, LSD, atropin, dan obat antirnuskarinik lain.
Nistagmus
riorizontal
dicirikan
pada
keracunan
dengan
fenitoin,alkohol, barbiturat, dan obat seclatit lain. Adanya nistagmus horizontal dan vertikal memberi kesan yang kuat keracunan fensiklidin. Ptosis dan oftalmoplegia merupakan gambaran karakteristik dari botulinum. Palpasi : tekanan bola mata, ada atau tidaknya nyeri tekan pada bola mata 3. Telinga Inspeksi : ukuran, bentuk, serumen Palpasi : kartilago telinga, ada tidaknya nyeri tekan pada bola mata 4. Hidung dan sinus Inspeksi : bentuk tulang, kesimetrisan lubang hidung, ada atau tidaknya pernapasan cuping hidung Palpasi : sinus maksilaris, ada tidaknya nyeri tekan 5. Mulut dan faring Inspeksi : amati ada tidaknya kelainan pada bibir, Mulut dapat memperlihatkan tanda-tanda luka bakar akibat zat-zat korosif atau inhalasi asap. Bau yang khas dan alkohol, pelarut hidrokarbon. Paraldehid atau amonia mungkin perlu dicatat. Keracunan dengan sianida dapat dikenali oleh beberapa pemeriksa sebagai bau seperti bitter almonds. Arsen dan organofosfat telah dilaporkan menghasilkan bau seperti bau bawang putih. Palpasi : palatum, langit- langit dan lidah 6. Leher Inspeksi : bandingkan antara leher kanan dan kiri Palpasi : ada atau tidaknya pembengkakan 7. Dada Paru- paru Inspeksi : kesimetrisan paru kanan dan kiri, bentuk, dan postur Palpasi : ada tidaknya pembesaran dan nyeri tekan, massa Perkusi: batas jantung Auskultasi : suara paru (wheezing, ronchi) Jantung
Inspeksi
dan
palpasi:
batas
jantung
dan
ada
tidaknya
ketidakseimbangan denyut jantung Perkusi
: ukuran dan bentuk jantung
Auskultasi
: suara jantung
8. Abdomen Inspeksi : bentuk dan gerakan abdomen Auskultasi : bising usus, Bunyi usus yang hiperaktif, kram perut, dan diare adalah urnum terjadi pada keracunan dengan organofosfat, besi, arsen,teofihin, dan A.phalloides. Palpasi : bentuk, ukuran, dan konsistensi organ Perkusi : ada tidaknya cairan dan massa nyeri tekan pada abdomen 9. Genetalia Inspeksi : distribusi rambut pubis, kulit, dan ukuran Palpasi : ada tidaknya nyeri tekan, benjolan, serta cairan 10. Kulit Inspeksi : warna kulit, kulit sering tampak merah, panas, dan kering pada keracunan dengan atropin dan antimuskarinik lain. Keringat yang berlebihan ditemukan pada keracunan dengan organofosfat, nikotin, dan obat-obat simpatomimetik. Sianosis dapat disebabkan oleh hipoksemia atau methemoglohinemia. Ikterus dapat memberi kesan adanya nekrosis hati akibat keracunan asetaminofen atau jamur A manila phailoides. Palpasi : temperature, adanya nyeri tekan atau benjolan 11. Ekstremitas Pemeriksaan neurologik yang teliti adalah esensial. Kejang fokal atau defisit motorik lebih menggambarkan lesistruktural (seperti perdarahan intrakranial akibat trauma) daripada ensefalopati toksik atau metabolik. Nistagmus, disartria, danataksia adalah khas pada keracunan fenitoin, alkohol, barbiturat,dan keracunan sedatif lainnya. Kekakuan dan hiperaktivitas ototumum ditemukan pada metakualon, haloperidol, fensiklidin (PCP), dan obat-obat simpatomimetik. Kejang sering disebabkan oleh takar lajak antidepresan trisiktik, teotilin, isoniazid, dan fenotiazin.Koma ringan tanpa refleks dan bahkan EEG isoelektrik
mungkinterlihat pada koma yang dalam karena obat narkotika dan sedatif-hipnotik, dan mungkin menyerupai kematian otak. B. Diagnosa Keperawatan a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis. b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake tidak adekuat (anoreksia, mual dan muntah), kesulitan menelan. d. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif (muntah dan diare). e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum. C. Intervensi keperawatan a. Prioritas Masalah 1) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi. 2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake tidak adekuat (anoreksia, mual dan muntah), kesulitan menelan. 3) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif (muntah dan diare). 4) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis. 5) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik. b. Intervensi
No 1.
Masalah
Tujuan dan Kriteria
Intervensi
Hasil
Keperawatan
Keperawatan Ketidakefektifan
NOC:
NIC:
pola nafas
Status pernafasan
Airway Management
berhubungan
Status Pernafasan:
a. Kaji kepatenan jalan
dengan
ventilasi
hiperventilasi
nafas pasien b. Auskultasi suara
Setelah dilakukan tidakan
nafas, catat adanya
keperawatan selama 1x24
suara tambahan
jam, pola nafas kembali
c. Posisikan pasien
efektif
untuk
Kriteria hasil:
memaksimalkan
a. RR dalam batas normal
ventilasi
(15-20x/menit b. Irama nafas normal c. Tidak ada tanda sianosis d. Pengembangan dada simetris
d. Monitor respirasi dan status O2 e. Anjurkan klien untuk minum air hangat f. Kolaborasi dalam pemberian obat bronkodilator dan mukolitik Terapi oksigen Pertahankan kepatenan jalan nafas a. Monitor aliran oksigen b. Periksa perangkat pemberian oksigen c. Monitor efektifitas terapi oksigen d. Berikan terapi oksigen melalui O2 nasal jika sianosis klien sudah berkurang dan
2.
Ketidakseimbangan
NOC: Nutritional status
maintanance NIC:
nutrisi kurang dari Setelah dilakukan tindakan
Nutrition monitoring
kebutuhan
keperawatan 1x24 jam
1. Monitor berat badan
berhubungan
nutrisi pasien dapat
dengan intake tidak terpenuhi
pasien 2. Monitor tipe dan
adekuat (anoreksia,
jumlah aktivitas yang
mual dan muntah), Indikator:
biasa dilakukan
kesulitan menelan.
1. Mampu
3. Monitor kulit kering
mengidentifikasi
dan perubahan
kebutuhan nutrisi
pigmentasi
Tidak terdapat tandatanda malnutrisi
4. Monitor lingkungan selama makan 5. Monitor turgor kulit 6. Monitor kalori intake dan intake nutrisi Nutrition Management 1. Kaji adanya alergi makanan 2. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi 3. Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian 4. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan
3.
Kekurangan volume
pasien NIC :
NOC: cairan Fluid balance
berhubungan
Fluid management
Hydration
1. Monitor
status
dengan kehilangan Nutritional Status : Food
hidrasi (kelembabab,
cairan
membran
mukosa,
nadi
adekuat,
aktif and Fluid Intake
(muntah dan diare). Setelah dilakukan tindakan
tekanan
keperawatan selama 1x24
ortostatik)
darah
jam defisit volume cairan
2. Monitor vital sign
teratasi
3. Kolaborasi
dengan
kriteria
hasil:
pemebrian cairan IV
1. Mempertahankan urine
4. Kolaborasi
outputsesuai
Hypovolemia
BJurine normal,
Management
suhu
tubuhdalam
batas normal
3. Pemberian cairan IV
dehidrasi,Elastisitas
4. Dorong pasien untuk
kulit
oral
lembab, tidakada rasa
5. Monitor
terhadap
waktu dantempat baik 5. Jumlah
biologis.
dan
irama
pernapasan akut NOC :
dengan agen cedera
menambah
baik,membran mukosa
4. Orientasi
berhubungan
dan output cairan
3. Tidak ada tanda tanda
haus yang berlebihan
Nyeri
1. Monitor status intake 2. Monitor tanda vital
turgor
4.
dokter
dengan usia dan BB, 2. Tekanan darah, nadi,
dengan
Pain Level, pain control, comfort level Setelah dilakukan tinfakan keperawatan selama 2x24 jam Pasien tidak mengalami nyeri, dengan kriteria hasil: 1. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri,
tanda
intake adanya
dan
gejala
kelebihan cairan 6. Monitor tanda gagal ginjal 5. NIC : a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi b.Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan c. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan d.Kontrol lingkungan
mencari bantuan) 2. Melaporkan bahwa
yang dapat mempengaruhi nyeri
nyeri berkurang dengan
seperti suhu ruangan,
menggunakan
pencahayaan dan
manajemen nyeri
kebisingan
3. Mampu mengenali nyeri e. Kurangi faktor (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri) 4. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang 5. Tanda vital dalam rentang normal
presipitasi nyeri f. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi g. Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dala, relaksasi, distraksi, kompres
6. Tidak mengalami
hangat/ dingin
gangguan tidur
h.Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri i. Tingkatkan istirahat j. Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur k.Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik
5.
Intoleransi aktivitas NOC:
pertama kali NIC:
berhubungan
Energy Management
1. Self Care: ADL’s
dengan kelemahan 2. Toleransi Aktifitas
a. Observasi adanya
umum
3. Konservasi Energi
pembatasan pasien dalam melakukan
Setelah dilakukan tindakan
aktifitas
keperawatan selama 3 x 24 jam pasien dapat bertoleransi terhadap
b. Kaji adanya faktor
aktivitas dengan
yang menyebabkan
Kriteria Hasil:
kelelahan
a. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa
c. Monitor nutrisi dan
disertai peningkatan
sumber energi yang
tekanan darah, nadi, dan
adekuat
RR b. Mampu melakukan
d. Monitor respon
aktifitas sehari-hari
kardiovaskular
(ADLs) secara mandiri
terhadap aktivitas
c. Keseimbangan aktifitas dan istirahat
(takikardia, disritmia, sesak nafas, diaphoresis, pucat, perubahan hemodinamik) e. Monitor pola tidur dan lamanya tidur atau istirahat pasien Activity Therapy a. Kolaborasikan dengan tenaga rehabilitasi dalam merencanakan program terapi yang tepat b. Bantu pasien untuk
mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan c. Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai d. Bantu pasien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang
BAB III LAPORAN KASUS dan PEMBAHASAN
3.1 ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN.......... 1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT/IGD/TRIAGE : 3-02-2019/ 08.00
Triage
: p1/p2/P3/P4 Diagnosis Medis
Transportasi
: Ambulan/Mobil Pribadi/ Lain-lain … …
IDENTITAS
Tgl/ Jam
No. RM
: ... : ....
Nama
: Ny. /Tn...
Jenis Kelamin
: ....
Umur
: ....
Alamat
:
Agama
: ....
Status Perkawinan:
Pendidikan
: ...
Sumber Informasi
:
Pekerjaan
: ...
Hubungan
:
Suku/ Bangsa : ...
RIWAYAT SAKIT & KESEHATAN
Triage
: ...
Keluhan Utama
: Nafas semakin dalam dan lambat
Mekanisme Cedera (Trauma)
:-
Sign/ Tanda Gejala
: sesak, sakit kepala, sulit bernapas
Allergi
: tidak ada alergi
Medication/ Pengobatan
: Insulin (berhenti terapi)
Past Medical History
: Diabetis Miletus
Last Oral Intake/Makan terakhir: bubur namun sedikit Event leading injury
:-
Penggunaan Cervikal Collar :.......... Jalan Nafas : Paten
Tidak Paten
Obstruksi : Lidah
Cairan
Benda Asing
Tidak Ada
AIRWAY
Muntahan Darah Suara Nafas : Snoring
Oedema
Gurgling Stridor Tidak ada
Keluhan Lain: ... ...
Masalah Keperawatan:
BREATHING
Tidak ada masalah keperawatan
Nafas
: Spontan
Tidak Spontan
Gerakan dinding dada: Simetris Irama Nafas : Cepat
Asimetris
Dangkal Normal
Pola Nafas : Teratur Tidak Teratur Jenis Lain
: Dispnoe Kusmaul Cyene Stoke
Suara Nafas : Vesikuler Stidor
Wheezing
Sesak Nafas : Ada
TidakAda
Cuping hidung Ada
Tidak Ada
Ronchi
Retraksi otot bantu nafas : Ada
Tidak Ada
Pernafasan : Pernafasan Dada
Pernafasan Perut
RR :28 x/mnt Keluhan Lain: Masalah Keperawatan:
CIRCULATION
Ketidakefektifan pola nafas
Nadi
: Teraba
Tidak teraba
N: 70 x/mnt
Tekanan Darah : 130/90 mmHg Pucat
: Ya
Tidak
Sianosis
: Ya
Tidak
CRT
: < 2 detik > 2 detik
Akral
: Hangat
Dingin
Pendarahan : Ya Tidak ada Lokasi:
S:
Jumlah : Tidak ada Turgor
: Elastis
Diaphoresis: Ya
Lambat Tidak
Riwayat Kehilangan cairan berlebihan: Diare Muntah Luka bakar Keluhan Lain: Masalah Keperawatan: Kekeurangan volume cairan
Kesadaran: Composmentis Delirium Somnolen Apatis
DISABILITY
Koma GCS
: Eye :3
Verbal : 5
Motorik : 5
Pupil
: Isokor
Unisokor
Pinpoint
Refleks Cahaya: Ada Tidak Ada Refleks fisiologis: Patela (+) Lain-lain … … Refleks patologis : Babinzky (+) Kernig (+) Lain-lain … .. Kekuatan Otot :3333 Keluhan Lain : tidak ada hematoma Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah keperawtaan
EXPOSURE
Medriasis
Deformitas : Ya
Tidak
Lokasi … …
Contusio
: Ya
Tidak
Lokasi … …
Abrasi
: Ya
Tidak
Lokasi … …
Penetrasi
: Ya
Tidak
Lokasi … …
Laserasi
: Ya
Tidak
Lokasi … …
Edema
: Ya
Tidak
Lokasi … …
Luka Bakar : Ya
Tidak
Lokasi … …
Grade : … … % Jika ada luka/ vulnus, kaji: Luas Luka
:
Warna dasar luka: Kedalaman : Lain-lain
:……
Masalah Keperawatan: Resiko Infeksi Tidak ada maslaah keperawtaan
Monitoring Jantung : Sinus Bradikardi
Sinus Takikardi
FIVE INTERVENSI
Saturasi O2: 80 % Kateter Urine : Ada
Tidak
Pemasangan NGT : Ada, Warna Cairan Lambung : … …
Tidak
Pemeriksaan Laboratorium : (terlampir) Lain-lain: … … Masalah Keperawatan:-
Nyeri : Ada Problem
Tidak : abdomen tegang karena mual dan muntah berlebih
GIVE COMFORT
Qualitas/ Quantitas : bersifat tumpul Regio
: di bagian abdomen kadang hilang dengan sendirinya
Skala
: 4-6 (nyeri sedang)
Timing
: saat mengalami muntah nyeri mulai timbul
Lain-lain
:
Masalah Keperawatan: Gangguan rasa nyaman nyeri
HEAD TO TOE
Pemeriksaan SAMPLE/KOMPAK (Fokus pemeriksaan pada daerah trauma/sesuai kasus non trauma) Kepala dan wajah
:
a. Kepala: Normocephal, defomitas (-) b. Wajah : bentuk wajah oval, tidak ada nyeri tekan c.
Mata
: konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-), pupil iksokor ka-ki, cahaya (+/+),
d. Hidung: tidak ada nyeri tean e. Mulut : bau aceton, f. Telinga : simetris, tidak ada lesi g. Leher : tidak ada pembeasarn kelenjar getah bening, massa (-) h. Dada : Inspeksi : simetris, retraksi (+), nafas kusmaul (+) Palpasi : stem fremitus (+) normal, iktus kordis (+) Perkusi jantung terdengar suara pekak, paru sonor Auskuultasi : BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-) Paru: vesicular, ronkhi (-/-), wheezing (-/-) i. Abdomen dan Pinggang: Inspeksi : distensi (-), derm countour (-), darm steifung (-), jejas (- ) auskultasi : bising usus (-), perkusi
: hipertimpani diseluruh lapang abdomen , pekak hepar (+)
palpasi
: nyeri tekan di epigastrium (+)
j. Pelvis dan Perineum : k. Ekstremitas
:
Superior : edema (-/-), akral hangat Inferior : edema (-/-), akral hangat Masalah Keperawatan: gangguan rasa nyaman nyeri
INSPEKSI BACK/ POSTERIOR SU RFACE
Jejas
:
Ada
Tidak
Deformitas
:
Ada
Tidak
Tenderness
:
Ada
Tidak
Crepitasi
:
Ada
Tidak
Laserasi
:
Ada
Tidak
Lain-lain
:……
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
Data Tambahan : 1. Riwayat psikologi : Tempat tinggal : Singaraja Lingkungan rumah : lingkungan rumah bersih Hubungan antar keluarga : hubungan pasien dengan keluarga baik Pengasuh anak : pasien tidak mempunyai pengasuh anak 2. Riwayat Spiritual : Support system : selalu mndapat motivasi cepat sembuh dari keluarganya Kegiatan keagamaan : pasien selalu sembahyang 3x sehari 3. Riwayat sosioekonomi : pasien sudah berkeluarga dan sehariharinya sebagai ibu rumah tangga. 4. Riwayat penyakit dahulu : Keluarga px mengatakan bahwa px mmiliki riwayat diabetes
militus tipe 1 , namun Ny. K tidak rutin mengkonsumsi obat dan terapi insulin
Pemeriksaan Penunjang : analisa darah, elketrolit Tanggal
:
Hasil pemeriksaan : (jika memungkinkan hasil di foto atau dicantumkan) Laboratorium.....Rongten...CT Scan.....EKG.....
Terapi Medis :
2. ANALISA DATA
Nama
: Ny.
No. RM
:
Umur
:
Diagnosa medis
:
Ruang rawat
: IGD
Alamat
:
No
Data Fokus
Analisis
MASALAH
Data Subyektif dan Obyektif
Problem
dan KEPERAWATAN
etiologi (pathway) Kekurangan Insulin Ketidakefektifan pola
Ds : 1
-
Klien mengeluh sakit
nafas
kepala -
Penglihatan kabur
Pemecahan lemak
-
Susah bernafas
(lipolisis) menjadi
Dso:
asam- asam lemak
-
Lemah
-
Takikardi
-
Frekuensi
bebas dan gliserol penafasan
meningkat
Asam lemak bebas
-
Sesak
akan
-
TTV :
menjadi
RR : 28 x/menit
keton oleh hati
Asidosis Respirasi meningkat
diubah badan
Ketidakefektifan 2
pola nafas Kekurangan insulin
Ds: -
Klien mengeluh sering merasa
haus
cairan
yang
berlebih
Dipakainya
-
sering buang air kecil
jaringan
-
mual muntah yang lebih untuk dari 3 kali dalam sehari
-
lemak memenuhi
kebutuhan energi
sakit kepala
Do: -
lemah
Terbentuk
-
kulit kering
glikosuria
-
bola mata cekung
-
turgor kulit buruk
keton,
Glikosuria
akan
menyebabkan deurisis
osmotic
yang menimbulkan kehilangan air dan elektrolit
seperti
sodium, potassium, kalsium, magnesium, fosfat dan klorida
Kekurangan volume cairan 3
Kekurangan volume
3. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN PRIORITAS MASALAH (BERDASARKAN YANG MENGANCAM) a. Ketidakefektifan
pola nafas ;berhubungan dengan asidosis dan respirasi
meningkat, ditandai dengan Ds : -
Klien mengeluh sakit kepala
-
Penglihatan kabur
-
Susah bernafas
Do: -
Lemah
-
Takikardi
-
Frekuensi penafasan meningkat
-
Sesak
-
TTV : RR : 28 x/menit
b. Kekurangan volume cairan dalam tubuh berhubungan dengan duresis osmotic akibat hiperglikemia, pengeluaran cairan berlebih , mual muntah ditandai dengan Ds: -
Klien mengeluh sering merasa haus yang berlebih
-
sering buang air kecil
-
mual muntah yang lebih dari 3 kali dalam sehari
-
sakit kepala
Do: -
lemah
-
kulit kering
-
bola mata cekung
-
turgor kulit buruk
4. INTERVENSI KEPERAWATAN Nama
No. RM
No Umur Tujuan dan Kriteria Intervensi
Diagnosa medis
Dx Ruang Hasil rawat
Alamat
1
(NOC) Setelah
: IGD dilakukan
(NIC)
1. Kaji kebutuhan
asuhan keperawatan 1 x
6
ketidakefektifan
optimal oksigen
jam
2. Berikan
pola
yang
nafas dapat membaik
posisi nyaman
bagi klien
Dengan kriteria hasil:
3. Berikan oksigen
1. Kebutuhan
sesuai indikasi
oksigen
4. Evaluasi irama,
terpenuhi
kedalaman, dan
2. Nafas spontan
frekuensi
3. Tidak sesak
pernapasan
4. Tidak
ada
retraksi 2
Setelah
dilakukan 1. Kaji riwayat duras/
tindakan keperawatan
intensitas
1x 6 jam kekurangan
muntah
volume cairan dapat
berkemih.
membaik
mual dan
2. Monitor vital sign
Dengan kriteria hasil:
dan
1. TTV dalam batas
tekanan
normal
perubahan darah
orthostatic
2. Pulse perifer dapat 3. Monitor perubahan teraba 3. Turgor
respirasi: kussmaul, kulit
membaik 4. Keseimbangan urin output
bau aceton 4. Observasi kulaitas nafas, penggunaan otot
asesori
cyanosis
dan
Paraf
5. Observasi dan
ouput kualitas
urin.Timbang BB 6. Ciptakan lingkungan
yang
nyaman, perhatikan perubahan emosional 7. Kolaborasi: Pemberian
NS
dengan atau tanpa dextrosa Albumin,
plasma,
dextran Pertahankan kateter terpasang Pantau pemeriksaan lab.
5. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama
:
No. RM
Umur
:
Diagnosa medis
Ruang rawat
: IGD
Alamat
No
Tgl/
Implementasi
Respon
jam DS DO 2 3
Paraf
6. EVALUASI KEPERAWATAN
Nama
No. RM
Umur
Diagnosa medis
Ruang rawat
Alamat
No
Tgl
/ Diagnosa Keperawatan
Catatan Perkembangan
Paraf
jam 1
S O A P
2 3
1.2.
HASIL DAN PEMABAHASAN Dijabarkan dari tahapan asuhan keperawatan kesenjangan antara Konsep teori dan Kasus Nyata...apakah ada perbedaan dan persamaan....kemudian dihubungkan dengan teori atau jurnal yang ada.
BAB IV PENUTUP 1.1 Kesimpulan 1.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA (dibuat dalam bentuk APA dan maksimal 10 tahun terakhir)
Haritsah Ruli.laporan pendahuluan hipoglikemia. Diakses dari www.academia.edu diakses pada tanggal 3 Maret 2019 Kusuma,
Erika.
2013.
Asuhan
Kepearwatan
K-
HONK .https://www.academia.edu/12119718/Asuhan_Keperawatan_dengan_masalah_KHONK (diakses tanggal 5 Maret 2019) Putra satya.2013.laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan pasien dengan hipoglikemia. Diakses dari www.id.scribd.com pada tanggal 4 Maret 2019 Sunita.Dr.2018.EPIDEMIOLOGI
HIPOGLIKMIA.Diakses
diakses pada tanggal 4 Maret 2019
dari
www.alomedika.com