Askep Komunitas Fiks-1 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ASUHAN KEPERAWATAN KELOMPOK RESIKO TINGGI PADA GANGGUAN JIWA



Dosen Pembimbing : Abdul Rahman, M.Kep



Disusun Oleh Kelompok 4 Kelas VI A Keperawatan: 1. 2. 3. 4. 5. 6.



Amartha Nurmala Sari Duwi alawiyah Iffatur rosyidah M davika nendrayana Siti afifatul adhimah Susi rosita amalia



PROGAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LAMONGAN 2019



KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN KELOMPOK RESIKO TINGGI PADA GANGGUAN JIWA” sesuai waktu yang ditentukan. Makalah ini penulis susun sebagai salah satu pemenuhan tugas Komunitas II pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Lamongan. Dalam penyusunan Makalah ini, penulis mendapatkan banyak pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat Bapak/Ibu: 1. Drs. H. Budi Utomo, Amd.Kep., M.Kes, selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Lamongan. 2. Arifal Aris, S.Kep., Ns., M.Kes., selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Lamongan. 3. Suratmi, S.Kep., Ns., M.Kep., selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Lamongan. 4. Abdul



Rahman,M.Kep.,



selaku



Dosen



Mata



Kuliah



komunitas



II



Universitas



Muhammadiyah Lamongan. Semoga Allah SWT memberi balasan pahala atas semua amal kebaikan yang diberikan. Penulis menyadari Makalah ini masih banyak kekurangan, untuk itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan, akhirnya penulis berharap semoga Makalah ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya bagi semua pembaca pada umumnya. Lamongan, 25 Maret 2019



Penulis



BAB 1 PENDAHULUAN



1.1.



Latar Belakang



Gangguan jiwa menurut PPDGJ III adalah sindrom pola perilaku seseorang yang secara khas berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) atau hendaya (impairment) di dalam satu atau lebih fungsi yang penting dari manusia, yaitu fungsi psikologik, perilaku, biologik, dan gangguan itu tidak hanya terletak di dalam hubungan antara orang itu tetapi juga dengan masyarakat (Maslim, 2002; Maramis, 2010). Penyebab Gangguan Jiwa, Manusia bereaksi secara keseluruhan—somato-psiko-sosial. Dalam mencari penyebab gangguan jiwa, unsur ini harus diperhatikan. Gejala gangguan jiwa yang menonjol adalah unsur psikisnya, tetapi yang sakit dan menderita tetap sebagai manusia seutuhnya (Maramis, 2010). 1. Faktor somatik (somatogenik), yakni akibat gangguan pada neuroanatomi, neurofisiologi, dan neurokimia, termasuk tingkat kematangan dan perkembangan organik, serta faktor pranatal dan perinatal. 2. Faktor psikologik (psikogenik), yang terkait dengan interaksi ibu dan anak, peranan ayah, persaingan antarsaudara kandung, hubungan dalam keluarga, pekerjaan, permintaan masyarakat. Selain itu, faktor intelegensi, tingkat perkembangan emosi, konsep diri, dan pola adaptasi juga akan memengaruhi kemampuan untuk menghadapi masalah 3. Faktor sosial budaya, yang meliputi faktor kestabilan keluarga, pola mengasuh anak, tingkat ekonomi, perumahan, dan masalah kelompok minoritas yang meliputi prasangka, fasilitas kesehatan, dan kesejahteraan yang tidak memadai, serta pengaruh rasial dan keagamaan. Tanda dan gejala gangguan jiwa, gangguan kognitif, gangguan perhatian, gangguan ingatan, gangguan asosiasi, gangguan pertimbangan, gangguan pikiran , gangguan kesadaran, gangguan kemauan, gangguan emosi dan afek , gangguan psikomotor, 1.2.



1.3.



Rumusan Masalah 1.2.1. Apa yang dimaksud dengan gangguan jiwa 1.2.2. Apa saja tanda gejala gangguan jiwa 1.2.3. Apa saja penyebab dari gangguan jiwa 1.2.4. Bagaimana konsep asuhan keperawatan gangguan jiwa Tujuan masalah 1.3.1. Tujuan Umum Memberikan pengetahuan terkait asuhan keperawatan pada kelompok resiko tinggi pada gangguan jiwa 1.3.2. Tujuan Khusus



a. Mengetahui pengertian dari gangguan jiwa b. Mengetahui klasifikasi dari gangguan jiwa c. Mengetahui penyebab dari gangguan jiwa d. Mengetahui analisis masalah kelompok dengan gangguan jiwa 1.4.



Manfaat penulisan 1.4.1. Agar dapat digunakan sebagai bahan bacaan oleh para mahasiswa untuk menambah pengetahuan mereka tentang gangguan jiwa 1.4.2. Agar dapat digunakan sebagai bahan bacaan oleh para mahasiswa untuk menambah pengetahuan mereka tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan kelompok resiko tinggi pada gangguan jiwa



BAB 2 KONSEP TEORI 2.1.Definisi sehat adalah dalam keadaan bugar dan nyaman seluruh tubuh dan bagian-bagiannya. Bugar dan nyaman adalah relatif, karena bersifat subjektif sesuai orang yang mendefinisikan dan merasakan (Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia) Gangguan jiwa menurut PPDGJ III adalah sindrom pola perilaku seseorang yang secara khas berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) atau hendaya (impairment) di dalam satu atau lebih fungsi yang penting dari manusia, yaitu fungsi psikologik, perilaku, biologik, dan gangguan itu tidak hanya terletak di dalam hubungan antara orang itu tetapi juga dengan masyarakat (Maslim, 2002; Maramis, 2010). Gangguan jiwa merupakan deskripsi sindrom dengan variasi penyebab. Banyak yang belum diketahui dengan pasti dan perjalanan penyakit tidak selalu bersifat kronis. Pada umumnya ditandai adanya penyimpangan yang fundamental, karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta adanya afek yang tidak wajar atau tumpul (Maslim, 2002) 2.2.Klasifikasi gangguan jiwa Klasifikasi diagnosis gangguan jiwa telah mengalami berbagai penyempurnaan. Pada tahun 1960-an, World Health Organization (WHO) memulai menyusun klasifikasi diagnosis seperti tercantum pada International Classification of Disease (ICD). Klasifikasi ini masih terus disempurnakan, yang saat ini telah sampai pada edisi ke sepuluh (ICD X). Asosiasi dokter psikiatri Amerika juga telah mengembangkan sistem klasifikasi berdasarkan diagnosis dan manual statistik dari gangguan jiwa (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder— DSM). Saat ini, klasifikasi DSM telah sampai pada edisi DSM-IV-TR yang diterbitkan tahun 2000. Indonesia menggunakan pedoman penggolongan dan diagnosis gangguan jiwa (PPDGJ), yang saat ini telah sampai pada PPDGJ III (Maslim, 2002; Cochran, 2010; Elder, 2012; Katona, 2012). Sistem klasifikasi pada ICD dan DSM menggunakan sistem kategori. ICD menggunakan sistem aksis tunggal (uniaksis), yang mencoba menstandarkan diagnosis menggunakan definisi deskriptif dari berbagai sindroma, serta memberikan pertimbangan untuk diagnosis banding. Kriteria diagnosis pada DSM menggunakan sistem multiaksis, yang menggambarkan berbagai gejala yang harus ada agar diagnosis dapat ditegakkan (Katona, 2012). Multiaksis tersebut meliputi hal sebagai berikut. 1. Aksis 1 : sindroma klinis dan kondisi lain yang mungkin menjadi fokus perhatian klinis. 2. Aksis 2 : gangguan kepribadian dan retardasi mental. 3. Aksis 3 : kondisi medis secara umum. 4. Aksis 4 : masalah lingkungan dan psikososial. 5. Aksis 5 : penilaian fungsi secara global.



Secara umum, klasifikasi gangguan jiwa menurut hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 dibagi menjadi dua bagian, yaitu (1) gangguan jiwa berat/kelompok psikosa dan (2) gangguan jiwa ringan meliputi semua gangguan mental emosional yang berupa kecemasan, panik, gangguan alam perasaan, dan sebagainya. Untuk skizofrenia masuk dalam kelompok gangguan jiwa berat. Klasifikasi diagnosis keperawatan pada pasien gangguan jiwa dapat ditegakkan berdasarkan kriteria NANDA (North American Nursing Diagnosis Association) ataupun NIC (Nursing Intervention Classification) NOC (Nursing Outcame Criteria). Untuk di Indonesia menggunakan hasil penelitian terhadap berbagai masalah keperawatan yang paling sering terjadi di rumah sakit jiwa. Pada penelitian tahun 2000, didapatkan tujuh masalah keperawatan utama yang paling sering terjadi di rumah sakit jiwa di Indonesia, yaitu: 1. perilaku kekerasan; 2. halusinasi; 3. menarik diri; 4. waham; 5. bunuh diri; 6. harga diri rendah. Hasil penelitian terakhir, yaitu tahun 2005, didapatkan sepuluh diagnosis keperawatan terbanyak yang paling sering ditemukan di rumah sakit jiwa di Indonesia adalah sebagai berikut. 1. Perilaku kekerasan. 2. Risiko perilaku kekerasan (pada diri sendiri, orang lain, lingkungan, verbal). 3. Gangguan persepsi sensori: halusinasi (pendengaran, penglihatan, pengecap, peraba, penciuman). 4. Gangguan proses pikir. 5. Kerusakan komunikasi verbal. 6. Risiko bunuh diri. 7. Isolasi sosial. 8. Kerusakan interaksi sosial. 9. Defisit perawatan diri (mandi, berhias, makan, eliminasi). 10. Harga diri rendah kronis. Dari seluruh klasifikasi diagnosis keperawatan yang paling sering ditemukan di rumah sakit jiwa ini, telah dibuat standar rencana tindakan yang dapat digunakan acuan perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan kesehatan jiwa 2.3.Penyebab gangguan jiwa Manusia bereaksi secara keseluruhan—somato-psiko-sosial. Dalam mencari penyebab gangguan jiwa, unsur ini harus diperhatikan. Gejala gangguan jiwa yang menonjol adalah unsur psikisnya, tetapi yang sakit dan menderita tetap sebagai manusia seutuhnya (Maramis, 2010). 1. Faktor somatik (somatogenik), yakni akibat gangguan pada neuroanatomi, neurofisiologi, dan neurokimia, termasuk tingkat kematangan dan perkembangan organik, serta faktor pranatal dan perinatal. 2. Faktor psikologik (psikogenik), yang terkait dengan interaksi ibu dan anak, peranan ayah, persaingan antarsaudara kandung, hubungan dalam keluarga, pekerjaan, permintaan masyarakat. Selain itu, faktor intelegensi, tingkat perkembangan emosi, konsep diri, dan pola adaptasi juga akan memengaruhi kemampuan untuk menghadapi masalah. Apabila



keadaan ini kurang baik, maka dapat mengakibatkan kecemasan, depresi, rasa malu, dan rasa bersalah yang berlebihan. 3. Faktor sosial budaya, yang meliputi faktor kestabilan keluarga, pola mengasuh anak, tingkat ekonomi, perumahan, dan masalah kelompok minoritas yang meliputi prasangka, fasilitas kesehatan, dan kesejahteraan yang tidak memadai, serta pengaruh rasial dan keagamaan. 2.4. Tanda Gejala Gangguan jiwa Buku dasar dsr keperawatan jiwa (nasir dan muhith,2011)menjelaskan beberapa tanda dan gejala gangguan jiwa, di antranya a. Gangguan Kognitif kognitif adalah suatu proses mental dimana orang individu menyadari dan mempertahankan hubungan dengan lingkungannya, baik lingkungan luar. Proses kognitif meliputi beberapa hal seperti sensasi dan persepsi, perhatian, ingatan, asosiasi, pertimbangan, pikiran, dan kesadaran . b. Gangguan Perhatian perhatian adalah pemusatan dan konsentrasi energi, menilai dalam suatu proses kognitif yang timbul dari luar akibat suatu rangsangan. c. Gangguan Ingatan Ingatan adalah kesanggupan untukn mencatat, menyimpan, memproduksi isi, dan tanda2 kesadaran d. Gangguan Asosiasi asosiasi adalah proses mental yang suatu perasaan, kesan atau gambaran ingatan cenderung untuk menimbulkan kesan atau gambaran ingatan respons atau konsep lain, yang sebelumnya berkait dengannya . e. Gangguan Pertimbangan pertimbangan adalah suatu proses mental untuk membandingkan atau nilai beberapa pilihan dalam suatu kerangka kerja dengan memberikan nilai nilai untuk memutuskan maksud dan tujuan dari suatu aktifitas f. Gangguan Pikiran pikiran umum adalah meletakkan hubungan antara berbagai bagian dari prngrtahuan seseorang g. Gangguan Kesadaran kesadaran adalah kemampuan seseorang untuk mengadakan hubungan dengan lingkungan, serta dirinya melalui panca indra dan memgadakan pembatasan terhadap lingkungan serta dirinya sendiri h. Gangguan Kemauan



kemauan adalah suatu proses dimana keinginan keinginan di pertimbangkan yang kemudian di putuskan untuk dilaksanakan sampai mencapai tujuan i. Gangguan Emosi Dan Afek emosi adalah suatu pengalaman yang sadar dan memberikan pengaruh pada aktifitas tubuh serta menghasilkan sensasi organik dan kinestik. Afek adalah kehidupan perasaan atau nada perasaan emosiona seseorang, menyenangkan atau tidak, yang memyertai suatu pikiran, bisa berlangsung lama dan jarang di sertai komponen fisiologis. j. Gangguan Psikomotor psikomotor adalah geraka tubuh yang di pengaruhi oleh keadaan jiwa .



BAB 3 PEMBAHASAN 3.1 Soal Kasus Dari hasil deteksi dini kesehatan jiwa yang dilakukan oleh kader kesehatan di desa makmur ditemukan ada 25 orang dengan gangguan jiwa 8 diantaranya dipasung oleh keluarga. Selama ini setiap ada warga yang mengalami gangguan jiwa, masyarakat sering kali beranggapan mereka terkena sihir atau kerasukan jin. Penanganan yang dilakukan melalui pengobatan orang pintar (dukun). Disaat warga yang mengalami gangguan jiwa melakukan tindakan kekerasan atau amuk mereka akan di pasung dengan berbagai macam cara yang diantaranya di ikat, dikurung atau di asingkan ditengah persawahan. Petugas puskesmas sudah beberapa kali memberikan penyuluhan kesehatan tentang kesehatan jiwa, namun antusiasme dari masyarakat sangat minim sehingga masyarakat banyak yang tidak mengerti cara penanganan masalah kesehatan jiwa. 3.2 Analisa masalah A. Pengkajian 1. Data Inti a. Sejarah Dari hasil deteksi dini kesehatan jiwa yang dilakukan oleh kader kesehatan di desa makmur ditemukan ada 25 orang dengan gangguan jiwa 8 diantaranya dipasung oleh keluarga



b. Luas Wilayah



c. Batas Wilayah Barat



:



Utara



:



Timur



:



Selatan



:



d. Agama e. Kepercayaan Selama ini jika warga mengalami gangguan jiwa masyarakat sering kali beranggapan bahwa mereka terkena sihir atau kerasukan jin. Dan melakukan penanganan penobatan melalui orang pintar (dukun) f.



Balita BGM (Bawah Garis Merah)



g. Masalah Kesehatan



Dari hasil deteksi dini kesehatan jiwa yang dilakukan oleh kader kesehatan di desa makmur ditemukan ada 25 orang dengan gangguan jiwa 8 diantaranya dipasung oleh keluarga. Kondisi Kesehatan orang dengan gangguan jiwa



Jumlah



Presentasi



25



25%



2. Data Subsistem a. Lingkungan fisik b. Pelayanan kesehatan dan social Puskesmas setempat dengan kegiatan sosial yaitu petugas puskesmas melakukan kegiatan penyuluhan kesehatan tentnag kesehatan jiwa c. Ekonomi d. Keamanan dan Transportasi e. Pemerintahan dan Politik f. Komunikasi g. Pendidikan h. Rekreasi i. Persepsi Warga dan Perawat 1.) Persepsi Warga Warga beranggapan jika selama ini ada masyarakat yang mengalami gangguan jiwa warga menganggap meraka terkena sihir atau kerasukan jin 2.) Persepsi perawat Masyarakat tidak mengerti cara penangan masalah kesehatan jiwa karena selama petugas memberikan penyuluhan tentang kesehatan jiwa masyarakat kurang antusias dalam kegiatan tersebut 3. Data Penunjang Dari hasil deteksi dini kesehatan jiwa yang dilakukan oleh kader kesehatan di desa makmur ditemukan ada 25 orang dengan gangguan jiwa 8 diantaranya dipasung oleh keluarga. B. Aanalisa Data



Data Ds masyarakat sering kali beranggapan



Etiologi Ketidakcukupan sumberdaya



Masalah Keperawatan Defisiensi kesehatan komunitas



mereka terkena sihir atau kerasukan jin. Penanganan yang dilakukan melalui pengobatan orang pintar (dukun).



pengetahuan



Do Dari hasil deteksi dini kesehatan jiwa yang dilakukan oleh kader kesehatan di desa Makmur ditemukan ada 25 orang dengan gangguan jiwa 8 diantaranya dipasung oleh keluarga.



Masyarakat melakukan tindakan Penanganan melalui pengobatan orang pintar (dukun). Disaat warga yang mengalami gangguan jiwa melakukan tindakan kekerasan atau amuk mereka akan di pasung dengan berbagai macam cara yang diantaranya di ikat, dikurung atau di asingkan ditengah persawahan.



Strategi koping tidak efektif



Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan



Dari hasil deteksi dini kesehatan jiwa yang dilakukan oleh kader kesehatan di desa Makmur ditemukan ada 25 orang dengan gangguan jiwa 8 diantaranya dipasung oleh keluarga.



Sumber pemecahan masalah tidak adekuat



Ketidakefektifan koping komunitas



Kurangnya antusiasme masyarakat dalam kegiatan yang dilakukan oleh petugas puskesmas



Diagnosa Keperawatan 1.) Defisiensi kesehatan komunitas berhubungan dengan Ketidakcukupan sumberdaya pengetahuan 2.) Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan Sumber pemecahan masalah tidak adekuat 3.) Ketidakefektifan koping komunitas berhubungan dengan Sumber pemecahan masalah tidak adekuat



C. Prioritas Masalah (Scoring)



MK Komunitas



Defisiensi kesehatan komunitas berhubungan dengan Ketidakcuku pan sumberdaya pengetahuan



Pentingnya penyelesaian masalah 1. rendah 2. sedang 3. tinggi 3



Perubahan (+) untuk penyelesaian di komunitas 0: tidak ada 1 : rendah 2 : sedang 3 : tinggi 3



Penyelesaian untuk peningkatan kualitas hidup 0: tidak ada 1 : rendah 2 : sedang 3 : tinggi 3



Total score



9



Ketidakefekti 3 fan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan Sumber pemecahan masalah tidak adekuat



3



2



8



Ketidakefekti 3 fan koping komunitas berhubungan dengan Sumber pemecahan masalah tidak adekuat



2



2



7



D. Perencanaan Kegiatan



Tujuan No.



1.



2.



Dx Komunitas



Kriteria Hasil Jangka Panjang



Defisiensi kesehatan komunitas berhubungan dengan Ketidakcukupa n sumberdaya pengetahuan



Diharapkan warga tidak melakukan pengobatan melalui orang pintar dan dukun



Ketidakefektif an pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan strategi koping tidak



Diharapkan warga dapat melakukan tindakan pemeliharaan kesehatan dengan baik



Intervensi



Jangka Pendek Diharapkan warga mengetahui tentang kesehatan jiwa komunitas



Warga mengetahui tentang masalah kesehatan jiwa



Warga tidak beranggapan bahwa orang yang yang mengalami gangguan jiwa dikarenakan terkena sihir atau kemasukan jin



Diharapkan warga dapat mencari jalan yang baik dari permasalah yang ada



1) Berikan informasi penting secara tertulis maupun lisan pada warga sesuai dengan bahasa mereka 2) Bantu warga untuk memperjelas keyakinan dan nilai-nilai kesehatan



Layanan peningkatan kesahatan dan perlindungan kesehatan yang baik



1) Berikan penilaian dan diskusikan respon alternatif terhadap situasi yang ada 2) Bantu warga untuk menyelesaikan masalah



adekuat



dengan kontruktif



cara



yang



3) Dukung kemampuan untuk mengatasi situasi yang ada 4) Cari jalan untuk memahami persepektif masyarakat terhadap situasi yang ada 3.



Ketidakefektif an koping komunitas berhubungan dengan Sumber pemecahan masalah tidak adekuat



Diharapkan warga dapat melakukan tindakan penangan dengan baik



Masyarakat mampu melakukan pemecahan masalah dengan baik



Diharapkan warga mampu memecahan masalah dengan baik



1) Lakukan program edukasi untuk kelompok beresiko 2) Dorong warga untuk berpartisipasi aktif dalam keselamatan komunitas 3) Berkolaborasi megembangkan dikomunitas



dalam aksi



4) Koordinasikan layanan terhadap kelompok komunitas beresiko



POA (Plan of Action) No



Rencana Kegiatan



Rencana Pelaksanaan Strategi



1



Sasaran



Bina hubungan saling percaya



Melakukan



dengan warga



Pendekatan kepada



Tokoh



warga dengan metode



masyarakat



Hari/tgl/jam



Tempat



Penanggung jawab



Rabu /27 maret



Rumah kepala



Mahasiswa



2019



desa



09.00- 11.00



diskusi 2



Penyuluhan masalah kesehatan



Metode ceramah dan



jiwa dengan topik "kesehatan



diskusi tanya jawab



Masyarakat



jiwa" 3



Memberikan binaan kepada



Praktik langsung



keluarga untuk melakukan



dengan keluarga



mengalami gangguan jiwa



5



Balai desa



2019



Makmur



Keluarga yang



Sabtu 29 / Maret



Salah satu rumah



2019



warga



bersangkutan



09.00- 11.00



Berkolaborasi dengan petugas



Pemeliharaan pada



Petugas



Senin 01 April



puskesmas untuk melakukan



warga yang



puskesmas



2019



pemeliharaan pada warga yang



mengalami gangguan



dan



mengalami gangguan jiwa



jiwa



masyarakat



Berkolaborasi dengan petugas



Melakukan tindakan



Petugas



puskesmas untuk melakukan



Mahasiswa



09.00- 11.00



perawatan terhadap warga yang



4



Kamis / 28 Maret



puskesma



Rumah warga



Mahasiwa



Mahasiswa dan petugas puskesmas



09.00- 11.00



Senin 01 April



Rumah warga



Mahasiwa dan



tindakan bebas pasung



bebas pasung



dan warga yang mengalami gangguan jiwa



2019 13.00- 14.00



petugas puskesmas



E. Implementasi



No.



Dx Komunitas



Hari/tgl/jam



Implementasi



Respon Paraf



1.



Defisiensi kesehatan komunitas berhubungan dengan Ketidakcukupan sumberdaya pengetahuan



2



Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan strategi koping tidak adekuat



Rabu-kamis /27-28 maret 2019 09.0011.00



Sabtu 29 / Maret 2019 09.00- 11.00



1) Memberikan binaan kepada keluarga untuk melakukan perawatan terhadap warga yang mengalami gangguan jiwa



Senin 01 April 2019 09.00- 11.00



3



1) Bina hubungan saling percaya dengan Warga kooperatif dalam kegiatan warga Warga kooperatif dalam kegiatan dan mendapatkan pengetahuan tentang 2) Penyuluhan masalah kesehatan jiwa kesehatan jiwa



Ketidakefektifan Senin 01 April koping komunitas 2019 berhubungan



Keluarga kooperatif dalam kegiatan tersebut Keluarga melakukan tindakan perawatan pada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa



2) Berkolaborasi dengan petugas Petugas puskesmas dan warga kooperatif dalam melakukan tindakan puskesmas untuk melakukan tersebut pemeliharaan pada warga yang mengalami gangguan jiwa Berkolaborasi dengan petugas puskesmas untuk melakukan tindakan bebas pasung



Petugas puskesmas dan Keluarga kooperatif dalam melakukan tindakan bebas pasung yang dilakukan



dengan Sumber 13.00- 14.00 pemecahan masalah tidak adekuat



mahasiswa dan petugas puskesmas namun ada keluarga yang kurang kooperatif dalam tindakan tersebut



F. Evaluasi Pelaksanaan No.



Diagnosa



Tanggal



1.



Defisiensi kesehatan komunitas berhubungan dengan Ketidakcukupan sumberdaya pengetahuan



Rabukamis /2728 maret 2019 09.0011.00



Warga kooperatif Bantu warga untuk dalam kegiatan dan memperjelas keyakinan mendapatkan dan nilai-nilai kesehatan pengetahuan tentang kesehatan jiwa



2.



Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan strategi koping tidak adekuat



Sabtu 29 /



Keluarga dalam tersebut



Maret 2019



Evaluasi



kooperatif Tetap dilakukannya kegiatan rencana tindakan :



09.0011.00 Senin 01 April 2019 09.0011.00



Keluarga melakukan tindakan perawatan pada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa meskipun belum optimal dalam melakukan perawatan Petugas puskesmas dan warga kooperatif dalam melakukan tindakan tersebut



3.



Ketidakefektifan koping komunitas berhubungan dengan Sumber pemecahan masalah tidak adekuat



Senin 01 April 2019 13.0014.00



Rencana Tindak Lanjut



Petugas puskesmas kooperatif dalam kegiatan tersebut meskipun ada beberapa keluarga yang tidak kooperatif dalam tindakan bebas pasung tersebut



1) Memberikan binaan kepada keluarga untuk melakukan perawatan terhadap warga yang mengalami gangguan jiwa



2) Berkolaborasi dengan petugas puskesmas untuk melakukan pemeliharaan pada warga yang mengalami gangguan jiwa Mahasiswa dan petugas puskesmas Tetap mendorong keluarga untuk berpartisipasi aktif dalam keselamatan komunitas bebas pasung



BAB 4 PENUTUP



4.1 Kesimpulan Sehat adalah dalam keadaan bugar dan nyaman seluruh tubuh dan bagianbagiannya. Bugar dan nyaman adalah relatif, karena bersifat subjektif sesuai orang yang mendefinisikan dan merasakan Gangguan jiwa menurut PPDGJ III adalah sindrom pola perilaku seseorang yang secara khas berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) atau hendaya (impairment) di dalam satu atau lebih fungsi yang penting dari manusia, yaitu fungsi psikologik, perilaku, biologik, dan gangguan itu tidak hanya terletak di dalam hubungan antara orang itu tetapi juga dengan masyarakat Manusia bereaksi secara keseluruhan—somato-psiko-sosial. Dalam mencari penyebab gangguan jiwa, unsur ini harus diperhatikan. Gejala gangguan jiwa yang menonjol adalah unsur psikisnya, tetapi yang sakit dan menderita tetap sebagai manusia seutuhnya. Faktor somatik (somatogenik), yakni akibat gangguan pada neuroanatomi, neurofisiologi, dan neurokimia, termasuk tingkat kematangan dan perkembangan organik, serta faktor pranatal dan perinatal. Faktor psikologik (psikogenik), yang terkait dengan interaksi ibu dan anak, peranan ayah, persaingan antarsaudara kandung, hubungan dalam keluarga, pekerjaan, permintaan masyarakat. Selain itu, faktor intelegensi, tingkat perkembangan emosi, konsep diri, dan pola adaptasi juga akan memengaruhi kemampuan untuk menghadapi masalah. Apabila keadaan ini kurang baik, maka dapat mengakibatkan kecemasan, depresi, rasa malu, dan rasa bersalah yang berlebihan. Faktor sosial budaya, yang meliputi faktor kestabilan keluarga, pola mengasuh anak, tingkat ekonomi, perumahan, dan masalah kelompok minoritas yang meliputi prasangka, fasilitas kesehatan, dan kesejahteraan yang tidak memadai, serta pengaruh rasial dan keagamaan. Diagnosa yang muncul yaitu a. Defisiensi kesehatan komunitas. berhubungan dengan Ketidakcukupan sumberdaya pengetahuan b. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan Sumber pemecahan masalah tidak adekuat . c. Ketidakefektifan koping komunitas berhubungan dengan Sumber pemecahan masalah tidak adekuat 4.2 Saran Diharapkan para pembaca memperbanyak literatur dalam pembuatan makalah agar dapat membuat makalah yang baik dan benar. Terutama literatur yang berhubungan dengan penatalaksanaan yang lebih efektif mengenai gangguan jiwa karena di dalam makalah ini masih banyak yang kurang.



DAFTAR PUSTAKA Yusuf, Ah dkk .2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika