Askep Kritis 2 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TUGAS STUDI KASUS PKK KEPERAWATAN KRITIS



Disusun Oleh : Studi kasus ini Diajukan Untuk Memenuhi Pkk Keperawatan kritis Semester V



NAMA : RINI K NIM



: P00320018042



KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLTEKKES KEMENKES KENDARI JURUSAN KEPERAWATAN TAHUN 2020



LAPORAN PENDAHULUAN EKLAMSIA



A. Pengertian Eklampsia merupakan serangan konvulsi yang mendadak atau suatu kondisi yang dirumuskan penyakit hipertensi yang terjadi oleh kehamilan, menyebabkan kejang dan koma, (kamus istilah medis : 163,2001) Eklampsia adalah penyakit akut dengan kejang dan koma pada wanita hamil dan wanita dalam nifas, diserta dengan hipertensi, odema, proteinurio (obstetric patologi :99. 1984) B. Etiologi Menurut Manuaba, IBG, 2001 penyebab secara pasti belum diketahui, tetapi banyak teori yang menerangkan tentang sebab akibat dari penyakit ini, antara lain: 1. Teori Genetik Eklamsia merupakan penyakit keturunan dan penyakit yang lebih sering ditemukan pada anak wanita dari ibu penderita pre eklamsia. 2. Teori Imunologik Kehamilan sebenarnya merupakan hal yang fisiologis. Janin yang merupakan benda asing karena ada faktor dari suami secara imunologik dapat diterima dan ditolak oleh ibu.Adaptasi dapat diterima oleh ibu bila janin dianggap bukan benda asing,. dan rahim tidak dipengaruhi oleh sistem imunologi normal sehingga terjadi modifikasi respon imunologi dan terjadilah adaptasi.Pada eklamsia terjadi penurunan atau kegagalan dalam adaptasi imunologik yang tidak terlalu kuat sehingga konsepsi tetap berjalan. 3. Teori Iskhemia Regio Utero Placental Kejadian eklamsia pada kehamilan dimulai dengan iskhemia utero placenta menimbulkan bahan vaso konstriktor yang bila memakai sirkulasi, menimbulkan bahan vaso konstriksi ginjal. Keadaan ini mengakibatkan peningkatan produksi renin angiotensin dan



aldosteron.Renin angiotensin menimbulkan vasokonstriksi general, termasuk oedem pada arteriol. Perubahan ini menimbulkan kekakuan anteriolar yang meningkatkan sensitifitas terhadap angiotensin vasokonstriksi selanjutnya akan mengakibatkan hipoksia kapiler dan peningkatan permeabilitas 1 pada membran glumerulus sehingga menyebabkan proteinuria dan oedem lebih jauh. 4. Teori Radikal Bebas Faktor yang dihasilkan oleh ishkemia placenta adalah radikal bebas. Radikal bebas merupakan produk sampingan metabolisme oksigen yang sangat labil, sangat reaktif dan berumur pendek. Ciri radikal bebas ditandai dengan adanya satu atau dua elektron dan berpasangan. Radikal bebas akan timbul bila ikatan pasangan elektron rusak. Sehingga elektron yang tidak berpasangan akan mencari elektron lain dari atom lain dengan menimbulkan kerusakan sel.Pada eklamsia sumber radikal bebas yang utama adalah placenta, karena placenta dalam pre eklamsia mengalami iskhemia. Radikal bebas akan bekerja pada asam lemak tak jenuh yang banyak dijumpai pada membran sel, sehingga radikal bebas merusak sel Pada eklamsia kadar lemak lebih tinggi daripada kehamilan normal, dan produksi radikal bebas menjadi tidak terkendali karena kadar anti oksidan juga menurun. 5. Teori Kerusakan Endotel Fungsi sel endotel adalah melancarkan sirkulasi darah, melindungi pembuluh darah agar tidak banyak terjadi timbunan trombosit dan menghindari pengaruh vasokonstriktor. Kerusakan endotel merupakan kelanjutan dari terbentuknya radikal bebas yaitu peroksidase lemak atau proses oksidase asam lemak tidak jenuh yang menghasilkan peroksidase lemak asam jenuh. Pada eklamsia diduga bahwa sel tubuh yang rusak akibat adanya peroksidase lemak adalah sel endotel pembuluh darah.Kerusakan endotel ini sangat spesifik dijumpai pada glumerulus ginjal yaitu berupa “ glumerulus endotheliosis “. Gambaran kerusakan endotel pada ginjal yang sekarang dijadikan diagnosa pasti adanya pre eklamsia. 6. Teori Trombosit Placenta pada kehamilan normal membentuk derivat prostaglandin dari asam arakidonik secara seimbang yang aliran darah menuju janin. Ishkemi regio utero placenta menimbulkan gangguan metabolisme yang menghasilkan radikal bebas asam



lemak tak jenuh dan jenuh. Keadaan ishkemi regio utero placenta yang terjadi 2 menurunkan pembentukan derivat prostaglandin (tromboksan dan prostasiklin), tetapi kerusakan trombosit meningkatkan pengeluaran tromboksan sehingga berbanding 7 : 1 dengan prostasiklin yang menyebabkan tekanan darah meningkat dan terjadi kerusakan pembuluh darah karena gangguan sirkulasi. 7. Teori Diet Ibu Hamil Kebutuhan kalsium ibu 2 - 2½ gram per hari. Bila terjadi kekurangan-kekurangan kalsium,hamil kalsium ibu hamil akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan janin, kekurangan kalsium yang terlalu lama menyebabkan dikeluarkannya kalsium otot sehingga menimbulkan sebagai berikut : dengan dikeluarkannya kalsium dari otot dalam waktu yang lama, maka akan menimbulkan kelemahan konstruksi otot jantung yang mengakibatkan menurunnya strike volume sehingga aliran darah menurun. Apabila kalsium dikeluarkan dari otot pembuluh darah akan menyebabkan konstriksi sehingga terjadi vasokonstriksi dan meningkatkan tekanan darah. C. Patofisiologi Eklampsia dimulai dari iskemia uterus plasenta yang di duga berhubungan dengan berbagai faktor. Satu diantaranya adalah peningkatan resisitensi intra mural pada pembuluh miometrium yang berkaitan dengan peninggian tegangan miometrium yang ditimbulkan oleh janin yang besar pada primipara, anak kembar atau hidraminion. Iskemia utero plasenta mengakibatkan timbulnya vasokonstriksor yang bila memasuki sirkulasi menimbulkan ginjal, keadaan yang belakangan ini mengakibatkan peningkatan produksi rennin, angiostensin dan aldosteron. Rennin angiostensin menimbulkan vasokontriksi generalisata dan semakin memperburuk iskemia uteroplasenta. Aldosteron mengakibatkan retensi air dan elektrolit dan udema generalisator termasuk udema intima pada arterior.



Pada eklampsia terdapat penurunan plasma dalam sirkulasi dan terjadi peningkatan hematokrit. Perubahan ini menyebabkan penurunan perfusi ke organ , termasuk ke utero plasental fatal unit. Vasospasme merupakan dasar dari timbulnya proses eklampsia. Konstriksi vaskuler menyebabkan resistensi aliran darah dan timbulnya hipertensi arterial. Vasospasme dapat diakibatkan karena adanya peningkatan sensitifitas dari sirculating pressors. Eklamsi yang berat dapat mengakibatkan kerusakan organ tubuh yang lain. Gangguan perfusi plasenta dapat sebagai pemicu timbulnya gangguan pertumbuhan plasenta sehinga dapat berakibat terjadinya Intra Uterin Growth Retardation.



D. Manifestasi Klinis Konvulsi eklampsia dibagi dalam 4 tingkat yakni : a) Tingkat aura / awal keadaan ini berlangsung kira-kira 30 detik, mata penderita terbuka tanpa melihat, kelopak mata bergetar demikian pula tangannya dan kepada diputar ke kanan / kiri. b) Tingkat kejangan tonik, yang berlangsung kurang lebih 30 detik dalam tingkat ini seluruh otot menjadi kaku, wajahnya kelihatan kaku, tangan mengggenggam dan kaki 4 membengkok ke dalam, pernafasan berhenti, muka mulai menjadi sianotik, lidah dapat tergigit. c) Tingkat kejangan klonik, berlangsung antara 1-2 menit, spesimustonik tonik menghilang, semua otot berkontraksi dan berulang-ulang dalam tempo yang cepat,



mulut membuka dan menutup dan lidah dapat tergigit kembali, bola mata menonjol, dan mulut keluar ludah yang berbusa muka menunjukkan kongesti dan sianosis. Penderita menjadi dapat terjadi dari tempat tidurnya akhirnya kejangan terhenti dan penderita menarik nafas secara mendengkur. d) Tingkat koma, lamanya ketidaksadaran tidak selalu sama secara perlahan-lahan penderita menjadi sadar lagi, akan tetapi dapat terjadi pula bahwa sebelum itu timbul serangan baru dan yang berulang, sehingga ia tetap dalam koma.



E. Klasifikasi Eklamsia a. Eklampsia gravidarum • kejadian 150 % sampai 60 % • serangan terjadi dalam keadaan hamil b. Eklampsia parturientum • Kejadian sekitar 30 % sampai 35 % • Saat sedang inpartu • Batas dengan eklampsia gravidarum sukar ditentukan terutama saat mulai inpartu. c. Eklampsia puerperium • Kejadian jarang • Terjadinya serangan kejang atau koma setelah persalinan berakhir.



G. Komplikasi Komplikasi yang terberat ialah kematian ibu dan janin, usaha utama ialah melahirkan bayi hidup dari ibu yang menderita eklampsia. Berikut adalah beberapa komplikasi yang ditimbulkan pada preeklampsia berat dan eklampsia : 5 a. Solutio Plasenta Biasanya terjadi pada ibu yang menderita hipertensi akut dan lebih sering terjadi pada pre eklampsia. b. Hipofibrinogemia Kadar fibrin dalam darah yang menurun. c. Hemolisis Penghancuran dinding sel darah merah sehingga menyebabkan plasma darah yang tidak berwarna menjadi merah. d. Perdarahan Otak Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian maternal penderita eklampsia. e. Kelainan Mata Kehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlangsung selama seminggu, dapat terjadi. f. Edema Paru Pada kasus eklampsia, hal ini disebabkan karena penyakit jantung. g. Nekrosis Hati Nekrosis periportan pada preeklampsia, eklampsia merupakan akibat vasopasmus anterior umum. Kelainan ini diduga khas untuk eklampsia,tetapi ternyata juga ditemukan pada penyakit lain.Kerusakan sel-sel hati dapat diketahui dengan pemeriksaan pada hati,terutama penentuan enzim-enzimnya. h. Sindrome Hellp Haemolisis, elevatea liver anymes dan low platelet i. Kelainan Ginjal



Kelainan berupa endoklrosis glomerulus, yaitu pembengkakkan sitoplasma sel endotial tubulus. Ginjal tanpa kelainan struktur lain, kelainan lain yang dapat timbul ialah anuria sampai gagal ginjal. j. Komplikasi lain 



Lidah tergigit, trauma dan faktur karena jatuh akibat kejang-kejang preumania







aspirasi, dan DIC (Disseminated Intravascular Coogulation)







Prematuritas







Dismaturitas dan kematian janin intro uteri.



H. Penatalaksanaan Medis a. Beri obat anti konvulsan b. Perlengkapan untuk penanganan kejang (jalan nafas, sedeka, sedotan, masker O2 dan tabung O2 ) c. Lindungi pasien dengan keadaan trauma d. Aspirasi mulut dan tonggorokkan e. Baringkan pasien pada posisi kiri, trendelenburg untuk mengurangi resiko aspirasi f. Beri oksigen 4-6 liter / menit I. Data Yang Perlu DiKaji



Data yang dikaji pada ibu dengan pre eklampsia adalah : a. Data subyektif :  Identitas pasien dan penanggung jawab:Umur biasanya sering terjadi pada primi gravida , < 20 tahun atau > 35 tahun  Riwayat kesehatan ibu sekarang : terjadi peningkatan tensi, oedema,



pusing, nyeri epigastrium, mual muntah, penglihatan kabur.  Riwayat kesehatan ibu sebelumnya : penyakit ginjal, anemia, vaskuler esensial, hipertensi kronik, DM  Riwayat kehamilan : riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion serta riwayat kehamilan dengan pre eklampsia atau eklampsia sebelumnya  Pola nutrisi : jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok maupun selingan  Psiko sosial spiritual : Emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan kecemasan, oleh karenanya perlu kesiapan moril untuk menghadapi resikonya. b. Data Obyektif :  Inspeksi : edema yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam  Palpasi : untuk mengetahui TFU, letak janin, lokasi edema  Auskultasi : mendengarkan DJJ untuk mengetahui adanya fetal distress  Perkusi : untuk mengetahui refleks patella sebagai syarat pemberian SM ( jika refleks + )



I. Pemeriksaan penunjang : 1. Tanda vital yang diukur dalam posisi terbaring atau tidur, diukur 2 kali dengan interval 6 jam



2. Laboratorium : protein urine dengan kateter atau midstream ( biasanya meningkat hingga 0,3 gr/lt atau +1 hingga +2 pada skala kualitatif ), kadar hematokrit menurun, BJ urine meningkat, serum kreatini meningkat, uric acid biasanya > 7 mg/100 ml 3. Berat badan : peningkatannya lebih dari 1 kg/minggu 4. Tingkat kesadaran ; penurunan GCS sebagai tanda adanya kelainan pada otak 5. USG ; untuk mengetahui keadaan janin 6. NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin.



J. Diagnosa Keperawatan 1. Pola nafas tidak efektif b/d Deformitas dinding dada (adanya edema pada paru) 2. Nyeri akut berhubungan dengan Agen cidera biologi 3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Ketidakmampuan dalam memasukkan/mencerna makanan karena faktor biologi 4. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan retensi garam dan air 5. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan sindroma nefrotik (penurunan filtrasi) 6. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasife



FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN INTENSIVE CARE UNIT A. IDENTITAS KLIEN 1. Nama inisial klien 2. Umur 3. Alamat 4. Pekerjaan 5. Agama 6. Tanggal masuk RS 7. Nomor Rekam Medis 8. Diagnosa Medis



: Ny. R : 37 Tahun : Jln.Rcti : IRT : Islam : 14-08-2020 : 4987XXX : eklamsia post partum



B. PENGKAJIAN UMUM 1. Keluhan utama klien masuk ICU:  Pasien mengalami kejang, dan penurunan kesadaran, mata melotot, dan sesak 2. Riwayat Penyakit Sekarang (yi sejak klien mengeluhkan gejala pertama ketika di rumah sampai klien dibawa ke Rumah Sakit karena keluhan tersebut tidak berkurang/malah bertambah parah):  Keluarga klien mengatakan klien melahirkan anak pertamanya diruang bersalin RSUD kendari secara normal, setelah 3 hari post partum pasien dibawah pulang, tapi saat dirumah pasien mengalami kejang, kesadaran menurun dan mata melotot 3. Riwayat Penyakit Dahulu:  Klien ada riwayat hipertensi sebelumnya 4. Riwayat Sosial: a. Apakah klien merokok :tidak b. analgetik :tidak. 5. Riwayat Penyakit Keluarga:  Keluarga klien mengatakan tidak ada keluarga yang menderita penyakit yang sama dialami pasien C. PEMERIKSAAN FISIK KHUSUS 1. AIRWAY  Bebas  Sumbatan (benda asing,sputum,darah,lendir)  Kejang 2. BREATHING  Spontan : Ya  Takipnea (Nafas cepat) : Ya  Wheezing (mengi) : tidak  Apnea(henti nafas sementara) : tidak  Dispnea (susah nafas) : Ya  Lain-lain :3. CIRCULATION  Nadi : kuat  Kulit : normal  Perdarahan :tidak  Turgor : elastis  CRT : 3detik



: Ya : tidak : Ya



4. DISABILITY  GCS  Kesadaran  Pupil  Reflek cahaya  Motorik  Kekuatan otot



: E3V5 M5 :somnolen : isokor (normal) : (+/+) : hemiplegi (kelemahan) : lemah



D. PEMERIKSAAN FISIK UMUM 1. Kepala dan Leher : a. Bagian kepala atas  Hematom/post trauma :tidak  Tipe rambut :gelombang  Distribusi rambut : baik  Warna rambut :hitam  Alopesia (kebotakan) : tidak b. Mata  Pupil isokor (diameter kedua pupil sama) : Ya  Sklera ikterik (kekuningan) :tidak  Conjungtiva anemis (pucat) : tidak c. Telinga  Cerumen : tidak  Terpasang alat bantu dengar: tidak d. Malar / Pipi  Acne (jerawat) : tidak. e. Hidung :  Nafas cuping hidung : Ada  Pilek :tidak  Terpasang alat bantu nafas: ya . Jika ya,maka:  Tipe: nasal kanul , ukuran pemberian: 4 L/menit f. Bibir dan Mulut  Sianosis :tidak  Sariawan :tidak  Gigi palsu :tidak  Mukosa bibir : baik/lembab  Gangguan gigi dan gusi :tidak. g. Leher  Pembesaran kelenjar tiroid (gondok) :tidak.  Limfonodi (kelenjar limfe) :tidak  Nadi karotis : Teraba 2. Thorak a. Pre-kordium (lapisan luar dinding dada yang melindungi organ jantung)  Inspeksi  Ictus cordis terlihat di intercosta 4-5 :  Luka parut (post operasi jantung) : tidak  Palpasi  Ictus cordis teraba di intercosta 4-5 :  Perkusi



 Redup (normal)  Auskultasi  Bising jantung : tidak  Bunyi S1 (lup) dan S2 (dup) : iya/Ada b. Pulmonal  Inspeksi  Retraksi (normalnya tidak ada)  Simetris kanan dan kiri  Ekspansi dada kanan dan kiri sama  Palpasi  Krepitasi (suara retakan tulang)  Vocal fremitus kanan kiri sama  Perkusi  Sonor (normal)  Auskultasi  Wheezing/mengi  Ronchi  Vesikuler (normal) 3. Abdomen a. Inspeksi :  Datar : Ya  Bekas operasi : Ada b. Auskultasi  Peristaltik :20 x/menit c. Palpasi:  Massa : Ada  Turgor kulit : Elastis  Nyeri tekan di lapang abdomen : Ada d. Perkusi:  Timpani : Ada/ tidak 4. Ekstrimitas a. Superior (atas):  Edema : Ada  Infus:  Terpasang : Di lengan dextra  Jenis infus :  Faktor tetesan : 20 tetes/menit  Nyeri di area tusukan infus : tidak  Nadi radialis (pergelangan tangan) :85 x/menit  Palmar (telapak tangan) : kemerahan  Kekuatan otot : lemah  CRT (capilarry refill time) < 3 detik : Ya  Refleks fisiologis biseps/triseps : (+/+)  Refleks patologis : (-/-)  Deformitas (kelainan bentuk) : tidak.  Fraktur : tidak. b. Inferior (bawah):  Edema : Ada  Akral (bagian kaki paling bawah) : dingin  Kekuatan otot : lemah



: Ya



: tidak : Ya : Ya : tidak : Ya : Ya : Ya :tidak : Ya



 Refleks patela : (+/+)  Refleks patologis : (-/-) 5. Pengkajian Nutrisi A (Antropometri) meliputi BB,TB,IMT:  BB: 60  TB: 150  IMT: B (Biochemical) meliputi data laboratorium yang abormal: C (Clinical) meliputi tanda-tanda klinis rambut, turgor kulit, mukosa bibir, conjungtiva anemis/tidak:  Rambut: baik  Kulit: normal  Mukosa bibir: lembab D (Diet) meliputi jenis makanan yang diberikan selama di rumah sakit: E (Enegy) meliputi kemampuan klien dalam beraktifitas selama di rumah sakit:  lemah F (Factor) meliputi penyebab kenapa klien dirawat:  sesak dan kejang serta mengalami penurunan kesadaran



KLASIFIKASI DATA



DS: 



Keluarga klien mengatakan klien mengalami kejang







Keluarga klien mengatakan sesak







Keluarga klien mengatakan ada riwayat hipertensi sebelum kehamilan







Keluarga klien mengatakan mata melotot



DO: 



Nampak klien sesak







Nampak klien kejang







Nampak klien menggunakan otot bantu pernafasan







Nampak pernafasan cuping hidung







Nampak terpasang oksigen 4 lpm







Pasien mndapat terapi diazepam zomg (IV)







Pasien mendapat terapi sodium pentotbal 0,2 ml (untuk kejang)







Nampak terdapat pola nafas takipnea







TTV:  TD: 170/100 mmHg  RR: 35 x/menit  S: 37,2 oc  N: 85 x/menit



ANALISA DATA NO 1.



DATA



ETIOLOGI



DS: 



Keluarga klien



kejang



mengatakan klien mengalami kejang 



Keluarga klien mengatakan



Sesak napas



sesak 



Keluarga klien mengatakan ada riwayat hipertensi sebelum kehamilan







Keluarga klien mengatakan mata melotot



DO: 



Nampak klien sesak







Nampak klien kejang







Nampak klien menggunakan otot bantu pernafasan







Nampak pernafasan cuping



Pola napas tidak efektif



MASALAH Pola nafas tidak efektif



hidung 



Nampak terpasang oksigen 4 lpm







Pasien mndapat terapi diazepam zomg (IV)







Pasien mendapat terapi sodium pentotbal 0,2 ml (untuk kejang)







Nampak terdapat pola nafas takipnea







TTV:  TD: 170/100 mmHg  RR: 35 x/menit  S: 37,2 oc  N: 85 x/menit



DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan gangguan neurologis (gangguan kejang) ditandai dengan: 



Penggunaan otot bantu pernafasan







Nampak klien sesak







Nampak terpasang O2/4 lpm







Nampak pernafasan cuping hidung



INTERVENSI KEPERAWATAN NO DIAGNOSA 1. Pola nafas tidak efektif



LUARAN INTERVENSI Setelah dilakukan tindakan MANAJEMEN JANLAN



berhubungan dengan



keperawatan selama 2x24



gangguan neurologis



jam maka pola napas



(gangguan kejang)



membaik dengan kriteria



ditandai dengan:



hasil:



NAPAS: Observasi: 



monitor pola napas







RR: 35 x/menit







dyspnea menurun



(frekuensi, kedalaman,







Sesak







penggunaan otot



dan usaha napas)







Terpasang oksigen 4 lpm



















monitor bunyi napas tambahan



pernapasan cuping hidung menurun



Pernafasan



Terapeutik:



frekuensi napas







posisikan semi fowler



membaik







berikan minum hangat



bantu pernafasan







berikan oksigen



takipnea







anjurkan asupan cairan



cuping hidung 



bantu menurun



Mengguakan otot







2000 ml/hari, jika tidak kontra indikasi Kolaborasi:







kolaborasi pemberian bronkudilator, ekspektoran,mukoliti, jiak perlu



IMPLEMENTASI DAN EVALUASI



NO



HARI/TANGGAL



DIAGNOSA



1.



/JAM Senin 14-12-2020



Pola napas tidak



08:00



IMPLEMENTASI 



EVALUASI



memonitor pola



S: klien



efektif



napas (frekuensi,



mengatakan



berhubungan



kedalaman, dan



sesak



dengan gangguan



usaha napas)



neurologis







(gangguan kejang) 10:30



  



memonitor bunyi



O: - Nampak



napas tambahan



klien sesak



memposisikan semi



-nampak klien



fowler



menggunakan



memberikan



alat bantu



oksigen



- Nampak klien



menganjurkan



menggunakan



asupan cairan 2000



oksigen



ml/hari, jika tidak 



kontra indikasi



A: masalah



mengkolaborasi



belum teratasi



pemberian







bronkudilator, jika



P: intervensi



perlu



dilanjutkan



memonitor pola



S: klien



Selasa 15-12-2020



Pola napas tidak



08:00



efektif



napas (frekuensi,



mengatakan



berhubungan



kedalaman, dan



masih sesak



dengan gangguan



usaha napas)



neurologis







(gangguan kejang)



 



memonitor bunyi



O: nampak



napas tambahan



terpasang O2



memposisikan semi fowler



A: masalah



memberikan



belum teratasi



oksigen 13:30



P: intervensi











menganjurkan



dihentikan klien



asupan cairan 2000



dipindahkan



ml/hari, jika tidak



keruang rawat



kontra indikasi



inap



mengkolaborasikan pemberian bronkudilator, jika perlu



STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL



PEMASANGAN OKSIGEN



DEFINISI



.terapo oksigen adalah salah satu tindakan untuk meningkatkan tekanan persial oksigen pada inspirasi yang dapat dilakukan



INDIKASI DAN KONTRA INDIKASI



menggunakan nasal kanul, simple, mask. INDIKASI : 1. gagal napas 2. perubahan pola napas 3. trauma paru 4. keracunan CO2 KONRTA INDIKASI: 1. jalan napas yang tersumbat



PERSIAPAN ALAT







2. pasien dengan tampa adanya hipoksia tabung oksigen



DAN BAHAN







humidifier







nasal kanul







flow meter







handscoond







plaster







gunting







kasa







gel







pinset anatomi



PROSEDUR



1. cuci tangan



TINDAKAN



2. gunakan handscoon 3. pastikan volume air steril dalam tabung pelembab sesuai ketentuan 4. menghubungkan nasal kanul ke tabung pelembab 5. memastikan aliran oksigen dengan mengecek nasal ke punggung tangan perawat 6. matikan tabung oksigen 7. pasang kanul kehidung pasien 8. tetapkan kadar O2 sesuai program medis 9. fiksasi selang



10. rapikan alat dan pasien 11. cuci tangan



DOKUMENTASI



1. perhatikan respon klien



ASPEK KESELAMATAN PASIEN Perawat harus teliti dalam memberikan terapo O2 apabila O2 yang diberikan maka klien akan mengalami keracunan O2 dan akan menimbulkn masalah baru.