Askep Lansia Dengan Gangguan Muskuloskeletal [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH ASKEP LANSIA DENGAN MASALAH MUSKULOSKLETAL



Disusun Oleh :



Larassati



(1721006)



Dosen Pengampu Ns. M Irwan, S.Kep, M.Kep Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Tengku Maharatu 2019/2020



KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat, dan anugerah-Nya kami dapat menyusun Makalah ini dengan judul “Askep Lansia dengan Masalah Muskuloskletal” yang diberikan oleh dosen pengampu yaitu Ns. M Irwan S.Kep, M.Kep. Tidak sedikit kesulitan yang saya alami dalam proses penyusunan makalah ini. Namun berkat dorongan dan bantuan dari semua pihak yang terkait akhirnya makalah ini dapat diselesaikan. Tidak lupa pada kesempatan ini kami menyampaikan rasa terima kasih kepada Dosen yang telah membimbing saya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik. Saya membutuhkan kritik dan saran dari para pembaca untuk memperbaiki makalah di waktu yang akan datang. Harapan kami agar makalah ini bermanfaat bagi kita semua.



Kuansing , 15 Mei 2020



Larassati



i



DAFTAR ISI Kata Pengantar......................................................................................i Daftar Isi................................................................................................ii BAB I



PENDAHULUAN



A. Latar Belakang..................................................................................1 B. Rumusan Masalah.............................................................................2 C. Tujuan Penulisan...............................................................................2 BAB II



TINJAUAN PUSTAKA



A. Definisi..............................................................................................3 B. Etiologi..............................................................................................3 C. Masalah Muskuloskeletal..................................................................3 1. Osteoporosis................................................................................3 2. Osteomalasia...............................................................................5 3. Fraktur.........................................................................................6 BAB III



ASUHAN



KEPERAWATAN



LANSIA



DENGAN



MUSKULOSKELETAL A. Pengkajian.........................................................................................9 B. Diagnosa Keperawatan......................................................................9 C. Intervensi Keperawatan.....................................................................9 BAB IV



PENUTUP



A. Kesimpulan.......................................................................................11 B. Saran..................................................................................................11



ii



GANGGUAN



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Usia lanjut adalah tahap akhir dari siklus hidup manusia, merupakan bagian dari proses alamiah kehidupan yang tidak dapat dihindarkan dan akan dialami oleh setiap individu. Penuaan adalah normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat diramalkan terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai usia tahap perkembangan kronologis tertentu. Ini merupakan suatu fenomena yang kompleks dan multi dimensional yang dapat diobservasi di dalam satu sel dan berkembang pada keseluruhan sistem. Walaupun hal itu terjadi pada tingkat kecepatan yang berbeda, di dalam parameter yang  cukup sempit, proses  tersebut tidak tertandingi. Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun luar tubuh. Walaupun demikian, memang harus diakui bahwa ada berbagai penyakit yang sering menghinggapi kaum lanjut usia. Proses menua sudah mulai berlangsung sejak seseorang mencapai usia dewasa, misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan saraf, dan jaringan lain sehingga tubuh mati sedikit demi sedikit, dan terjadi juga pada sistem pencernaan. Pada tahap ini individu mengalami banyak perubahan, baik secara fisik maupun mental, khususnya kemunduran dalam berbagai fungsi dan kemampuan yang pernah dimilikinya. Perubahan penampilan fisik sebagai bagian dari proses penuaan yang normal, seperti berkurangnya ketajaman panca indera, menurunnya daya tahan tubuh , lebih mudah terkena konstipasi  merupakan ancaman bagi integritas orang usia lanjut. Belum lagi mereka



1



masih harus berhadapan dengan kehilangan peran diri, kedudukan sosial serta perpisahan dengan orang-orang yang dicintai. Gangguan



Muskuloskeletal



ialah



kelainan



yang



menyerang



muskuloskeletal menyerang sistem alat gerak tubuh, seperti otot, tulang, sendi, dan jaringan ikat seperti tendon dan ligamen. Gangguan ini menyebabkan kondisi jangka pendek, seperti patah tulang dan terkilir. Pada kondisi panjangnya adalah cacat pada tubuh. Perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan makin meningkatnya usia. Perubahanini terjadi sejak awal kehidupan hingga usia lanjut pada semua organ dan jaringan tubuh.Keadaan demikian itu tampak pula pada semua sistem muskuloskeletal dan jaringan lain yangada kaitannya dengan kemungkinan timbulnya gangguan muskuloskeletal. Adanya gangguanpada sistem muskuloskeletal dapat mengakibatkan perubahan otot, hingga fungsinya dapat menurun bila otot pada bagian yang menderita tidak dilatih guna mengaktifkan fungsi otot. Didaerah urban, dilaporkan bahwa keluhan nyeri otot sendi-tulang (gangguan sistemmusculoskeletal) merupakan keluhan terbanyak pada usia lanjut. B. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan Muskuloskeletal pada Lansia ? 2. Apa saja Etiologi Muskuloskeletal pada Lansia? 3. Masalah Muskuloskeletal apa saja yang sering terjadi pada Lansia? 4. Bagaimana Askep gangguan Muskuloskeletal pada Lansia? C. Tujuan Penulisan 1. Mengetahui Definisi Muskuloskeletal pada Lansia. 2. Mengetahui Etiologi Muskuloskeletal pada Lansia. 3. Mengetahui Muskuloskeletal yang sering terjadi pada Lansia. 4. Mengetahui Askep gangguan Muskuloskeletal pada Lansia.



2



BAB II TINJAU PUSTAKA A. Definisi Gangguan muskuloskeletal adalah jenis penyakit degeneratif yang berisiko terhadap lansia. Hal ini dapat membuat jaringan tubuh rusak seiring berjalannya waktu. Gangguan



Muskuloskeletal



ialah



kelainan



yang



menyerang



muskuloskeletal menyerang sistem alat gerak tubuh, seperti otot, tulang, sendi, dan jaringan ikat seperti tendon dan ligamen. Gangguan ini menyebabkan kondisi jangka pendek, seperti patah tulang dan terkilir. Pada kondisi panjangnya adalah cacat pada tubuh. B. Etiologi Adapun sebab-sebab gangguan muskuloskeletal pada lansia dapat dikelompokkan sebagaiberikut : 



Mekanik : penyakit sendi degeneratif (osteoarthritis), stenosis spinal







Metabolik : osteoporosis, myxedema, penyakit paget







Berkaitan dengan keganasan : dermatomyositis, neuromiopati







Radang : polymyalgia rheumatica, temporal (giant cell) arthritis, gout







Pengaruh obat



C. Masalah Muskuloskeletal Yang Sering Terjadi 1. Osteoporosis a. Definisi Osteoporosis adalah suatu keadaan berkurangya masa tulang sedemikian sehingga hanya dengan trauma minimal tulang akan patah. WHO memberikan definisi terakhir sbb: Adalah penurunan masa tulang lebih 2,5 kali standar deviasi masa tulang rata-rata dari populasi



3



usia muda disertai perubahan pada mikro-arsitektus tulang yang menyebabkan tulang lebih mudah patah. b. Klasifikasi 1) Osteoporosis primer yang terjadi bukan sebagai akibat penyakit lain, yang dibedakan atas: a) Osteoporosis tipe I (pasca menopause),yang kehilangan tulang terutama dibagian    trabekula. b) Osteoporosis tipe II (senelis),terutama kehilangan massa tulang daerah korteks. c) Osteoporosis idiopatik yang terjadi pada usia muda dengan penyebab tak diketahui. 2) Osteoporosis sekunder,yang terjadi pada usia muda dengan penyebab tak di ketahui. c. Gambaran klinik Gejala usia lanjut bervariasi,beberapa tidak menunjukkan gejala,yang sering kali menunjukkan gejala klasik berupa nyeri punggung,yang sering kali akibat fraktur kompresi dari satu atau lebih vertebra.Nyeri seringkali dipicu oleh adanya stress fisik ,sering kali akan hilang sendirinya setelah 4-6 minggu. Penderita lain mungkin datang dengan gejala patah tulang,turunnya tinggi badan, bungkuk punggung (Dowager’s hump),yaitu suatu deformitas akibat kolaps dan fraktur pada vertebra torakal tengah .Fraktur yang mengenai leher femur dan radius sering terjadi. Sekitar 30% wanita dengan fraktur leher femur menderita Osteoporosis ,dibandingkan hanya 15% pada pria.Fraktur terjadi bukan saja karena osteoporosis ,tetapi juga karena kecendrungan usia lanjut untuk jatuh. d. Pemeriksan lain 1) Pemeriksaan laboratorium (kadar kalsiun dan fosfat serum/urin) 2) Hidroksi prolin urin dan osteokalsin(bone-gla protein) dan pirolidin cross-link urin.



4



3) Absorpsiometri foton tunggal maupun ganda dan sinar X (DEXA). e. Penatalaksanaan Penderita lanjut usia dengan fraktur osteoporosis terutama bila akibat jatuh,memerlukan asesmen bertingkat,antara lain: 1) Asesmen  mengenai sebab jatuh ,apa yang menyebabkannya apakah akibat factor lingkungan,gangguan intra-atau ekstra serebral dan lain sebagainya. 2) Asesmen



mengenai



osteoporosisnya



,primer



atu



sekunder,manisfestasi di tempat lain. 3) Asesmen mengenai frakturnya .Operabel atau tidak ,kalau operable harus dilakukan dengan pendekatan pada dokter bedah .Setelah dilakukan



operasi,tindakan



rehabilitasi



yang



baik



disertai



pemberian obat untuk upaya perbaikan osteoporosis bisa dikerjakan.  Penatalaksanaan osteoporosisnya : 1) Tindakan diebetik:diet tinggi kalsium (sayur hijau,dan lain-lain). Terapi ini lebih bermanfaat sebagai tindakan pencegahan. 2)  Olah raga. Yang terbaik adalah yang bersifat mendukung beban (weight bearing), misalnya jogging, berjalan cepat, dll. Lebih baik dilakukan di bawah sinar matahari pagi karena membantu pembuatan vitamin D. 3) Obat-obatan. Yang membantu pembentukan tulang (steroid anabolic, flourida). Yang mengurangi perusakan tulang (estrogen, kalsium, dofosfonat, kalsitonin). 2. Osteomalasia a. Defenisi Adalah suatu penyakit tulang metabolic yang ditandai dengan terjadinya kekurangan kalsifikasi matriks tulang yang normal.



5



Prevalensi pada usia lanjut diperkirakan 3,7%. Penyakit ini disebabkan oleh kekurangan vitamin D oleh berbagai sebab. b. Penyebab utamanya adalah: 1) Penyakit hati kronis, termasuk kholestasis 2)  Penyakit ginjal 3) Malabsorbsi 4) Gastrektomi 5) Obat-obatan, antara lain barbiturat. c. Gambaran klinik Penderita mengeluh nyeri tekan tulang, kelemahan otot an tampak sakit. Nyeri, rasa sakit dan jatuh sering kali menyebabkan imobilitas. Nyeri tulang sering terjadi pada tulang dada, punggung, paha dan tungkai. Kelemahan otot terutama mengenai otot proksimal dan sering menyebabkan penderita sukar bangkit dari kursi atau tempat tidur, dan kadang-kadang disertai abnormalitas langkah yang lebar. Pemeriksaaan lain yang penting meliputi biokimiawi tulang, radiologi, scan isotop tulang dan biopsy tulang. d. Pengobatan Terapi osteomalasia adalah pemberian vitamin D yang dapat diberikan peroral 3atau perenteral atau dengan meningkatkan produksi vitamin D dengan penyinaran UV. Panderita usia lamjtu sering kali mengkonsumsi diet yang kandungan kalsiumnya rendah, oleh karena itu pada penderita inin pada penderita ini sebaiknya diberikan terapai berupa tablet kalsium yang mengandung vitamin D atau kalsiferol oral atau perenterla 1000-1500 unit perhari.  3. Fraktur Fraktur adalah setiap retak atau patah pada tulang yang utuh (Reeves, 2001).



6



Fraktur adalah



terputusnya



kontinuitas



tulang.



Kebanyakan fraktur adalah akibat dari trauma, beberapa fraktur sekunder terhadap proses penyakit seperti osteoporosis yang menyebabkan frakturfraktur yang patologis (Enggram 1998). Pada usia lanjut sering terjadi hanya dengan trauma ringan atau bahkan tanpa adanya kekerasan yang nyata, (Brocklehurst, 1987). Jenis fraktur terutama sebagai akibat osteoporosis, terdapat tiga jenis fraktur yaitu : 1) Fraktur leher femur 2)  Fraktur colle 3) Fraktur kolumna vertebralis 4) Penyakit Radang Sendi: Artritis Reumatoid a. Patofisiologi Artritis adalah suatu penyakit kronis, sitemik, yang secara khas berkembang perlahan- lahan dan ditandai oleh adanya radang yang sering kambuh pada sendi- sendi diartrodial dan struktur yang berhubungan. AR sering disertai dengan dodul- nodul rheumatoid, arthritis, neuropati, skleritis, limfadenopati dan splenomegali. AR ditandai oleh periode- periode remisi dan bertambah parahnya penyakit.  b. Manifestasi Klinik 1) Terdapat radang sendi dengan pembengkakan membrane synovial dan kelebihan produksi cairan synovial. Tidak ada perubahan yang bersifat merusak terlihat pada radiografi. 2) Secara radiologi kerusakan tulang pipih atau tulang rawan dapat dilihat. Klien mungkin mengalami keterbatsan gerak tetapi tidak ada deformitas sendi. 3) Jaringan ikat fibrosa yang keras menggantikan pannus sehingga mengurangi ruang gerak sendi. Ankilosis fibrosa mengakibatkan



7



penurunan gerakan sendi, perubahan kesejajaran tubuh, dan deformitas. Secara radiologis terlihat adanya kerusakan kartilago dan tulang. 4) Ketika jaringan fibrosa mengalami klasifikasi, ankilosis tulang dapat mengakibatkan terjadinya imobilisasi sendi secara total. Atrofi otot yang meluas dan luka pada jaringan lunak seperti nodula- nodula mungkin terjadi. c. Penatalaksanaan Untuk menghilangkan nyeri dengan menggunakan agens antiinflamasi, obat yang dapat dipilih adalah aspirin. Namun, efek antiinflamasi dari aspirin tidak terlihat pada dosis kurang dari 12 tablet per hari, yang dapat menyebabkan gejala siste,mgastrointestinal dan system saraf pusat. Obat anti inflamasi non-steroid sangat bermanfaat, tetapi dianjurkan untuk menggunakan dosis yang direkomendasikan oleh pasbrik dan pemantauan efek samping secara hati- hati perlu dilakukan. Terrapin kortikosteroid yang diinjeksikan melalui sendi mungkin digunakan untuk infeksi di dalam satu atau dua sendi. Injeksi secara cepat dihubungkan dengan nekrosisi dan penurunan kekuatan tulang. Biasanya injeksi yang diberikan ke dalam sendi apapun tidak boleh diulangi lebih dari tiga kali. Rasa nyeri dan pembengkakan umumnya hilang untuk waktu 1 sampai 6 minggu. Penatalaksanaan keperawatan menekankan pemahaman klien tentang sifat AR kronis dan kelompok serta tahap-tahap yang berbeda untuk memantau perkembangan penyakit. Klien harus ingat bahwa walaupunpengobatan mungkin mengurangi radang dan nyeri sendi, mereka harus pula mempertahankan peregerakan dan kekuatan untuk mencegah deformitas sendi. Suatu origram aktivitas dan istirahat yang seimbang sangat penting untuk mencegah peningkatan tekanan pada sendi. 



8



BAB III Asuhan Keperawatan Lansia dengan Gangguan Muskuloskeletal A. Pengkajian Pengkajian pada lansia dengan gangguan pada sistem musculoskeletal adalah sebagai berikut: 1. Kegiatan yang mampu dilakukan klien. 2. Lingkungan yang tidak kondusif seperti penerangan yang kurang, lantai yang licin, tersandung alas kaki yang kurang pas, kursi roda yang tidak terkunci, jalan menurun/adanya tangga, dan lain-lain. 3. Mengkaji kekuatan otot 4. Kemampuan berjalan 5. Kebiasaan olahraga/senam 6. Kesulitan/ketergantungan



dalam



melakukan



aktivitas



pemenuhan



kebutuhan sehari-hari. B. Diagnosa keperawatan Diagnosa



keperawatan



pada



lansia



musculoskeletal adalah sebagai berikut: 1. Gangguan aktivitas sehari-hari 2. Kurangnya perawatan diri 3. Imobilisasi 4. Kurangnya pengetahuan 5. Resiko cedera: jatuh 6. Cemas 7. Nyeri sendi dan tulang C. Intervensi keperawatan



9



dengan



gangguan



pada



sistem



Intervensi keperawatan untuk lansia dengan gangguan sistem musculoskeletal adalah sebagai berikut: 1. Identifikasi factor-faktor penyebab 2. Anjurkan untuk menggunakan alat-alat bantu berjalan, misalnya tongkat, atau kursi roda. 3. Gunakan kaca mata jika berjalan atau melakukan aktivitas. 4. Lakukan kegiatan fisik sesuai kemampuan. 5. Lakukan latihan gerak aktif dan pasif. 6. Latih klien untuk pindah dari tempat tidur kekursi dan sebaliknya dari kursi ke tempat tidur. 7. Sediakan penerangan yang cukup. 8. Sediakan pegangan pada tangga dan kamar mandi. 9. Beri motivasi dan reinforcement. 10. Pertahankan lingkungan yang aman. 11. Pertahankan kenyamanan, baik dalam keadaan istirahat maupun beraktivitas. 12. Kolaborasi untuk pengobatan lebih lanjut.



10



BAB IV PENUTUP



A. Kesimpulan Gangguan



Muskuloskeletal



ialah



kelainan



yang



menyerang



muskuloskeletal menyerang sistem alat gerak tubuh, seperti otot, tulang, sendi, dan jaringan ikat seperti tendon dan ligamen. Gangguan ini menyebabkan kondisi jangka pendek, seperti patah tulang dan terkilir. Pada kondisi panjangnya adalah cacat pada tubuh. Adapun sebab-sebab gangguan muskuloskeletal pada lansia dapat dikelompokkan sebagaiberikut : 



Mekanik : penyakit sendi degeneratif (osteoarthritis), stenosis spinal







Metabolik : osteoporosis, myxedema, penyakit paget







Berkaitan dengan keganasan : dermatomyositis, neuromiopati







Radang : polymyalgia rheumatica, temporal (giant cell) arthritis, gout







Pengaruh obat



B. Saran Diharapkan mahasiswa sebagai calon perawat dapat memahami tentang gangguan Muskoluskeletal pada lansia dan mencari informasi serta wawasan terbaru dari pokok permasalahan tersebut sehingga dapat melakukan askep yang baik dan benar pada lansia.



11



DAFTAR PUSTAKA Azizah, lilik Ma’rifatul. 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Penerbita Graha Ilmu. Yogyakarta Kusharyadi. 2010. Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Penerbit Salemba Medika,Jakarta  Martono, H. Hadi, 2010, Buku Ajar Geriatri, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran UniversitasIndonesia, Jakarta Stanley, Mickey, 2002, Buku ajar Keperawatan Gerontik, Penerbit buku Kedokteran: EGC,Jakarata  Stockslager, Jaime L dkk, 2008, Asuhan Keperawatan Geriatrik, Penerbit buku Kedokteran: EGC, Jakarta Tyson, Shirley Rose, 1999, Gerontological Nursing Care, WB Saunders Company, USA



12