Askep Osteoartitis Kelompok 4 Fix [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Mata Kuliah : Keperawatan Gerontik Dosen



: Hasriana, S.Kep.,Ns.,M.Kep



ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN DIAGNOSA MEDIS OSTEOARTRITIS



OLEH : KELOMPOK IV A3 S1 KEPERAWATAN 2017



NURUL KHALISA



NH0117116



RAHAYU BADAR



NH0117117



RITA YULIANTI



NH0117124



SITTI NUR MUSLIMAH HASMIN



NH0117143



HASLINDA BUNAHIR



(TIDAK AKTIF)



PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) NANI HASANUDDIN MAKASSAR 2021 i



KATA PENGANTAR Puji syukur marilah senantiasa kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan karunianya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah dengan judul ” Asuhan Keperawatan Gerontik dengan diagnose Medis Osteoartritis”. Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas Keperawatan Gerontik. Dalam pembuatan makalah ini,kamitidak lepas dari bantuan dan dukungandari pihak-pihak terkaitserta kecanggihan teknologi untuk memperoleh informasinya.Oleh karenaitu,kami mengucapkan terima kasihkepada pihak yang telah membantu kamisehingga makalah ini dapat terselesaikan. Kamimenyadari bahwa sebagai manusia yang memiliki keterbatasan, tentu hasilmakalahkamiini mungkin tidak luput dari kekurangan.Kamisenantiasa mengharapkan konstribusi pemikirananda sehingga makalah inibermanfaat bagi kita semua.



PENYUSUN Kelompok IV



i



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR



i



DAFTAR ISI



ii



BAB I PENDAHULUAN



1



1.1 Latar Belakang



1



1.2 Rumusan Masalah



1



1.3 Tujuan



2



BAB II KONSEP MEDIS



3



2.1 Definisi kasus



3



2.2 Etiologi



3



2.3 Klasifikasi



3



2.4 Patofsiologi



4



2.5 Manifestasi Klinis



7



2.6 Pemeriksaan Penunjang



7



2.7 Penatalaksanaan



9



2.8 Komplikasi



10



BAB III KONSEP KEPERAWATAN



17



3.1 Pengkajian



17



3.2 Analisis data



19



3.3 Diagnosa keperawatan



20



3.4 Intervensi keperawatan



20



3.5 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan



21



BAB IV ASUHAN KEPERAWATAN



22



4.1 Kasus



22



4.2 Pengkajian



22



4.3 Analisis data



38



4.4 Diagnosa keperawatan



39



4.5 Intervensi keperawatan



40



4.6 Implementasi dan evaluasi keperawatan



41



BAB V PENUTUP



44



5.1 Kesimpulan



44



5.2 Saran



44



ii



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Osteoartritis merupakan salah satu penyakit degeneratif dan bersifat progresif. Penyakit ini sangat sering dijumpai pada pasien dengan usia di atas 50 tahun. Gambaran radiologis osteoartritis di Indonesia cukup tinggi, mencapai 15,5% pada pria dan 12,7% pada wanita. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 hasil dari wawancara pada usia ≥ 15 tahun rata-rata prevalensi penyakit sendi/rematik sebesar 24,7%. Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan provinsi dengan prevalensi OA tertinggi yaitu sekitar 33,1% dan provinsi dangan prevalensi terendah adalah Riau yaitu sekitar 9% sedangkan di Jawa Timur angka 2 prevalensinya cukup tinggi yaitu sekitar 27% (Riskesdas, 2013). 56, 7% pasien di poliklinik Reumatologi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta didiagnosis menderita osteoartritis Gangguan fungsional akan sangat memberatkan penderita osteoartritis, dimana penderita mengalami kesulitan pada saat bangkit dari duduk, jongkok, berdiri, ataupun berjalan, naik-turun tangga, dan berbagai aktivitas yang membebani lutut. Sesuai dengan skenario, seorang seorang perempuan 60 berobat dengan keluhan nyeri pada kedua lutut sejak 5 tahun yang lalu.Perempuan tersebut diduga mengalami osteoartritis. Maka dari itu, untuk mengetahui secara lengkap dan jelas, penulis akan membahas tentang osteoartritis mulai dari anamnesis, pemeriksaan fisik, diagnosis dan lain sebagainya. Permasalahan yang muncul pada pasien diantaranya yaitu gejala - gejala utama adanya nyeri pada sendi yang terkena, terutama waktu bergerak.Umumnya timbul secara perlahan-lahan, mula-mula rasa kaku, kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang saat istirahat. Terdapat hambatan pada pergerakan sendi, kaku pagi , krepitasi, pembesaran sendi, dan perubahan gaya berjalan. Peran perawat pada pasien dengan osteoartrithis mampu membuat asuhan keperawatan secara teori ( pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi ), tinjuan kasus dan pembahasan kasus.



3



1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana



konsep



penyakit



pada



gangguan



system



musculoskeletal



(Osteoartritis) 2. Bagaiamana konsep keperawatan pada gangguan system musculoskeletal (Osteoartritis) 3. Bagaimana melakukan asuhan keperawatan dengan gangguan system musculoskeletal (Osteoartritis). 1.3 Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Untuk memperoleh gambaran dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien Osteoarthitis dengan menggunakan metode proses keperawatan. 2. Tujuan Khusus a. Mampu membuat pengkajian keperawatan pada klien dengan osteoarthitis. b. Mampu membuat diagnosa keperawatan berdasarkan kasus tersebut. c. Mampu membuat rencana keperawatan berdasarkan teori keperawatan. d. Mampu



melaksanakan



tindakan



keperawatan



pada



pasien



dengan



osteoartritis. e. Mampu mengevaluasi asuhan keperawatan pada pasien dengan osteoartritis.



4



BAB II PEMBAHASAN 2.1 Defenisi Osteoarthritis (OA) Osteoarthritis menurut American College of Rheumatology merupakan sekelompok kondisi heterogen yang mengarah kepada tanda dan gejala sendi. Osteoarthritis (OA) merupakan gangguan dari persendian diatrodial yang dicirikan oleh fragmentasi dan terbelah-belahnya kertilago persendian. Lesi permukaan itu disusul oleh proses pemusnahan kartilago secara progresif. Melalui sela-sela yang timbul akibat proses degenerasi fibrilar pada kartilago, cairan synovial dipenetrasikan ke dalam tulang dibawah lapisan kartilago, yang akan menghasilkan kista-kista. Kartilago yang sudah hancur mengakibatkan sela persendian menjadi sempit.Bereaksi terhadap lesi kartilago dengan pembentukan tulang baru (osteofit) yang menonjol ke tepi persendian. Osteoarthrosis atau osteoarthritis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif yang berkaitan dengan kerusakan kartilago sendi.Vertebra, panggul, lutut, dan pergelangan kaki paling sering terkena OA. Osteoartritis merupakan kelainan sendi non inflamasi yang mengenai sendisendi penumpu berat badan dengan gambaran patologis yang berupa memburuknya tulang rawan sendi, yang merupakan hasil akhir dari perubahan biokimiawi, metabolisme fisiologis maupaun patologis yang terjadi pada persendian. 2.2 Etiologi Osteoartritis terjadi akibat kondrosit (sel pembentuk proteoglikan dan kolagen pada rawan sendi) gagal dalam memelihara keseimbangan antara degradasi dan sintesis matriks ekstraseluler, sehingga terjadi perubahan diameter dan orientasi serat kolagen yang mengubah biomekanik dari tulang rawan, yang menjadikan tulang rawan sendi kehilangan sifat kompresibilitasnya yang unik.Selain kondrosit, sinoviosit juga berperan pada patogenesis OA, terutama setelah terjadi sinovitis, yang menyebabkan nyeri dan perasaan tidak nyaman. Sinoviosit yang mengalami peradangan akan menghasilkan Matrix Metalloproteinases (MMPs) dan berbagai sitokin yang akan dilepaskan ke dalam rongga sendi dan merusak matriksrawan sendi serta mengaktifkan kondrosit. Pada akhirnya tulang subkondral juga akan ikut



5



berperan, dimana osteoblas akan terangsang dan menghasilkan enzim proteolitik. (Pratiwi, 2015) Faktor-faktor yang telah diteliti sebagai faktor risiko OA lutut antara lain usia lebih dari 50 tahun, jenis kelamin perempuan,ras / etnis, genetik, kebiasaan merokok, konsumsi vitamin D, obesitas, osteoporosis, diabetes- mellitus, hipertensi, hiperurisemi, histerektomi, menisektomi, riwayat trauma lutut, kelainan anatomis, kebiasaan bekerja dengan beban berat, aktivitas fisik berat dan kebiasaan olah raga. Peran dari hormon seks pada perkembangan osteoartritis telah diperkirakan berdasarkan



peningkatan



angka



osteoartritis



selama



atau



segera



setelah



menopause.Osteoarthritis juga bisa terjadi akibat komplikasi dari penyakit lain seperti gout, rheumatoid arthritis, dan sebagainya. (Pratiwi, 2015) 2.3 Manifestasi Klinis Menurut (Kowalak, 2012)tanda dan gejala yang dialami,antara lain : 1. Rasa nyeri pada sendi.Merupakan gambaran primer pada osteoartritis. Disebabkan oleh adanya inflamasi sinovial, peregangan kapsula dan ligamen, iritasi/tekanan pada ujung-ujung saraf dan spasme otot. Nyeri akan bertambah apabila sedang melakukan suatu kegiatan fisik, bergerak atau menanggung beban dan akan hilang apabila penderita beristirahat. 2. Kekakuan sendi terutama di pagi hari dan sesudah melakukan latihan. 3. Keterbatasan gerak akibat rasa nyeri dan kekakuan sendi. 4. Pembengkakan sendi.Pembengkakan sendi merupakan reaksi peradangan karena pengumpulan cairan dalam ruang sendi biasanya teraba panas tanpa adanya kemerahan. Bisa juga terjadi karena adanya tekanan pada tulang dan gangguan pertumbuhan tulang. 5. Krepitasi atau bunyi berderik pada sendi selama melakukan gerakan. Bunyi ini timbul akibat kerusakan kartilago. 6. Nodus Herbeden (pembesaran tulang pada ujung distal sendi interfalangeal) 7. Perubahan cara berjalan akibat kontraktur yang disebabkan oleh kompensasi berlebihan otot yang menyangga sendi tersebut.



6



2.4 Patofisiologi Pada Osteoarthritis terjadi perubahan-perubahan metabolisme tulang rawan sendi.Perubahan tersebut berupa peningkatan aktifitas enzim-enzim yang merusak makromolekul matriks tulang rawan sendi, disertai penurunan sintesis proteoglikan dan kolagen. Hal ini menyebabkan penurunan kadar proteoglikan, perubahan sifatsifat kolagen dan berkurangnya kadar air tulang rawan sendi. Pada proses degenerasi dari kartilago artikularmenghasilkan suatu substansi atau zat yang dapat menimbulkan suatu reaksi inflamasi yang merangsang makrofag untuk menhasilkan IL-1 yang akan meningkatkan enzim proteolitik untuk degradasi matriks ekstraseluler. Perubahan dari proteoglikan menyebabkan tingginya resistensi dari tulang rawan untuk menahan kekuatan tekanan dari sendi Penurunan kekuatan dari tulang rawan disertai degradasi kolagen memberikan tekanan yang berlebihan pada serabut saraf dan tentu saja menimbulkankerusakanmekanik. Kondrosit sendiri akan mengalami kerusakan. Selanjutnya akan terjadi perubahan komposisi molekuler dan matriks rawan sendi, yang diikuti oleh kelainan fungsi matriks rawan sendi. Pada tepi sendi akan timbul respons terhadap tulang rawan yang rusak dengan pembentukan osteofit. Pembentukan tulang baru (osteofit) dianggap suatu usaha untuk memperbaiki dan membentuk kembali persendian.Dengan menambah luas permukaan sendi yang dapat menerima beban, osteofit diharapkan dapat memperbaiki perubahan-perubahan awal tulang rawan sendi pada Osteoarthritis. Lesi akan meluas dari pinggir sendi sepanjang garis permukaan sendi. Adanya pengikisan yang progresif menyebabkan tulang yang dibawahnya juga ikut terlibat.Hilangnya tulang-tulang tersebut merupakan usaha untuk melindungi permukaan yang tidak terkena. Sehingga tulang subkondral merespon dengan meningkatkan selularitas dan invasi vaskular,akibatnya tulang menjadi tebal dan padat (eburnasi). Pada akhirnya rawan sendi menjadi aus, rusak dan menimbulkan gejala-gejala Osteoarthritis seperti nyeri sendi, kaku, dan deformitas. Patologik pada OA ditandai oleh kapsul sendi yang menebal dan mengalami fibrosis serta distorsi. Pada rawan sendi pasien OA juga terjadi proses peningkatan aktivitas fibrinogenik dan penurunan aktivitas fibrinolitik. Proses ini menyebabkan terjadinya



penumpukan



trombus



dan



7



komplek



lipid



pada



pembuluh.



darahsubkondral yang menyebabkan terjadinya iskemia dan nekrosis jaringan subkondral tersebut. Ini mengakibatkan dilepaskannya mediator kimiawi seperti prostaglandin dan interleukin yang selanjutnya menimbulkan bone angina lewat subkondral yang diketahui mengandung ujung saraf sensibel yang dapat menghantarkan rasa sakit. PATHWAY Usia, genetik, pekerjaan, kepadatan tulang



Kerusakan fokal tulang rawan, pembentukan tulang baru pada sendi yang progresif ↓ Integritas matrik, perbahan komponen sendi, kolagen, proteoglikan kartilago Kerusakan fokal tulang rawan, pembentukan tulang baru pada sendi yang progresif



Osteoartritis



Tulang rawan Iregularitas & pelunakan pada



tulang rawan dan sendi Pergeseran sendi atau adanya cairan yang viskosa



Kekakuan pada sendi besar atau pada jaringan tangan



↓ Membrane synovial Penebalan pada synovial berupa kista



Pembengkakan sendi Fibrosis kapsul, osteosit, iregularitas, permukaan sendi



Nyeri akut Hambatan mobilitas fisik



Kurang pengetahuan 8



Kerusakan tulang rawan Keontrsktur kapsul instabilitas sendi Deformitas sendi Perubahan bentuk tubuh pada tulang dan sendi Perubahan status kesehatan Kurangnya informasi kesehatan



2.5 Klasifikasi Menurut (Paramita, 2011)Berdasarkan penyebabnya, OA dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu: 1. Osteoartritis Primer (Idiopatik) a. Penuaan/umur Proses penuaan ada hubungan dengan perubahan-perubahan dalam fungsi kondrosit, menimbulkan perubahan pada komposisi rawan sendi yang mengarah pada perkembangan OA. b. Faktor metabolik/faktor endokrin Misalnya pada klien dengan gangguan endokrin



seperti



hiperparatiroid.



Hubungan



antara



estrogen



dan



pembentukan tulang dan prevalensi OA pada wanita menunjukkan bahwa hormon punya peranan penting dalam progesivitas OA. c. Genetik/keturunan.Terjadi karena penurunan sintesi kolagen. Bisa juga karena adanya kelainan genetik dan perkembangan seperti dysplasia epifisial, dysplasia acetabuler, penyakit Legg-Calve-Perthes, dislokasi sendi panggul bawaan dan slipped epiphysis. Wanita pasca menopause dalam keluarga yang sama ternyata memiliki tipe OA pada tangan yang ditandai dengan rimbulnya nodus pada sendi interfalang distal dan sendi interfalang proksimal tangan (Nodus Herbeden). d. Faktor mekanis. Terjadi karena penekanan yang berulang pada sendi. faktor ini menyebabkan erosi kartilago sendi sehingga tulang yang ada dibawahnya tidak terlindungi. e. Faktor kimiawi.Terjadi karena stimulasi obat-obatan yang mengstimulasi enzim yang mencerna kolagen dalam membran sinovial seperti preparat steroid. 2. Osteoartritis Sekunder a. Trauma (penyebab paling sering) Kegiatan fisik yang dapat menyebabkan osteoartritis adalah trauma yang menimbulkan kerusakan pada integritas struktur dan biomekanik sendi tersebut, terutama terjadi akibat fraktur, post menisektomi, tungkai bawah yang tidak sama panjang, hipermobilitas dan instabilitas sendi, tidak sejajar dan serasinya permukaan sendi.



9



b. Deformitas kongenital Pada akromegali karena pengaruh hormon pertumbuhan, maka rawan sendi akan menyebabkan sendi menjadi tidak stabil/seimbang sehingga mempercepat proses degenerasi c. Obesitas/kegemukan Faktor kegemukan akan menambah beban pada sendi penopang berat badan, sebaliknya nyeri atau cacat yang disebabkan oleh osteoartritis mengakibatkan seseorang menjadi tidak aktif dan dapat menambah kegemukan. 2.6 Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Pada (Santosa, 2018),Penegakkan diagnosa OA, didasarkan pada keluhan klinis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Keluhan klinis primer yang biasa dikeluhkan adalah adanya nyeri sendi, kekakuan dan keterbatasan gerak. 1. Pemeriksaan Fisik a. Inspeksi Terdapat asimetrisitas, pembesaran sendi yang mengalami peradangan, dilihat ada tidaknya kemerahan di area sendi tersebut. Adanya nodus Herbeden b. Palpasi Didapatkan nyeri tekan dan dirasakan panas.Ditemukan juga adanya krepitasi, dimana terdengar suara gemeretak “kretek-kretek” seperti suara krupuk yang diremukkan. 2. Pemeriksaan Penunjang a. Pemeriksaan Radiologi Diagnosis OA selain dari gambaran klinis, juga dapat ditegakkan dengan gambaran radiologis. Gambaran radiografi sendi yang menyokong diagnosis OA, ialah: a. Penyempitan celah sendi yang seringkali asimetris (lebih berat pada daerah yang menanggung beban). b. Peningkatan densitas (sclerosis) tulang subkondral. c. Kista tulang



10



d. Osteofit pada pinggir sendi. Perubahan struktur anatomi sendi Berdasarkan perubahan-perubahan radiologis diatas, secara radiografi OA dapat digradasi menjadi ringan sampai berat; yaitu menurut Kellgren dan Lawrence.Harus diingat bahwa pada awal penyakit, seringkali radiografi sendi masih normal. b. Pemeriksaan Laboratorium Hasil pemeriksaan laboratorium pada OA, biasanya tidak banyak berguna.



Pemeriksaan



laboratorium



akan



membantu



dalam



mengidentifikasi penyebab pokok pada OA sekunder. Darah tepi (hemoglobin, leukosit, laju endap darah) dalam batas normal kecuali OA generalisata



yang



harus



dibedakan



dengan



arthritis



peradangan.Pemeriksaan imunologi (ANA, faktor rhematoid dan komplemen) juga normal.Pada OA yang disertai peradangan, mungkin didapatkan penurunan viskositas, pleositosis ringan sampai sedang, peningkatan ringan sel peradangan. c. Pemeriksaan Maker Beberapa marker molekuler dari rawan sendi dapat digunakan dalam diagnosis, prognostik dan monitor penyakit sendi seperti RA dan OA dan dapat digunakan pula mengidentifikasi mekanisme penyakit pada tingkat molekuler. Marker yang dapat digunakan sebagai uji diagnostik pada OA antara lain: Keratan sulfat, Konsentrasi fragmen agrekan, fragmen COMP (cartilage alogometric matrix protein), metaloproteinase matriks dan inhibitornya dalam cairan sendi. Keratan sulfat dalam serum dapat digunakan untuk uji diagnostik pada OA generalisata.Marker sering pula digunakan



untuk



menentukan



beratnya



penyakit,



yaitu



dalam



menentukan derajat penyakit.Selain sebagai uji diagnostik marker dapat digunakan pula sebagai marker prognostik untuk membuat prediksi kemungkinan memburuknya penyakit. Pada OA maka hialuronan serum dapat digunakan untuk membuat prediksi pada pasien OA lutut akan terjadinya progresivitas OA dalam 5 tahun. Peningkatan COMP serum dapat membuat prediksi terhadap



11



progresivitas penggunaan untuk petanda lainnya maka marker untuk prognostik ini masih diteliti lagi secara prospektif dan longitudinal dengan jumlah pasien yang lebih besar. Marker dapat digunakan pula untuk membuat prediksi terhadap respons pengobatan. Pada OA maka analisa dari fragmen matriks rawan sendi yang dilepaskan dan yang masih tertinggal dalam rawan sendi mungkin dapat memberikan informasi penting dari perangai proses metabolik atau peranan dari protease. Sebagai contoh maka fragmen agrekan yang dilepaskan dalam cairan tubuh dan yang masih tertinggal dalam matriks, sangatlah konsisten dengan aktivitas 2 enzim proteolitik yang berbeda fungsinya terhadap matriks rawan sendi pada OA.Enzim tersebut ialah strolielisin dan agrekanase.Penelitian penggunaan marker ini sedang dikembangkan. 2.7 Penatalaksanaan Tujuan penatalaksanaan pasien dengan osteoarthritis adalah: 1. Meredakan nyeri. 2. Mengoptimalkan fungsi sendi. 3. Mengurangi ketergantungan kepada orang lain dan meningkatkan kualitas hidup. 4. Menghambat progresivitas penyakit. 5. Mencegah terjadinya komplikasi Penatalaksanaan OA pada pasien berdasarkan atas distribusinya (sendi mana yang terkena) dan berat ringannya sendi yang terkena. Pengelolaannya terdiri dari 3 hal: 1. Nonfarmakologi : a. Klien dianjurkan untuk menjaga BB yang ideal untuk mengurangi tekanan atau beban pada sendi dengan olahraga yang teratur, diet. b. Klien perlu menjaga keseimbangan antara istirahat, bekerja dan berolahraga c. Klien dapat menggunakan alat bantu berupa kruk, korset, tongkat penipang, walker ataupun traksi untuk menstabilkan sendi dan mengurangi tekanan pada sendi.



12



d. Fisioterapi Fisioterapi berperan penting pada penatalaksanaan osteoartritis, yang meliputi pemakaian panas dan dingin dan program latihan yang tepat. Program latihan bertujuan untuk memperbaiki gerak sendi dan memperkuat



otot



yang



biasanya



atrofi



pada



sekitar



sendi



osteoartritis.Latihan isometrik lebih baik daripada isotonik karena mengurangi tegangan pada sendi.Atrofi rawan sendi dan tulang yang timbul pada tungkai yang lumpuh timbul karena berkurangnya beban ke sendi oleh karena kontraksi otot.Oleh karena otot-otot periartikular memegang peran penting terhadap perlindungan rawan senadi dari beban, maka penguatan otot-otot tersebut adalah penting. e. Terapi panas atau dingin Terapi panas digunakan untuk mengurangi rasa sakit, membuat otot-otot sekitar sendi menjadi rileks dan melancarkan peredaran darah.Terapi panas dapat diperoleh dari kompres dengan air hangat / panas, sinar IR (infra merah) dan alat-alat terapi lainnya.Terapi dingin digunakan untuk mengurangi bengkak pada sendi dan mengurangi rasa sakit.Terapi dingin biasanya dipakai saat kondisi masih akut.Dapat diperoleh dengan kompres dengan air dingin. Dukungan psikososial f. Dukungan psikososial diperlukan pasien osteoartritis oleh karena sifat penyakitnya yang menahun dan ketidakmampuan yang ditimbulkannya. Disatu pihak pasien ingin menyembunyikan ketidakmampuannya, dipihak lain dia ingin orang lain turut memikirkan penyakitnya. Pasien osteoartritis sering kali keberatan untuk memakai alat-alat pembantu karena faktor-faktor psikologis. (Kowalak, 2012) 2. Medikamentosa Berikut nama-nama obat yang umumnya diberikan pada pasien dengan OA a. Acetaminophen/Ibuprofen/Aspirin Merupakan obat pertama yang direkomendasikan oleh dokter karena relatif aman dan efektif untuk mengurangi rasa sakit.Aspirin dan Ibuprofen dapat membantu dalam mengontrol sinovitis.



13



b. NSAIDs (nonsteroidal anti inflammatory drugs) Dapat mengatasi rasa sakit dan peradangan pada sendi. Pada orang tua biasanya menimbulkan efek samping, misalnya gangguan pada lambung c. Suplemen sendi/cairan sendi artificial Suplemen sendi seperti Glukosamin dan Chondroitin, masing-masing memiliki fungsi yaitu: 1) Glukosamine adalah bahan pembentukan proteoglycan, bekerja dengan merangsang pertumbuhan tulang rawan, serta menghambat perusakan tulang rawan. 2) Chondroitin Sulfat berguna untuk merangsang pertumbuhan tulang rawan dan menghambat perusakan tulang rawan. Cairan sendi ini dapat juga membantu meredakan nyeri dan diberikan sementara dengan jangka waktu 6 bulan.(Kowalak, 2012) 3. Pembedahan Operasi perlu dipertimbangkan pada pasien dengan osteoartritis dengan kerusakan sendi yang nyata/klien yang mengalami disabilitas yang berat, dengan nyeri yang menetap/tidak terkontrol. Tindakan yang dapat dilakukan antara lain: a. Osteotomi Yaitu



tindakan



pengubahan



alignment/kesejajaran



tulang



untuk



mengurangi tekanan dengan melakukan eksisi baji pada tulang atau memotong tulang tersebut. b. Artroskopi debridement Merupakan suatu prosedur tindakan untuk diagnosis dan terapi pada kelainan sendi dengan menggunakan kamera, dengan alat ini dokter melakukan pembersihan dan pencucian sendi, selain itu dokter dapat melihat



kelainan



pada



sendi



yang



lain



dan



langsung



dapat



memperbaikinya. c. Artroplasti Yaitu penggantian partial atau total bagian sendi yang rusak dengan protesis.



14



d. Artrodesis Yaitu operasi penyatuan tulang terutama tulang-tulang vertebra (laminatokmi). e. Osteoplasti Yaitu pengerokan dan pencucian tulang yang rusak dari dalam sendi. (Price, 2013) 2.8 Pencegahan Osteoartritis dapat dicegah dengan beberapa hal berikut: a. Menjaga berat badan b. Olahraga yang tidak banyak menggunakan persendian c.



Aktifitas olahraga sesuai kebutuhan



d. Jaga keseimbangan antara olahraga, bekerja dan istirahat e. Menghindari perlukaan pada persendian. f. Minum suplemen sendi g. Mengkonsumsi makanan sehat h. Memilih alas kaki yang tepat dan nyaman i. Lakukan relaksasi dengan berbagai teknik j.



Hindari gerakan yang meregangkan sendi jari tangan.



k.



Jika ada deformitas pada lutut, misalnya kaki berbentuk O, jangan dibiarkan. Hal tersebut akan menyebabkan tekanan yang tidak merata pada semua permukaan tulang. (Smeltzer, 2002)



15



BAB III KONSEP KEPERAWATAN 3.1 Pengkajian Pengkajian merupakan proses pengumpulan data secara sistematis yang bertujuan untuk menentukan status kesehatan dan fungsional dan untuk menentukan pola respon pasien. Hal-hal yang perlu dikaji meliputi : 1. Anamnesis Pengkajian dengan melakukan anamnesis atau wawancara untuk menggali masalah keperawatan lainnya yang dilaksanakan perawat adalah mengkaji riwayat kesehatan pasien. Perawat memeroleh data subjektif dari pasien mengenai masalahnya dan bagimana penangan yang sudah dilakukan. Persepsi dan harapan pasien sehubungan dengan masalah kesehatan dapat memengaruhi perbaikan kesehatan. a. Informasi Biografi Informasi biografi meliputi nama, umur, alamat, jenis kelamin, status pekerjaan, status perkawinan, nama anggota keluarga terdekat atau orang terdekat lainnya, agama, dan sumber asuransi kesehatan b. Keluhan Utama Pengkajian anamnesis keluhan utama didapat dengan menanyakan tentang gangguan terpenting yang dirasakan pasien sampai perlu pertolongan c. Riwayat kesehatan Riwayat kesehatan termasuk alasan untuk mencari perawatan kesehatan dan pengkajian riwayat kesehatan masa lampau dan saat ini. 1) Riwayat kesehatan saat ini Riwayat penyakit sekarang merupakan serangkaian wawancara yang dilakukan perawat untuk menggali permasalah pasien dari timbulnya keluhan utama pada saat pengkajian. Misalnya, sejak kapan keluhan dirasakan, berapa lama dan berapa x keluhan tersebut terjadi, bagaimana sifat dan hebatnya keluhan, di mana pertama x keluhan timbul apa yang sedang dilakukan ketika keluhan ini terjadi, keadaan apa yang memperberat atau memperingan keluhan, usaha mengatasi 16



keluhan ini sebelum meminta pertolongan, serta berhasil atau tidaknya usaha tersebut, dan sebagainya Pertanyaan tentang penggunaan obat-obatan yang telah digunakan oleh pasien perlu mendapat perhatian dengan tujuan mencegah perawat dalam melakukan pemberian obat yang tidak rasional dan memungkinkan memberi. 2) Perawat menanyakan tentang penyakit-penyakit yang pernah dialami sebelumnya. Hal-hal yang perlu dikaji meliputi: a) Pengobatan yang lalu dan riwayat alergi. Ada beberapa obat yang diminum oleh pasien pada masa lalu yang masih relevan, seperti pemakaian obat kortikosteroid. Catat adanya efek samping yang terjadi di masa lalu. Selain itu juga harus menanyakan alergi obat dan reaksi alergi seperti apa yang timbul. b) Riwayat keluarga Perawat menanyakan tentang penyakit yang pernah dialami oleh keluarga. Apabila ada anggota keluarga yang meninggal, maka penyebab kematian juga ditanyakan. Hal ini ditanyakan karena banyak penyakit menurun dalam keluarga c) Riwayat pekerjaan dan kebiasaan Perawat menanyakan situasi tempat bekerja dan lingkungannya. Seperti kebiasaan sosial dan kebiasaan yang memengaruhi kesehatan d) Status perkawinan dan kondisi kehidupan Tanyakan mengenai status perkawinan pasien dan tanyakan dengan hati hati menganai kepuasan dari kehidupannya yang sekarang. Tanyakan mengenai kondisi kesehatan pasangannya dan setiap anak-anaknya 2. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik dengan pendekatan per sistem dimulai dari kepala ke ujung kaki dapat lebih mudah dilakukan pada kondisi klinik. Pada pemeriksaan fisik diperlukan empat modalitas dasar yang digunakan meliputi, inspeksi. Perawat



17



menginspeksi bagian tubuh untuk mendeteksi karakteristik normal atau tanda fisik yang signifikan Kedua adalah palpasi, dalam melakukan palpasi menggunakankedua tangan untuk menyentuh bagian tubuh untuk membuat suatu pengukuran sensitive terhadap tanda khusus fisik. Selanjutnya perkusi, perkusi merupakan teknik pemeriksaan fisik dengan melibatkan pengetukan tubuh dengan ujung-ujung jari guna mengevaluasi ukuran, batasan dan konsistensi organ-organ tubuh yang bertujuan untuk menemukan adanya cairan di dalam rongga tubuh. Keempat auskultasi, teknik ini adalah teknik pemeriksaan fisik dengan mendengarkan bunyi yang dihasilkan tubuh. Setelah pemeriksaan fisik terdapat pemeriksaan tambahan mengenai pengukuran tinggi badan dan berat badan untuk mengkaji tingkat kesehatan umum seseorang dan pengukuran tanda-tanda vital (tekanan darah, suhu, respirasi, nadi) 3. Pemeriksaan diagnostic Data penunjang berisi berisi hsil Laboratorim, radiologi, EKG, USG, CT- Scan, dan lain-lain. Beberapa aspek yang harus diperhatikan perawat dalam mengkaji nyeri antara lain: a. Penentuan ada tidaknya nyeri Hal terpenting yang dilakukan perawat ketika mengkaji adanya nyeri adalah penentuan ada tidaknya nyeri pada pasien. b. Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri diantaranya usia, jenis kelamin, kebudayaan, makna nyeri, perhatian, ansietas, keletihan, pengalaman sebelumnya, gaya koping, dukungan keluarga dan social c. Ekspresi nyeri Amati cara verbal dan nonverbal pasien dalam mengekspresikan nyeri yang dirasakan. Meringis dan memegang salah satu bagian tubuh, merupakan contoh ekspresi nyeri secara non verbal d. Karakteristik nyeri Karakteristik nyeri dikaji dengan istilah PQRST sebagai berikut : 1) P (provokatif atau paliatif) merupakan data dari penyebab atau sumber nyeri, pertanyaan yang ditujukan pada pasien berupa: a) Apa yang menyebabkan gejala nyeri ?



18



b) Apa saja yang mampu mengurangi ataupun memperberat nyeri? c) Apa yang anda lakukan ketika nyeri pertama x dirasakan ? 2) Q (kualitas atau kuantitas) merupakan data yang menyebutkan seperti apa nyeri yang dirasakan pasien, pertanyaan yang dapat berupa : a) Dari segi kualitas, bagaimana gejala nyeri yang dirasakan ? b) Dari segi kuantitas, sejauh mana nyeri yang dirasakan pasien sekarang dengan c) Nyeri



yang



dirasakan



sebelumnya.



Apakah



nyeri



hingga



mengganggu aktifitas ? 3) R (regional atau area yang terpapar nyeri atau radiasi) merupakan data mengenai dimana lokasi nyeri yang dirasakan pasien, pertanyaan yang ditujukan pada pasien dapat berupa : a) Dimana gejala nyeri terasa ? b) Apakah nyeri dirasakan menyebar atau merambat ? 4) S (skala) merupakan data mengenai seberapa parah nyeri yang dirasakan pasien, pertanyaan yang ditujukan pada pasien dapat berupa : a) Seberapa parah nyeri yang dirasakan pasien jika diberi rentang angka 1-10 ? 5) T (timing atau waktu) merupakan data mengenai kapan nyeri dirasakan, pertanyaan yang ditujukan kepada pasien dapat berupa : a) Kapan gejala nyeri mulai dirasakan ? b) Seberapa sering nyeri terasa, apakah tiba-tiba atau bertahap ? c) Berapa lama nyeri berlangsung ? d) Apakah terjadi kekambuhan atau nyeri secara bertahap ? 3.2 Analisa Data Analisa



data



merupakan



suatu



kemampuan



untuk



mengkaitkan



serta



menghubungkan data dengan konsep dan prinsip yang relevan. Terdapat empat (4) cara untuk menganalisi data yaitu: Memvalidasi data dan Observasi , Mengenali Pola atau Pengelompokan, Membuat kesimpulan.Kesimpulan: Analisis data bertujuan untuk membuat kesimpulan dalam menentukan masalah kesehatan pasien sehingga membantu perawat dalam menentukan diagnosa keperawatan. Dalam



19



analisis data perawat juga berpikir kritis untuk memeriksa setiap informasi dari data-data yang telah di terkumpul. 3.3 Diagnosa Keperawatan Diagnosis keperawatan merupakan suatu proses penilaian klinis mengenai respon klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang berlangsung actual maupun potensial. Diagnosis prioritas yang diambil adalah nyeri kronis. Nyeri kronis merupakan pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual maupun fungsional dengan waktu yang mendadak atau lambat dengan intensitas ringan hingga berat dan konstan yang berlangsung selama lebih dari 3 bulan. Diagnosis keperawatan yang dapat ditemukan pada osteoarthritis adalah nyeri kronis berhubungan dengan kondisi musculoskeletal kronis, gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot, gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan fungsi tubuh, defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi, risiko cedera berhubungan dengan perubahan fungsi psikomotor



3.4 Intervensi Keperawatan Perencanaan atau intervensi merupakan langkah berikutnya dalam proses keperawatan. Pada langkah ini, perawat menentapkan tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan bagi pasien dan merencanakan intervensi keperawatan. Pernyataan tersebut diketahui bahwa dalam membuat perencanaan perlu mempertimbangkan tujuan, kriteria yang diperkirakan atau diharapkan dan intervensi keperawatan Tujuan dan intervensi keperawatan osteoarthritis dengan nyeri kronis dijelaskan seperti pada tabel berikut : Diagnosis Keperawatan Nyeri kronis berhubungan dengan inflamasi sendi ditandai dengan tampak meringis, gelisah, tidak mampu menuntaskan aktivitas



Tujuan dan Kriteria Hasil



Intervensi



Setelah di lakukan intervensi keperawatan selama ... x 24 jam diharapkan tingkat nyeri dapat menurun dengan kriteria hasil : a. Keluhan nyeri



Intervensi utama Manajemen nyeri : 1. Identifikasi lokasi, karekteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan intensitas nyeri 2. Identifikasi faktor



20



yang memperberat dan memperingan menurun nyeri b. meringis menurun 3.Identifikasipengaruh nyeri c. frekuensi nadi pada kualitas hidup membaik 4. Berikan Teknik non d. Pola tidur membaik farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (pemberian boreh jahe)



3.5 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Implementasi



keperawatan



merupakan



sebuah



fase



dimana



perawat



melaksanakan rencana atau intervensi yang sudah dilaksanakan sebelumnya. Berdasarkan terminologi SIKI, implementasi terdiri atas melakukan dan mendokumentasikan yang merupakan tindakan khusus yang digunakan untuk melaksanakan intervensi. Evaluasi keperawatanadalah fase kelima dan terakhir dalam suatu proses keperawatan. Proses evaluasi dalam asuhan keperawatan didokumentasikan dalam SOAP Evaluasi keperawatan terhadap pasien dengan masalah nyeri dilakukan dengan menilai kemampuan pasien dalam merespon rangsangan nyeri diantaranya : 1. Pasien melaporkan adanya penurunan rasa nyeri 2. Meningkatkan kemampuan fungsi fisik dan psikologis yang dimiliki pasien 3. Mampu melakukan teknik penanganan nyeri non farmakologis 4. Mampu menggunakan terapi yang diberikan untuk mengurangi nyeri



BAB IV ASUHAN KEPERAWATAN 21



Tinjauan kasus Tn.S umue 69 tahun datang ke rumah sakit Stikes Nani Makassar tanggal 20 maret 2021 diantar oleh anaknya. Pasien datang dengan keluhan nyeri pada kedua lutut yang semakin memberat, menurut keluarga pasien sebagian ADL pasien di bantu karena nyeri yang di rasakan. Saat pengkajian yang di lakukan di ruang perawatan pasien nampak berbaring dan sesekali memegangi lututnya. Pasien juga mengatakan tidak mengetahui penyakitnya dn baru kali ini ke RS. Dari hasil pemeriksaan, TD : 110/90 mmHg, N: 88x/menit, S: 36,70C, RR= 20x/menit. 3.1 Pengkajian 1. Identitas diri klien 1) Nama



: Tn. S



2) Usia



: 69 Tahun



3) Jenis Kelamin



: Laki-laki



4) Agama



: Islam



5) Suku Bangsa



: Makassar, Indonesia



6) Pendidikan Terakhir



: Petani



7) Diagnosa Medis



: Osteoartritis



8) Alamat



: Jl. Perintis Kemerdekan VIII



Identitas Keluarga / Penanggung Jawab 1) Nama



: Tn. A



2) Alamat



: Jl. Perintis Kemerdekaan VIII



3) No. Telepon



: 0823 4563 4423



4) Hubungan dengan Klien



: Anak Menantu



2. Riwayat Pekerjaan dan Status Ekonomi a. Pekerjaan saat ini Status pekerjaan saat ini adalah tidak bekerja dan hanya tinggal di rumah kadang membantu anaknya membersihkan halaman rumah. b. Pekerjaan sebelumnya Pekerjaan klien sebelumnya sebagai petani. c. Sumber pendapatan



22



Tn. S mengatakan sumber pendapatan saat ini yaitu uang yang biasa di berikan oleh anak-anaknya yang bekerja di sebuah perusahaan swasta. d. Kecukupan pendapatan Tn. S mengatakan uang yang diterima dari anaknya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup Tn. S. 3. Riwayat keluarga Pasien dalam kehidupan berkeluarga menikah satu kali, klien memiliki 4 anak. Istrinya sudah meninggal dan keempat anak pasien tinggal di makassar, pasien. Pasien tinggal bersama anak ke tiganya. Genogram



69



?



655



56



Ket :



47



50



42



Perempuan



Garis Pernikahan



Laki-Laki



Garis Keturunan



Meninggal



?



?



tinggal serumah



Usia Tidak Diketahui



23



4. Lingkungan tempat tinggal Klien tinggal bersama anak ke- tiganya semenjam istrinya meninggal 2 tahun yang lalu, a. Tipe Tempat Tinggal



: Rumah Gedung/tembok



b. Jumlah Kamar



: 4 Buah Kamar



c. Jumlah Orang Yang Tinggal Di rumah



: 4 Orang (Tn. S, anak, menantu,



dan cucunya) d. Derajat Privasi



:-



5. Riwayat Kesehatan a. Status Kesehatan Saat Ini : 1) Keluhan utama dalam satu tahun terakhir : nyeri sendi pada lutut 2) Riwayat keluhan Status kesehatan umum selama setahun terakhir yaitu klien sering mengeluhkan nyeri pada sendi lutut kanan dan kiri.Klien merasa terganggu



dalam



aktifitas.



Lutut



bengkak



dan



memerah..Klien



mengatakan nyeri bertambah jika ditekuk lututnya dan terasa kaku bila bangun pagi hari P : Klien mengeluhkan nyeri pada kedua lutut kaki Q : seperti ditusuk-tusuk, mencengkeram dan kaku R : Bagian lulu kanan dan kiri S : skala nyeri 7 T : hilang timbul 3) Gejala Yang Dirasakan : Tn. S mengatakan nyeri yang dirasakan pada sendi lutut kanan dan kiri. terasa mengganggu saat aktifitas 4) Factor pencetus : Tn. S mengatakan keluhan dirasakan mendadak. 5) Timbulnya keluhan : Tn. S mengatakan merasakan timbulnya keluhan dimulai saat bangun tidur di pagi hari 6) Upaya mengatasi :



24



Tn. S mengatakan jika merasa nyeri, biasanya mengkonsumsi obat pereda nyeri. b. Riwayat Kesehatan Masa lalu 1) Riwayat penyakit yang pernah di derita : 5 tahun yang lalu pasien mengatakan memiliki riwayat penyakit jantung. 2) Riwayat Alergi : Tn. S mengatakan tidak ada riwayat alergi namun mengontrol makanannya. 3) Riwayat Kecelakaan : Tn. S mengatakan pernah terjatuh di kamar mandi namun sudah sangat lama 4) Riwayat Pernah di Rawat di RS : Tn. Smengatakan pernah di rawat sebelumnya dengan penyakit jantung. 5) Riwayat Pemakaian Obat : klien mengatakan selalu menyediakan obat pereda nyeri di rumah (mefenat acid) dan anti biotic (amoxilin) 6. Riwayat rekreasi a. Hobi Tn. S mengatakan hobi bercocok tanam dan memancing. b. Berpergian / wisata Tn. S mengatakan tidak pernah berlibur di tempat rekreasi. c. Keanggotaan organisasi Tn. S mengatakan pernah menjadi ketua kelompok tani di desa nya. 7. Pola Fungsional a. Persepsi kesehatan dan pola manajemen kesehatan 1) Persepsi kesehatan Pasien mengatakan selalu menjaga kesehatan dirinya namun iya tidak mengetahui tentang penyakit yang di deritanya dan baru kali ini ke rumah sakit. Pasien mengatakan baru pertama kali mendengar penyakit osteoartitis .



25



2) Merokok Tn. S mengatakan sudah berhenti merokok semenjak mengetahui dirinya menginap penyakit jantung.. 3) Minuman keras Tn S mengatakan tidak pernah meminum minuman keras 4) Ketergantungan terhadap obat Tn. S mengatakan tidak ada ketergantungan dengan obat. b. Nutrisi : Sebelum Sakit : Pasien mengatakan makan normal 3x1 sehari, minum sehari 1-2 liter. Selama Sakit : Pasien mengatakan makan normal 3x1 sehari, minum sehari 0-1 liter. c. Eliminasi : 1) BAK Sebelum Sakit : BAK normal tidak ada masalah. Selama Sakit : Pasien mengatakan BAK lancar 2) BAB Sebelum Sakit : BAB 1-2 x/ hari dengan konsistensi lunak berwarna kuning dan tidak ada keluhan yang di rasakan dalam BAB Selama sakit : BAB 1X/hari dan tidak ada masalah. 3) Personal Hygiene a) Mandi Tn. S mengatakan mandi 1 kali sehari yaitu pada pagi hari , Tn. S mengatakan mandi memakai sabun. b) Oral hygiene Tn. Smengatakan menggosol gigi 2 kali sehari yaitu pada pagi hari dan malam sebelum tidur, Tn. S mengatakan menggosok gigi menggunakan pasta gigi. c) Cuci rambut Tn. Smengatakan cuci rambut 1x dalam dua hari menggunaan shampo.



26



d) Kuku dan tangan Tn. Smengatakan gunting kuku 1x seminggu dan Tn S mengatakan mencuci tangan dengan sabun. d. Istirahat dan tidur : Tn. Smengatakan tidur malam pada jam 22.00 wita dan bangun jm 05.00 wita. e.



Pola aktifitas dan latihan Sebelum sakit : Pasien dapat beraktivitas sehari-hari tanpa bantuan klien berjalan dengan menggunakan bantuan alat bantu jalan yaitu tongkat. Selama sakit : pasien dibantu oleh keluarga karena keseulitan menggerakkan lututnya yang sakit Tabel : Aktivitas klien selama sakit No



Jenis Aktivitas



0



1



Makan







2



Minum







4



Toileting



5



Berpakaian



6



Berpindah



1



2



3



4



  



Keterangan : 0 : Dilakukan secara mandiri 1: Dilakukan dengan bantuan alat 2: dilakukan dengan bantuan keluarga 3: Dilakukan dengan bantu alat dan keluarga 4: Total ketergantungan 8. Pemeriksaan Fisik a. Keadaan Umum (TTV)



27



TD



: 110/ 90 mmHg



N



: 88 X/menit



RR



: 20 X/menit



S



: 36,50C



b. Berat Badan/Tinggi Badan Berat Badan



: 50 kg



Tinggi Badan



: 162 cm



c. Kepala dan Rambut Inspeksi



: Warna rambut putih, rambut pendek dan bersih, tidak adanya lesi dan udem di kepala.



Palpasi



: Tidak ada nyeri tekan



d. Mata Inspeksi



: Kongjungtiva anemis kiri dan kanan, tidak ada masalah pada



mata e. Telinga Inspeksi



: Telinga bersih.



Uji pendengaran : Pendengar baik, tidak ada gangguan fungsi pendengaran. f. Mulut , Gigi dan Bibir Inspeksi



: Mulut dan gigi kurang bersih, gigi tidak lengkap, bibir lembab dan nafas bau.



g. Dada Inspeksi



:Simetris kiri dan kanan, tidak ada jejas, tidak ada odema, frekuensi pernafasan 18x/menit, tidak ada terdengar suara nafas tambahan.



h. Abdomen Inspeksi



:Simetris kiri dan kanan, tidak ada luka berbekas operasi, tidak



ada tampak pembengkakan pada abdomen Auskultasi : bising usus (+) 15 kali/ menit Perkusi



:bunyi timpani



Palpasi



: tidak ada nyeri tekan.



i. Kulit



28



Inspeksi



: Warna kulit sawo matang, kulit lembab, bersih, keriput, tidak



ada luka lecet pada kulit. j. Ekstermitas Atas Inspeksi



: Ekstermitas atas lengkap.



Palpasi



: tidak ada nyeri tekan.



Reflex



: Kekuatan otot ekstremitas 5, tidak ada nyeri sendi saat



digerakan dan fungsi otot baik k. Ekstermitas Bawah Inspeksi



: Tn. S berjalan dibantu dengan menggunakan tongkat



Palpasi



: tidak ada edema.



Reflex



: kekuatan otot ekstermitas bawah 3 2, Fungsi otot baik, namun



sering sakit saat berjalan. 9. Pengkajian Khusus a. Fungsi Kognitif SPMSQ : Short Portable Mental Status Questionnaire (SPMSQ) Skor B



S



No



Pertanyaan



B



1



Tanggal berapa hari ini ?



B



2



Hari



apa



sekarang



Jawaban 30 ini



?



Selasa , 30 Maret



(hari,tanggal,bln) B



3



Apa nama tempat ini ?



Jl Perintis Kemerdekaan VIII



S



4



Berapa nomor telpon anda ?



B



5



Berapa umur anda ?



69



B



6



Kapan anda lahir ?



31/12/1960



B



7



Siapa presiden Indonesia sekarang ?



Jokowi



8



Siapa nama presiden sebelumnya ?



SBY



B



9



Siapa nama ibu anda ?



B



10



Kurangi 3 dari 20 dan tetap



S



pengurangan 3 dari setiap angka baru, semua secara menurun.



29



Tidak ada



Pia 17,14,11,8,5



8



2



Jumlah keseluruhan total



Kesalahan 2



Analisis Hasil : Pasien memiliki fungsi intelektual ringan dengan kesalahan 2 Penilaian SPMSQ 1) (1) Kesalahan 0-2



: Fungsi intelektual utuh



2) (2) Kesalahan 3-4



: Fungsi intelektual ringan



3) (3) Kesalahan 5-7



: Fungsi intelektual sedang



4) (4) Kesalahan 8-10



: Fungsi intelektual berat



b. Status Fungsional (Katz Indeks) : Aktifitas



No



1.



Mandiri



dikamar



mandi



(menggosok,



Mandiri (Nilai 1)



Tergantung ( Nilai 0)







membersikan dan mengeringkan badan)



2.



Menyiapkan



pakaian,



membuka,



dan







mengenakannya



3.



Memakan makanan yang telah disiapkan







4.



Memelihara kebersihan diri untuk penampilan







diri ( menyisir rambut, mencuci rambut, menggosok gigi, mencukur kumis)



5.



Buang air besar di WC (membersihkan dan







mengeringkan daerah bokong)



6.



Dapat mengontrol pengeluaran feses ( tinja)







7.



Buang







air



kecil



di



kamar



mandi



(membersihkan dan mengeringkan daerah kemaluan)



8.



Dapat mengontrol pengeluaran air kemih







9.



Berjalan dilingkungan tempat tinggal atau







keluar ruangan tanpa alat bantu, seperti tongkat



10.



Menjalankan



ibadah



sesuai



kepercayaan yang dianut



30



agama



dan







11.



Melakukan



pekerjaan



rumah



seperti







merapikan tempat tidur, mencuci pakaian, memasak dan membersihkan ruangan



12.







Berbelanja untuk kebutuhan sendiri atau kebutuhan keluarga



13.



dan







Menggunakan saran transportasi umum untuk







Mengelolah



keuangan



(menyimpan



menggunakan uang sendiri)



14.



berpergian



15.







Menyiapkan obat dan meminum obat sesuai dengan aturan ( takaran obat dan waktu minum obat



16.



Merencanakan dan mengambil keputusan untuk



kepentingan



penggunaan



uang,



keluarga aktifitas



dalam sosial







hal yang



dilakukan dan kebutuhan akan pelayanan kesehatan



17.







Melakukan aktifitas di waktu luang (kegiatan keagamaan, sosial, rekreasi, olahraga, dan menyalurkan hobi) JUMLAH POIN MANDIRI



9



Analisis Hasil : Klien tidak mandiri dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Penilaian KATZ : Point



: 13 – 17 : Mandiri



Point



: 0 – 12 : Ketergantungan



c. MMSE : Mini Mental State Wxam (MMSE) Nilai max



Pasien



Pertanyaan



Orientasi 5



3



(tahun)



(musim)



(tanggal) (bulan) (hari) 31



apa sekarang? 5



4



Dimana kita : (Negara) (Propinsi)



(Kota)



(Kelurahan) (RW) Registrasi 3



3



Nama 3 objek : 1 detik untuk



mengatakan



masing-masing. Kemudian klien



tanyakan



ketiga



objek



anda



telah



setelah



mengatakan. Beri 1 poin untuk



setiap



jawaban



yang benar. Kemudian ulangi



sampai



ia



mempelajari ketiganya. Jumlahkan



percobaan



dan catat. Contoh : 3 nama objek (kursi, meja, dan kertas) Perhatian dan kalkulasi 5



3



Meminta klien berhitung mulai



dari



100.



kemudian di kurangi 7 sampai 5 tingkat. Contoh : 100, 93, 86, 79, 72 Mengingat 3



3



Meminta



untuk



mengulangu ketiga objek di atas.



32



(Kursi, meja, kertas) Bahasa 2



2



Menayakan kepada klien tentang benda (sambil menunjuk



benda



tersebut) Contoh : 1. Jendela 2. Jam dinding 1



1



Meminta



klien



untuk



mengulangi kata berikut “tak ada jika, dan atau tetapi” Contoh klien menjawab dan atau tetapi 3



3



Minta



klien



untuk



mengikuti perintah yang terdiri dari 3 langkag ambil bolpoint di tangan anda,



ambil



kertas,



menulis saya mau tidur 1. Ambil bolpoint 2. Ambil kertas 3. Menulis…… 1



1



Perintahkan klien untuk hal berikut (bila aktivitas sesuai perintah nilai 1 point) “tutup mata anda” 1. klien tutup mata



1



1



Perintahkan pada klien untuk



33



menulis



satu



kalimat 1



0



Perintahkan pada klien untuk menyalin gambar



30



25



Nilai total



Analisa Hasil : Klien memiliki fungsi kognitif yang normal dengan skor 25 tidak memiliki gangguan kognitif Keterangan : 24-30



: Normal



17-23



: Probable (berpeluang) gangguan kognitif



0-16



: Definitif (pasti) gangguan kognitif



d. APGAR Keluarga : No



Items Penilaian



1.



A : Adaptasi Saya puas bahwa saya dapat kembali pada keluarga (teman-teman) saya untuk membantu pada waktu sesuatu menyusahkan saya P : Partnership Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya membicarakan sesuatu dengan saya dan mengungkapkan masalah saya. G : Growth Saya puas bahwa keluarga (temanteman) saya menerima & mendukung keinginan saya untuk melakukan aktifitas atau arah baru. A : Afek Saya puas dengan cara keluarga ( temanteman) saya mengekspresikan afek dan berespon terhadap emosi emosi saya, seperti marah, sedih atau mencintai. R : Resolve Saya puas dengan cara teman teman saya dan saya menyediakan waktu bersaam sama mengekspresikan afek



2.



3.



4.



5.



34



Selalu (2)



KadangKadang (1)























Tidak Pernah (0)



dan berespon. JUMLAH Hasil Analisis :



6



Disfungsi keluarga klien sedang dengan jumlah nilai 6 Penilaian : Nilai



: 0-3 Disfungsi keluarga sangat tinggi



Nilai



:4-6 disfungsi keluarga sedang



e. Skala Depresi : NO 1 2



Apakah bapak/ibu dalam satu mingguterakhir Merasa puas dengan kehidupan yang dijalani ?



Ya



Tidak







Banyak meninggalkan kesenagan / minat dan







aktivitas anda ?



3



Merasa bahwa kehidupan anda hampa ?







4



Sering merasa bosan ?







5



Penuh pengharapan akan masa depan ?







6



Mempunyai semangat yang baik setiap waktu ?







7



Diganggu oleh pikiran – pikiran yang tidak dapat diungkapan?







8



Merasa bahagia disebahagian besar waktu ?



9



Merasa takut sesuatu akan terjadi pada anda ?







10



Sering kali merasa tidak berdaya ?







11



Sering merasa gelisah dan gugup ?







12 13 14 15 16



Memilih tinggal dirumah dari pada pergi melakukan sesuatu yang bermanfaat ?











Sering kali merasakuatir akan masa depan ?







Merasa mempunyai lebih banyak masalah dengan







daya ingat dibandingkan orang lain ? Berpikir bahwa hidup ini sangat menyenangkan sekarang ? Sering kali merasa merana ?



35



 



17



Merasa kurang bahagia ?



18



Sangat khawatir terhadap masalalu ?



19



Merasakan hidup ini sangat mengairahkan ?



20



 



Merasa berat untuk memulai sesuatu hal yang baru







?



21



Merasa dalam keadaan penuh semangat ?



22



Berpikir bahwa keadaan anda tidak ada harapan ?



23







 



Berpikir bahwa banyak orang lain yang lebih baik







dari pada anda ?



24



Sering kali merasa kesal dengan hal yang sepele ?







25



Sering kali merasa ingin menangis ?







26



Merasa sulit untuk berkosentrasi ?







27



Menikmati tidur ?







28



Memilih menghindar dari perkumpulan sosial ?



29



Mudah mengambil keputusan ?







30



Mempunyai pikiran yang jernih ?







JUMLAH ITEM YANG TERGANGGU







14



Analisisi Hasil : Klien mengalami depresi ringan Nilai : 6 – 15 : Depresi ringan sampai sedang Nilai : 16 – 30 : Depresi berat Nilai : 0 – 5 : Nomal f. Screening FAAL : ( Fungtional Reach (FR) Test) No. 1.



Langkah Minta pasien berdiri di sisi tembok dengan tangan direntangkan kedepan



2.



Beri tanda letakk tangan 1



3.



Minta pasien condong kedepan tanpa melangkah selama 1-2 menit, dengan tangan direntangkan kedepan.



4.



Beri tanda letak tangan ke 2 pada posisi condong



5.



Ukur jarak antara anda tangan 1 dan 2 36



Hasil Analisis : Usia lebih 69Tahun : kurang 6 Inchi : Resiko Roboh g. Skala Norton : ( untuk menilai potensi decubitus ) Nama penderita



: Tn. S



Nama penderita



skor



Skor klien



Kondisi Umum Baik : - Baik



4



- Lumayan



3



- Buruk



2



- Sangat buruk



1



4



Kesadaran :



- Komposmentis



4



- Apatis



3



- Sopor



2



- Koma



1



4



Aktivitas : - Ambulan



4



- Ambulan dengan bantuan



3



- Hanya bisa duduk



2



- Tiduran



1



3



Mobilitas : - Bergerak bebas



4



- Sedikit terbatas



3



- Sangat terbatas



2



- Tak bisa bergerak



1



3



Inkontinensia : - Tidak



4



- Kadang- kadang



3



- Sering inkontinensia urine



2



- Sering inkontinensia alvi dan urine



1



37



3



Skor Total



20



Hasil Analisis : Kecil resiko klien terjadi ulkus decubitus. Keterangan : Skor :