10 0 238 KB
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NEONATUS DENGAN OMFALOKEL
DI RSUP DR SARDJITO YOGYAKARTA
Disusun oleh : Sulistiyaningsih, Amk Staf Keperawatan NICU RSUP. Dr. Sardjito Yogyakarta
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Keberhasilan penatalaksanaan kasus kelainan bayi dan anak tergantung dari pengetahuan dasar penentuan diagnosis dini, persiapan praoperasi, tindakan anestesi dan pembedahan perawatan pasca operasi dan penatalaksanaan perioperatif yang baik. Omfalkel adalah adanya Protrusi pada waktu lahir melalui defek besar pada dinding abdomen di umbilicus dan usus yang menonjol hanya ditutupi oleh membran tipis yang terdiri dari amnion dan peritoneum (W.A Newman Dorland, 2002)
B. Tujuan
1. Tujuan Umum Peserta pelatihan mampu memberikan asuhan keperawatan pada bayi dengan kelainan congenital omfalokel.
2. Tujuan Khusus a. Mengetahui apa pengertian omfalokel b. Mengetahui patofisiologi omfalokel c. Mengetahui insidensi omfalokel d. Mengetahui etiologi omfalokel e. Mengetahui maniestasi klinis omfalokel f. Mengetahui diagnosis banding omfalokel g. Mengetahui penanganan / tatalaksana omfalokel h. Mengetahui prognosis omfalokel
C. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian omfalokel 2. Bagaimana Patofisiologi omfalokel 3. Bagaimana insidensi omfalokel 4. Bagaimana etiologi omfalokel 5. Bagaimana maniestasi klinis omfalokel 6. Bagaimana diagnosis banding omfalokel 7. Bagaimana penanganan / tatalaksana omfalokel 8. Bagaimana prognosis omfalokel 2
BAB II PEMBAHASAN A. PENGERTIAN Omfalkel adalah adanya Protrusi pada waktu lahir melalui defek besar pada dinding abdomen di umbilicus dan usus yang menonjol hanya ditutupi oleh membran tipis yang terdiri dari amnion dan peritoneum (W.A Newman Dorland, 2002)
B. PATOFISIOLOGI -
Dinding abdomen mulai terbentuk selama minggu IV kehamilan terbentuk di antara lipatan kepala dan lipatan cauda dan dua lipatan lateral.
-
Keempat lipatan tersebut berkembang dan tumbuh dengan arah ke pertengahan garis tengah untuk saling bertemu dimana nantinya akan jadi umbilikus.
-
Kegagalan keempat lengkung bertemu pada umbilikus menyebabkan cincin umbilikus tetap terbuka sehingga terjadi herniasi melalui defek pada dinding abdomen dan menimbulkan suatu omfalokel.
C. INSIDENSI -
Perkiraan kejadian sukar ditegakkan karena pencatatan yang kurang pada bayi yang lahir mati, ketidakjelasan diagnosis serta terminasi kehamilan.
-
Menurut Albanese (2001) insidensi omfalokel 1 : 5000 kelahiran hidup.
-
Faktor genetik memegang peran penting dalam perkembangan omfalokel karena pada setiap laporan disebutkan adanya insidensi kelainan konginetal yang tinggi.
D. ETIOLOGI Menurut Glasser (2003) ada beberapa penyebab omfalokel yaitu : -
Faktor kehamilan dengan risiko tinggi, seperti ibu hamil sakit, terinfeksi, penggunaan obat-obatan, merokok dan kelainan genetik.
-
Defisiensi folat, hipoksia dan salisilat menimbulkan defek dinding abdomen pada percobaan dengan tikus.
E. MANIFESTASI KLINIS -
Pada saat lahir omfalokel diketahui sebagai defek dinding abdomen pada dasar cincin umbilikus. Defek tersebut lebih dari 4 cm dan dibungkus kantong membran, amnion, jelly wharton dan peritonium. 3
-
Omfalokel raksasa (giant omphalocele) mempunyai suatu kantong yang menempati hampir seluruh dinding abdomen berisi hampir semua organ intra abdomen dan berhubungan dengan tidak berkembangnya rongga peritonium dan hipoplasia pulmoner.
-
Klasifikasi menurut Moore (1999) ada 3 yaitu : Tipe 1 : diameter defek < 2,5 cm Tipe 2 : diameter defek 2,5 – 5 cm Tipe 3 : diameter defek > 5 cm
-
Suatu defek yang sempit dengan kantong yang kecil mungkin tidak terdiagnosis saat lahir dan akan timbul bahaya tersendiri bila kantong terjepit klem dan sebagian isinya berupa usus bagiannya teriris saat ligasi tali pusat.
F. DIAGNOSIS BANDING No 1
Omfalokel Lokasi defek
Hernia Umbilikalis
Gastroskisis
Pada cincin
Pada cincin
Terpisah
umbiikus
umbilicus
(biasanya lateral, disamping cincin umbilikalis
2
Diameter
4-12 cm
< 4 cm
< 4 cm
3
Rongga abdomen
Kecil terutana pada
Normal
Normal
giant omfalokel 4
Kantong
5
Isi Kantong
+
+
Dapat seluruh organ
Beberapa loop usus
intra abdomen 6
Letak tali pusat
Biasanya Gaster atau usus
Pada puncak
Pada puncak
Terpisah dengan
kantong
kantong
kantong biasanya lateral
7
Keadaan
Normal
Normal
Memendek atau
permukaan usus
terdapat bercak fibrin atau eksudat
8
Malrotasi
Sering
-
Jarang
9
Atresia dan
Jarang
-
Sering
Strangulasi 10
Kelainan Kongenital
Sering
Sering terdapat divertikulum meckel
Jarang
4
G. PENANGANAN / TATA LAKSANA
Bayi dengan omfalokel sebaiknya dilahirkan atau secepatnya dibawa ke tempat dengan fasilitas perawatan intensif dan bedah anak. Bayi harus segara ditempatkan pada lingkungan yang hangat untuk mencegah kehilangan cairan secara evaporasi, hipotermia dan infeksi. Penangan omfalokel ada 2 yaitu: 1. Terapi Konservatif (non bedah) Indikasi -
Bayi dengan omfalokel raksasa dan kelainan penyerta yang mengancam jiwa dimana penanganannya harus didahulukan dari pada omfalokelnya.
-
Prinsip penanganan adalah mencegah infeksi dan ruptur kantong.
-
Metode ini terdiri dari pemberian lotion antiseptik secara berulang pada kantong dimana setelah beberapa hari akan terbentuk scar dan setelah 3 minggu akan terjadi pembentukan jaringan granulasi yang secara bertahap akan terjadi epitelisasi dari tepi kantong.
2. Terapi Pembedahan
-
Tujuan pembedahan yang utama adalah mengembalikan organ vicera abdomen ke dalam rongga abdomen dan menutup defek.
-
Dengan adanya kantong yang intak tak diperlukan operasi emergensi
-
Keberhasilan penutupan primer (primary closure) tergantung pada ukuran defek serta kelainan lain yang mungkin ada.
-
Perawatan pra operasi meliputi pemberian cairan IV, pemasangan OGT irigasi rectal serta pemberian antibiotik.
-
Pada omfalokel dengan ukuran kecil dan sedang bisa dilakukan operasi penutupan primer (primary closure) yaitu dengan eksisi kantong amnion, pengembalian organ vicera ke dalam kavum peritoneal dan penutupan defek dinding anterior pada satu tahap.
-
Menurut Steven (1992) penanganan emergensi omfalokel dibagi 2 :
1. Kantong intak -
Pasang OGT dengan penghisap
-
Bungkus kantong dengan kassa kering untuk menyangga usus berada di dinding abdomen 5
-
Bungkus seluruh tubuh bayi untuk mencegah kehilangan panas
-
Dilarang mengecilkan ukuran kantong karena bisa menyebabkan ruptur kantong dan distres pernafasan
-
Infus melalui lengan
-
Pemberian antibiotik spektrum luas (Ampicillin, Gentamisin)
-
Konsultasi rencana operasi definitif seharusnya ditunda sampai bayi stabil
-
Monitor suhu dan pH
-
Monitor kelainan lain yang lebih serius (jantung, pernafasan)
-
Penanganan operasi definitive bisa ditunda selama kantong masih intak.
2. Ruptur kantong
-
Pasang OGT dengan penghisap
-
Bungkus bayi dengan kain kering untuk mencegah kehilangan panas
-
Monitor tanda-tanda vital
-
Pasang infus
-
Pemberian anti biotic dengan spectrum luas
-
Rencanakan bedah emergency untuk menutup usus
Penanganan Pasca oprasi Pada pasien omfalokel dengan tindakan gasrotomi meningkatkan resiko infeksi, konsekuensinya lambung didrainase dengan kateter plastik kecil sehingga fungsi usus tertunda. Disfungsi usus membutuhkan waktu lama untuk normal dari 6 minggu sampai beberapa bulan , dalam waktu kurang dari 2 minggu pasca penutupan primer mereka jarang toleransi penuh dengan makanan oral.
H. PROGNOSIS -
Tergantung pada masalah-masalah yang terkait
-
Bayi dengan omfalokel memerlukan pertimbangan rumit dengan terlibatnya berbagai sistim organ
-
Bayi dengan omfalokel kecil memiliki prognosis sempurna selama tidak disertai malformasi lain
-
Angka kematian meningkat pada bayi dengan sindrom kromosomal dan kelainan jantung
6
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1.
Ketidak efektifan pola nafas bayi bd rongga dada sempit, penurunan ekspansi paru
2.
Resiko ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh bd mual, muntah, penurunan motilitas gastro intestinal
3.
Resiko aspirasi bd muntah ,selang ogt
4.
Resiko kerusakan integritas kulit bd kelembaban ,tekanan, imobilitas
5.
Resiko infeksi bd permukaan kantong yang terbuka
Ketidak efektifan pola nafas TGL/ JAM 1
DIAGNOSA KEPERAWATAN Ketidak efektifan pola nafas (00032) Definisi : Inspirasi dan atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat. Batasan Karakteristik: -- Pola nafas abnormal -- Penurunan tekanan inspirasi -- Penurunan tekanan ekspirasi -- Penggunaan otot bantu pernafasan -- Pernafasan cuping hidung -- Ortopnea Faktor yang berhubungan: -- Deformitas dinding dada -- Hiperventilasi -- Keletihan otot pernafasan -- Nyeri -- Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru -- Sindrom hipoventilasi
TUJUAN DAN KRITERIA HASIL (NOC)
RENCANA INTERVENSI (NIC)
NOC
NIC
• Status pernafasan (0415) • Status pernafasan : Kepatenan Jalan Nafas
• Manajemen jalan nafas (3140)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama….. Pola nafas efektif dengan kriteria hasil : - frekuensi nafas 40 – 60 x / menit - Irama nafas normal - Saturasi O2 80-100% - Jalan nafas paten - Tidak ada retraksi dada - Tidak ada sianosis -Tidak ada nafas cuping hidung - Tidak ada suara nafas tambahan
EVALUASI
Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi Askuitasi suara nafas lakukan suction Kelola terapi oksigen Monitor status respirasi dan oksigenasi Kelola nebuliser Regulasi asupan cairan • Monitor pernafan (3350) Monitor frekuensi irama kedalaman dan kesulitan bernafas Monitor suara nafas tambahan Monitor pola nafas (bradipneu, takipneu, hiper ventilasi) Monitor saturasi oksigen Auskuitasi suara nafas Monitor terapi oksigen Catan perubahqan saturasi dan nilai AGD Monitor sekeresi pernafasan Atur posisi pasien Nebulizer KP
7
Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari nkebutuhan tubuh TGL/ JAM 2
DIAGNOSA KERERAWATAN Ketidak seimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh (00002) Definisi asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik Batasan karakteristik: P enurunan berat badan > 10 % Diare Cepat kenyang Kerapuhan kapiler Membran mukosa pucat
NOC
NIC
NOC
NIC
Status nutrisi bayi Status nutrisi: asupan makanan dan cairan Pemberian makan melalui cangkir Keberhasilan menyusui Keparahan mual dan muntah Status menelan: fase oral Status menelan : fase faringeal
Manajemen diare Keseimbangan cairan Fungsi gastro intestinal Hidrasi Status nutrisi : asupan makanan dan cairan Perawatan ostomi
Setelahan dilakukan tindakan keperawatan ….x….. Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi dengan kh:
Faktor yang berhubungan: Ketidak mampuan makan Ketidak mampuan mencerna makanan Ketidak mampuan mengabsorbsi nutrien Kurang asupan makanan
Peningkatan BB sesuai usia Membran mukosa tidak pucat Lab albumin,hb,protein ,trasverin dbn Mampu memenuhi kebutuhan asupan Penurunan recidu lambung Kemampuan diges,ingest dan absorb Peningkatan status menelan Menyusui efektif
EVALUASI
Manajemen gangguan makan Manajemen cairan / elektrolit Monitor cairan Konseling laktasi Manajemen Nutrisi terapi nutrisi Konseling nutrisi monitor nitrisi Bantuan perawatan diri: pemberian makan Terapi menelan Bantuan peningkatan berat badan Manajemen berat badan Pilihan intervensi tambahan manajemen alat alkes venacentral Intubasi gastrointestinal Pemasangan infus Pemberian makan Terapi intra vena Interpretasi data laboratorium Pemberian TPN
Resiko Aspirasi TGL JAM 3
DIAGNOSA KEPERAWATAN
NOC
NIC
Resiko Aspirasi (00039)
NOC
NIC
Definisi Resiko mengalami masuknya sekresi gastro intestinal, sekresi orofaring, benda cair atau benda padat kedsalam saluran trakheobronkial yang dapat mengganggu kesehatan
Pencegahan aspirasi Status pernafasan : kepatenan jalan nafas, Kontrol mual dan muntah Status menelan
Pencegahan aspirasi Pengaturan posisi Dekompresi lambung Relaksasi otot progresif Identifikasi faktor resiko Perawatan pasca anastesi Manajemen muntah
Faktor resiko Adanya selang oral Pengosongan lambung yang lambat Peningkatan residu lambung Peningkatan tekanan intra gastrik Penurunan motilitas gastro intestinal
Setelah dilakukan tindakan keperawatan……x….. Pasien tidak mengalami aspirasi dengan KH Tidak ada tanda-tanda aspirasi Tidak ada kejadian tersedak, regurgitasi Kebersihan jalan nafas efektif TTV dalam batas normal
EVALUASI
Manajemen jalan nafas Pegisapan lendir Manajemen jalan nafas buatan Pilihan intervensi tambahan Intubasi gastro intestinal Perawatan selang gastro intestinal Kontol mual muntah Monitor TTV
8
Resiko kerusakan integritas kulit TGL JAM 4
DIAGNOSA KEPERAWATAN
NOC
Kerusakan Integritas Kulit (00046) Definisi Kerusakan pada epidermus dan atau dermiis Berhubungan dengan Eksternal Faktor mekanik (Daya gesek, tekanan , imobilitas fisik) Hipertermia Hipotermia Kelembaban Lembab Usia ekstrim
NIC
NOC
NIC
Integritas Jaringan : kulit dan membran mukosa (1101)
Perawatan Kulit: Pengobatan topikal (3584)
Setelah dilskukan tindakan keperawatan selama….. Kerusakan integritas kulit klien teratasi dengan kriteria hasil:
Bersihkan plester dan debris Cegah sabun berbahan alkali Aplikasikan perban oklusif k/p (Tegaderm, Duoderm) Aplikasikan obat topikal dengan tepat
Integritas kulit utuh Suhu kulit, elastisitas, hgidrasi, keringat, tekstur tidak terganggu Perfusi jaringan normal
Internal Gangguan sirkulasi Gangguan turgor kulit Gangguan volume cairan Imuno defisiensi Nutrisi tidak adfekuat Tekanan ada tonjolan tulang
EVALUASI
Perawatan Luka (3660) Angkat balutan dan plester perekat Monitor karakteristik luka Ukur luas luka Pertahan kan tehnik balutan steril Ganti balutan sesuai jumlah eksudat dan drainase Periksa dan catat sesuai perubahan liuka Alih posisi setiap 2 jam Kolaborasi ahli gizi Kolaborasi terapi ostomi Perawatan luka tekan (3520) Catat karakteristijk luka Lakukan debridemen k/p Bersihkan luka dengan gerakan sirkuler dari dalam keluar Psang balutan adesif yang elastik Monitor tanda dan gejala infeksi Rubah posisi setiap 1 s/d 2 jam Gunakan kasur anti dekubitus
Resiko Infeksi TGL JAM 5
DIAGNOSA KEPERAWATAN
NOC
NIC
Resiko infeksi (00004)
NOC
NIC
Definisi Rentan mengalami infasi dan multiplikasi mikroorganisme patogenik yang dapat mengganggu kesehatan
Kontrol Infeksi Proteksi Infeksi
Kontrol infeksi Terapkan kewaspadaan universal Lakukan cucci tangan 5 saat 6 langkah Berikan personal hygiene yang baik
Faktor resiko
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama pasien duirawat tidak mengalami infeksi dengan KH :
malnutrisi Prosedur invasif Pertahanan tubuh primer tidak adekuat Gangguan itegritas kulit Gangguan peristalsis Stasis cairan tubuh Penurunan kerja siliariis
Tidak ada tanda-tanda infeksi lokal dan sistemik Hasil lab : AL, HB, CRP, I:T rasio dalam batas noirmal Kultur negatif TTV dalam batas normal
Pertahanan tubuh sekunder tidak adekuat Imuno supresi Leukopenia Penurunan hemoglobin Supresirespon inflamasi Vaksinasi tidak adekuat Pemajanan terhadap patogen lingkungan meningkat Terpajan pada wabah
EVALUASI
Proteksi infeksi Monitor tanda-tanda infeksi (lokal&sistemik) Monitor hasil lab Monitor luka Batasi pengunjung Pertahankan tehnik isolasi K/P Perawatan ostomi Monitor lokasi insisi stoma Lakukan perawatan stoma Irigasi stoma sesuai indikasi Monitor produk stoma Ganti kantong stoma setiap bocor Health Education • Ajarkan keluarga tehnik cuci tangan • Ajarkan tanda-tanda infeksi •Ajarkan pencgahan infeksi •Ajarkan tehnik perawatan stoma Ajarkan tehnik perawatan kantong omfalokel Medikasi Terapi o Berikan antibiotik sesuai terapi oTingkatkan nutrisi TKTP oMonitor keefektifan terapi
9
DAFTAR PUSTAKA
NANDA
Internasional,2015-2017,Diagnosis
Keperawatan,
Buku
Kedokteran,EGC,Jakarta 2015 Bulecheck,G.M Butcher, H.K Dochterman, (J.M.2013). Nursing Interventioon Clasiffication (NIC), 6th edition, United States: Mosby. Moorhead, S Jhonson,M., Mass, M.L., Swanson ., E. 2013. Nursing outcomes Classifficatioan (NOC) , 5th edition. United States : Mosby Sudarti,M.Kes,Kelaian danPenyakit pada Bayi dan Anak, Nuha Medika, Yogyakarta, 2010 Sudarti,M.Kes, Endang Khoirunisa,SST.Keb, Asuhan Kebidanan Neonatus,Bayi dan AnakBalita, Nuha Medika, Yogyakarta,2010 Dorland,. W.A.. Newman,. 2002,. KamusKedokteran. Dorland,. alihbahasaHuriwatiHartanto, dkk., edisi 29, ECG, Jakarta
10