10 0 137 KB
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN OMFALOKEL DI RUANG HERBRA RSUD Dr.SOETOMO SURABAYA
Dosen pembimbing: Enung Mardiyana Hidayat S.Kep.Ns.M.Kes NIP:196903261997032001 Disusun oleh : Gracia Irnadianis Ivada P27820118060 II Reguler B KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SURABAYA JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN KAMPUS SOETOMO SURABAYA 2020
LEMBAR PENGESAHAN Asuhan keperawatan pada klien dengan diagnosa Omphalokel di Ruang Herbra RSUD Dr. Soetomo Surabaya yang dilaksanakan pada 21 Maret 2020-03 April 2020 telah disahkan sebagai laporan Praktik Klinik Keperawatan Dasar 2 semester III di ruang Herbra RSUD Dr. Soetomo Surabaya atas nama Gracia Irnadianis Ivada dengan NIM. P27820118060.
Surabaya, 21 Maret 2020 Pembimbing Akademik
Pembimbing Ruangan Herbra
Enung Mardiyana H., S.kep.Ns., M.Kes. NIP. 196903261997032001
Mubarokah Isnaeni, S.Kep.Ns. NIP. 197802132008012019
Mengetahui, Kepala Ruangan Herbra
Evi Tri Wahyuningsih, S.Kep.,Ns.,M.Kes NIP. 197006221993032005
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN OMFALOKEL
A. Konsep Dasar Penyakit 1. Definisi Omphalokel Adalah herniasis usus yang persisten kedalam bagian ekstra embrional
tali pusat yang secara normal dijumpai pada usia gestasi antara
minggu ke enam dan minggu ke empat belas. Kadang-kadang usus tidak kembali sempurna ke dalam rongga abdomen, usus yang tetap di luar rongga abdomen akan tampak jelas pada saat lahir. Pada keadaan ringan, akan tampak satu atau dua simpul usus pada dasar umbilikus, kelainan ini disebut eksomfalos minor. Omphalocel bawaan adalah suatu hernia atau protusi isi abdomen kedasar tali pusat. Berbeda dengan hernia umbilikus biasa, kantungnya diliputi oleh peritoneum tanpa kulit, besarnya kantong yang ada di luar rongga abdomen tergantung dari isinya. Insiden hernia usus ke dasar umbilikus adalah 1 diantara 5000 kelahiran, dan hernia usus hati 1 diantara 10.000 kelahiran. Ruang abdomen menjadi kecil karena berkurangnya dorongan dari isi abdomen untuk tumbuh dan berkembang. Agar bayi dapat selamat perlu dilakukan operasi sedini-dininya sebelum terjadi infeksi dan sebelum jaringannya rusak karena kekeringan atau robeknya selaput yang membungkus isi usus. Untuk menghindari robeknya selaput dan rusaknya massa, maka untuk sementara visera tersebut dapat ditutupi, dengan bahan sintetik seperti silastik atau mersilen,
apabila
disamping
omfalokel
ditemukan
makrosomia
dan
hipoglikemia harus dipikirkan akan sindrom beekwith. (Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Jilid 1.1991 Hal 234) 2. Etiologi Penyebab Omfalokel menurut beberapa ahli diantaranya : 1. Menurut Glasser (2003) ada beberapa penyebab Omphalokel, yaitu: a. Faktor kehamilan dengan resiko tinggi, seperti ibu hamil sakit dan terinfeksi, penggunaan obat-obatan, merokok dan kelainan genetik. Faktor-faktor tersebut berperan pada timbulnya insufisiensi plasenta
dan lahir pada umur kehamilan kurang atau bayi prematur, diantaranya bayi dengan gastroschizis dan omfalokel paling sering dijumpai. b. Defisiensi asam folat, hipoksia dan salisilat menimbulkan defek dinding abdomen pada percobaan dengan tikus tetapi kemaknaannya secara klinis masih sebatas perkiraan. Secara jelas peningkatan MSAFP (Maternal Serum Alfa Feto Protein) pada pelacakan dengan ultrasonografi memberikan suatu kepastian telah terjadi kelainan struktural pada fetus. Bila suatu kelainan didapati bersamaan dengan adanya omfalokel, layak untuk dilakukan amniosintesis guna melacak kelainan genetik. c. Polihidramnion, dapat diduga adanya atresia intestinal fetus dan kemungkinan tersebut harus dilacak dengan USG. 2. Menurut Rosa M. Scharin (2004), etiologi dari Omphalokel belum diketahui secara pasti, namun Beberapa teori telah dipostulatkan, seperti: a. Kegagalan kembalinya usus ke dalam abdomen dalam 10-12 minggu yaitu kegagalan lipatan mesodermal bagian lateral untuk berpindah ke bagian tengah dan menetapnya the body stalk selama gestasi 12 minggu. b. Faktor resiko tinggi yang berhubungan dengan omphalokel adalah resiko tinggi kehamilan seperti : a. Infeksi dan penyakit pada ibu b. Penggunaan obat-obatan berbahaya, merokok, c. Kelainan genetik d. Defesiensi asam folat e. Hipoksia f. Salisil dapat menyebabkan defek pada dinding abdomen. g. Asupan gizi yang tak seimbang h. Unsur polutan logam berat dan radioaktif yang masuk ke dalam tubuh ibu hamil. 3. Patofisiologi
1. Selama perkembangan embrio, ada suatu kelemahan yang terjadi pada dinding abdomen semasa embrio yang mana menyebabkan herniasi pada isi usus pada salah satu samping
umbilikus. hal ini menyebabakan
organ visera abdomen keluar dari kapasitas abdomen dan terbungkus kantong. 2. Terjadinya penurunan kapasitas abdomen yang dianggap abnormal. 3. Omfalokel terbentuk akibat kegagalan fungsi dalam pembentukan dindingabdomen, dan terbentuk defek. 4. Letak defek umumnya di sebelah kanan umbilikus 5. Usus sebagian besar berkembang di luar rongga abdomen janin, akibatnya usus menjadi tebal dan kaku karena pengendapan dan iritasi
dari cairan, asam amino, usus juga terlihat pendek dan rongga
abdomen sempit. 6. Usus, visera dan seluruh
permukaan
rongga
abdomen
yang
berhubungan dengan dunia luar menyebabkan penguapan dan pancaran panas dari tubuh cepat berlangsung, sehingga terjadi dehidrasi dan hipotermi, kontaminasi usus dengan kuman dapat terjadi, dan distensi usus sehingga mempersulit koreksi pemasukan kerongga abdomen pada saat pembedahan. 7. Embriogenesis pada saat janin berumur 5-6 minggu isi abdomen terletak diluar embrio pada usia 10 minggu terjadi pegembangan lumen abdomen sehingga usus dari extra peritoneum akan masukke rongga perut. Bila proses ini terhambat maka akan terbentuk kantong dipangkal umbilikus yang terisi usus, lambung dan kadang hati. Dindingnya tipis terdiri dari lapisan peritoneum dan lapisan amino yang keduanya bening sehingga isi tampak keluar, keadaan ini disebut omfalokel. Bila usus keluar dititik terlemah dikanan umbilikus, usus akan berada diluar rongga perut tanpa dibungkus, peritoneum dan amino keadaan ini disebut gastrokhisis. 4. Manifestasi Klinis Omphalocel dapat dilihat dengan jelas, karena isi abdomen menonjol atau keluar melewati area perut yang tertekan. Berikut ini perbedaan ukuran omphalocel, yaitu: Omphalocel kecil hanya usus yang keluar atau menonjol,
sedangkan. Omphalocel besar: usus, hati atau limpa yang mungkin bisa keluar dari tubuh yang sehat. Omphalocel memperlihatkan sedikit pembesaran pada dasar tali pusat atau kantong membrane yang menonjol pada umbilicus. Kantong tersebut berukuran dari kecil sampai berukuran raksasa dan mengenai hati, limfe dan tonjolan besar pada bowel (isi perut). Tali pusat biasanya diinsersi ke dalam kantong jika kantong rupture pada uterus, maka usus akan terlihat gelap dan edematous. Jika tidak ditutup maka selama pelepasan, usus menunjukkan normal yang esensial. 1 dari 3 bayi dengan omphalocel diasosiasikan sebagai congenital abnormaly. 5. Diagnosis Omfalokel Diagnosis omfalokel meliputi pemeriksaan fisik secara lengkap dan perlu suatu rontgen dada serta ekokardiogram. Pada saat lahir, omfalokel diketahui sebagai defek dinding abdomen pada dasar cincin umbilikus. Defek tersebut lebih dari 4 cm (bila defek kurang dari 4 cm secara umum dikenal sebagai hernia umbilikalis) dan dibungkus oleh suatu kantong membran atau amnion. Pada 10% sampai 18%, kantong mungkin ruptur dalam rahim atau sekitar 4% saat proses
kelahiran.
Diagnosis
omphalokel
ditegakkan
berdasarkan
gambaran klinis. Dan dapat ditegakkan pada waktu prenatal dan pada waktu postnatal. 1. Diagnosis Prenatal Diagnosis prenatal terhadap omphalokel sering ditegakkan dengan bantuan USG. Defek dinding abdomen janin biasanya dapat dideteksi pada saat minggu ke 13 kehamilan, dimana pada saat tersebut secara normal seharusnya usus telah masuk seluruhnya kedalam kavum abdomen janin. Pada pemeriksaan USG Omphalokel tampak sebagai suatu gambaran garis–garis halus dengan gambaran kantong atau selaput yang ekhogenik pada daerah tali pusat (umbilical cord) berkembang. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada masa prenatal selain USG diantaranya ekhocardiografi, MSAPF (maternal serum alphafetoprotein), dan analisa kromosom melaui amniosintesis. Pemeriksaan tersebut dilakukan dengan tujuan selain menunjang diagnosis sekaligus menilai apakah ada kelainan lain pada janin.
2. Diagnosis Postnatal Gambaran klinis bayi baru lahir dengan omphalokel ialah terdapatnya defek sentral dinding abdomen pada daerah tali pusat. Defek bervarasi ukurannya, dengan diameter mulai 4 cm sampai dengan 12 cm, mengandung herniasi organ–organ abdomen baik solid maupaun berongga dan masih dilapisi oleh selaput atau kantong serta tampak tali pusat berinsersi pada puncak kantong. Kantong atau selaput tersusun atas 2 lapisan yaitu lapisan luar berupa selaput amnion dan lapisan dalam berupa peritoneum. Diantara lapisan tersebut terdapat lapisan Warton’s jelly. Warton’s jelly adalah jaringan mukosa yang merupakan hasil deferensiasi dari jaringan mesenkimal (mesodermal). Jelly mengandung kaya mukosa dengan sedikit serat dan tidak mengandung vasa atau nervus. 6. Penatalaksanaan 1. Penatalaksanaan Prenatal Apabila terdiagnosa Omphalokel pada masa prenatal maka sebaiknya dilakukan informed consent pada orang tua tentang keadaan janin, resiko tehadap ibu, dan prognosis. Informed consent sebaiknya melibatkan ahli kandungan, ahli anak dan ahli bedah anak. Keputusan akhir dibutuhkan guna perencanaan dan penatalaksanaan berikutnya berupa melanjutkan kehamilan atau mengakhiri kehamilan. Bila melanjutkan kehamilan sebaiknya dilakukan observasi melaui pemeriksaan USG berkala juga ditentukan tempat dan cara melahirkan. Selama kehamilan omphalokel mungkin
berkurang
ukurannya
atau
bahkan
ruptur
sehingga
mempengaruhi pronosis. Ascraft (1993) menyatakan bahwa beberapa ahli menganjurkan pengakhiran kehamilan jika terdiagnosa omphalokel yang besar atau janin memiliki kelainan konggenital multipel. 2. Penatalaksanan Postnatal Penatalaksannan postnatal meliputi penatalaksanaan segera setelah lahir (immediate postnatal), kelanjutan penatalakasanaan awal apakah berupa operasi atau nonoperasi (konservatif) dan penatalaksanaan postoperasi. Penatalaksanaan segera bayi dengan Omphalokel adalah :
a. Tempatkan bayi pada ruangan yang aseptik dan hangat untuk mencegah kehilangan cairan, hipotermi dan infeksi. b. Posisikan bayi senyaman mungkin, Posisi kepala sebaiknya lebih tinggi untuk memperlancar drainase. c. Lakukan penilaian ada/tidaknya distress respirasi yang mungkin membutuhkan alat bantu ventilasi seperti intubasi endotrakeal. d. Pasang pipa nasogastrik atau pipa orogastrik untuk mengeluarkan udara dan cairan dari sistem usus sehingga dapat mencegah muntah, mencegah aspirasi, mengurangi distensi dan tekanan (dekompresi) dalam sistem usus sekaligus mengurangi tekanan intra abdomen, demikian pula perlu dipasang rectal tube untuk irigasi dan untuk dekompresi sistem usus. e. Pasang kateter uretra untuk mengurangi distensi kandung kencing dan mengurangi tekanan intra abdomen. f. Pasang jalur intra vena (sebaiknya pada ektremitas atas) untuk pemberian cairan dan nutrisi parenteral sehingga dapat menjaga tekanan intravaskuler dan menjaga kehilangan protein yang mungkin terjadi karena gangguan sistem usus, dan untuk pemberian antibitika broad spektrum. g. Lakukan monitoring dan stabilisiasi suhu, status asam basa, cairan dan elektrolit h. Pada omphalokel, defek ditutup dengan suatu streril-saline atau povidone -iodine soaked gauze, lalu ditutup lagi dengn suatu oklusif plastik dressing wrap atau plastik bowel bag. Tindakan ini harus dilakukan ekstra hati hati diamana cara tersebut dilakukan dengan tujuan melindungi defek dari trauma mekanik, mencegah kehilangan panas dan mencegah infeksi serta mencegah angulasi sistem usus yang dapat mengganggu suplai aliran darah. i. Pemeriksaan darah lain seperti fungsi ginjal, glukosa dan hematokrit perlu dilakukan guna persiapan operasi bila diperlukan serta Evaluasi adanya kelainan kongenital lain yang ditunjang oleh pemeriksaan rongent thoraks dan ekhokardiogram.
j. Bila bayi akan dirujuk sebaiknya bayi ditempatkan dalam suatu inkubator hangat dan ditambah oksigen. 7. Klasifikasi Banyaknya usus dan organ perut lainnya yang menonjol pada omfalokel berikut tergantung pada
besarnya lubang di
pusar.
Jika lubangnya kecil mungkin hanya usus yang menonjol, tapi jika lubangnya besar hati juga bisa menonjol melalui lubang tersebut. 8. Pemeriksaan Diagnostik 1. Pemeriksaan Fisik Pada omfalokel tampak kantong yang berisi usus dengan atau tanpa hati di garis tengah pada bayi yang baru lahir. 2. Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan Maternal Serum Alfa Fetoprotein (MSAFP). Diagnosis prenatal defek pada dinding abdomen dapat dideteksi dengan peningkatan MSAFP. MSAFP dapat juga meninggi pada spinabifida yang
disertai
dengan
peningkatan
asetilkolinesterase
dan
pseudokolinesterase. 3. Pemeriksaan radiologi Fetal sonography dapat menggambarkan kelainan genetik dengan memperlihatkan
marker
structural
dari
kelainan
kariotipik.
Echocardiography fetus membantu mengidentifikasi kelainan jantung. Untuk mendukung diagnosis kelainan genetik diperjelas dengan amniosentesis 4. Prenatal, ultrasound: menunjukkan adanya defek ompalokel 5. Echocardiography fetus membantu mengidentifikasi kelainan jantung. Untuk mendukung diagnosis kelainan genetik diperjelas dengan amniosentesis. Pada omphalocele tampak kantong yang terisi usus dengan atau tanpa hepar di garis tengah pada bayi yang baru lahir. 9. Prognosis Kelainan kongenital dinding perut ini mungkin disertai kelainan bawaan lain yang memperburuk prognosis. Omphalocele yang besar dapat ditutup meskipun dengan operasi yang bertahap. Bayi dengan omphalocele dianggap
kritis mengancam hidup jika disertai dengan ukuran torax yang kecil dengan hipoplasia pulmoner yang mengakibatkan gangguan pernafasan. 10. Pencegahan Terpenuhinya nutrisi selama kehamilan seperti asam folat, vitamin B komplek dan Protein 11. Komplikasi Komplikasi dini merupakan infeksi pada kantong yang mudah terjadi pada permukaan yang telanjang. Kelainan kongenital dinding perut ini mungkin disertai kelainan bawaan lain yang memperburuk prognosi. komplikasi dari omphalokel adalah: 1. Komplikasi dini adalah infeksi pada kantong yang mudah terjadi pada permukaan yang telanjang. 2. Kekurangan nutrisi dapat terjadi sehingga perlu balans cairan dan nutrisi yang adekuat misalnya dengan nutrisi parenteral. 3. Dapat terjadi sepsis terutama jika nutrisi kurang dan pemasangan ventilator yang lama. 4. Nekrosis dalah kematian patologis satu atau lebih sel atau sebagian jaringan atau organ yang belum pada waktunya, yang dihasilkan dari kerusakan ireversibel. Hal ini terjadi ketika tidak ada cukup darah mengalir ke jaringan, baik karena cedera, radiasi, atau bahan kimia.
12. Pathway Kelainan bawaan (Faktor kehamilan dengan resiko tinggi, Defisiensi asam folat, hipoksia dan salisilat, Polihidramnion)
Alat dalam gagal kembali Kerongga abdomen Isi abdomen masuk Ke umbilicus Ileus obstruksi
Omfalokel
Cidera
biologis
Nyeri
Risiko Kekurangan volume cairan (Dehidrasi)
Kenaikan suhu tubuh (hipertermi)
Usus keluar
Pertahanan tubuh primer Tidak adekuat
Resiko infeksi
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN OMFALOKEL DI RUANG HERBRA RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA
B. Konsep Dasar Keperawatan Nama Mahasiswa : Gracia Irnadianis Ivada
I.
Ruangan
: Herbra
NIM
: P27820118060
PENGKAJIAN Identitas Meliputi identitas klien yaitu: nama lengkap, tempat tanggal lahir, jenis
kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, status
perkawinan,
suku/bangsa, golongan darah, tanggal masuk RS, tanggal pengkajian, No. RM, diagnose medis, dan alamat. Identitas penanggung jawab: nama,
umur,
jenis
kelamin, agama,
pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien, dan alamat. II.
RIWAYAT KESEHATAN ANAK A. KELUHAN UTAMA Pada pasien omfalokel biasanya mengeluh adanya benjolan pada dinding perut sejak lahir. B. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG Pada umumnya gejala pada pasien omfalokel adalah usus dan organ perut lainnya yang menonjol C. RIWAYAT KESEHATAN YANG LALU Tidak ada D. RIWAYAT KEHAMILAN DAN PERSALINAN Omphalokel pada masa prenatal maka sebaiknya dilakukan informed consent pada orang tua tentang keadaan janin, resiko tehadap ibu, dan prognosis. E. RIWAYAT IMUNISASI Tidak ada F. RIWAYAT PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN Selama masa perkembangan janin, tepatnya pada usia kehamilan 6-10 minggu, usus dan organ-organ dalam, seperti hati, kandung kemih, lambung, indung telur, atau testis, menonjol keluar ke pusar.
III.
RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA Tidak ada keluarga yang mempunyai riwayat penyakit seperti ini, namun ibu dari klien sering demam saat hamil.
IV.
RIWAYAT HOSPITALISASI Pengalaman Keluarga tentang sakit dan rawat inap, yang akan tinggal dengan
anak V.
POLA AKTIVITAS SEHARI-HARI 1. Pola Nutrisi Memberikan
cairan
melalui
infus
dan
pemasangan
NGT
untuk
meminimalisasi distensi usus 2. Pola Eliminasi Mengalami Konstipasi karena lemahnya otot abdomen 3. Pola Tidur Tidur terganggu, bayi merasa tidak nyaman 4. Pola Aktivitas Bayi sering rewel dan menangis aktivitas bayi dibatasi 5. Kebersihan diri (Personal Hygiene) Bayi biasanya hanya diseka VI.
PEMERIKSAAN FISIK a. Keadaan umum dan kesadaran Bagaimana kesadaran anak dengan dibutikan menggunakan tes GCS skor yang dihasilkan berkisar antara 5-10 dengan tingkat kesadaran dari apatis sampai somnolen atau mungkin dapat koma. b. Tanda-tanda vital 1) Demam, manifestasi umum dari penyakit pada anak-anak dengan gangguan GI, biasanya berhubungan dengan dehidrasi, infeksi atau inflamasi. 2) Lakukan pengukuran suhu secara kontinu tiap dua jam 3) Perhatikan apabila terjadi peningkatan suhu secara mendadak. c. Kepala
Bentuk kepala, adanya caput succedenum/tidak, chepal hematome/tidak, ukuran lingkar kepala, fronto occipito d. Mata Bentuk mata, kongjuntiva, sklera, ada kelainan/tidak e. Telinga Periksa adanya sekret, benda asing, nyeri tekan, dan kemungkinan kelainan lain. Tidak ada kelainan pada penderita hirschprung f. Hidung Periksa adanya sekret, inflamasi, sinus, polip, serta tanda kelainan lain g. Mulut Bagaiamana keadaan gusi dan lidah, bagaimana reflek sucking, reflek rooing, apakah ada platum/tidak, bagaimana warna bibir. h. Leher Amati kelenjar toroid dan adanya nyeri tekan atau nyeri pada saat menelan, reflek tonik i. Dada 1) Frekuensi : Cepat (takipneu), normal atau lambat 2) Kedalaman : normal, dangkal (Hipopnea), terlalu dalam (hipernea) 3) Kemudahan : sulit (dispneu), othopnea 4) Irama : variasi dalam frekuensi dan kedalaman pernafasan 5) Observasi adanya tanda-tanda infeksi, batuk, seputum dan nyeri dada 6) Kaji adanya suara nafas tambahan (mengi/wheezing) 7) Perhatikan bila pasien tampak pucat/sianosis j. Abdomen 1) Mengkaji Kondisi Abdomen 2) Kaji area sekitar dinding abdomen yang terbuka 3) Kaji letak defek, umumnya berada di sebelah kanan umbilicus 4) Perhatikan adanya tanda-tanda infeksi/iritasi 5) Nyeri abdomen, mungkin terlokalisasi atau menyebar, akut/ironis sering disebabkan oleh inflamasi, obstruksi
6) Distensi abdomen, kontur menonjol dari abdomen yang mungkin disebabkan oleh pelambatan penyosongan lambung, akumulasi gas/feses, inflamasi/obstruksi. k. Inguinal-Genetalia-Anus Kaji adanya kelainan/tidak l. Ekstermitas Akral hangat, perfusi baik VII.
DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Resiko infeksi berhubungan dengan isi abdomen yang keluar 2. Resiko kurang volume cairan berhubungan dengan dehidrasi 3. Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera biologis, prosedur pembedahan menutup abdomen
VIII.
INTERVENSI 1. Diagnosa : Resiko infeksi berhubungan dengan isi abdomen yang keluar Tujuan
: Setelah dilakukan tindakan keperawatan Kontrol Infeksi selama 3 x
24 jam, diharapakan infeksi tidak terjadi (terkontrol) dengan status kontrol infeksi. Kriteria hasil: a. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi b. Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi c. Jumlah leukosit dalam batas normal Intervensi
:
a. Pertahankan teknik isolasi Rasional: Menjaga luka agar tidak terinfeksi b. Batasi pengunjung bila perlu Rasional: Memberi kenyamanan pada bayi c. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan Rasional: Menjaga kebersihan agar tidak terkontaminasi kuman d. Tingkatkan intake nutrisi Rasional: Agar nutrisi tetap terjaga
2. Diagnosa Tujuan
: Resiko kurang volume cairan berhubungan dengan dehidrasi : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam kebutuhan
cairan klien terpenuhi. Kriteria hasil : a. Keseimbangan intake & output dalam batas normal b. Elektrolit serum dalam batas normal c. Tidak ada tanda dehidrasi d. Tidak ada hipertensi ortostatik Intervensi
:
a. Pertahankan intake & output yang adekuat Rasional: Menjaga nutrisi cairan bayi agar tetap adekuat b. Monitor status hidrasi (membran mukosa yang adekuat) Rasional: Mengetahui keadaan tanda-tanda dehidrasi dan mencegah syok hipovolemik c. Monitor status hemodinamik Rasional: Mengetahui status gemodinamik secara dini sehingga dapat dilakukan intervensi segera 3. Diagnosa
: Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera biologis,
prosedur pembedahan menutup abdomen. Tujuan
: Setelah dilakukan tindakan keperawatan Menejemen nyeri
selama 3x24 jam diharapkan pasien tidak mengalami nyeri, antara lain penurunan nyeri pada tingkat yang dapat diterima anak. Kriteria hasil : a. Anak tidak menunjukkan tanda-tanda nyeri (rewel) b. Nyeri menurun sampai tingkat yang dapat diterima anak c. Kondisikan lingkungan nyaman Intervensi
:
a. Kaji nyeri secara komprehensif (lokasi, durasi, frekuensi, intensitas). Rasional: Mengetahui tingkat skala nyeri b. Observasi isyarat –isyarat non verbal dari ketidaknyamanan. Rasional: Melihat kondisi penyebab ketidaknyamanan
c. Berikan pereda nyeri dengan manipulasi lingkungan (missal ruangan tenang, batasi pengunjung). Rasional: Menjaga kondisi lingkungan agar bayi tetap nyaman d. Berikan analgesik sesuai ketentuan Rasional: Pemberian kolaborasi untuk membantu mengurangi nyeri e. Kontrol faktor – faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien terhadap ketidaknyamanan (lingkungan yang berisik). Rasional: Membantu mengontrol keadaan lingkungan agar tetap nyaman IX.
IMPLEMENTASI Pelaksanaan adalah tahap pelaksananan terhadap rencana tindakan keperawatan yang telah ditetapkan untuk perawat bersama pasien. Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi, disamping itu juga dibutuhkan ketrampilan interpersonal, intelektual, teknikal yang dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi
yang tepat dengan
selalu
memperhatikan keamanan fisik dan psikologis. Setelah selesai implementasi, dilakukan dokumentasi yang meliputi intervensi yang sudah dilakukan dan bagaimana respon pasien X.
EVALUASI Perencanaan evaluasi memuat
kriteria keberhasilan proses dan
keberhasilan tindakan keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan jalan membandingkan antara proses dengan pedoman / rencana proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan antara tingkat kemandirian pasien dalam kehidupan sehari-hari dan tingkat kemajuan kesehatan pasien dengan tujuan yang telah di rumuskan sebelumnya. Adapun tujuan dari sasaran evaluasi keperawatan adalah sebagai berikut : a. Proses asuhan keperawatan, berdasarkan kriteria / rencana yang telah disusun. b. Hasil tindakan keperawatan ,berdasarkan kriteria keberhasilan yang telah di rumuskan dalam rencana evaluasi.
DAFTAR PUSTAKA Betz Cecily Lynn. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri Edisi 5. Jakarta: EGC Hernawatiaj. 2008. Tumbuh Kembang Anak 3-5 Tahun. Jakarta:EGC Hull david. Jhontson derek. 2008. Dasar-dasar pediatri edisi 3. Jakarta: EGC.Hal 66 Journal of Maternal, Child and Adolescent Health; California Birth Defects Monitoring Program at.2009 www.cdph.ca.gov/programs/cbdmp Manuaba.I.B.G. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC Wong.L Donna. 2008. Pedoma Klinis Keperawatan Pediatrik Edisi 4. Jakarta: EGC