Askep Paliatif Etik [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.A DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI HARGA DIRI RENDAH SITUASIONAL DI RUANG CEMPAKA RSUD Dr.SUDIRMAN KEBUMEN



Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata KuliahKeperawatan Paliatif



Disusun Oleh : ETIK YULITA SUBERTI NIM : A22020175



PRODI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG 2021



BAB I LAPORAN PENDAHULUAN



I. Chronic Kidney Disease (CKD) A. Definisi Chronic Kidney Disease (CKD) atau penyakit ginjal kronis didefinisikan sebagai kerusakan ginjal untuk sedikitnya 3 bulan dengan atau tanpa penurunan glomerulus filtration rate (GFR) (Nahas & Levin, 2010). CKD atau gagal ginjal kronis (GGK) didefinisikan sebagai kondisi dimana ginjal mengalami penurunan fungsi secara lambat, progresif, irreversibel, dan samar (insidius) dimana kemampuan tubuh gagal dalam mempertahankan metabolisme, cairan, dan keseimbangan elektrolit, sehingga terjadi uremia atau azotemia (Smeltzer, 2009). B. Klasifikasi Klasifikasi gagal ginjal kronis berdasarkan derajat (stage) LFG (Laju Filtration Glomerulus) dimana nilai normalnya adalah 125 ml/min/1,73m2 dengan rumus Kockroft – Gault sebagai berikut: Derajat Penjelasan LFG (ml/mn/1.73m2) 1. Kerusakan ginjal dengan LFG normal atau ↑ ≥ 90 2. Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau ringan 60-89 3. Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau sedang 30-59 4. Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau berat 15-29 5. Gagal ginjal < 15 atau dialisis Sumber : Sudoyo, 2006. Buku Ajar Ilmu penyakit Dalam. Jakarta: FKUI



C. Etiologi



Diabetes dan hipertensi baru-baru ini telah menjadi etiologi tersering terhadap proporsi GGK di US yakni sebesar 34% dan 21%. Sedangkan glomerulonefritis menjadi yang ketiga dengan 17%. Infeksi nefritis tubulointerstitial (pielonefritis kronik atau nefropati refluks) dan penyakit ginjal polikistik masing-masing 3,4%. Penyebab yang tidak sering terjadi yakni uropati obstruktif, lupus eritomatosus dan lainnya sebesar 21 %. (US Renal System, 2000 dalam Price & Wilson, 2006). Penyebab gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis di Indonesia tahun 2000 menunjukkan glomerulonefritis menjadi etiologi dengan prosentase tertinggi dengan 46,39%, disusul dengan diabetes melitus dengan 18,65%, obstruksi dan infeksi dengan 12,85%, hipertensi dengan 8,46%, dan sebab lain dengan 13,65% (Sudoyo, 2006). D. Patofisiologi Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam keadaan penurunan GFR/ daya saring. Metode adaptif ini memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron–nefron rusak. Beban bahan yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejalagejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80%-90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah itu (Barbara, 2009). Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan



produk sampah maka gejala akan semakin berat. Banyak gejala uremia membaik setelah dialysis (Brunner & Suddarth, 2007). 1. Penurunan GFR Penurunan GFR dapat dideteksi dengan mendapatkan urin 24 jam untuk pemeriksaan klirens kreatinin. Akibat dari penurunan GFR, maka klirens kretinin akan menurun, kreatinin akan meningkat, dan nitrogen urea darah (BUN) juga akan meningkat. 2. Gangguan Klirens Renal Banyak masalah muncul pada gagal ginjal sebagai akibat dari penurunan jumlah glumeruli yang berfungsi, yang menyebabkan penurunan klirens (substansi darah yang seharusnya dibersihkan oleh ginjal). 3. Retensi Cairan dan Natrium Ginjal



kehilangan



kemampuan



untuk



mengkonsentrasikan



atau



mengencerkan urin secara normal. Terjadi penahanan cairan dan natrium; meningkatkan resiko terjadinya edema, gagal jantung kongestif dan hipertensi. 4. Anemia Anemia terjadi sebagai akibat dari produksi eritropoetin yang tidak adequate, memendeknya usia sel darah merah, defisiensi nutrisi, dan kecenderungan untuk terjadi perdarahan akibat status uremik pasien, terutama dari saluran GI. 5. Ketidakseimbangan Kalsium dan Fosfat Kadar serum kalsium dan fosfat tubuh memiliki hubungan yang saling timbal balik, jika salah satunya meningkat, yang lain akan turun. Dengan menurunnya GFR, maka terjadi peningkatan kadar fosfat serum dan sebaliknya penurunan kadar kalsium. Penurunan kadar kalsium ini akan memicu sekresi paratormon, namun dalam kondisi gagal ginjal, tubuh tidak berespon terhadap peningkatan sekresi parathormon, akibatnya kalsium di tulang menurun menyebabkan perubahan pada tulang dan penyakit tulang.



6. Penyakit Tulang Uremik (Osteodistrofi) Terjadi dari perubahan kompleks kalsium, fosfat, dan keseimbangan parathormon.



E. Manifestasi Klinis Menurut Brunner & Suddart (2002) setiap sistem tubuh pada gagal ginjal kronis dipengaruhi oleh kondisi uremia, maka pasien akan menunjukkan sejumlah tanda dan gejala. Keparahan tanda dan gejala bergantung pada bagian dan tingkat kerusakan ginjal, usia pasien dan kondisi yang mendasari. Tanda dan gejala pasien gagal ginjal kronis adalah sebagai berikut: 1. Manifestasi Kardiovaskuler Mencakup hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivasi sistem renin-angiotensin-aldosteron), pitting edema (kaki, tangan, sakrum), edema periorbital, Friction rub perikardial, pembesaran vena leher. 2. Manifestasi Dermatologi Warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering, bersisik, pruritus, ekimosis, kuku tipis dan rapuh, rambut tipis dan kasar. 3. Manifestasi Pulmoner Krekels, sputum kental dan liat, napas dangkal, pernapasan Kussmaul. 4. Manifestasi Gastrointestinal Napas berbau amonia, ulserasi dan pendarahan pada mulut, anoreksia, mual, muntah, konstipasi dan diare, pendarahan saluran gastrointestinal. 5. Manifestasi Neurologi Kelemahan dan keletihan, konfusi, disorientasi, kejang, kelemahan tungkai, panas pada telapak kaki, perubahan perilaku. 6. Manifestasi Muskuloskeletal Kram otot, kekuatan otot hilang, fraktur tulang, foot drop. 7. Manifestasi Reproduktif Amenore dan atrofi testikuler.



F. Komplikasi Seperti penyakit kronis dan lama lainnya, penderita CKD akan mengalami beberapa komplikasi. Komplikasi dari CKD menurut Smeltzer dan Bare (2001) serta Suwitra (2006) antara lain adalah: 1. Hiperkalemi akibat penurunan sekresi asidosis metabolik, kata bolisme, dan masukan diit berlebih. 2. Perikarditis, efusi perikardial, dan tamponad jantung akibat retensi produk sampah uremik dan dialisis yang tidak adekuat. 3. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem renin angiotensin aldosteron. 4. Anemia akibat penurunan eritropoitin. 5. Penyakit tulang serta klasifikasi metabolik akibat retensi fosfat, kadar kalsium serum yang rendah, metabolisme vitamin D yang abnormal dan peningkatan kadar alumunium akibat peningkatan nitrogen dan ion anorganik. 6. Uremia akibat peningkatan kadar uream dalam tubuh. 7. Gagal jantung akibat peningkatan kerja jantung yang berlebihan. 8. Malnutrisi karena anoreksia, mual, dan muntah. 9. Hiperparatiroid, Hiperkalemia, dan Hiperfosfatemia. G. Pemeriksaan Penunjang 1. Radiologi Ditujukan untuk menilai keadaan ginjal dan derajat komplikasi ginjal. a. Ultrasonografi ginjal digunakan untuk menentukan ukuran ginjal dan adanya massa kista, obtruksi pada saluran perkemihan bagian atas. b. Biopsi Ginjal dilakukan secara endoskopik untuk menentukan sel jaringan untuk diagnosis histologis. c. Endoskopi ginjal dilakukan untuk menentukan pelvis ginjal. d. EKG mungkin abnormal menunjukkan ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa.



2. Foto Polos Abdomen Menilai besar dan bentuk ginjal serta adakah batu atau obstruksi lain. 3. Pielografi Intravena Menilai sistem pelviokalises dan ureter, beresiko terjadi penurunan faal ginjal pada usia lanjut, diabetes melitus dan nefropati asam urat. 4. USG Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkin ginjal , anatomi sistem pelviokalises, dan ureter proksimal, kepadatan parenkim ginjal, anatomi sistem pelviokalises dan ureter proksimal, kandung kemih dan prostat. 5. Renogram Menilai fungsi ginjal kanan dan kiri, lokasi gangguan (vaskuler, parenkhim) serta sisa fungsi ginjal. 6. Pemeriksaan Radiologi Jantung Mencari adanya kardiomegali, efusi perikarditis. 7. Pemeriksaan radiologi Tulang Mencari osteodistrofi (terutama pada falangks /jari) kalsifikasi metatastik. 8. Pemeriksaan Radiologi Paru Mencari uremik lung yang disebabkan karena bendungan. 9. Pemeriksaan Pielografi Retrograde Dilakukan bila dicurigai adanya obstruksi yang reversible. 10. EKG Untuk melihat kemungkinan adanya hipertrofi ventrikel kiri, tanda-tanda perikarditis, aritmia karena gangguan elektrolit (hiperkalemia). 11. Biopsi Ginjal Dilakukan bila terdapat keraguan dalam diagnostik gagal ginjal kronis atau perlu untuk mengetahui etiologinya 12. Pemeriksaan laboratorium menunjang untuk diagnosis gagal ginjal a. Laju endap darah b. Urin



Volume



: Biasanya kurang dari 400 ml/jam (oliguria atau urine tidak



ada (anuria). Warna



: Secara normal perubahan urine mungkin disebabkan oleh



pus / nanah, bakteri, lemak, partikel koloid,fosfat, sedimen kotor, warna kecoklatan menunjukkan adanya darah, miglobin, dan porfirin. Berat jenis : Kurang dari 1,015 (menetap pada 1,010 menunjukkan kerusakan ginjal berat). Osmolalitas : Kurang dari 350 mOsm/kg menunjukkan kerusakan tubular, amrasio urine / ureum sering 1:1. c. Ureum dan Kreatinin Ureum : Kreatinin : Biasanya meningkat dalam proporsi. Kadar kreatinin 10 mg/dL diduga tahap akhir (mungkin rendah yaitu 5). d. Hiponatremia e. Hiperkalemia f. Hipokalsemia dan hiperfosfatemia g. Hipoalbuminemia dan hipokolesterolemia h. Gula darah tinggi i. Hipertrigliserida j. Asidosis metabolic H. Penatalaksanaan Medis Tujuan



utama



penatalaksanaan



pasien



GGK



adalah



untuk



mempertahankan fungsi ginjal yang tersisa dan homeostasis tubuh selama mungkin serta mencegah atau mengobati komplikasi (Smeltzer, 2001; Rubenstain dkk, 2007). Terapi konservatif tidak dapat mengobati GGK namun dapat memperlambat progres dari penyakit ini karena yang dibutuhkan adalah terapi penggantian ginjal baik dengan dialisis atau transplantasi ginjal. Lima sasaran dalam manajemen medis GGK meliputi:



1. Untuk memelihara fungsi renal dan menunda dialisis dengan cara mengontrol proses penyakit melalui kontrol tekanan darah (diet, kontrol berat badan dan obat-obatan) dan mengurangi intake protein (pembatasan protein, menjaga intake protein sehari-hari dengan nilai biologik tinggi < 50 gr), dan katabolisme (menyediakan kalori non protein yang adekuat untuk mencegah atau mengurangi katabolisme). 2. Mengurangi manifestasi ekstra renal seperti pruritus , neurologik, perubahan hematologi, penyakit kardiovaskuler. 3. Meningkatkan kimiawi tubuh melalui dialisis, obat-obatan dan diet. 4. Mempromosikan kualitas hidup pasien dan anggota keluarga. (Black & Hawks, 2005). Penatalaksanaan konservatif dihentikan bila pasien sudah memerlukan dialisi tetap atau transplantasi. Pada tahap ini biasanya GFR sekitar 5-10 ml/mnt. Dialisis juga diiperlukan bila: 1. Asidosis metabolik yang tidak dapat diatasi dengan obat-obatan. 2. Hiperkalemia yang tidak dapat diatasi dengan obat-obatan. 3. Overload cairan (edema paru). 4. Ensefalopati uremic, penurunan kesadaran. 5. Efusi perikardial. 6. Sindrom uremia (mual,muntah, anoreksia, neuropati) yang memburuk.



II. Harga Diri Rendah 1.



KASUS (MASALAH UTAMA): Gangguan konsep diri: Harga diri rendah kronis.



2.



PROSES TERJADINYA MASALAH A. Definisi Perkembangan kebudayaan masyarakat banyak membawa perubahan dalam segi kehidupan manusia. Setiap perubahan situasi kehidupan baik positif maupun negatif dapat mempengaruhi



keseimbangan fisik, mental, dan psikososial seperti bencana dan konflik yang dialami sehingga berdampak sangat besar terhadap kesehatan jiwa seseorang yang berarti akan meningkatkan jumlah pasien gangguan jiwa(keliat, 2011). Harga diri seseorang di peroleh dari diri sendiri dan orang lain. Gangguan harga diri rendah akan terjadi jika kehilangan kasih sayang, perilaku orang lain yang mengancam dan hubungan interpersonal yang buruk. Tingkat harga diri seseorang berada dalam rentang tinggi sampai rendah.Individu yang memiliki harga diri tinggi menghadapi lingkungan secara aktif dan mampu beradaptasi secara efektif untuk berubah serta cenderung merasa aman. Individu yang memiliki harga diri rendah melihat lingkungan dengan cara negatif dan menganggap sebagai ancaman. (Keliat, 2011). Menurut



(Herman,



2011),



gangguan



jiwa



ialah



terganggunya kondisi mental atau psikologi seseorang yang dapat dipengaruhi dari faktor diri sendiri dan lingkungan. Hal-hal yang dapat mempengangaruhi perilaku manusia ialah keturunan dan konstitusi, umur, dan sex, keadaan badaniah, keadaan psikologik, keluarga, adat-istiadat, kebudayaan dan kepercayaan, pekerjaan, pernikahan dan kehamilan, kehilangan dan kematian orang yang di cintai, rasa permusuhan, hubungan antara manusia. B. Tanda dan Gejala a. Mengejek dan mengkritik diri. b. Merasa bersalah dan khawatir, menghukum atau menolak diri sendiri. c. Mengalami gejala fisik, misal: tekanan darah tinggi, gangguan penggunaan zat. d. Menunda keputusan. e. Sulit bergaul.



f. Menghindari kesenangan yang dapat memberi rasa puas. g. Menarik diri dari realitas, cemas, panic, cemburu, curiga dan halusinasi. h. Merusak diri: harga diri rendah menyokong klien untuk mengakhiri hidup. i. Merusak atau melukai orang lain. j. Perasaan tidak mampu. k. Pandangan hidup yang pesimitis. l. Tidak menerima pujian. m. Penurunan produktivitas. n. Penolakan tehadap kemampuan diri. o. Kurang memperhatikan perawatan diri. p. Berpakaian tidak rapi. q. Berkurang selera makan. r. Tidak berani menatap lawan bicara. s. Lebih banyak menunduk. t. Bicara lambat dengan nada suara lemah. C. Predisposisi a. Faktor yang mempengaruhi harga diri Meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua tidak realistis, kegagalan



yang berulang, kurang mempunyai



tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yang tidak realistis. b. Faktor yang mempengaruhi peran. Dimasyarakat umunya peran seseorang disesuai dengan jenis kelaminnya.Misalnya seseorang wanita dianggap kurang mampu, kurang mandiri, kurang obyektif dan rasional sedangkan pria dianggap kurang sensitive, kurang hangat, kurang ekspresif dibandingkan wanita.Sesuai dengan standar



tersebut, jika wanita atau pria berperan tidak sesuai lazimnya maka dapat menimbulkan konflik diri maupun hubungan sosial. c. Faktor yang mempengaruhi identitas diri. Meliputi ketidak percayaan, tekanan dari teman sebaya dan perubahan struktur sosial. Orang tua yang selalu curiga pada anak akan menyebabkan anak menjadi kurang percaya diri, ragu dalam mengambil keputusan dan dihantui rasa bersalah ketika akan melakukan sesuatu. Control orang yang berat pada anak remaja akan menimbulkan perasaan benci kepada orang tua. Teman sebaya merupakan faktor lain yang berpengaruh pada identitas. Remaja ingin diterima, dibutuhkan dan diakui oleh kelompoknya, d. Faktor biologis Adanya kondisi sakit fisik yang dapat mempengaruhi kerja hormon secara umum, yang dapat pula berdampak pada keseimbangan neurotransmitter di otak, contoh kadar serotonin yang menurun dapat mengakibatkan klien mengalami depresi dan pada pasien depresi kecenderungan harga diri dikuasai oleh pikiran-pikiran negatif dan tidak berdaya. D. Presipitasi Masalah khusus tentang konsep diri disebabkan oleh setiap situasi yang dihadapi individu dan ia tidak mampu menyesuaikan. Situasi atas stressor dapat mempengaruhi komponen. Stressor yang dapat mempengaruhi gambaran diri adalah hilangnya bagian tubuuh, tindakan operasi, proses patologi penyakit, perubahan struktur dan fungsi tubuh, proses tumbuh kembang prosedur tindakan dan pengobatan. Sedangkan stressor yang dapat mempengaruhi harga diri dan ideal diri adalah penolakan dan kurang penghargaan diri dari orang tua dan orang yang berarti, pola asuh yang tidak tepat, misalnya selalu dituntut, dituruti,



persaingan dengan saudara, kesalahan dan kegagalan berulang, cita-cita tidak terpenuhi dan kegagalan bertanggung jawab sendiri. Stressor pencetus dapat berasal dari internal dan eksternal: a. Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan peristiwa yang mengancam kehidupan. b. Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dan individu mengalaminya sebagai frustasi.



Ada tiga jenis transisi peran: a. Transisi peran perkembangan adalah perubahan normative yang berkaitan dengan pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap perkembangan dalam kehidupan individu atau keluarga dan norma-norma budaya, nilai-nilai serta tekanan untuk menyesuaikan diri. b. Transisi



peran



berkurangnya



situasi anggota



terjadi



dengan



keluarga



melalui



bertambah



atau



kelahiran



atau



kematian. c. Transisi peran sehat-sakit terjadi akibat pergeseran dari sehat ke keadaan sakit. Transisi ini dapat dicetuskan oleh kehilangan bagian tubuh, perubahan ukuran, bentuk, penampilan atau fungsi tubuh, perubahan fisik yang berhubungan dengan tumbuh



kembang



normal.



Perubahan



tubuh



dapat



mempengaruhi semua komponen konsep diri yaitu gambaran diri, identitas diri, peran dan harga diri.



E. Rentang Respon



Keterangan: 1. Aktualisasi diri adalah pernyataan diri positif tentang latar belakang pengalaman nyata yang sukses diterima. 2. Konsep diri positif



adalah individu mempunyai



pengalaman yang positif dalam beraktualisasi. 3. Harga diri rendah adalah transisi antara respon diri adaptif dengan konsep diri maladaptif. 4. Kerancuan identitas adalah kegagalan individu dalam kemalangan aspek psikososial dan kepribadian dewasa yang harmonis. 5. Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistis terhadap diri sendiri yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat membedakan dirinya dengan orang lain.



F. Pohon Masalah Pohon masalah yang muncul menurut Fajariyah (2012) :



G. DIAGNOSIS KEPERAWATAN 1. Gangguan citra tubuh 2. Kesiapan meningkatkan konsep diri 3. Harga diri rendah (kronis, situasional dan resiko situasional) 4. Ketidakefektifan performa peran 5. Gangguan identitas pribadi H. MEKANISME KOPING Mekanisme koping menurut Deden (2013) : Jangka pendek : 1. Kegiatan yang dilakukan untuk lari sementara dari krisis : pemakaian obat-obatan, kerja keras, nonoton tv terus menerus. 2. Kegiatan mengganti identitas sementara: ikut kelompok sosial, keagamaan, politik. 3. Kegiatan yang memberi dukungan sementara : kompetisi olah raga kontes popularitas.



4. Kegiatan mencoba menghilangkan anti identitas sementara : penyalahgunaan obat-obatan. Jangka Panjang : 1. Menutup identitas : terlalu cepat mengadopsi identitas yang disenangi dari orang-orang yang berarti, tanpa mengindahkan hasrat, aspirasi atau potensi diri sendiri. 2. Identitas negatif : asumsi yang pertentangan dengan nilai dan harapan masyarakat. Mekanisme Pertahanan Ego: Mekanisme pertahanan ego yang sering digunakan adalah : fantasi, disasosiasi, isolasi, proyeksi, mengalihkan marah berbalik pada diri sendiri dan orang lain.



ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.A DIAGNOSA MEDIS GGK DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI HARGA DIRI RENDAH SITUASIONAL DI RUANG CEMPAKA RSUD DR.SUDIRMAN KEBUMEN



RUANG RAWAT : RUANG CEMPAKA TANGGAL DI RAWAT: 25-30 Juni 2021 A.IDENTITAS KLIEN Inisial



: Ny.A



(P)



Tanggal pengkajian: 26 Juni 2021 pukul 09.30 wib Alamat



: Panjer 02/03 Kebumen



Umur



: 42 tahun



Agama



: Islam



Status perkawinan : Menikah Pekerjaan



: Ibu rumah tangga



RM No



: 464134



Dx Medis



: CKD on HD rutin



B. ALASAN MASUK RUMAH SAKIT Klien mengatakan seseg nafas,mual, badan lemes, pandangan mata tidak jelas,kedua kaki lemes tidak bisa jalan. Klien sudah HD rutin seminggu 2 kali setiap hari selasa dan jumat pagi. Klien mengatakan mempunyai riwayat diabetes dan tensi tinggi. Kemudian klien di bawa ke rumah sakit oleh keluarganya.



C.FAKTOR PREDISPOSISI Biologis Klien mengatakan tidak ada riwayat penyakit keturunan,orang tua dan kekek neneknya tidak ada yang mengalami sakit seperti yang di alami klien saat ini. Klien mengatakan tidak ada riwayat kecelakaan atau trauma lain, status nutrisi juga baik, klien menderita diabetes sudah lama. Psikososial Saat bekomunikasi klien menunjukan sikap yang sedih, klien mengatakan sakitnya sudah lama, dahulu sering ke pengobatan alternatif tapi tidak kunjung sembuh juga.kemudian klien berobat ke rumah sakit. Klien mengatakan sedih karena sekarang pandangan mata sudah tidak jelas, kedua kaki lemah, sudah tidak bisa berdiri dan berjalan. Klien mengatakan merasa tidak enak kepada keluarga karena cuma merepotkan. klien hanya pasrah terkait kondisi sakitnya,tidak berharap bisa sembuh kembali. Sosial Budaya Klien adalah seorang perempuan berusia 42 tahun, pendidikan klien adalah tamat SMA. Suami klien adalah seorang pekerja serabutan, penghasilanya hanya cukup untuk memenuhi kehidupan sehari hari. Sementara untuk berobat klien memiliki JKN PBI dari pemerintah. Klien mengatakan tetangga peduli dan merasa kasihan terhadap kondisi klien saat ini. Klien merasa sedih karena sudah tidak bisa aktif lagi mengikuti kegiatan yang ada di lingkungan. D.FAKTOR PRESIPITASI Saat ini klien menderita Gagal Ginjal Kronis, diabetes dan hipertensi, klien harus cuci darah rutin seminggu 2 kali yaitu setiap hari selasa dan jumat pagi.



Klien terlihat seseg nafas dan lemes, klien juga mengeluh mual dan tidak nafsu makan. Saat berkomunikasi dengan perawat, klien sering tidur membelakangi perawat, klien mengatakan merasa sedih dan malu karena sudah tidak bisa berjalan, pandangan mata tidak jelas, Klien merasa cuma merepotkan keluarga saja. E.PENGKAJIAN FISIK Keadaan Umum : KU klien saat ini lemah,terlihat sesak nafas. Pemeriksaan vital sign : TD: 180/100 mmHg SpO2: 96%



HR: 104 x/m



SB:36,6 0C



RR:26 x/m



Terpasang oksigen 3 liter/mnt.



Pemeriksaan fisik : Bentuk kepala bulat,wajah pucat,konjungtiva anemis, badan kurus,kulit kering bersisik dan kedua kaki bengkak. Pengkajian psikososial : Klien mengatakan meras sedih dengan kondisi sakitnya, kondisi klien sekarang jadi merepotkan keluarga. Klien sering sulit tidur, sering merasa mual apabila menjelang waktu cuci darah. Genogram:



F. STATUS MENTAL Penampilan umum : Secara umum penampilan klien bersih. Pembicaraan : Cara bicara klien lambat, suara lirih, kurang mampu memulai pembicaraan. Aktivitas motorik: Klien terlihat lesu,kadang kadang gelisah,kedua tangan tremor. Alam perasaan : Klien mengatakan saat ini merasa khawatir, sedih karena hidupnya bergantung orang lain,tidak bisa mandiri.kadang hampir putus asa. Interaksi selama wawancara : Selama interaksi dengan perawat, klien kadang posisi klien membelakangi perawat. Tingkat kesadaran dan orientasi : Orientasi klien terhadap orang baik, klien bisa membedakan waktu pagi,siang ataupun malam, orientasi tempat juga baik, klien mengtakan saat ini sedang di rawat di rumah sakit Kebumen. Memori : Memori klien baik, klien tidak ada gangguan daya ingat jangka pendek ataupun jangka panjang. Daya tilik diri : Klien menerima kondisi sakitnya saat ini dan tidak menyalahkan hal hal di luar dirinya.



G. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG Makan : Dengan kondisi saat ini, untuk makan pasien tergantung kepada keluarganya, makanan perlu di sajikan oleh keluarganya. Kadang klien makan sendiri. BAB/BAK : Untuk kebutuhan BAB/BAK klien memerlukan bantuan keluarganya, karena klien sulit untuk duduk.



Mandi : Untuk mandi klien tergantung pada bantuan keluarganya. Penggunaan obat : Untuk meminum obat klien perlu bantuan keluarga untuk menyiapkannya. Kegiatan di rumah : Untuk kegiatan di rumah, aktifitas klien sebagian besar di tempat tidur, kadang kadang duduk di kursi di teras rumah.



H. MEKANISME KOPING Mekanisme koping klien saat sakitnya kambuh yaitu dengan mambaca istighfar. I. ASPEK MEDIS Diagnosa medis : CKD on HD rutin, DM, HT. Terapi yang di berikan: Inj furosemid 2x 1 15 miligram. Inj ceftriaxin 2x 1 gram. CaCO3



3x1 tab.



Asam folat 3x 1 tab Candesartan 1x 8 mg. Nitrokaf 2x 1 tab Azitromycin 1 x 500mg. Pemeriksaan penunjang : Rongten thorax : Cardiomegali dengan peningkatan corakan vaskuler pulmo Bronchopneumonia.



Laboratorium : PEMERIKSAAN



HASIL



Hemoglobin



11



g/dl.



Leukosit



6,2



10^3 /ul



Trombosit



75



10^3/ul



GDS



169



mg/dl



Ureum



56,8



mg/dl



Creatinin



3,97



mg/dl



Kalium



4,22



mmol/L



Natrium



141,6 mmol/L



Chlorida



110,2 mmol/L



HBsAG



Negative



RDT COVID-19 IgM



Non reaktif



RDT COVID-19 IgM



Non reaktif



Golongan Darah



B Rh(D) positive



SGOT



34 U/L



SGPT



12 U/L



J. ANALISA DATA Tgl/Jam



26/06/2021 10.00 WIB



Data Fokus



Diagnosa



DS: Harga Diri Rendah  Klien mengatakan Situasional badan terasa lemes, nafas sesak, mual, tidak nafsu makan.  Klien mengatakan merasa malu dan merasa merepotkan keluarga Karena sudah tidak bisa jalan dan pandangan mata sudah tidak jelas,merasa hidupnya sudah tidak berguna. DO:  Klien berbicara dengan pelan dan suara lirih.  Klien saat berkomunikasi dengan perawat posisinya sering membelakangi perawat.



Paraf



Etik



Tgl/Jam



Data Fokus



Diagnosa



26/06/2021 10.00 wib DS: Pola nafas tidak  Klien mengatakan efektif nafas terasa sesak, lemes,mual.  Klien mengeluh tidak bisa istirahat. DO:  Pola nafas pasien takipnea.  Terlihat saat nafas menggunakan otot bantu nafas.



K. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1.Harga diri rendah situasional 2.Pola nafas tidak efektif



Paraf



Etik



L.RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN Tgl/Jam



Diagnosa



Rencana Keperawatan Tujuan



26/06/2021



Harga diri Setelah di lakukan rendah tindakan keperwatan situasional selama 2x24 jam diharapan TUM:  Klien mampu mengekspresikan pandangan positif utuk masa datang dan memulai kembali tingkatan fungsi sebelumnya. TUK :  Mengidentifikasi aspek aspek positif yang di miliki.  Mengidentifikasi cara cara menggunakan control dan mempengaruhi hasil.  Mengidentifikasi sumber ancaman terhadap harga diri.  Kekuarga dapat membantu klien mengidentifikasi kemampuan yang di miliki klien.  Keluarga dapat memotivasi klin untuk melakukan kegiatan yang sudah di latih dan



Tindakan  Bantu klien dalam mengidentifikasi dan mengekspresikan perasaan.  Identifikasi kemampuan dan aspek positif yang di miliki.  Identifikasi pandangan tentang hubungan antara spriritual dan Kesehatan  Fasilitasi memahami rasa bersalah adalah reaksi umum terhadap situasi berduka  Ajarkan menggunakan Teknik menghentikan pikiran dan substitusi pikiran dengan relaksasi otot saat pikiran bersalah terus di rasakan.  Fasilitasi dukungan spiritual.  Beri kesempatan klien untuk mencoba kegiatan yang telah di latihkan.  Berikan pujian atas kegiatan klien yag sudah di lakukan.  Bantu klien menerima perasaan positif dan negative.  Jelaskan kepada keluarga tentag harga diri rendah yang di alami klien.



Rasional  Pemahaman klien tentang pandangan harga diri klien mengidentifi kasi kepada penyebab harga diri.  Kemampuan positif yang dimiliki klien dapat meningkatka n percaya diri.  Kegiatan positif akan meningkatka n harga diri klien.  Sikap penerimaan diri salah.  Tujuan realistis untuk mencapai harga diri yang lebih tinggi.  Lingkungan mempengaru hi minat klien dalam meningkatka n harga diri.  Penghargaan



memberikan pujian atas keberhasilan klien.



26/06/2021 10.00 wib



Pola nafas tidak efektif



Setelah di lakukan tidakan keperawatan selama 2x24 jam pola nafas kembali normal dengan criteria hasil  Frekuensi,irama ,kedalaan,suara auskultasi nafas dalam batas normal  SpO2 kisaran 95 -100 %  Tidak ada penggunaan alat bantu nafas  Tidak ada sianosis



 Jelaskan kepada keuarga mengenai kemampuan yang di mliki klien dan pujiklien atas kemampuanya  Jelaskan cara cara merawat klien tentang harga diri rendah.



dan pujian akan memotifasi klien dalam



 Monitor kecepatan  Mengetahui ,irama,kedalaman dan dan kesulitan bernafas. memastikan  Auskultasi dan monitor kepatenan jalan nafas suara nafas dan  Monitor bunyi nafas pertukaran tambahan gas yang  Monitor adanya adekuat. sputum  Mengumpulk  Anjurkan minum air an dan hangat menganalisa  Ajarkan batuk efektif data  Monitor saturasi pernafasan oksigen dan suhu  Monitor hasil foto tubuh untuk thorak menentukan  Berikan oksigen sesuai dan kebutuhan mencegah  Posisikan klien untuk komplikasi. memaksialkan  Menghindari ventilasi. penekanan  Anjurkan batasi asupan pada jalan cairan. nafas untuk meminimalk an penyempitan jalan nafas.  Meningkatka n pengetahuan dan menstabilkan pola nafas.



IMPLEMENTASI KEPERAWATAN



Tanggal / Jam



Diangnosa / SP



26/06/2021



Harga Diri Rendah Situasiona l



10.30 WIB



Implementasi 



































Membina hubungan saling percaya Membuat kontrak pertemuan dengan klien Membantu kien mengidentifikasi dan menguraikan perasaanya Membantu klien mengenal penyebab harga diri rendah Melatih satu aspek positif yang di miliki klien. Memberikan pujian atas tindakan yang di lakukan klien Menganjurkan pasien melakukan terapi murotal Berdiskusi dengan keluarga tentang harga diri rendah yang di alami klien Berdiskusi dengan keluarga mengenai kemampuan yang di miliki klien.



Respon



Paraf







Klien mau Etik berkenalan







Klien setuju







Klien menguraian perasaanya saat ini Klien mengerti















Klien bisa merapikan rambut Klien senang







Klien membaca surat al fatiha







Keluarga mengerti







Keluarga mengerti







26/06/2021 10.30 WIB



Menjelaskan kepada keluarga tentang cara cara merawat klien dengan harga diri rendah.







Keluarga mengerti.



Pola nafas  Memonitor pola nafas tidak (frekuensi, kedalaman, efektif usaha nafas)  Memonitor bunyi nafas tambahan  Memonitor sputum







Frekuensi nafas 26 x/m







 Memposisikan semifoler atau folwer  Memberikan minum air hangat







 Memberi oksigen, 3 L/M.  Mengajarkan batuk efektif







Bunyi nafas ronchi Sputum tidak banyak Posisi pasien semi fowler Klien minum hangat 4 sendok Terpasang oksigen 3 l/m Klien sulit melakukan batuk efektif















Etik



EVALUASI KEPERAWATAN



Tanggal / Jam



Diagnosa / SP



26/06/202 1 14.30



Harga Diri Rendah Situasional



Evaluasi S:



Paraf Etik



    



Klien mengatakan tahu penyebab harga diri rendah dirinya. Klien mengatakan belum mampu melakukan aspek positif dirinya karena merasa lemas Klien mengatakan apabila sedih,dirinya mendengarkan bacaan Al-Qur’an. Klien mengatakan masih sering merasa sedih. Keluarga mengatakan tahu cara merawat klien dengan harga diri rendah.



O: 







Pasien terlihat lebih rileks, saat berkomunikasa jarang membelakangi perawat, suara lebih keras. Kontak mata ada saat berkomunikasi



A : Masalah teratasi sebagian P : Lanjutkan intervensi  Edukasi untuk berdzikir saat sedih.  Edukasi keluarga untuk mendampingi klien



Pola nafas



Etik



26/06/202 1 14.30



tidak efektif



S :Pasien mengatakan masih seseg napas O :KU sedang, pasien lebih rileks TD 160/100 mmHg HR 108 x/m SB 37 RR 24 x/m A : Masalah teratasi sebagian P: 



Edukasi untuk membatasi asupan cairan dan tidak mengkonsumsi buah yang mengandung kalium.



27/01/202 0 14.30 WIB



Harga Diri Rendah Situasional



S:



Etik 



  



Klien mengatakan mampu melakukan aspek positif dirinya yaitu bisa merapikan rambut dan pakaian. Klien mengatakan sudah lebih baik dari kemarin Klien mengatakan kalo sedih sekarang dengan beristigfar Keluarga mendampingi klien



O:  



Pasien terlihat lebih rileks dari hari kemarin Kontak mata ada saat berkomunikasi



A : Masalah teratasi P : Lanjutkan intervensi  



Berikan motivasi ulang. Edukasi keluarga cara perawatan klien harga diri rendah di rumah.



27/06/202 1



Pola nafas tidak efektif



S :Pasien mengatakan seseg napas berkurang, malam bisa tidur.



14.30 WIB O :KU sedang, pasien lebih rileks TD 150/100 mmHg HR 100 x/m SB 36,7 RR 22 x/m



A : Masalah teratasi



P:  



Edukasi RTL (persiapan pulang) Edukasi untuk rutin HD



Etik



DAFTAR PUSTAKA Anonim.



Dialisis



Pada



Diabetes



Melitus.



http://internis.files.wordpress.com/2011/01/dialisis-pada-diabetes-melitus.pdf diakses pada tanggal 23 Februari 2014. Anita dkk. Penggunaan Hemodialisis pada Bidang Kesehatan yang Memakai Prinsip



Ilmu



Fisika.



http://dc128.4shared.com/doc/juzmT0gk/preview.html



diakses pada tanggal 23 Februari 2014. Bakta, I Made & I Ketut Suastika. 1999. Gawat Darurat di Bidang Penyakit Dalam. Jakarta: EGC. Nahas, Meguid El & Adeera Levin. 2010. Chronic Kidney Disease: A Practical Guide to Understanding and Management. USA: Oxford University Press. PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator Diagnosti, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI. PPNI. 2018. Standar Intervensi keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI. PPNI. 2018. Standar Luaran keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI. Price, Sylvia A. & Lorraine M. Wilson. 2002. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Volume 2. Jakarta: EGC. Smeltzer, S. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth. Volume 2 Edisi 8. Jakarta: EGC.



Bahtiar F.Revya. 2016. Upaya Penatalaksanaan Pola Nafas Tidak Efektif Pada Pasien Chronic Kidney Disease Di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro