5 0 154 KB
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ginjal adalah salah satu organ sistem kemih atau uriner yang bertugas menyaring dan membuang cairan, sampah metabolisme dari dalam tubuh seperti diketahui setelah sel-sel tubuh mengubah, makanan menjadi energi, maka akan dihasilkan pula sampah sebagai hasil sampingan dari proses metabolisme tersebut yang harus dibuang segera agar tidak meracuni tubuh. Gagal ginjal kronis merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan ireversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah). Di negara maju, angka penderita gangguan ginjal cukup tinggi. Di Amerika Serikat misalnya angka kejadian penyakit gagal ginjal meningkat tajam dalam 10 tahun. Tahun 1996 terjadi 166.000 kasus gagal ginjal tahap akhir dan pada tahun 2000 menjadi 372.000 kasus. angka ini diperkirakan, amsih akan terus naik. Pada tahun pada tahun 2010 jumlahnya diperkirakan lebih dari 650.000 kasus.Selain diatas, sekitar 6 juta hingga 20 juta individu di Amerika diperkirakan mengalami Gagal Ginjal Konik (GGK) tahap awal. Hal yang sama juga terjadi di Jepang di negeri Sakura itu, pada akhir tahun 1996 di dapatkan sebanyak 167.000 penderita yang menerima, terapi pengganti ginjal. Sedangkan tahun 2000 terjadi peningkatan lebih dari 200.000 penderita (Smeltzer, 2013). B. Rumusan Masalah 1.
Apa definisi gagal ginjal
2.
Bagaimana etiologi gagal ginjal
3.
Apa sajaklasifikasi gagal ginjal
4.
Bagaimana patofisiologi gagal ginjal
5.
Bagaimana pathway gagal ginjal 1
6.
Apa saja manifestasi klinik gagal ginjal
7.
Apa saja komplikasi gagal ginjal
8.
Apa saja pemeriksaan diagnostik gagal ginjal
9.
Bagaimana penatalaksanaan medis gagal ginjal
10. Bagaimana aspek paliatif care pada penderita gagal ginjal kronik 11. Bagaimana konsep asuhan keperawatan gagal ginjal kronik C. Tujuan 1. Tujuan Umum Agar mahasiswa mampu memahami tentang rencana asuhan keperawatan dan patofisiologi penyakit kronik pada gagal ginjal. 2. Tujuan Khusus Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang : a. Definisi gagal ginjal b. Etiologi gagal ginjal c. Klasifikasi gagal ginjal d. Patofisiologi gagal ginjal e. Pathway gagal ginjal f. Manifestasi klinik gagal ginjal g. Komplikasi gagal ginjal h. Pemeriksaan diagnostik gagal ginjal i. Penatalaksanaan medis gagal ginjal j. Aspek paliatif care pada penderita gagal ginjal kronik k. Konsep asuhan keperawatan gagal ginjal kronik
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Gagal Ginjal Gagal ginjal kronik adalah gangguan fungsi renal yang progresif dan ireversibel dimana tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit. Gagal ginjal kronik terjadi apabila ginjal sudah tidak mampu mempertahankan keadaan lingkunagn internal yang konsisten dengan kehidupan dan pemulihan fungsi tidak dimulai. Pada kebanyakn induvidu transisi dari sehat ke status kronis atau penyakit yang menetap sangat lamban dan menunggu beberapa tahun (Brunner dan Sudarth, 2002). Gagal ginjal yaitu kehilangan kemampuannya untuk mempertahankan volume dan komposisi cairan tubuh dalam keadaan asupan makanan normal. Gagal ginjal biasanya dibagi menjadi dua kategori yaitu kronik dan akut. Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan lambat pada setiap nefron (biasanya berlangsung beberapa tahun dan tidak reversible) (Price & Wilson, 2010) B. Etiologi Gagal Ginjal Menurut Muttaqin (2012) penyebab gagal ginjal kronik sebagai berikut : 1. Penyakit dari ginjal a. Penyakit infeksi tubulointerstitial : Pielonefritis kronik atau refluks nefropati. b. Penyakit peradangan : Glomerulonefritis. c. Penyakit vaskuler hipertensif : Nefrosklerosis benigna, Nefrosklerosis maligna, Stenosis arteria renalis. 2. Penyakit diluar ginjal a. Gangguan jaringan ikat : Lupus eritematosus sistemik, poliarteritis nodosa, sklerosis sistemik progresif.
3
b. Gangguan congenital dan herediter : Penyakit ginjal polikistik, asidosis tubulus ginjal c. Penyakit
metabolik
:
diabetes
mellitus,
gout,
hiperparatiroidisme,
amyloidosis d. Nefropati toksik : Penyalahgunaan analgesi, nefropati timah. C. Klasifikasi gagal ginjal Menurut Muttaqin (2012) sesuai dengan test kreatinin klirens, maka Gagal ginjal kronik dapat di klasifikasikan menjadi 4, dengan pembagian sebagai berikut : 1. Stadium I Penurunan cadangan ginjal (faal ginjal antar 50 %-75 %). Tahap inilah yang paling ringan, dimana faal ginjal masih baik. Pada tahap ini penderita belum merasasakan gejala gejala dan pemeriksaan laboratorium faal ginjal masih dalam batas normal. Selama tahap ini kreatinin serum dan kadar BUN (Blood Urea Nitrogen) dalam batas normal dan penderita asimtomatik. 2. Stadium II Insufiensi ginjal (faal ginjal antar 20 %-50 %). Pada tahap ini penderita dapat melakukan tugas tugas seperti biasa padahal daya dan konsentrasi ginjal menurun. Pada tahap ini lebih dari 50 % jaringan yang berfungsi telah rusak. Kadar BUN baru mulai meningkat diatas batas normal. Peningkatan konsentrasi BUN ini berbeda beda, tergantung dari kadar protein dalam diit. Pada stadium ini kadar kreatinin serum mulai meningkat melebihi kadar normal. 3. Stadium III Uremi gagal ginjal (faal ginjal sekitar 10-20%). Semua gejala sudah jelas dan penderita masuk dalam keadaan dimana tidak dapat melakukan tugas sehari hari sebagaimana mestinya.. Pada Stadium ini, sekitar 90 % dari massa nefron telah hancur. Nilai GFR nya 10-20 % dari keadaan normal dan kadar kreatinin mungkin sebesar 5-10 ml / menit atau kurang.
4
4. Stadium IV Penyakit ginjal stadium akhir (ESRD), yang terjadi apabila GFR menurun menjadi kurang dari 5% dari normal. Hanya sedikit nefron fungsional yang tersisa. Di seluruh ginjal ditemukan jaringan parut dan atrofi tubulus. D. Patofisiologi Gagal Ginjal Berdasarkan proses perjalanan penyakit dari berbagai penyebab yaitu infeksi, vaskuler, zat toksik, obstruksi saluran kemih yang pada akhirnya akan terjadi kerusakan nefron sehingga menyebabkan penurunan GFR (Glomelular Filtration Rate) dan menyebabkan CKD (cronic kidney disease), yang mana ginjal mengalami gangguan dalam fungsi eksresi dan dan fungsi non-eksresi. Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah maka gejala akan semakin berat ,dari proses sindrom uremia terjadi pruritus, perubahan warna kulit. Sindrom uremia juga bisa menyebabkan asidosis metabolik akibat ginjal tidak mampu menyekresi asam (H+) yang berlebihan. Penurunan sekrsi asam akibat tubulus ginjal tidak mampu menyekresi ammonia (NH3-) dan megapsorbsi natrium bikarbonat (HCO3-). Penurunan eksresi fosfat dan asam organik yang terjadi, maka muntah dan muntah tidak dapat dihindarkan. Sekresi kalsium mengalami penurunan sehingga hiperkalemia, penghantaran listrik dalam jantung terganggu akibatnya terjadi penurunan COP (cardiac output), suplai O2 dalam otak dan jaringan terganggu. Penurunan sekresi eritropoetin sebagai faktor penting dalam stimulasi produksi sel darah merah oleh sumsum tulang menyebabkan produk hemoglobin berkurang dan terjadi anemia sehingga peningkatan oksigen oleh hemoglobin (oksihemoglobin) berkurang maka tubuh akan mengalami keadaan lemas dan tidak bertenaga. Gangguan clerence renal terjadi akibat penurunan jumlah glomerulus yang berfungsi. Penurunan laju filtrasi glomerulus di deteksi dengan memeriksa clerence kretinin dalam darah yang menunjukkan penurunan
5
clerence kreatinin dan peningkatan kadar kreatinin serum. Retensi cairan dan natrium dapat megakibatkan edema. Ketidakseimbangan kalsium dan fosfat merupakan gangguan metabolisme. Kadar kalsium dan fosfat tubuh memiliki hubungan timbale balik. Jika salah satunya meningkat maka fungsi yang lain akan menurun.
Dengan
menurunnya
filtrasi
melaui
glomerulus
ginjal
maka
meningkatkan kadar fosfat serum, dan sebaliknya, kadar serum kalsium menurun. Penurunan kadar kalsium serum menyebabkan sekresi parathhormon dari kelenjar paratiroid, tetapi gagal ginjal tubuh tidak dapat merspons normal terhadap peningkatan
sekresi
parathormon
sehingga
kalsium
ditulang
menurun,
menyebabkan terjadinya perubahan tulang dan penyakit tulang. (Price Sylvia, 2010)
6
Obstruksi saluran kemih
E. Pathway Gagal ginjal kronik Vaskuler Arterio Skeloris
Infeksi Reaksi antigen antbodi
Zat toksik
Suplai darah ginjal turun
Batu besar dan kasar
Retensi urin
Menekan saraf perifer
Tertimbun ginjal
Iritasi/cidera jaringan Hematuria Anemia
Nyeri pinggang GFR turun GGK Sekresi protein terganggu
Sekresi eritropoitis turun
Retensi Na
Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
Total CES naik
Suplai dalam turun
nutrisi darah
Tekanan Kapiler naik
Oksihemoglobin turun Gangguan perfusi jaringan
Edema (kelebihan volume cairan) Preload naik
Ketidakefektifan pola nafas
COP Turun
Suplai turun
Payah jantung kiri
Beban jantung naik Hipertrofi ventrikel kiri
Produksi Hb turun
Aliran darah ginjal Suplai O2
RAA turun Retensi Na & H2O naik
Suplai O2 ke otak turun jaringan
Metab. anaerob
Kelebihan Vol. cairan
Timb.
Asam
laktat
naik Fatique, Nyeri sendi
7
Syncope (kehilangan kenyamanan)
Intoleransi aktivitas
O2
kasar
Intolerans
F. Manifestasi Klinik Gagal Ginjal Menurut Smeltzer (2013) tanda dan gejala gagal ginjal kronik antara lain : 1. Gangguan pada sistem gastrointestinal a. Anoreksia, mual dan muntah yang berhubungan dengan gangguan metabolisme protein dalam usus dan terbentuknya zat-zat toksik. b. Fetor uremik : disebabkan ureum yang berlebihan pada air liur yang diubah menjadi amonia oleh bakteri sehingga nafas berbau ammonia. 2. Gangguan sistem Hematologi dan kulit a. Anemia, karena berkurangnya produksi eritropoetin. b. Kulit pucat karena anemia dan kekuningan karena penimbunan urokrom. c. Gatal-gatal akibat toksin uremik. d. Trombositopenia (penurunan kadar trombosit dalam darah). e. Gangguan fungsi kulit (Fagositosis dan kemotaksis berkurang). 3. Sistem Syaraf dan otak. a. Miopati, kelelahan dan hipertropi otot. b. Ensepalopati metabolik : Lemah, Tidak bisa tidur, gangguan konsentrasi. 4. Sistem Kardiovaskuler a. Hipertensi b. Nyeri dada, sesak nafas c. Gangguan irama jantung akibat sklerosis dini d. Edema 5. Sistem endokrin a. Gangguan seksual : libido, fertilitas dan penurunan seksual pada laki-laki, pada wanita muncul gangguan menstruasi. b. Gangguan metabolisme glukosa, retensi insulin dan gangguan sekresi insulin. 6. Gangguan pada sistem lain. a. Tulang : osteodistrofi renal. b. Asidosis metabolik akibat penimbunan asam organik.
8
G. Komplikasi Gagal Ginjal Menurut Smeltzer (2013) komplikasi potensial gagal ginjal kronik yang memerlukan pendekatan kolaboratif dalam perawatan, mencakup : 1. Hiperkalemia Akibat penurunan eksresi,asidosis metabolic, katabolisme dan masukan diet berlebih 2. Pericarditis Efusi pericardial, dan tamponade jantung akibat retensi produk sampah uremik dan dialysis yang tidak adekuat 3. Hipertensi Akibat retensi cairan dan natrium serta mal fungsi system rennin, angiotensin, aldosteron 4. Anemia Akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel darah merah, peradangan gastro intestinal 5. Penyakit tulang serta klasifikasi metastatic akibat retensi fosfat H. Pemeriksaan Diagnostik Gagal Ginjal Nursalam (2009) pemeriksaan diagnostik gagal ginjal antara lain : 1. Elektrokardiogram (EKG), Perubahan yang terjadi berhubungan dengan ketidakseimbangan elektrolit dan gagal jantung. 2. Kajian foto toraks dan abdomen, Perubahan yang terjadi berhubungan dengan retensi cairan. 3. Osmolalitas serum, Lebih dari 285 mOsm/kg 4. Pelogram Retrograd, Abnormalitas pelvis ginjal dan ureter 5. Ultrasonografi Ginjal, Untuk menentukan ukuran ginjal dan adanya masa, kista, obstruksi pada saluran perkemihan bagian atas 6. Endoskopi Ginjal, Nefroskopi, Untuk menentukan pelvis ginjal, keluar batu, hematuria dan pengangkatan tumor selektif
9
7. Arteriogram
Ginjal,
Mengkaji
sirkulasi
ginjal
dan
mengidentifikasi
ekstravaskular 8. CCT (Cliren Creatinin Test), untuk menentukan fungsi ginjal lebih teliti dalam menyaring atau membersihkan darah, menggunakan perhitungan berdasarkan pengukuran kadar kreatinin darah, kreatinin urine 24 jam, berat badan, TB, dan volume urine yang dikumpulkan selama 24 jam, nilai normal (80-110 ml/ mnt). I. Penatalaksanaan Medis Gagal Ginjal Menurut Muttaqin (2012) terapi medis pada pasien gagal ginjal kronik antara lain : 1. Terapi spesifik terhadap penyakit dasarnya. Waktu yang paling tepat untuk terapi penyakit dasarnya adalah sebelum terjadinya penurunan LFG, sehingga pemburukan fungi ginjal tidak terjadi. Pada ukuran ginjal yang masih normal secara ultrasonografi,biopsi dan pemeriksaan histopatologi ginjal dapat menentukan indikasi yang tepat terhadap terapi spesifik. 2. Pencegahan dan terapi terhadap kondisi komorbid. Penting sekali untuk mengikuti dan mencatata kecepatan penurunan LFG pada pasien penyakit GGK, hal ini untuk mengetahui kondisi komorbid yang dapat memperburuk keadaan pasien. 3. Memperlambat pemburukan (progresis) fungsi ginjal. Faktor utama penyebab perburukan fungsi ginjal adalah terjadinya hiperfiltrasi glomerulus. Dua cara penting untuk mengurangi hiperfiltrasi glomerulur adalah pembatasan asupan protein dan terapi farmakologis. 4. Pencegahan dan terapi terhadap penyakit kardiovaskular. Pencegahan dan terapi terhadap penyakit kardiovaskular merupakan hal yang penting, karena 40 s.d. 45% kematian penyakit GGK disebabkan penyakit kardiovaskular 5. Pencegahan dan terapi komplikasi. Penyakit ginjal kronik mengakibatkan berbagai komplikasi yang manisfestasinya sesuai dengan derajat penurunan fungsi ginjal yang terjadi. 6. Terapi pengganti ginjal berupa dialisis atau transpalasi ginjal. Terapi pengganti ginjal dilakukan pada penyakit ginjal kronik stadium 5, yaitu pada LFG kurang
10
dari 15ml/menit. Terapi pengganti tersebut dapat berupa hemodialisis, peritoneal dialisis atau transplantasi ginjal. J. Aspek Paliatif Care pada Penderita Gagal Ginjal Kronik Pasien gagal ginjal kronis memerlukan terapi untuk menggantikan fungsi ginjal yang telah berkurang, yaitu hemodialisis, hemodialisis sangat bermanfaat bagi pasien gagal ginjal kronis, terbukti dpat memperpanjang harapan hidup dan mengurangi masalah-masalah fisik yang terjadi. Hemodialisis jangka panjang akan menimbulkan masalah pasien yaitu masalah fisik, psikologis, finansial dan sosial. 1. Masalah fisik Masalah fisik yang pasien rasakan adalah lelah, sakit kepala, keringat dingin, kram, dan tidak buang air kecil. 2. Masalah psikologis Masalah fisik yang terjadi adalah berduka, cemas, putus asa, bahkan upaya bunuh diri. Salah satu masalah psikologis yang dialami pasien gagal ginjal kronis adalah berduka. Berduka ini merupakan respon normal karena kehilangan kesehatan yang dialami pasien, perubahan gambaran diri dan untuk mempersiapkan kematian yang akan terjadi berupa respon fisik, psikologi dan spiritual. Berduka ini disebut preparatory grief. Preparatory grief dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, budaya, keyakinan spiritual, status sosio ekonomi, jenis dukungan penyebab kehilangan, pendidikan dan pengalaman mengenai kondisi sakit. Dukungan spiritual merupakan sebuah dukungan yang diterima oleh seorang individu untuk membangun hubungan antara individu dengan Tuhan. Dukungan ini berupa memfasilitasi pasien untuk lebih mendekatkan diri dengan Tuhan yaitu dengan berdoa bersama dengan pasien, mendorong pasien untuk menjalin ritual keagamaan, mendorong pasien untuk membaca kitab suci dan lain sebaiganya. Dukungan spiritual ini juga membentengi individu dari stress dan sehingga dapat meningkatkan kesehatan fisik maupun psikologis.
11
3. Masalah finansial Biasanya terkait dengan kesulitan dalam mempertahankan pekerjaan 4. Masalah social Yaitu adanya gangguan peran dan perubahan gaya hidup Complementary therapy efek dari Hemodialisa pada pasien Gagal Ginjal kronik antara lain : 1. Dengan pengaruh aromatherapy inhalasi lavender maka kecemasan yang dirasakan dapat berkurang. 2. Terapi Murottal selama proses Hemodialisa berpengaruh terhadap penurunan kecemasan pada pasien GGK. Terapi Murottal dapat di pertimbangkan dan dipergunakan sebagai terapi komplementer untuk menurunkan kecemasan pasien, khususnya pasien GGK. Intervensi ini juga dapat digunakan sebagai alternatif intervensi pada penelitian lanjutan untuk mengatasi masalah kesehatan seperti kecemasan dan nyeri.
3. Terapi Progressive Muscle Relaxation (PMR) efektif untuk menurunkan kecemasan pada pasien Penyakit Ginjal Kronik (PGK). K. Konsep Asuhan Keperawatan Gagal Ginjal Kronik 1. Pengkajian a. Identitas pasien Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat, pekerjaan, pendidikan dll b. Riwayat kesehatan 1) Keluhan utama Keluhan utama pada GGK biasanya badan terasa lemah, mual, muntah, dan terdapat udema. 2) Riwayat kesehatan sekarang Keluhan lain yang menyerta biasanya: gangguan pernafasan, anemia, hiperkalemia, anoreksia, turgor pada kulit jelek, gatal-gatal pada kulit dan asidosis metabolic.
12
3) Riwayat kesehatan dahulu Biasanya pasien dengan GGK, memiliki riwayat hipertensi c. Pengkajian Bio-psiko-sosial 1) Aktivitas / istirahat Gejala : Tanda 2) Sirkulasi
(insomnia / gelisah atau somnolen) : Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak
Gejala : Tanda
Kelelahan ekstrem, kelemahan, malaise, gangguan tidur
Riwayat hipertensi lama, atau berat, palpitasi, nyeri dada
(angina) : Hipertensi, nadi kuat,edema jaringan umum dan pitting pada kaki, telapak,tangan, disritmia jantung, nadi lemah halus, hipotensi
ortostatik
menunjukan
hipovolemia,
pucat,
kecenderungan perdarahan. 3) Integritas ego Gejala : Faktor stress, contoh financial, hubungan dan sebagainya, Tanda
:
perasaan tak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan. Menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang, perubahan kepribadian
4) Eliminasi Gejala :
Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria, abdomen
Tanda
kembung, diare, atau konstipasi. Perubahan warna urine, contoh kuning pekat, merah,
:
cokelat,berawan, oliguria, dapat menjadi anuria. 5) Makanan/ cairan Gejala :
Peningkatan berat badan cepat (edema), penuruna berat badan (malnutrisi), anoreksia, nyeri ulu hati, mual/muntah, rasa metalik tak sedap di mulut (pernapasan amonia),
Tanda
penggunaan diuretik. : Distensi abdomen / asites, pembesaran hati,, perubahan turgor kulit / kelembaban, edema (umum,tergantung), ulserasi gusi, perdarahan gusi / lidah, penurunan oto, penurunan lemak subkutan, penampilan tak bertenaga.
13
6) Neurosensori Gejala : Tanda
Sakit kepala, penglihatan kabur, kram otot/kejang, sindrom
“ kaki gelisah” : Gangguan status mental, contoh penurunan lapang perhatian, ketidakmampuan berkosentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran, stupor, koma, rambut tipis,
kuku rapuh dan tipis. 7) Nyeri / kenyamanan Gejala : Nyeri panggul, sakit kepala ; kram otot/nyeri kaki (memburuk saat malam hari) Tanda : Perilaku berhati-hati/ distraksi, gelisah. 8) Pernapasan Gejala : Napas pendek, dispnea nocturnal paroksimal, batuk dengan / Tanda
tanpa sputum kental dan banyak. : Takipnea, dispnea, peningkatan frekuensi / kedalaman (pernapasan kusmaul), batuk produktif dengan sputum merah muda-encer (edema paru).
9) Keamanan Gejala : Kulit gatal, ada/ berulangnya infeksi Tanda : Pruritus, demam,(sepsis, dehidrasi), normotermia dapat secara actual terjdai peningkatan pada pasien yang mengalami suhu tubuh lebih rendah dari normal, petechie. 10) Seksualitas Gejala : Penurunan libido: amenorea, infertilitas. 11) Interaksi sosial Gejala : Kesulitan menentukan kondisi, contoh tak mampu bekerja, mempertahankn fungsi peran biasanya dalam keluarga. 12) Penyuluhan / Pembelajaran Gejala :
Riwayat DM keluarga (resiko tinggi untuk gagal ginjal), penyakit polikistik, nefritis herediter, kalkulus urinaria, malignasi, riwayat terpajan oleh toksin, contoh, obat, racun lingkungan
d. Pengkajian persistem 14
1) Sistem Kardiovakuler Tanda dan gejala : Hipertensi, pitting edema (kaki, tangan, sacrum). Edema periorbital, fiction rub pericardial, dan pembesaran vena jugularis, gagal jantung, perikardtis takikardia dan disritmia. 2) Sistem Integumen Tanda dan gejala : Warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering bersisik, pruritus, echimosis, kulit tipis dan rapuh, rambut tipis dan kasar, turgor kulit buruk, dan gatal-gatal pada kulit. 3) Sistem Pulmoner Tanda dan gejala : Sputum kental, nafas dangkal, pernafasan kusmaul, udem paru, gangguan pernafasan, asidosis metabolic, pneumonia, nafas berbau amoniak, sesak nafas. 4) Sistem Gastrointestinal Tanda dan gejala : Nafas berbau amoniak, ulserasi dan perdarahan pada mulut, anoreksia, mual, muntah, konstipasi dan diare, perdarahan dari saluran gastrointestinal, atitis dan pankreatitis. 5) Sistem Neurologi Tanda dan gejala : Kelemahan dan keletihan, konfusi, disorientasi, kejang, penurunan konsentrasi, kelemahan pada tungkai, rasa panas pada telapak kaki, dan perubahan perilaku, malaise serta penurunan kesadaran. 6) Sistem Muskuloskletal Tanda dan gejala : Kram otot, kekuatan otot hilang, fraktur tulang, foot drop, osteosklerosis, dan osteomalasia. 7) Sisem Urinaria Tanda dan gejala : Oliguria, hiperkalemia, distropi renl, hematuria, proteinuria, anuria, abdomen kembung, hipokalsemia, hiperfosfatemia, dan asidosis metabolik. 8) Sistem Reproduktif Tanda dan gejala : Amenore, atropi testikuler, penurunan libido, infertilitas.
15
2. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan ditegakkan atas dasar data dari pasien. Kemungkinan diagnosa keperawatan dari orang dengan kegagalan ginjal kronis adalah sebagai berikut : a. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang proses penyakit b. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi c. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen e. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi, penurunan energi atau kelelahan, keletihan otot pernafasan, disfungsi neuromuskular, ansietas
16
3. Intervensi Keperawatan No
Diagnosa
Tujuan dan Kriteria Hasil
1 1.
Keperawatan 2 Ketidakefektifan
(NOC) 3 Setelah dilakukan tindakan
perfusi jaringan
keperawatan selama 2 x 24
perifer
jam perfusi jaringan teratasi
berhubungan
dengan kriteria Hasil :
dengan
Tekanan
kurang
pengetahuan tentang
darah
Intervensi
Rasional
(NIC) 4 a. Pantau tekanan darah
5 a. Agar dapat mengetahui perubahan tekanan darah darah pada klien
b. Pertahankan pembatasan aktivitas (di tempatan tidur atau kursi)
yang
stres
dan
mempengaruhi
tekanan darah dan perjalanan penyakit
normal 120/80 mmHg
hipertensi c. Berikan diet rendah garam dan diet
penyakit
menurunkan
ketegangan
kembali
proses
b. Untuk
rendah kolesterol
c. Untuk menjaga tekanan darah agar stabil
d. Ajarkan teknik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas pengalihan.
d. Dapat menurunkan rangsangan yang dapat menimbulkan stres, membuat efek tenang sehingga menurunkan tekanan darah
e. Kolaborasi
dengan
tim
medis
terkait pemberian obat diuretik 2.
Kelebihan volume
tiazid Setelah dilakukan tindakan a. Kaji status cairan : cairan keperawatan selama 2 x 24
1) Timbang berat badan harian
17
e. Tiazid di gunakan untuk menurunkan tekanan darah pasien a. Pengkajian merupakan dasar dan data dasar berkelanjutan untuk memantau
berhubungan
jam
klien
dapat
2) Keseimbangan
berat
pengeluaran
dengan
mempertahankan
gangguan
tubuh ideal tanpa kelebihan
3) Turgor kulit dan adanya edema
mekanisme
cairan.
4) Distensi vena leher
regulasi
Kriteria hasil :
5) Tekanan
a. Klien tidak sesak nafas b. Edema
masukan
dan
perubahan
dan
mengevaluasi
intervensi
darah,
denyut
dan
irama nadi
ekstermitas
6) Batasi masukan cairan
berkurang c. Piting edema (-) d. Produksi 600ml/hr
urine
b. Identifikasi >
sumber
potensial
cairan: 1) Medikasi
b. Pembatasan cairan akan menentukan berat tubuh ideal, keluaran urine, dan
dan
cairan
yang
respon
terhadap
terapi
sumber
digunakan untuk pengobatan :
kelebihan cairan yang tidak diketahui
oral dan intravena
dapat diidentifikasi
2) Makanan c. Bantu pasien dalam menghadapi ketidaknyamanan
dalam
c. Kenyamanan
pasien
meningkatkan
kepatuhan terhadap pembatasan diet.
pembatasan cairan d. Jelaskan pada pasien dan keluarga rasional pembatasan
18
d. Pemahaman meningkatkan kerjasama pasien
dan
keluarga
dalam
e. Kolaborasi
dengan
tim
medis
terkait pemberian diuretik, contoh : furosemide,
spironolakton,
hidronolakton
pembatasan cairan e. Diuretic bertujuan untuk menurunkan volume
plasma
dan
menurunkan
retensi cairan di jaringan sehingga menurunkan resikoterjadinya edema
3.
Ketidakseimban gan
nutrisi
kurang
Setelah dilakukan tindakan : keperawatan selama 2 x 24
dari jam
klien
kebutuhan tubuh mempertahankan
dapat masukan
paru a. Menyediakan
a. Kaji status nutrisi
data
dasar
1) Perubahan berat badan
memantau
2) Pengukuran antopometrik
mengevaluasi intervensi
3) Nilai
laboratorium
berhubungan
nutrisi yang adekuat.
serum,
BUN,
dengan
Kriteria hasil :
protein,transferin,
ketidakmampua
a. Tidak ada mual, muntah.
besi)
n mengabsorbsi
b. Mukosa mulut lembab.
nutrien
c. IMT dalam batas normal.
perubahan
untuk dan
(elektrolit kreatinin, dan
kadar
b. Kaji bukti adanya masukan protein yang tidak adekuat
b. Masukan protein yang tidak adekuat dapat albumin
menyebabkan dan
penurunan
protein
lain,
pembentukan edema, dan perlambatan penyembuhan c. Timbang berat badan harian
c. Untuk memantau status cairan dan nutrisi
19
d. Anjurkan camilan tinggi kalori,
d. Mengurangi makanan dan protein
rendah protein, rendah natrium,
yang dibatasi dan menyediakan kalori
diantara waktu makan
untuk energy, membagi protein untuk pertumbuhan
dan
pertumbuhan
jaringan
4.
e. Kolaborasi pemberian obat anti
e. untuk mengurangi muntah dengan
emetik (metociropmid). a. Kaji faktor yang menimbulkan
menambah asam gastrin a. Menyediakan informasi
Intoleransi
Setelah dilakukan tindakan
aktivitas
keperawatan selama 2 x 24
keletihan :
berhubungan
jam klien bisa berpartisipasi
1) Anemia
dengan
dalam aktivitas yang dapat
2) Ketidakseimbangan cairan dan
ketidakseimbang ditoleransi. hasil:
kebutuhan Meningkatkan
oksigen
sejahtera, berpartisipasi
indikasi tingkat keletihan
elektrolit
an antara suplai Kriteria dan
tentang
dan
3) Retensi produk sampah
rasa
4) Depresi
dapat
b. Tingkatkan
kemandirian
dalam
dalam
aktivitas perawatan diri yang dapat
aktivitas perawatan mandiri
ditoleransi, bantu jika keletihan
yang dipilih.
terjadi c. Anjurkan
aktivitas
sambil istirahat
20
alternative
b. Meningkatkan aktivitas ringan/sedang dan memperbaiki harga diri
c. Mendorong dalam
latihan
batas-batas
dan yang
aktivitas dapat
ditoleransi dan istirahat yang adekuat d. Anjurkan untuk beristirahat setelah
d. Istirahat yang adekuat dianjurkan
dialisis 5.
Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan pola
nafas keperawatan selama 2 x 24
berhubungan
jam klien bisa berpartisipasi
dengan
dalam aktivitas yang dapat
hiperventilasi,
ditoleransi.
penurunan
Kriteria hasil:
energi
atau
kelelahan, keletihan
a. Monitor adanya kecemasan pada
pasien sangat melelahkan. a. Memonitor kecemasan
pasien terhadap oksigenasi b. Bersihkan
mulut,
hidung,
terhadap
tingkat kecemasan pasien dan
b.
sekret trakea c. Auskultasi suara nafas catat adanya
Untuk membantu sirkulasi jalan nafas
c.
suara tambahan
Untuk mengetahui adanya tingkat kecepatan,
a. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara
otot
setelah dialysis yang bagi banyak
kenormalan,
dan
lambatnya pernapasan d. Ajarkan bagaimana batuk efektif
d.
nafas yang bersih, tidak
Untuk membantu dalam pengeluaran secret
pernafasan,
ada sianosis dan dispnea
disfungsi
(mampu
neuromuskular,
sputum, mampu bernafas
dapat meningkatkan keefektifan pola
ansietas
dnegan mudah, tidak ada
nafas
mengeluarkan
e. Kolaborasikan dengan ahli terapi dalam meningkatkan pola nafas
pursed lips) b. Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak
21
e.
Dengan
kolaborasi
maka
penanganan akan lebih efektif dan
merasa tercekik, irama nafas, frekuensi nafas dalam rentang normal, tidak ada suara nafas up normal) c. Tanda- tanda vital dalam rentang normal (TD, N, RR)
22
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Gagal ginjal kronik atau penyakit ginjal tahap akhir (ESRD/PGTA) adalah perkembangan gagal ginjal yang progresif dan lambat pada setiap nefron (biasaya berlangsung beberapa tahun dan tidak reversible). Fungsi ginjal yang tidak dapat pulih dimana kemampuan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan metabolik, dan cairan dan elektrolit mengalami kegagalan, yang mengakibatkan uremia.Salah satu komplikasi atau dampak dilakukan hemodialisapada pasien gagal ginjal kronik (GGK) adalah hipoglikemia. Hal ini karenaterlalu banyak darah yang terbuang saat sirkulasi hemodialisa, termasukglukosa (gula darah) yang terkandung dalam darah juga terbuang bersamasisa–sisa metabolisme lainnya. Sehingga kadar gula darah dalam tubuhmengalami penurunan, yang mengakibatkan pasien mengalami kelelahanatau lemas setelah dilakukan hemodialisa. B. Saran Diharapkan makalah ini bisa memberikan masukan bagi rekan- rekan mahasiswa calon perawat, sebagai bekal untuk dapat memahami mengenai penyakit terminal gagal ginjal kronis menjadi bekal dalam pengaplikasian dan praktik bila menghadapi kasus yang kami bahas ini.
23
DAFTAR PUSTAKA Aru W. Sudono. (2010). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi IV, Jilid I. Jakarta : EGC Nursalam, pransisca. (2009). Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem perkemihan. Jakarta : Salemba Medika Judith M. Wilkinson, Nancy R. Ahern. (2011). Buku Satu Diagnosa Keperawatan Nanda NIC NOC, Edisi 9. Jakarta : EGC Muttaqin arif, kumala sari. (2012). Asuhan keperawatan gangguan sistem perkemihan. Jakarta : Salemba Medika Price, Sylvia A. &
Lorraine M. Wilson. (2010). Patofisiologi : Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Volume 2. Jakarta : EGC. Smeltzer & Bare. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 12. Alih bahasa: Devi Yulianti, Amelia Kimin. Jakarta: EGC. Yolanda,
Yola.
(2016).
Pengaruh Terapi Progressive
Muscle
Relaxation
(Pmr)Terhadap Penurunankecemasan Pada Pasien Penyakit Ginjal Kronis (Pgk) Akibat Lamanya Menjalani Terapi Hemodialisa
Di Rst Dr.
Reksodiwiryo Padang Vol. XI Jilid 1 No.75 April. MENARA Ilmu Anastasia. Sarah, Bayhakki, Nauli. Fathra Annis. (2015.). Pengaruh aromatherapy inhalasi lavender terhadap kecemasan pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis JOM Vol.2 No. 2.
24