Askep Gagal Jantung Paliatif [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ASUHAN KEPERAWATAN PALIATIF PADA PASIEN GAGAL JANTUNG



Disusunoleh: HARTAWAN WAHYU UTOMO DESTINE ZAHROTUN NISA KHOIRIYAH



SEMESTER V/ 3C



KEMENTERIAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN SEMARANG PRODI DIII KEPERAWATN PURWOKERTO



2016



BAB I PENDAHULUAN



1. LATARBELAKANG Perawatan paliatif (dari bahasa Latin''palliare,''untuk jubah) adalah setiap bentuk perawatan medis atau perawatan yang berkonsentrasi pada pengurangan keparahan gejala penyakit, daripada berusaha untuk menghentikan, menunda, atau sebaliknya perkembangan dari penyakit itu sendiri atau memberikan menyembuhkan..Tujuannya adalah untuk mencegah dan mengurangi penderitaan dan meningkatkan kualitas hidup orang menghadapi yang serius, penyakit yang kompleks. Gagal jantung adalah keadaan di mana jantung tidak mampu memompa darah untuk mencukupi kebutuhan jaringan melakukan metabolisme dengan kata lain, diperlukan peningkatan tekanan yang abnormal pada jantung untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan (Harrison, 2013; Saputra, 2013). Pada kondisi gagal jantung kongestif adanya peningkatan tekanan vaskular pulmonal akibat gagal jantung kiri menyebabkan overload tekanan serta gagal jantung kanan (Aaronson & Ward, 2010). Gagal jantung merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia (Goodman & Gilman, 2011). risiko terjadinya gagal jantung semakin meningkat sepanjang waktu. Menurut data WHO 2013, 17,3 juta orang meninggal akibat gangguan kardiovaskular pada tahun 2008 dan lebih dari 23 juta orang akan meninggal setiap tahun dengan gangguan kadiovaskular (WHO, 2013). Lebih dari 80% kematian akibat gangguan kardiovaskular terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah (Yancy, 2013). Penyakit jantung dan pembuluh darah merupakan masalah kesehatan masyarakat dan merupakan penyebab kematian tertinggi di Indonesia (Depkes RI, 2009), maka perlu dilakukan pengendalian penyakit jantung dan pembuluh darah secara berkesinambungan. gagal jantung



merupakan kondisi akhir dari penyakit jantung dan pembuluh darah kronis seperti hipertensi, diabetes mellitus, aritmia, infark miokard dan lain-lain.



2. Rumusan Masalah a. Apa Pengertian Gagal Jantung ? b. Apa Saja Penyebab Gagal Jantung ? c. Bagaimana Patofisiologi Gangal Jantung ? d. Bagaimana Pathway Gagal Jantung ? e. Apa Saja Klasifikasi Gagal Jnatung ? f. Apa Manifestasi Klinik Gagal Jantung ? g. Apa Komplikasi Gagal Jantung ? h. Apa Saja Pemeriksan Penunjang Gagal Jantung? i. Bagaimana Konsep Keperawatan dari Gagal Jantung ? j. Bagaimanakah Contoh Askep Kasus Paliatif pada Pasien Gagal Jantung ?



3. Tujuan Berdasarkan rumusan masalah ditas, tujuan yang dicapai adalah a. Mengetahui Pengertian Gagal Jantung. b. Mengetahui Apa Saja Penyebab Gagal Jantung. c. Mengetahui Patofisiologi Gagal Jantung. d. Mengetahui Pathway Gagal Jantung. e. Mengetahui Klasifikasi Gagal Jantung. f. Mengeathui Manifestasi Klinik Gagal Jantung. g. Mengetahui Komplikasi Gagal Jantung. h. Mengetahui Pemeiksaan Penunjang Gagal Jantung. i. Mengetahui Konsep Keperawatan Gagal Jantung. j. Mengetahui Contoh Askep Kasus Paliatif pada Pasien Gagal Jantng k.



BAB II PEMBAHASAN A. PENGERTIAN UMUM Gagal jantung adalah Aketidakmampuan jantung untuk memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadap nutrien dan oksigen. Mekanisme yang mendasar tentang gagal jantung termasuk kerusakan sifat kontraktil dari jantung, yang mengarah pada curah jantung kurang dari normal. Kondisi umum yang mendasari termasuk aterosklerosis, hipertensi atrial, dan penyakit inflamasi atau degeneratif otot jantung. Sejumlah faktor sistemik dapat menunjang perkembangan dan keparahan dari gagal jantung. Peningkatan laju metabolic (misalnya: demam, koma, tiroktoksikosis), hipoksia dan anemia membutuhkan suatu peningkatan curah jantung untuk memenuhi kebutuhan oksigen(Udjianti, 2010). Gagal jantung adalah suatu keadaan patofisiologis berupa kelainan fungsi jantung sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk kebutuhan metabolisme jaringan dan0 kmampuannya hanya ada kalau disrtai peninggian volume diastolk secara abnormal (Mansjoer dan Triyanti, 2007). Gagal jantung adalah syndrom klinik dengan abnormalitas dari struktur atau fungsi jantung sehingga mengakibatkan ketidakmampuan jantung untuk memompa darah ke jaringan dalam memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh (Darmojo, 2004). A. ETIOLOGI Menurut Wajan Juni Udjianti (2010) etiologi gagal jantung dikelompokkan berdasarkan faktor etiologi eksterna maupun interna, yaitu: 1. Faktor eksterna Meliputi hipertensi renal, hipertiroid, dan anemia kronik.



2. Faktor interna a. Disfungsi katup



: Ventricular septum defect(VSD),



Atria Septum Defect(ASD), Stenosis mitral, dan insufisiensi mitral. b. Distritmia



: Atrial fibrilasi, ventrikel fibrilasi,



dan heart block. c. Kerusakan miokard



: Kardiomiopati, miokrditis, dan



infark miokard. d. Infeksi



: Endokarditis bacterial sub akut.



B. PATOFISIOGI Jika terjadi gagal jantung, tubuh mengalami beberapa adaptasi baik pada jantung dan secara sistemik. Jika stroke volume kedua ventrikel berkurang oleh karena penekanan kontraktilitas atau afterload yang sangat meningkat, maka volume dan tekanan pada akhir diastolik dalam kedua ruang jantung akan meningkat. Ini akan meningkatkan panjang serabut miokardium akhir diastolik, menimbulkan waktu sistolik menjadi singkat. Jika kondisi ini berlangsung lama, terjadi dilatasi ventrikel . Cardiac output pada saat istirahat masih bisa baik tapi, tapi peningkatan tekanan diastolik yang berlangsung lama /kronik akan dijalarkan ke kedua atrium dan sirkulasi pulmoner dan sirkulasi sitemik. Akhirnya tekanan kapiler akan meningkat yang akan menyebabkan transudasi cairan dan timbul edema paru atau edema sistemik.penurunan cardiac output, terutama jika berkaitan dengan penurunan tekanan arterial atau penurunan perfusi ginjal, akan mengaktivasi beberapa sistem saraf dan humoral. Peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis akan memacu kontraksi miokardium, frekuensi denyut jantung dan vena ; perubahan yang terkhir ini akan meningkatkan volume darah sentral.yang selanjutnya meningkatkan preload. Meskipun adaptasi – adaptasi ini dirancang untuk meningkatkan cardiac output, adaptasi itu sendiri dapat mengganggu tubuh. Oleh karena itu , takikardi dan peningkatan kontraktilitas miokardium dapat memacu



terjadinya iskemia pada pasien – pasien dengan penyakit arteri koroner sebelumnya dan peningkatan preload dapat memperburuk kongesti pulmoner. Aktivasi sitem saraf simpatis juga akan meningkatkan resistensi perifer ;adaptasi ini dirancang untuk mempertahankan perfusi ke organ – organ vital, tetapi jika aktivasi ini sangat meningkatmalah akan menurunkan aliran ke ginjal dan jaringan. Resitensi vaskuler perifer dapat juga merupakan determinan utama afterload ventrikel, sehingga aktivitas simpatis berlebihan dapat meningkatkan fungsi jantung itu sendiri. Salah satu efek penting penurunan cardiac output adalah penurunan aliran darah ginjal



dan penurunan kecepatan



filtrasi



glomerolus,



yang akan



menimbulkan retensi sodium dan cairan. Sitem rennin – angiotensin aldosteron juga akan teraktivasi, menimbulkan peningkatan resitensi vaskuler perifer selanjutnta dan penigkatan afterload ventrikel kiri sebagaimana retensi sodium dan cairan. Gagal jantung berhubungan dengan peningkatan kadar arginin vasopresin dalam sirkulasi yang meningkat, yang juga bersifat vasokontriktor dan penghambat ekskresi cairan. Pada gagal jantung terjadi peningkatan peptida natriuretik atrial akibat peningkatan tekanan atrium, yang menunjukan bahwa disini terjadi resistensi terhadap efek natriuretik dan vasodilator.



C. PATHWAY



D. KLASIFIKASI GAGAL JANTUNG New York Heart Association (NYHA) membuat klasifikasi fungsional dalam 4 kelas meliputi : 1. Kelas I



: Bila pasien dapat melakukan aktifitas berat tanpa keluhan



2. Kelas II



: Bila pasien tidak dapat melakukan aktifitas lebih berat



atau aktivitas sehari - hari 3. Kelas III : Bila pasien tidak dapat melakukan aktifitas sehari-hari tanpa keluhan 4. Kelas IV



: Bila pasien sama sekali tidak dapat melakukan aktifitas



apapun dan harus tirah baring (Mansjoer dan Triyanti, 2007)



E. MANIFESTASI KLINIK 1. Peningkatan volume intravaskular (gambaran dominan) 2. kongesti jaringan 3. peningkatan desakan vena pulmonal (edema pulmonal) ditandai oleh batuk dan sesak nafas. 4. peningkatan desakan vena sistemik seperti yang terlihat pada edema perifer umum dan penambahan berat badan. 5. penurunan curah jantung dengan disertai pening, kekacauan mental, keletihan, intoleransi jantung terhadap latihan, ekstremitas dingin dan oliguria(Jayanthi Niken,2010). F. KOMPLIKASI 1. Kematian 2. Edema pulmoner akut G. PEMERIKSAAN PENUNJANG Menurut Dongoes (2000) pemeriksaan penunjang yang dapat d ilakukan untuk menegakkan diagnosa CHF yaitu: 1. Elektro kardiogram (EKG) Hipertropi atrial atau ventrikule r, penyimpangan aksis, iskemia, disritmia, takikardi, fibrilasi atrial. 2. Skan jantung Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan gerakan dinding . 3. Sonogram (ekocardiogram, ekokardiogram dopple) Dapat menunjukkan dimensi pembesaran bilik, perubahan dalam fungsi/struktur katup, atau area penurunan kontraktili tas ventrikular. 4. Kateterisasi jantung Tekanan abnormal merupakan indikasi dan membantu membedakan gagal jantung kanan dan gagal jantung kiri dan stenosis katup atau insufisiensi.



5. Rongent dada Dapat menunjukkan pembesaran jantung, bayangan mencerminkan dilatasi atau hipertropi bilik, atau perubahan dalam pembuluh darah abnormal. 6. Enzim hepar Meningkat dalam gagal / kongesti hepar. 7. Elektrolit Mungkin berubah karena perpindahan cairan / penurunan fungsi ginjal, terapi diuretik. 8. Oksimetri nadi Saturasi Oksigen mungkin rendah terutama jika gagal jantung kongestif akut menjadi kronis. 9. Analisa gas darah (AGD) Gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkaliosis respiratori ringan (dini) atau hipoksemia dengan peningkatan PCO2 (akhir). 10. Blood ureum nitrogen (BUN) dan kreatinin Peningkatan BUN menunjukkan penurunan fungsi ginjal. Kenaikan baik BUN dan kreatinin merupakan indikasi gagal ginjal. 11. Pemeriksaan tiroid Peningkatan aktifitas tiroid menunjukkan hiperaktifitas tiroid sebagai pre pencetus gagal jantung. H. PENATALAKSANAAN MEDIK 1. Meningkatkan oksigenasi dengan pemberian oksigen dan menurunkan konsumsi O2 melalui pembatsan aktifitas atau dengan istirahat 2. Memperbaiki kontraktilitas otot jantung a. Mengatasi keadaan yang reversible termasuk miksedema dan aritmia b. Digitalisasi 3. Koreksi sebab – sebab yang dapt diperbaiki , penyebab – penyebab utama yang dapt diperbaiki adalah lesi katup jantung, iskemia miokard,



aritmia, depresi miokardium diinduksi alcohol, pirau intrakrdial dan keadaan output tinggi. 4. Diet dan aktivitas, pasien – pasien sebaiknya membatasi garam (2 gr natrium atau 5 gr garam). Pada gagal jantung berat dengan pembatasan aktifitas, tetapi bila pasien stabil dianjurkan peningkatan aktifitas secara teratur. 5. Terapi beta bloker 6. Transplantasi jantung 7. Kardiomioplasti I. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian a. Identitas klien dan penanggung jawab b. Keluhan Utama Klien utama klien dengan gagal jantung adalah sesak nafas, c. Riwayat Penyakit saat ini Pengkajian RPS yang mendukung keluhan utama dilakukan dengan mengajukan serangkaian pertanyaan mengenai kelemahan fisik klien secara PQRST d. Riwayat penyakit dahulu Pernah dialami & pengobatan Dirawat & lamanya Alergi, Status Imunisasi e. Riwayat penyakit keluarga f. Riwayat pekerjaan/ kebiasaan : 1) Situasi tempat kerja dan lingkungannya 2) Kebiasaan dalam pola hidup pasien. 3) Kebiasaan merokok g. Kebutuhan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual, meliputi : 1) Aktivitas/ istirahat Klien biasanya mengeluh mengalami keletihan/kelelahan terusmenerus sepanjang hari, insomnia, nyeri dada pada saat beraktivitas dan dispnea pada saat istirahat. 2) Sirkulasi



Biasanya klien memiliki riwayat hipertensi, infark miokard baru/ akut, episode GJK sebelumnya, penyakit jantung, bedah jantung, endokarditis, anemia, syok septic, bengkak pada kaki, telapak kaki, abdomen. 3) Integritas ego Klien menyatakan ansietas, khawatir dan takut. Stress yang berhubungan dengan penyakit/keprihatinan financial (pekerjaan/biaya perawatan medis) 4) Eliminasi Klien menyatakan penurunan dalam berkemih, urine klien berwarna gelap, suka berkemih pada malam hari (nokturia), diare/kontipasi. 5) Makanan/cairan Klien manyatakan tidak mempunyai nafsu makan, selalu mual/muntah, bertambahnya berat badan secara signifikan. 6) Hygiene Klien menyatakan merasa letih/lemah, kelelahan yang dirasakan klien yaitu selama aktivitas perawatan diri. 7) Neurosensori Klien menyatakan tubuhnya lemah, suka merasakan pusing, dan terkadang mengalami pingsan. 8) Nyeri/kenyamanan Klien mengeluh nyeri dada, angina akut atau kronis, nyeri abdomen kanan atas dan sakit pada otot 9) Pernapasan Klien menyatakan dispnea saat beraktivitas, tidur sambil duduk atau dengan beberapa bantal, batuk dengan/tanpa pembentukan sputum, riwayat penyakit kronis, penggunaan bantuan pernapasan. 10) Masalah psikososial Pasien terlihat cemas terhadap masalah penyakit yang dideritanya 11) Masalah spiritual Pasien biasanya kehilangan semangat untuk menjalankan ibadahnya. h. Pemeriksaan Fisik 1) Keadaan Umum Pada pemeriksaan keadaan umum klien dengan gagal jantung biasanya didapatkan kesadaran yang baik atau compos mentis dan



akan berubah sesuai tingkat gangguan yang melibatkan perfusi sistem saraf pusat 2) B1 (Breathing) Pengkajian yang didapat adalah dispnea, ortopnea, dispnea nokturnal paroksimal, batuk dan edema pulmonal akut. Crackles atau ronchi basah halus secara umum terdengar pada posterior paru. 3) B2 (Bleeding) Inspeksi Palpasi Auskultasi Perkusi



: Terdapat distensi vena jugularis, edema, pitting edema. : Perubahan nadi yang cepat dan lemah, pulsus alternans. : Terdengar suara crackles pada paru-paru. : Batas jantung ada pergeseran yang menandakan adanya hipertrofi jantung (kardiomegali).



4) B3 (Brain) Kesadaran biasanya compos mentis, didapatkan sianosis perifer apabila gangguan perfusi jaringan berat. Pengkajian objektif klien : wajah meringis, merintih, menangis, gelisah. 5) B4 (Bladder) Pemantauan adanya oliguria sebagai tanda awal syok kardiogenik. Adanya edema ekstremitas menandakan adanya retensi cairan yang parah. 6) B5 (Bowel) Klien biasanya mual dan muntah, penurunan nafsu makan akibat pembesaran vena dan stasis vena di dalam rongga abdomen, serta penurunan berat badan. 7) B6 (Bone) Hal-hal yang biasanya terjadi dan ditemukan pada pengkajian ini adalah kulit klien terasa dingin dan mudah lelah .



2. Diagnosa a. Nyeri dada akut berhubungan dengan penurunan suplai darah ke miokardium b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan edema pada paru (perubahan membran kapiler-alveolar) c. Ansietas berhubungan dengan penyakit terminal



3. Intervensi Adapun intervensi keperawatan pada klien dengan gagal jantung kongestif menurut NANDA (2013), adalah sebagai berikut : a. Nyeri dada akut berhubungan dengan penurunan suplai darah ke miokardium Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan masalah nyeri klien teratasi dengan kriteria hasil : 2) Penurunan rasa nyeri dada (nyeri dada berkurang) 3) Tanda-tanda vital dalam batas normal 4) Wajah rileks 5) Tidak terjadi penurunan perfusi perifer Intervensi : a) Lakukan pengkajian nyeri yang komprehensif meliputi lokasi, karakteristik, awitan dan durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau keparahan nyeri dan faktor presipitasinya. Rasional : untuk mendapatkan data mengenai nyeri dan untuk menentukan tindakan keperawatan selanjutnya. b) Observasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan, khususnya pada mereka yang tidak mampu berkomunikasi efektif. Rasional : untuk mengetahui tingkat keparahan nyeri yang dialami oleh klien. c) Minta klien untuk melaporkan nyeri (skala 0-10) atau ketidaknyamanan dengan segera. Rasional :nyeri berat dapat menyebabkan syok kardiogenik yang berdampak pada kematian mendadak d) Bantu klien untuk mengatur posisi fisiologis Rasional : posisi fisiologis akan meningkatkan asupan O2 ke jaringan yang mengalami iskemia e) Istirahatkan klien b.



Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan edema pada paru (perubahan membran kapiler-alveolar) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan masalah gangguan pertukaran gas pasien dapat teratasi dengan



kriteria hasil : 1) Tanda-tanda vital dalam batas normal 2) Sesak napas berkurang 3) Tidak ada penggunaan otot bantu napas 4) Analisa gas darah dalam batas normal Intervensi a) Kaji suara paru, frekuensi napas, kedalaman dan usaha napas Rasional : mengetahui keefektifan dari pertukaran gas pada klien2) b) Pantau saturasi O2 dan pantau analisa gas darah klien Rasional : saturasi O2 digunakan untuk mengetahui tingkat oksigenasi pada jaringan dan analisa gas darah digunakan untuk mengetahui perburukan pernapasan, misalnya kadar PaO2 yang rendah dan PaCO2 yang tinggi. c) Pantau kadar elektrolit Rasional : mencegah trjadinya asidosis yang dapat memperberat keadaan d) Pantau status mental (misalnya, tingkat kesadaran, gelisah dan konfusi) Rasional : penurunan perfusi oksigen ke otak dapat menyebabkan penurunan kesadaran e) Meninggikan bagian kepala tempat tidur Rasional : memaksimalkan potensial ventilasi c. Ansietas berhubungan dengan penyakit Tujuan : Tidak mengalami kecemasan Kriteria hasil : Mengungkapkan ketakutannya yang berhubungan dengan gangguan, menceritakan tentang efek gangguan pada fungsi normal, tanggung jawab, peran dan gaya hidup Intervensi : 1) Bantu klien untuk mengurangi ansietasnya, dengan cara : a) Berikan kepastian dan kenyamanan b) Tunjukkan perasaan tentang pemahaman dan empati, jangan menghindari pertanyaan c) Dorong



klien



untuk



mengungkapkan



setiap



permasalahan yang berhubungan dengan pengobatannya d) Identifikasi dan dukung mekanisme koping efektif



ketakutan



2) Kaji tingkat ansietas klien : rencanakan pernyuluhan bila tingkatnya rendah atau sedang 3) Dorong keluarga dan teman untuk mengungkapkan ketakutanketakutan mereka 4) Berikan klien dan keluarga kesempatan dan penguatan koping positif 4. Evaluasi a. Nyeri dada teratasi b. Sesak nafas pasien teratasi c. Ansietas berkurang



A. Pengkajain 1. Biodata a. Identitas klien 1) Nama



: Tn. S



2) Umur



: 50 tahun



3) Jenis kelamin



: Laki-laki



4) Agama



: Islam



5) Suku/Bangsa



: Bugis/Indonesia



6) Kawin/Belum



: kawin



7) Pendidikan



: Tamat SMK



8) Pekerjaan



: Buruh



9) Alamat



: Sidomukti



b. Identitas penanggung jawab 1) Nama



: Ny. T



2) Umur



: 46 tahun



3) Jenis kelamin



: Perempuan



4) Agama



: Islam



5) Suku/Bangsa



: Bugis/Indonesia



6) Kawin/Belum



: kawin



7) Pendidikan



: SLTA



8) Pekerjaan



: Wiraswasta



9) Hubungan



: Istri



2. Keluhan utama Pasien mengeluh nyeri pada dada sebelah kiri menjalar ke punggung sejak 3 hari yang lalu. Nyeri bertambah apabila dibuat aktivitas dan berkurang bila saat istirahat. P



: Nyeri karena penyakit



Q



: Seperti ditusuk-tusuk



R



: nyeri dada sebelah sebelah kiri tembus sampai punggung



S



: Skala 7



T



: Nyeri bertambah apabila sedang beraktivitas



3. Riwayat penyakit sekaran Pasien datang ke RS pada tanggal 17 september 2016 dengan keluhan dada nyeri sebelah kiri menjalar



punggung, pusing, keringat dingin



menyebabkan pasien dan keluarga khawatir dengan kondisi pasien saat ini. Pasien sangat cemas dengan kondisinya saat ini yang tak kunjung sembuh. Dan sekarang pasien dirawat di RS MARGONO SOEKARJO dengan diagnosa Gagal Jantung . 4. Riwayat kesehatan masa lalu Pasien pernah menderita penyakit Hipertensi 1 tahun yang lalu dan belum pernah di rawat di Rumah Sakit. Pasien tidak punya riwayat alergi terhadap obat ataupun makanan dan pasien sudah diimunisasi lengkap. Pasien mengkonsumsi obat-obatan : cefotaxime 2x1 gr, ranitidin 2x1 ampul (iv), furosemid 2x2 tablet, ketorolak 2x1 ampul (iv) 5. Riwayat kesehatan Keluarga Pasien mengatakan dari orang tua ada yang menderita penyakit hipertensi yaitu dari Bapak. Pasien memiliki empat orang anak, satu laki-laki dan tiga perempuan.



Genogram



Keterangan :



: Laki-Laki



: Perempuan



: Laki -Laki meninggal



: Perempuan meninggal



: Pasien



6. Riwayat psikososial a. Bahasa yang digunakan Pasien menggunakan bahasa indonesia dan jawa b. Persepsi pasien tentang penyakitnya Pasien mengatakan cemas dengan penyakitnya karena tidak kunjung sembuh dan semakin parah c.



Konsep diri : 1)Body image Pasien menerima kondisinya saat ini dan bersyukur kepada Tuhan karena telah diberi umur panjang.



2)Ideal diri Pasien berkeinginan agar anak-anaknya menjadi orang yang sukses dan memiliki pekerjaan yang mapan. 3)Harga diri Pasien merasa dihargai dan dihormati oleh keluarganya. 4)Peran diri Pasien berperan sebagai seorang Bapak 5)Personal identity Pasien adalah seorang Laki-laki sekaligus Bapak yang memiliki 4 orang anak c. Keadaan emosi Keadaan emosi pasien labil, pasien kadang merasa cemas karena kondisinya. e.



Perhatian terhadap orang lain / lawan bicara Pasien merespon lawan bicaranya



f.



Hubungan dengan keluarga Hubungan pasien dengan keluarga sangat baik, pasien selalu menceritakan setiap kejadian kepada keluarganya



g.



Hubungan dengan saudara Hubungan pasien dengan saudara baik-baik saja



h.



Kegemaran / hobby Pasien memiliki hobi membaca koran



7. Pola kebiasaan sehari-hari a. Nutrisi 1) Kebiasaan a) Pola makan



: Nasi, lauk, sayur-sayuran



b) Frekuensi makan



: 3 x sehari



c) Nafsu makan



: Baik



d) Makanan pantang



: tinggi garam



e) Minuman dalam sehari 2) Selama di rumah sakit



: 8 gelas/hari



a) Pola makan



:



pemberian



makanan



tambahan yang banyak mengandung kalium b) Frekuensi makan



: 3 x sehari



c) Makanan pantang



: tinggi garam



d) Minuman dalam sehari



: 5-6 gelas/hari



b. Eliminasi 1) Buang air kecil Kebiasaan a) Frekwensi                          : 5 – 6 x/hari b) Warna                                : Kuning c) Bau                                    : Pesing Perubahan selama di Rumah sakit a) Frekwensi  4-5 kali/hari, BAK sering dimalam hari b) Karasteristik warna urine klien gelap bau khas 2) Buang air besar Kebiasaan a) Frekwensi



: 1 x/sehari



b) Warna



: Kuning



c) Konsistensi



: Keras



Perubahan selama di RS a) Frekwensi



: 1 x dalam 3 hari



b) Konsistensi



: Lembek.



c. Olah raga dan aktivitas 1) Klien tidak suka olah raga 2) Klien tidak mampu melakukan aktifitas dan merasa nyeri pada bagian dada Aktivitas Makan Toileting Berpakaian Mobilisasi ditempat tidur Berpindah



0



1



    



2



3



4







Ambulasi Keterangan 1



: mandiri



2



: dibantu sebagian



3



: dibantu orang lain



4



: dibantu orang lain dan alat



5



: ketergantungan total



d. Istirahat dan tidur Kebiasaan : 1) Tidur malam jam 21.00 bangun jam 05.00 2) Tidur siang jam 14.00 bangun jam 15.00 3) Klien tidak mudah terbangun. Perubahan selama di rumah sakit : 1) Tidur malam kadang-kadang jam 23.00 bangun jam 05.00 2) Klien sulit tidur karena cemas dan takut e.   Personal hygiene Kebiasaan : 1) Mandi 2 x sehari. 2) Menyikat gigi 2 x sehari 3) Mencuci rambut 2 x seminggu memakai shampoo Selama di rumah sakit 1) mandi 2 kali sehari diseka ditempat tidur, ganti baju di bantu keluarga/perawat 8. Pemeriksaan fisik a. BB : 60Kg, TB : 175cm b. Kesadaran : Composmentis c. Tanda-tanda vital TD



: 150/100 mmHg



N



: 105 x/menit



S



: 37 0 C



P



: 28 x/menit



d. Kepala Inspeksi : 1) Kulit kepala                 : Nampak bersih 2) Warna rambut             : hitam sedikit beruban 3) Distribusi rambut        : Merata Palpasi : 1) Tidak ada rasa nyeri tekan pada kepala 2) Tidak ada massa atau benjolan 3) Rambut mudah rontok e. Muka Inspeksi : 1) Muka nampak simetris kiri dan kanan 2) Tidak nampak benjolan pada dahi 3) Warna kulit sama sekitarnya Palpasi : 1) Tida ada massa atau benjolan pada dahi. 2) Tidak ada nyeri tekan



f. Mata Inspeksi : 1) Palpebra



: Tidak nampak ada oedem



2) Sclera



: Tidak icterus



3) Conjungtiva



: merah muda



4) Pupil



: Isokor



5) Bola mata



: Dapat bergerak ke segala arah



Palpasi : 1) Tidak ada nyeri tekan pada bola mata 2) Tidak ada peningkatan tekanan intra okuler g. Hidung



Inspeksi : 1) Lubang hidung simetris kiri dan kanan 2) Tidak nampak adanya deviasi pada septum 3) Tidak ada peradangan atau lesi 4) Mukosa hidung tampak lembab Palpasi : 1) Tidak ada rasa nyeri tekan pada sinus maxillaris, etmoidalis, frontalis. 2) Tidak teraba adanya massa atau benjolan. h. Telinga Inspeksi : 1) Tidak ada pengeluaran cairan pada lubang telinga 2) Tidak tampak adanya serumen 3) Tidak ada peradangan atau lesi 4) Nampak simetris kiri dan kanan 5) Klien tidak memakai alat bantu pendengaran Palpasi : 1) Tidak ada nyeri tekan pada tragus dan pinna 2) Tidak ada nyeri tekan pada mastoid



i. Rongga mulut Inspeksi : 1) Gusi     : a) Berwarna merah b) Tidak ada peradangan 2) Lidah   : nampak agak kotor 3) Bibir    : membran mukosa bibir kering, pucat j. Leher Inspeksi : 1) Tidak nampak adanya pembesaran pada kelenjar limfe 2) Tidak tampak adanya pembesaran kelenjar tyroid



3) Tidak tampak adanya bendungan pada vena jugularis 4) Tidak ada peradangan atau lesi. Palpasi : 1) Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar lymfe. 2) Tidak teraba adanya pembesaran pada kelenjar tyroid 3) Tidak teraba adanya bendungan pada vena jugularis 4) Tidak teraba adanya kelenjar atau massa. k. Thoraks dan paru Inspeksi : 1) Bentuk dada normal chest/simetris kiri dan kanan 2) Pergerakan dada mengikuti irama pernafasan 3) Irama pernafasan teratur 4) Frekuensi pernafasan 22 x/menit Palpasi : 1) Tidak teraba adanya massa atau benjolan 2) Ada nyeri tekan pada dada Auskultasi 1) Bunyi pernafasan Sonor/timpani pda lapang kanan dan kiri 2) Tidak ada bunyi tambahan



l. Jantung Inspeksi : 1) Konjungtiva tidak anemis, bibir dan kuku tidak ada sianosis. Tidak nampak ictus cordis, tidak nampak dextro cordia Perkusi: 1) Terjadi pembesaran jantung (ketika di perkusi bunyi dullnes ada siantar ICS 2-7). Auskultasi 1) Bunyi gallop tidak ditemukan, bunyi jantung murmur, bunyi S1 dan S2 melemah m. Abdomen



Inspeksi : 1) Tidak nampak adanya massa atau benjolan 2) Tidak ada bekas luka di perut 3) Nampak simetris kiri dan kanan Auskultasi : 1) Peristaltik usus 6 x/menit 2) Bunyi bising usus tidak terdengar Perkusi : 1) Bunyi tympani : Pada kwadran kiri atas, bawah, sisi kanan atas bunyi pekak. Palpasi : 1) Tidak teraba adanya massa/benjolan 2) Hati dan lympa tidak teraba 3) Tidak ada nyeri tekan pada abdomen n. Ekstremitas 1) Ekstrimitas atas Inspeksi : a) Nampak simetris kiri dan kanan b) Tidak ada atrofi atau oedema c) Nampak fleksi pada sendi kiri dan kanan d) Kuku nampak agak kotor. Palpasi a) Tidak teraba adanya benjolan b) Tidak ada nyeri tekan c) Tidak ada bunyi krepitasi 2) Ekstrimitas bawah Inspeksi : a) Nampak simetris kiri dan kanan b) Tidak ada oedema atau pembengkakan Palpasi a) Tidak teraba adanya massa atau benjolan



b) Tidak ada nyeri tekan c) Tidak ada bunyi krepitasi 9. Harapan klien/ keluarga sehubungan dengan penyakit Keluarga dan klien berharap bahwa klien akan mendapatkan pelayanan yang baik dan akan segera sembuh



B. ANALISA DATA N



DATA FOKUS



PROBLEM



ETIOLOGI



Nyeri akut



Agen injury



O 1



DS Pasien mengatakan nyeri pada dada sebelah kiri P : Nyeri karena Gagal Jantung Q : Seperti ditusuk-



biologis



tusuk R : nyeri dada sebelah sebelah



kiri



tembus



sampai punggung S : Skala 7 T : Nyeri bertambah apabila



sedang



beraktivitas DO 1. Pasien



kelihat



menyeringai kesakitan, keluar keringat dingin dan terlihat pucat



2.



DS Pasien



cemas



Kondisi yang tidak dapat



mengatakan



merasa khawatir karena



diperkirakan



kondisi penyakitnya yang semakin memburuk DO Pasien nampak cemas, mengeluarkan



kringet



dingin TD : 160/100 mmHg R : 22x/menit N : 96x/menit 3.



DS



Gangguan pola



kecemasan



Pasin



mengeluh



tidak



tidur



dapat tidur karena rasa cemas



terhapat



kondisinya



dan



menyatakan tidak fresh sesudah tidur DO Pasien



nampak



lesu



dan



lemas, terdapat



lingkaran hitam disekitar mata.



C. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuty biologis 2. Cemas berhubungan dengan Kondisi yang tidak dapat diperkirakan takut akan kematian dan efek negatif pada pada gaya hidup 3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kecemasan



D. INTERVENSI DX



Tujuan dan kriteria hasil



Intervensi



Rasional



I



1. Setelah



dilakukan 1. Lakukan



tindakan



keperawatan



1x24



jam



diharapkan



nyeri



akut



berkurang



dengan kriteria hasil : 1. Klien mampu



pengkajian nyeri secara komprehensif 2. Jelaskan



pada



pasien penyebab



mengontrol



nyeri



nyeri



3. Kolaborasi dokter



2. Melaporkan



pemberian



bahwa nyeri



obat



anti analgetik



berkurang



4. Lakukan tekhnik



3. Mampu



nonfarmakoligis (



mengenali



relaksasi,nafas



nyeri



dalam)



4. Menyatakan



5. Tingkatkan



rasa nyaman



istirahat



setelah nyeri berkurang 2. Setelah



dilakukan



tindakan 1x24



keperawatan



jam



diharapkan



kecemasan



teratasi



dengan kriteria hasil : 1. Klien



1. Gunakan pendekatan yang menyenangkan 2. Nyatakan



mampu



dengan



mengidentifikasi dan



harapan



mengungkapkan



terhadap



gejala cemas



perilaku pasien



2. Mengidentifikasi,



jelas



3. Jelaskan semua



mengungkapkan, dan



prosedur



menynjukan



apa



tekhnikuntuk



dirasakan



mengontrol cemas



selama prosedur



3. TTV



dalam



batas



normal 4. Postur ekspresi



yang



pasien



untuk tubuh,



memberikan



wajah,



keamanan



bahasa tubuh, dan tingkat



4. Temani



dan



aktivitas



mengurangi



dan



menunjukan



ketakutan



berkurangnya



5. Libatkan



kecemasan



keluarga untuk mendampingi klien 6. Identifikasi tingkat kecemasan bantu



pasien



mengenal situasi



yang



menimbulkan kecemasan 3. Setalah



dilakukan 1. Jelaskan



tindakan



keperawatan



1x24 jam diharapkan pola tidur



pasien jam



tidur



dalam batas normal 68 jam/hari 2. Pola



tidur,



yang adekuat



teratasi 2. Fasilitasi



dengan kriteria hasil : 1. Jumlah



pentingnya tidur untuk



mempertahankan aktivitas sebelum tidur ( membaca) 3. Ciptakan



kualitas



dalam batas normal



lingkungan yang nyaman



3. Perasaan fres sesudah 4. Kolaborasi dokter tidur/istirahat



pemerian



4. Mampu



tidur



mengidentifikasi halhal



yang



meningkatkan tidur



E. IMPLEMENTASI



obat



No 1.



Tgl/jam



Dx



18sept



I,II,II



2016



Implementasi Monitor TTV



Respon



Paraf



S : 37 °C



I



Perawat



N: 22x/menit



08.00



R: 96x/menit TD:160/100mmHg



2.



10.00



I,III



Mengajarkan teknik guide Pasien imaginary



kooperatif Perawat



ketika



sedang



dilakukan



teknik



guide imaginary 3.



4.



10.15



III



10.18



II



Menciptakan



lingkungan Suasana



mulai Perawat



yang nyaman



tenang



Mengobserasi



kecemasan Pasien mengatakan



pasien



Perawat



cemas dengan kondisinya yang semakin memburuk



5.



11.30



II



Memberi suport mental pada



Perawat



pasien 6.



12.00



I



Kolaborasi dengan dokter Obat masuk



Perawat



pemberian obat analgetik



F. EVALUASI D



TANGGA



X



L



CATATAN PERKEMBANGAN



PARAF



I



20/9/2016



S : Pasien mengatakan masih nyeri dada



Perawat



P : Nyeri karena penyakit Q : Seperti ditusuk-tusuk R : nyeri dada sebelah kiri menjalar sampai punggung S : Skala 6 T : Nyeri bertambah apabila sedang beraktivitas O : pasien terlihat menahan nyeri dan terlihat pucat A : masalah nyeri belum teratasi P : lanjutkan intervensi 2. Lakukan



tekhnik



nonfarmakoligis



( relaksasi,masase punggung) II



S : Pasien mengatakan rasa cemas sedikit



Perawat



berkurang O : pasien nampak tenang, N 84x/menit, S 36,6°C, TD 140/90 mmHg A : Tujuan tecapai sebagian P : lanjutkan intrvensi 1. Temani pasien untuk memberikan keamanan



dan



mengurangi



ketakutan 2. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap perilaku pasien



III



S : Pasien mengatakan belum bisa tidur nyenyak



Perawat



O : Pasien terlihat kurang fres, lemas dan lesu A : masalah belum teratasi P : lanjutkan intervensi 1. Fasilitasi untuk mempertahankan aktivitas sebelum tidur ( membaca)



BAB III PENUTUP



A. KESIMPULAN Gagal jantung adalah suatu keadaan patofisiologis berupa kelainan fungsi jantung sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk kebutuhan metabolisme jaringan dan0 kmampuannya hanya ada kalau disrtai peninggian volume diastolk secara abnormal. Penyebab gagal jantung ada dua yaitu faktor ekternal dan internal. Terdapat tiga aspek penting dalam menaggulangi gagal jantung yaitu pengobatan terhadap penyakit yang mendasari dan pengobatan faktor pencetus. Ada banyak sekali mafestasi klinik diantaranya Peningkatan volume intravaskular (gambaran dominan) kongesti jaringan peningkatan, desakan vena pulmonal (edema pulmonal) ditandai oleh batuk dan sesak nafas,. peningkatan desakan vena sistemik seperti yang terlihat pada edema perifer umum dan penambahan berat badan. B. SARAN Setelah membaca makalah ini diharapkan mahasiswa dapat mengaplikasikan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Gagal Jantung dengan tepat sehingga dapat mencegah terjadinya kegawatdaruratan dan komplikasi yang tidak diinginkan



DAFTAR PUSTAKA



Ardini, Desta N. 2007. Perbedaaan Etiologi Gagal jantung Kongestif pada Usia Lanjut dengan Usia Dewasa Di Rumah Sakit Dr. Kariadi Januari Desember 2006. Semarang: UNDIP Jayanti,



N.



2010.



Gagal



Jantung



Kongestif.



Dimuat



dalam



http://rentalhikari.wordpress.com/2010/03/22/lp-gagal-jantungkongestif/ (diakses pada 6 Februari 2012) Johnson, M.,et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New Jersey: Upper Saddle River Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius Mc Closkey, C.J., Iet all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition. New Jersey: Upper Saddle River Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima Medika Udjianti, Wajan J. 2010. Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba medika