Askep Gagal Ginjal Paliatif [PDF]

  • Author / Uploaded
  • Tomi
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PALIATIF PADA PASIEN GAGAL GINJAL



Dosen Pembimbing : Dr. H. Edi Sukamto, S.Kp., M.Kep.



Disusun Oleh : Kelompok 18 Tomi Ihsan M Yuspita Sari



POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS TAHUN AJARAN 2021/2022



2



KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan seluruh rangkaian kegiatan sejak awal hingga tersusunnya karya tulis ilmiah ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan makalah ini dapat diselesaikan karena adanya bantuan baik moral maupun material serta kerja sama terutama dari teman-teman, dosen pembimbing, dan berbagai pihak. Untuk itulah, penulis dengan segala kerendahan hati menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada Dr. H. Edi Sukamto, S.Kp., M.Kep. Sebagai dosen pembimbing dalam bimbingan pembuatan makalah ini. Akhir kata, penulis menerima secara terbuka saran dan kritik atas segala kekurangan dalam makalah ini, dan penulis berharap makalah ini dapat meningkatkan ilmu pengetahuan dan bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan dan masyarakat luas. Samarinda, 7 Agustus 2021



Penulis



i



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR.........................................................................................i DAFTAR ISI .......................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...........................................................................................1 B. Rumusan Masalah.....................................................................................2 C. Tujuan........................................................................................................3 1. Tujuan Umum.......................................................................................3 2. Tujuan Khusus......................................................................................3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Gagal Ginjal Kronis.....................................................................4 1. Pengertian Gagal Ginjal Kronis............................................................4 2. Klasifikasi.............................................................................................4 3. Etiologi..................................................................................................5 4. Tanda dan Gejala..................................................................................5 5. Pemeriksaan Penunjang........................................................................7 6. Penatalaksanaan....................................................................................7 B. Konsep Asuhan Keperawatan....................................................................8 1. Pengkajian.............................................................................................8 2. Diagnosa Keperawatan.........................................................................14 3. Intervensi Keperawatan........................................................................15 4. Implementasi Keperawatan...................................................................19 5. Evaluasi Keperawatan...........................................................................19 BAB III TINJAUAN KASUS A. Kasus.........................................................................................................20 B. Pembahasan Kasus....................................................................................21 1. Pengkajian.............................................................................................21 2. Analisa Data..........................................................................................27 3. Diagnosa Keperawatan.........................................................................29 4. Intervensi Keperawatan........................................................................29 5. Implementasi Keperawatan...................................................................32



ii



6. Evaluasi Keperawatan...........................................................................33 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan................................................................................................35 B. Saran..........................................................................................................35 DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................36



iii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Non Comunicable Disease (NCD) atau penyakit tidak menular telah menjadi perhatian khusus dunia terutama World



Health



Organization (WHO) karena menjadi penyebab kematian utama dan kecacatan di dunia. Tahun 2008, penyakit dengan waktu yang panjang dan progresifitas yang lambat ini dilaporkan telah membunuh lebih dari 36 juta orang setiap tahunnya dan 80% atau 29 juta kematian terjadi pada negara-negara dengan pendapatan rendah maupun sedang. Kondisi tersebut mendorong WHO membuat suatu strategi The 2008 -2013 Action Plan for The Global Strategy for The Prevention and Control of Non Comunicable Disease dengan komponen kunci yakni surveilan, pencegahan dan pelayanan kesehatan untuk mengatasi masalah tersebut (WHO, 2013). Indonesia sebagai negara yang berkembang telah melaporkan bahwa jumlah kematian akibat NCD lebih besar dibandingkan dengan jumlah kematian akibat



Comunicable



Disease



(WHO,



2013).



Aditama mengatakan bahwa ancaman tehadap penyakit tidak menular atau NCD seperti jantung, penyakit yang berkaitan dengan darah, diabetes melitus, penyakit degeneratif, dan penyakit kronis telah meningkat (Faizal, 2012). Penyakit kronis yang perkembangan penyakitnya juga perlu mendapatkan perhatian adalah penyakit gagal ginjal kronis (GGK) yang merupakan komplikasi dari beberapa NCD seperti hipertensi, diabetes melitus, dan juga penyakit renal lainnya. Etiologi dari GGK menurut US Renal System tahun 2000 menunjukkan bahwa diabetes melitus



dan hipertensi menjadi etiologi dengan prosentase tinggi



yakni 34% dan 21% (US Renal System, 2000 dalam Price & Wilson, 2006). Angka kejadian GGK yang dilaporkan dari seluruh dunia rata-



1



rata menunjukkan trend yang penting dimana kadang kadang



melambat,



naik dan dapat stabil (USRDS Annual Report, 2012).



National Institut of



Diabetes Melitus and Digestif and Kidney



Disease (NIDDK) menyebutkan bahwa antara 1980 dan 2009, ratarata prevalensi GGK di US meningkat mendekati 600%, dari 290 kasus menjadi 1.738 kasus per juta penduduk. Jumlah kematian pasien GGK juga menunjukkan kenaikan dari 10.478 pada tahun 1980 menjadi 90.118 pada tahun 2009 (National Kidney and Urologic Diseases Information Clearinghouse, 2012). Indonesia juga merupakan negara dengan tingkat penderita GGK yang cukup tinggi. PERNEFRI (Persatuan Nefrologi Indonesia) tahun 2011 melaporkan bahwa diperkirakan ada 70 ribu penderita gagal ginjal di Indonesia, namun yang terdeteksi menderita GGK tahap akhir dan menjalani hemodialisis hanya sekitar 4-5 ribu saja. Banyak yang telah menjalani terapi dialisis meninggal dunia karena mahalnya biaya untuk berobat dan proses dialysis (Fransisca, 2011). Penyakit ginjal kronik menurut Soelaeman merupakan penyakit yang diderita oleh satu dari 10 orang dewasa. Indonesian Renal Registry tahun 2008 melaporkan jumlah pasien hemodialisis (cuci darah) mencapai 2260 orang dari 2148 orang pada tahun 2007 (ANTARA, 2009). Mengapa pasien gagal ginjal stadium akhir di kaitkan dengan perawatan palliative care, dikarenakan perawatan paliatif adalah sistem perawatan terpadu yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup, dengan cara meringankan nyeri dan penderitaan lain, memberikan dukungan spiritual dan psikososial mulai saat diagnosa ditegakkan sampai akhir hayat dan dukungan terhadap keluarga yang kehilangan/ berduka (WHO, 2005). Perawatan paliatif ini diberikan untuk penderita penyakit kronis dimulai pada saat didiagnosis sampai dengan akhir hayat pasien. B. Rumusan Masalah



2



1.



Bagaimana Konsep Gagal Ginjal Kronik?



2.



Bagaimana Konsep Asuhan keperawatan Paltiatif pada kasus Gagal Ginjal Kronik?



3.



Bagaimana Contoh pengaplikasian Kasus Asuhan keperawatan Paltiatif pada kasus Gagal Ginjal Kronik?



3



C. Tujuan 1.



Tujuan Umum Setelah mengikuti mata kuliah askep paliatif dan mendapatkan penjelasan tentang penyakit gagal ginjal tahap akhir, mahasiswa mampu memahami perawatan paliatif pada pasien gagal ginjal kronik stadium akhir.



2.



Tujuan Khusus a. Mahasiswa mampu memahami konsep gagal ginjal kronik. b. Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan paltiatif pada kasus gagal ginjal kronik c. Mahasiswa mampu memahami dan mengaplikasikan asuhan keperawatan palliative care pada pasien gagal ginjal kronik stadium akhir.



4



BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Gagal Ginjal Kronis 1.



Pengertian Gagal Ginjal Kronis Ginjal merupakan salah satu organ yang penting dalam tubuh manusia. Ginjal melakukan berbagai fungsi yang ditujukan untuk mempertahankan homeostasis. Ginjal merupakan jalan penting untuk mengeluarkan berbagai macam zat-zat sisa metabolisme tubuh selain juga berperan penting dalam mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit (Sherwood, 2001). Gagal ginjal kronis (GGK) atau End Stage Renal Disease (ESRD) didefinisikan sebagai kondisi dimana ginjal mengalami penurunan fungsi secara lambat, progresif, irreversibel, dan samar (insidius)



dimana



kemampuan tubuh gagal dalam mempertahankan metabolisme, cairan, dan keseimbangan elektrolit, sehingga terjadi uremia atau azotemia (Smeltzer, 2009).



Batas



penurunan



fungsi



ginjal sehingga menimbulkan



gejala



adalah sebesar 75-85% dan ketika fungsi ginjal sudah di bawah 25% maka gejala akan muncul dan terlihat jelas (Fransiska, 2011). End Stage Renal Disease (ESRD) atau gagal ginjal tahap akhir terjadi ketika nilai GFR (Glomerulus Filtration Rate) kurang dari 15 mL/min. Pada poin tersebut terapi penggantian ginjal (dialisis atau transplantasi) sangat dianjurkan (Smeltzer, 2009). Gagal ginjal terminal terjadi apabila 90% fungsi ginjal telah hilang (Sherwood, 2001). 2.



Klasifikasi Klasifikasi gagal ginjal kronis berdasarkan derajat (stage) LFG (Laju Filtration Glomerulus) dimana nilai normalnya adalah 125 ml/min/1,73m



2



dengan rumus Kockroft – Gault sebagai berikut Penyebab dari gagal ginjal kronis antara lain : Derajat 1 2



Penjelasan Kerusakan ginjal dengan LFG normal Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau



5



LFG (ml/mn/1.73m2) ≥ 90 atau ↑ 60-89



ringan Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau 3



sedang



30-59



4



Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ atau



15-29



5



berat Gagal ginjal



< 15 atau dialisis



Tabel 2.1 Klasifikasi Gagal Ginjal Kronis dengan rumus Kockroft – Gault 3.



Etiologi a. Infeksi saluran kemih (pielonefritis kronis). b. Penyakit peradangan (glomerulonefritis). c. Penyakit vaskuler hipertensif (nefrosklerosis, stenosis arteri renalis). d. Gangguan jaringan penyambung (SLE, poliarteritis nodusa, sklerosis sitemik). e. Penyakit kongenital dan herediter (penyakit ginjal polikistik, asidosis tubulus ginjal). f. Penyakit metabolik (DM, gout, hiperparatiroidisme). g. Nefropati toksik. h. Nefropati obstruktif (batu saluran kemih). i. BAK sedikit , warna urine lebih tua , bercampur darah. j. Peningkatan ureum atau kreatinin. (Price & Wilson, 2006)



4.



Tanda dan Gejala a.



Kardiovaskuler 1) Hipertensi, gagal jantung kongestif, udema pulmoner, perikarditis. 2) Pitting edema (kaki, tangan, sacrum). 3) Edema periorbital. 4) Friction rub pericardial. 5) Pembesaran vena leher.



b. Dermatologi 1) Warna kulit abu-abu mengkilat. 2) Kulit kering bersisik. 3) Pruritus.



6



4) Ekimosis. 5) Kuku tipis dan rapuh. 6) Rambut tipis dan kasar. c.



Pulmoner 1) Krekels 2) Sputum kental dan liat 3) Nafas dangkal 4) Pernafasan kussmaul



d. Gastrointestinal 1) Anoreksia, mual, muntah, cegukan 2) Nafas berbau ammonia 3) Ulserasi dan perdarahan mulut 4) Konstipasi dan diare 5) Perdarahan saluran cerna e.



Neurologi 1) Tidak mampu konsentrasi 2) Kelemahan dan keletihan 3) Konfusi/ perubahan tingkat kesadaran 4) Disorientasi 5) Kejang 6) Rasa panas pada telapak kaki 7) Perubahan perilaku



f. Muskuloskeletal 1) Kram otot 2) Kekuatan otot hilang 3) Kelemahan pada tungkai 4) Fraktur tulang 5) Foot drop



5.



Pemeriksaan Penunjang a.



Pemeriksaan Laboratorium



7



1) Laboratorium darah BUN, Kreatinin, elektrolit (Na, K, Ca, Phospat), Hematologi (Hb, trombosit, Ht, Leukosit), protein, antibody (kehilangan protein dan immunoglobulin). 2) Pemeriksaan Urin Warna, PH, BJ, kekeruhan, volume, glukosa, protein, sedimen, SDM, keton, SDP, TKK/CCT. b.



Pemeriksaan EKG Untuk melihat adanya hipertropi ventrikel kiri, tanda perikarditis, aritmia, dan gangguan elektrolit (hiperkalemi, hipokalsemia).



c.



Pemeriksaan USG Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal korteks ginjal, kepadatan parenkim ginjal, anatomi system pelviokalises, ureter proksimal, kandung kemih serta prostate.



d.



Pemeriksaan Radiologi Renogram, Intravenous Pyelography, Retrograde Pyelography, Renal Aretriografi dan Venografi, CT Scan, MRI, Renal Biopsi, pemeriksaan rontgen dada, pemeriksaan rontgen tulang, foto polos abdomen.



6.



Penatalaksanaan Penatalaksanaan terhadap gagal ginjal meliputi : a.



Restriksi konsumsi cairan, protein, dan fosfat.



b. Obat-obatan:



diuretik



untuk



meningkatkan



urinasi;



alumunium



hidroksida untuk terapi hiperfosfatemia; anti hipertensi untuk terapi hipertensi serta diberi obat yang dapat menstimulasi produksi RBC seperti epoetin alfa bila terjadi anemia. c.



Dialisis: dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi gagal ginjal akut yang serius, seperti hiperkalemia, perikarditis dan kejang. Perikarditis memperbaiki abnormalitas biokimia; menyebabkan caiarn, protein dan natrium dapat dikonsumsi secara bebas; menghilangkan kecendurungan perdarahan; dan membantu penyembuhan luka.



8



d. Transplantasi ginjal (Reeves, Roux, Lockhart, 2001). e.



Penanganan



hiperkalemia;



Keseimbangan



cairan



dan



elektrolit



merupakan masalah utama pada gagal ginjal akut; hiperkalemia merupakan kondisi yang paling mengancam jiwa pada gangguan ini. Oleh karena itu pasien dipantau akan adanya hiperkalemia melalui serangkaian pemeriksaan kadar elektrolit serum (nilai kalium > 5.5 mEq/L ; SI : 5.5 mmol/L), perubahan EKG (tinggi puncak gelombang T rendah atau sangat tinggi), dan perubahan status klinis. Pningkatan kadar kalium dapat dikurangi dengan pemberian ion pengganti resin (Natrium polistriren sulfonat [kayexalatel]), secara oral atau melalui retensi enema. f.



Mempertahankan keseimbangan cairan; Penatalaksanaan keseimbanagan cairan didasarkan pada berat badan harian, pengukuran tekanan vena sentral, konsentrasi urin dan serum, cairan yang hilang, tekanan darah dan status klinis pasien. Masukkan dan haluaran oral dan parentral dari urine, drainase lambung, feses, drainase luka dan perspirasi dihitung dan digunakan sebagai dasar untuk terapi penggantia cairan.



B. Konsep Asuhan Keperawatan 1.



Pengkajian a. Identitas Terdiri dari Nama, No.Rek.Medis, Umur (lebih banyak terjadi pada usia 30-60 tahun), Agama, Jenis Kelamin (pria lebih beresiko daripada wanita), Pekerjaan, Status perkawinan, Alamat, Tanggal masuk, Yang mengirim, Cara masuk RS, dan Diagnosa medis dan nama Identitas Penanggung Jawab meliputi : Nama, Umur, Hub dengan pasien, Pekerjaan dan Alamat b. Riwayat Kesehatan 1) Keluhan utama Keluhan utama merupakan hal-hal yang dirasakan oleh klien sebelum masuk ke rumah sakit. Pada klien dengan gagal ginjal kronik biasanya didapatkan keluhan utama yang bervariasi, mulai dari urine keluar sedikit sampai tidak dapat BAK, gelisah sampai



9



penurunan kesadaran, tidak selera makan (anoreksia), mual, muntah, mulut terasa kering, rasa lelah, napas bau (ureum), dan gatal pada kulit (Muttaqin, 2011). 2) Riwayat Penyakit Sekarang Biasanya klien mengalami penurunan frekuensi urine, penurunan kesadaran, perubahan pola nafas, kelemahan fisik, adanya perubahan kulit, adanya nafas berbau amoniak, rasa sakit kepala, nyeri panggul, penglihatan kabur, perasaan tak berdaya dan perubahan pemenuhan nutrisi(Muttaqin, 2011). 3) Riwayat Kesehatan Dahulu Biasanya klien berkemungkinan mempunyai riwayat penyakit gagal ginjal akut, infeksi saluran kemih, payah jantung, penggunaan obat-obat nefrotoksik, penyakit batu saluran kemih, infeksi system perkemihan yang berulang, penyakit diabetes mellitus, dan hipertensi pada masa sebelumnya yang menjadi predisposisi penyebab. Penting untuk dikaji mengenai riwayat pemakaian obat-obatan masa lalu dan adanya



riwayat



alergi



terhadap



jenis



obat



kemudian



dokumentasikan(Muttaqin, 2011). 4) Riwayat Kesehatan Keluarga Biasanya klien mempunyai anggota keluarga yang pernah menderita penyakit yang sama dengan klien yaitu gagal ginjal kronik, maupun penyakit diabetes mellitus dan hipertensi yang bisa menjadi factor pencetus terjadinya penyakit gagal ginjal kronik. c. Pola Persepsi Dan Penanganan Kesehatan Persepsi terhadap penyakit biasanya persepsi klien dengan penyakit ginjal kronik mengalami kecemasan yang tinggi. Biasanya klien mempunyai kebiasaan merokok, alkohol dan obat-obatan dalam keseharihariannya.



d. Pola Nutrisi/Metabolisme 1) Pola Makan



10



Biasanya terjadi peningkatan berat badan cepat (edema), penurunan berat badan (malnutrisi), anoreksia, nyeri ulu hati, mual dan muntah. 2) Pola Minum Biasanya klien minum kurang dari kebutuhan tubuh akibat rasa metalik tak sedap pada mulut (pernapasan ammonia). e. Pola Eliminasi 1) Buang Air Besar 2) Biasanya abdomen kembung, diare atau konstipasi. 3) Buang Air Kecil 4) Biasanya terjadi penurunan frekuensi urine 94%  Persiapan intubasi dan ventilasi mekanik, jika perlu  Pasang jalur IV, jika perlu  Pasang kateter urine untuk menilai produksi urine  Lakukan skin test untuk mencegah reaksi alergi Edukasi  Jelaskan penyebab/faktor risiko syok  Jelaskan tanda dan gejala awal syok  Anjurkan melapor jika menemukan/merasakan tanda dan gejala syok  Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral  Anjurkan menghindari alergen Kolaborasi  Kolaborasi pemberian IV, jika perlu  Kolaborasi pemberian transfusi darah, jika perlu  Kolaborasi pemberian



4.



Defisit (D.0019)



Nutrisi Status Nutrisi Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam status nutrisi terpenuhi. Kriteria Hasil : 1. Porsi makanan yang dihabiskan meningkat 1 2 3 4 5 2. Berat badan atau IMT meningkat 1 2 3 4 5 3. Frekuensi makan meningkat 1 2 3 4 5 4. Nafsu makan meningkat 1 2 3 4 5 5. Perasaan cepat kenyang meningkat 1 2 3 4 5



5.



Gangguan Integritas Kulit/Jaringan (D.0129)



Integritas Kulit dan Jaringan Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan integritas kulit dan



18



antiinflamasi, jika perlu Manajemen Nutrisi Observasi:  Identifikasi status nutrisi  Identifikasi alergi dan intoleransi makanan  Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastric  Monitor asupan makanan  Monitor berat badan Terapeutik:  Lakukan oral hygiene sebelum makan, Jika perlu  Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai  Hentikan pemberian makanan melalui selang nasogastric jika asupan oral dapat ditoleransi Edukasi  Anjurkan posisi duduk, jika mampu  Ajarkan diet yang diprogramkan Kolaborasi  Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan Promosi Berat Badan Observasi  Identifikasi kemungkinan penyebab BB kurang  Monitor adanya mual dan muntah Terapeutik  Sediakan makanan yang tepat sesuai kondisi pasien  Berikan pujian kepada pasien untuk peningkatan yang dicapai Edukasi  Jelaskan jenis makanan yg bergizi tinggi, terjangkau Perawatan Integritas Kulit Observasi:  Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit Terapeutik:  Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring



jaringan meningkat Kriteria Hasil : 1. Elastisitas meningkat 1 2 3 4 5 2. Hidrasi meningkat 1 2 3 4 5 3. Kerusakan lapisan kulit menurun 1 2 3 4 5 4. Perdarahan menurun 1 2 3 4 5 5. Nyeri menurun 1 2 3 4 5 6. Hematoma menurun 1 2 3 4 5



6.



Intoleransi Toleransi Aktivitas aktivitas (D. 0056) Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan toleransi aktivitas



19







Gunakan produk berbahan petrolium atau minyak pada kulit kering  Hindari produk berbahan dasar alkohol pada kulit Edukasi  Anjurkan menggunakan pelembab  Anjurkan minum air yang cukup  Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi  Anjurkan menghindari terpapar suhu ekstrem  Anjurkan mandi dan menggunkan sabun secukupnya Perawatan Luka Observasi:  Monitor karakteristik luka  Monitor tanda-tanda infeksi Terapeutik:  Lepaskan balutan dan plester secara perlahan  Bersihkan dengan cairan NaCl atau pembersih nontoksik  Bersihkan jaringan nekrotik  Berikan salep yang sesuai ke kulit/lesi, jika perlu  Pasang balutan sesuai jenis luka  Pertahankan teknik steril saat melakukan perawatan luka Edukasi  Jelaskan tanda dan gejala infeksi  Anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi kalori dan protein Kolaborasi  Kolaborasi prosedur debridement  Kolaborasi pemberian antibiotik, jika perlu Manajemen Energi Observasi:  Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan  Monitor pola dan jam tidur



meningkat. Kriteria Hasil : 1. Kemudahan dalam melakukan aktivitas seharihari meningkat 1 2 3 4 5 2. Kekuatan tubuh bagian atas dan bawah meningkat 1 2 3 4 5 3. Keluhan lelah menurun 1 2 3 4 5 4. Dispnea saat aktivitas menurun 1 2 3 4 5



4.







Monitor kelelahan fisik dan emosional Edukasi  Anjurkan tirah baring  Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap Terapeutik:  Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus  Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif  Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan  Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau berjalan Kolaborasi  Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan



Implemetasi Keperawatan Implementasi merupakan langkah keempat dalam tahap proses keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategi kesehatan (tindakan keperawatan) yang telah direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan.



5.



Evaluasi Keperawatan Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan.



20



BAB III TINJAUAN KASUS A. Kasus Seorang Pria Bernama Tn D, Suku Sunda, Umur 35 Tahun Masuk Rumah Sakit Pada Tanggal 12 Agustus 2014, 1.



Pemeriksaan Fisik : a. Keadaan Umum Klien



: Gelisah, Sesak Nafas



b. Tingkat Kesadaran



: Compos Mentis



c. Tanda-Tanda Vital Tekanan Darah



: 140/90 mmHg



Nadi



: 100 X/Menit



Pernafasan



: 35x/Menit



Suhu



: 37,6 0c



SPO2



: 80%.



d. BB



: 80 Kg



e. TB



: 165 cm



Pemeriksaan Penunjang Tanggal : 12 Agustus 2014 : a.



Ureum : 202,32



b.



Kreatinin : 18,5 mg/dl



c.



SGOT : 19



d.



SGPT : 30



e.



WBC : 5,5 X 103



21



f.



RBC : 3,90



g.



HGB : 10,7



h.



HCT : 32,5%



i.



GDS : 161



h.



Pemeriksaan Radiologi : a) Hasil Rontgen Thorax Cor : Apeks Jantung Bergeser Ke Laterokauadal Ctr Tidak Dapat Dinilai Pulmo : Tampak Bercak Keturunan Pada Pulmo Diafragma Kanan Setingi Kosta Ix Posterior Sinus Kostofrenikus Kanan Kiri Lancip Adanya Cairan Dirongga Alveolus Kesan : Suspek Kardiomegali (Cv). Adanya Dalam Pulmo.



i.



Pemeriksaan USG : Ginjal Kanan : Bentuk Normal, Batas Kortiko Meduler Tampak Tidak Jelas, Ekogenitas Parenkim Hiperecoic, Tak Tampak Batu. Ginjal Kiri : Bentuk Dan Ukura Normal,Tak Tampak Batu. Diet Yang Diperoleh : a) Uremia 170 Kkal b) Protein 0,6 Hd/Kg Bb c) Rendah Garam Terapi : (1) Oksigen 3 Liter (Nasal Kanul) (2) Injeksi Lasix Kurang Lebih 3x2 Ampul (3) Hemobion 2x1 (250 Mg) Per Oral Dengan diagnosa Gagal Ginjal Kronik Stadium Akhir (V) (Ckd Stadium V), dan menjalani hemodialisa rutin sejak tahun 2008 sampai dengan sekarang, sekarang klien mengeluh, sesak nafas sudah dua hari, bengkak dikedua tangan dan kaki, BAK tidak lancar, air kencing sedikit dan berwarna keruh, mual- mual, nafsu makan menurun, lemah, letih, lesu. Klien makan dan minum sedikit, aktivitas berkurang, tidur terganggu karena sesak nafas, tidak ada keluhan Nneri, hubungan klien dengan orang lain baik hubungan seksual dengan istri terganggu akibat penyakit yang diderita oleh klien, dan keluarga telah mengetahui mengenai



22



penyakitnya dan telah menerimanya dengan lapang dada, pasien dan keluarga rajin berdoa, baca Al-quran, dan sering dikunjungi oleh ustadz. B. Pembahasan Kasus 1. Pengkajian a.



Biodata 1) Identitas Klien



b.



c.



Nama Klien



: Tn. D



Umur / Tanggal Lahir



: 35 Tahun / 09 September 1977



Jenis Kelamin



: Laki-laki



Agama



: Islam



Suku/Bangsa



: Sunda/ Indonesia



Status Pernikahan



: Menikah



Pendidikan



: SLTA



Pekerjaan



: Swasta



Alamat



: Jl. Nyengseret Selatan RW 03



No.RM



: 1040274/12012702



Tanggal Masuk RS



: 12 Agustus 2014



Tanggal Pengkajian



: 12 Agustus 2014



Diagnosa Medis



: CKD Stadium V



Penanggung Jawab Nama



: Ny. M



Umur



: 30 Tahun



Jenis kelamin



: Perempuan



Pendidikan



: SLTA



Pekerjaan



: Ibu Rumah Tangga Hubungan dengan klien: Istri



Riwayat Kesehatan 1) Keluhan Utama : Sesak Nafas Klien mengatakan sesak nafas akan bertambah apabila klien melakukan aktivitas berlebihan, seperti : menaiki tangga, jalan-jalan disekitar rumah, dll dan sesak nafas akan berkurang apabila klien berada didepan kipas angin (menghirup angin dari kipas angin), klien



23



merasa sesak nafas terus-menerus selama sehari penuh, klien merasakan sesak sedang, dimana klien masih mampu melakukan aktifitas sendiri seperti mengambil minum sendiri, mandi, walaupun separuh aktivitas dibantu oleh keluarga seperti mengantar ke kamar madi dam toilet, klien merasa sesak nafas pada saat pagi, siang, dan malam hari atau terus menerus merasakan sesak nafas. 2) Riwayat Kesehatan Sekarang Klien mengatakan sesak nafas sudah dua hari, bengkak dikedua tangan dan kaki, BAK tidak lancar, air kencing sedikit dan berwarna keruh, mual-mual, nafsu makan menurun, lemah, letih, lesu, pusing. 3) Riwayat Kesehatan Yang Lalu Pasien mengatakan sering kerumah sakit untuk melakukan hemodialisa, dan mengontrolkan diri kedokter. 4) Riwayat kesehatan keluarga Keluarga dan pasien mengatakan tidak ada yang mengalami penyakit penyakit ginjal, jantung, dan hipertensi, diabetes mellitus, dll. 5) Pola Persepsi Pasien mengatakan dirinya mengalami gagal ginjal dan mengetahui tentang gagal ginjal yang dideritanya. Pasien tahu apa yang menyebabkan terjadinya gagal ginjal, akibat lanjut gagal ginjal dan tahu tentang cara perawatannya. Selama ini pasien mengatakan sering minum minuman keras (alkohol) dan jarang minum air putih.pasien tidak menghiraukan tentang kesehatannya. Setelah sakit, baru menyadari dan menyesali perbuatan buruknya serta berobat ke sarana kesehatan. 6) Pola nutrisi metabolik a) Sebelum sakit : pasien makan 3 kali sehari, makan habis satu porsi, mengkonsumsi nasi, lauk, buah, nafsu makan baik, minum air putih 6-8 gelas sehari. b) Setelah sakit : pasien makan 3 kali sehari, porsi sedikit, tidak habis 1 porsi, habis 2-3 sendok makan. Minu, Pasien merasa mual-mual,



24



sehingga nafsu makan menurun. 7) Pola eliminasi a) Sebelum sakit : BAB 1 kali sehari, warna kuning, konsistensi lunak, BAK warna kuning jernih, tidak sakit. b) Selama sakit : BAB 1 kali/ 3 hari, konsistensi sedikit keras, BAK lewat selang kateter, warna keruh. 8) Pola latihan dan aktivitas a) Sebelum sakit : melakukan aktivitas sehari-hari tanpa bantuan orang lain. b) Selama sakit : aktivitas dibantu oleh keluarga, karena sesak nafas, klien kesulitan untuk melakukan aktivitas sehari-hari dan menegeluh lemah, letih dan lesu. 9) Pola istirahat dan tidur a) Sebelum sakit : pasien tidur 7 jam pada malam hari dan kadangkadang tidur siang, 30 menit – 1 jam perhari. b) Selama sakit : pasien susah tidur dan kadang tidak tidur karena sesak nafas yang dialaminya. 10) Pola persepsi sensori dan kognitif Sebelum sakit dan selama sakit daya ingat klien bagus, tidak ada keluhan nyeri maupun yang berkaitan dengan kemampuan sensasi. 11) Pola hubungan dengan orang lain Sebelum dan selama sakit, hubungan pasien dengan orang lain baik. 12) Pola reproduksi dan seksual Hubungan seksual dengan istri terganggu, terkait penyakit yang dialami oleh klien, sehingga menghambat hubungan suami istri. Namun pasien mengatakan mampu mengontrol nafsu seksualnya. 13) Riwayat psikososial a) Pola konsep diri Keluarga pasien dan pasien menerima penyakit yang diderita pasien serta berusaha untuk melakukan perawatan yang



25



terbaik demi kesembuhan pasien. b) Pola kognitif Keluarga pasien dan pasien mengetahui tentang penyakit yang diderita pasien. c) Pola koping Keluarga pasien dan pasien sempat khawatir dalam menghadapi penyakit yang diderita pasien terlebih lagi tentang pembiayaan (obat serta cuci darah).



14) Riwayat Spiritual (1) Ketaatan Pasien Beribadah Pasien beragama Islam, pasien rajin solat dan berdoa ditempat tidur serta setiap malam pasien membaca Al-quran (pasien mengatakan bahwa Tuhan adalah kekuatannya dan tempatnya mengadu). (2) Dukungan Keluarga Pasien Keluarga sering berdoa dan membacakan ayat Al-quran ketika mengunjungi pasien serta mengundang ustadz atau kyai untuk datang mendoakan pasien. (3) Ritual Yang Biasa Dijalankan Pasien Solat, berdoa, dan membaca Al-quran. d.



Pemeriksaan Fisik 1) Keadaan Umum Klien



: Gelisah, Sesak Nafas



2) Tingkat kesadaran



: Compos Mentis



3) Tanda-tanda Vital Tekanan Darah



: 140/90 mmHg



Nadi



: 100 x/menit



Pernafasan



: 35x/menit



Suhu



: 37,6 0C



SPO2



: 95%



BB



: 80 kg



26



TB



: 165 cm



4) Sistem Kardivaskuler Jantung berada dibagian depan rongga mediastinum, iktus cordis tak tampak, iktus cordis teraba di IC VI linea mid clavicula, bunyi redup dan bunyi tambahan. 5) Sistem Pencernaan Bentuk perut buncit, tidak ada massa, nyeri tekan, bising usus 11x/menit. 6) Sistem Muskuloskeletal Kekuatan otot menurun, tidak ada kelainan tulang, adanya edema pada kaki dan tangan, kekuatan otot masing – masing tangan dan kaki, pada skala 4 (kekuatan cukup kuat tapi bukan kekuatan penuh). (kekuatan otot skala menggunakan lovette’s, dengan nilai 0 - 5). 7) Sistem Endokrin Warna kulit putih kebiruan (kusam dan kering), bersisik pada tangan dan kaki, Wajah sedikit bengkak. 8) Sistem Integumen Warna kulit putih kebiruan (kusam dan kering), bersisik pada tangan dan kaki, CRT > 3 Detik, kulit diraba hangat. 9) Sistem Neurologi Tingkat kesadaran pasien compos mentis. 10) Sistem Reproduksi Tidak Ada Masalah. 11) Sistem Perkemihan BAK tidak lancar, air kencing sedikit dan berwarna keruh.Pasien menggunakan foley cateter. 12) Pemeriksaan Penunjang a) Pemeriksaan laboratorium Tgl : 12 Agustus 2014 Ureum : 202,32 Kreatinin : 18,5 mg/dl SGOT : 19 SGPT : 30



27



WBC : 5,5 x 103 RBC : 3,90 HGB : 10,7 HCT : 32,5% GDS : 161 b) Pemeriksaan Radiologi : Hasil rontgen thorax COR : Apeks jantung bergeser ke laterokauadal CTR tidak dapat dinilai Pulmo : Tampak bercak keturunan pada pulmo Diafragma kanan setingi kosta IX posterior Sinus kostofrenikus kanan kiri lancip Adanya cairan dirongga alveolus Kesan: Suspek kardiomegali (CV).Adanya dalam pulmo. c) Pemeriksaan USG : Ginjal kanan : Bentuk normal, batas kortiko meduler tampak tidak jelas, ekogenitas parenkim hiperecoic, tak tampak batu. Ginjal kiri : Bentuk dan ukura normal,tak tampak batu. e.



Diet yang diperoleh : Uremia 170 kkal Protein 0,6 hd/kg BB Rendah garam



f.



Terapi : 1) Oksigen 3 liter (nasal kanul) 2) Injeksi Lasix kurang lebih 3x2 ampul 3) Hemobion 2x1 (250 mg) per oral.



2. Analisa Data N O 1



DATA



ETIOLOGI



MASALAH



DS : Klien mengatakan sesak nafas



Edema



Pola nafas tidak efektif b.d hambatan upaya napas (edema) (D.0005)



DO : Tanda-tanda Vital Tekanan Darah : 140/90 mmHg Nadi : 100 x/menit Pernafasan : 35x/menit



Cairan masuk ke paru Edema paru Difusi oksigen dan CO2 paru terganggu



28



Suhu SPO2



2



3



: 36,60c :95%



Hasil pemeriksaan fisik paru : simetris statis dinamis, taktil fremitus teraba kanan dan kiri lemah, redup, ronkhi basah Hasil rontgen : adanya cairan di rongga alveolus. DS: Klien mengeluh lemah, letih, lesu. DO : Tanda-tanda Vital Tekanan Darah : 140/90 mmHg Nadi : 100 x/menit Pernafasan : 35x/menit Suhu : 37,6 0c Konjungtiva palpebral anemis CRT pada ekstremitas atas dan bawah lebih dari 3 detik Hemoglobin 8.4 g/dl (low) Hematokrit 26.4 % (low) Eritrosit 3.5 juta/mmk (low) SPO2 : 95% . DS : Klien mengatakan BAK tidak lancar, air kencing sedikit dan warna keruh. Tanggan dan kaki membengkak. DO : Edema pada tangan dan kaki Turgor kulit tidak elastis CRT lebih dari 3 detik. BB : 80 kg Ureum 202,32 mg/dl



Pola nafas tidak efektif



Kerusakan fungsi ginjal sekresi eritropoetin menurun



Risiko perfusi renal tidak efektif d.d disfungsi ginjal (D.0016)



produksi eritrosit menurun oksi hemoglobin menurun suplay oksigen ke jaringan menurun gangguan perfusi jaringan



GGK dan gagal jantung Peningkatan cairan intravaskuler Terjadi perpindahan cairan Dari intravaskuler ke interstitial di perifer Cairan interstitial meningkat Edema perifer dan paru



29



Hipervolemia b.d gangguan mekanisme regulasi (gagal ginjal kronik) (D.0022)



kelebihan volume cairan 4



DS : Klien mengatakan mualmual nafsu makan berkurang. DO : Klien makan porsi sedikit, tidak habis 1 porsi, habis 2-3 sendok makan. Ureum : 202,32 Kreatinin : 0,10 SGOT : 19 SGPT : 30 WBC : 5,5 x 103 / RBC : 3,90 HGB : 10,7 HCT : 32,5% GDS : 161 Diet : Uremia 170 kkal, Protein 0,6 hd/kg BB, Rendah garam



Kerusakan fungsi ginjal BUN, kreatinin meningkat



Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mencerna makanan (D.0019)



Produksi sampah dialiran darah Masuk dalam saluran gastrointestinal Nausea Vomitus Defisit nutrisi



3. DiagnosaKeperawatan a. Pola nafas tidak efektif b.d hambatan upaya napas (edema) (D.0005) b. Hipervolemia b.d gangguan mekanisme regulasi (gagal ginjal kronik) (D.0022) c. Risiko perfusi renal tidak efektif d.d disfungsi ginjal (D.0016) d. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mencerna makanan (D.0019) 4. Intervensi Keperawatan No 1.



Dx Keperawatan



Tujuan/Kriteria Hasil Pola nafas tidak Pola Napas efektif (D.0005) Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam inspirasi dan atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat



30



Intervensi Pemantauan Respirasi Observasi:  Monitor pola nafas, monitor saturasi oksigen  Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas  Monitor adanya sumbatan jalan nafas



membaik. Kriteria Hasil: 1. Dispnea menurun 1 2 3 4 5 2. Penggunaan otot bantu napas menurun 1 2 3 4 5 3. Frekuensi napas membaik 1 2 3 4 5 4. Kedalaman napas membaik 1 2 3 4 5



2.



Hipervolemia (D.0022)



Keseimbangan Cairan Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam di harapkan keseimbangan cairan meningkat Kriteria Hasil : 1. Asupan cairan meningkat 1 2 3 4 5 2. Haluaran urine meningkat 1 2 3 4 5 3. Edema menurun 1 2 3 4 5 4. Asites menurun



31



Terapeutik  Atur Interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien Edukasi  Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan  Informasikan hasil pemantauan, jika perlu Terapi Oksigen Observasi:  Monitor kecepatan aliran oksigen  Monitor posisi alat terapi oksigen  Monitor tanda-tanda hipoventilasi  Monitor integritas mukosa hidung akibat pemasangan oksigen Terapeutik:  Bersihkan sekret pada mulut, hidung dan trakea, jika perlu  Pertahankan kepatenan jalan napas  Berikan oksigen jika perlu Edukasi  Ajarkan keluarga cara menggunakan O2 di rumah Kolaborasi  Kolaborasi penentuan dosis oksigen Manajemen Hipervolemia Observasi:  Periksa tanda dan gejala hipervolemia  Identifikasi penyebab hipervolemia  Monitor status hemodinamik  Monitor intake dan output cairan  Monitor tanda hemokonsentrasi Terapeutik  Timbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama  Batasi asupan cairan dan garam Edukasi  Anjurkan melapor jika BB



1 2 3 4 5



3.



Risiko Perfusi Perfusi Renal Renal Tidak Tujuan: Setelah Efektif (D.0016) dilakukan tindakan keperawatan 3x24 perfusi renal meningkat Kriteria Hasil : 1. Jumlah Urine meningkat 1 2 3 4 5 2. Tekanan arteri rata-rata membaik 1 2 3 4 5 3. Kadar urea nitrogen darah membaik 1 2 3 4 5 4. Kadar kreatinin plasma membaik 1 2 3 4 5 5. Bising usus membaik 1 2 3 4 5 6. Fungsi hati membaik 1 2 3 4 5



4.



Defisit (D.0019)



Nutrisi Status Nutrisi Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam status nutrisi terpenuhi. Kriteria Hasil :



32



bertambah 1 kg dalam sehari  Ajarkan cara membatasi cairan Kolaborasi  Kolaborasi pemberian diuretik Pencegahan Syok Observasi:  Monitor status kardiopulmonal  Monitor status oksigenasi  Monitor status cairan  Monitor tingkat kesadaran dan respon pupil  Periksa riwayat alergi Terapeutik:  Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen >94%  Persiapan intubasi dan ventilasi mekanik, jika perlu  Pasang jalur IV, jika perlu  Pasang kateter urine untuk menilai produksi urine  Lakukan skin test untuk mencegah reaksi alergi Edukasi  Jelaskan penyebab/faktor risiko syok  Jelaskan tanda dan gejala awal syok  Anjurkan melapor jika menemukan/merasakan tanda dan gejala syok  Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral  Anjurkan menghindari alergen Kolaborasi  Kolaborasi pemberian IV, jika perlu  Kolaborasi pemberian transfusi darah, jika perlu  Kolaborasi pemberian antiinflamasi, jika perlu Manajemen Nutrisi Observasi:  Identifikasi status nutrisi  Identifikasi alergi dan intoleransi makanan  Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastric



1. Porsi makanan yang dihabiskan meningkat 1 2 3 4 5 2. Berat badan atau IMT meningkat 1 2 3 4 5 3. Frekuensi makan meningkat 1 2 3 4 5 4. Nafsu makan meningkat 1 2 3 4 5 5. Perasaan cepat kenyang meningkat 1 2 3 4 5



 Monitor asupan makanan  Monitor berat badan Terapeutik:  Lakukan oral hygiene sebelum makan, Jika perlu  Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai  Hentikan pemberian makanan melalui selang nasogastric jika asupan oral dapat ditoleransi Edukasi  Anjurkan posisi duduk, jika mampu  Ajarkan diet yang diprogramkan Kolaborasi  Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan Promosi Berat Badan Observasi  Identifikasi kemungkinan penyebab BB kurang  Monitor adanya mual dan muntah Terapeutik  Sediakan makanan yang tepat sesuai kondisi pasien  Berikan pujian kepada pasien untuk peningkatan yang dicapai Edukasi  Jelaskan jenis makanan yg bergizi tinggi, terjangkau



5. Implementasi Keperawatan Hari/Tanggal 13/08/2014



Diagnosa Pola nafas tidak efektif



b.d



hambatan upaya napas



(edema)



(D.0005)



Waktu 08.00 08.05 08.06 08.10



Implementasi 1.1 Memonitor pola napas, memonitor saturasi oksigen 1.2 memonitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas 1.3 Mempertahankan kepatenan jalan napas 1.4 Menjelaskan tujuan dan prosedur pemantauan



13/08/2014



Hipervolemia



08.15 33



2.1 Memeriksa tanda dan gejala



b.d



gangguan



mekanisme regulasi



(gagal



ginjal 13/08/2014



08.20 08.25 08.30



kronik)



(D.0022) Risiko Perfusi Renal



Tidak



Efektif (D.0016)



08.35 08.40 08.50



09.10 13/08/2014



hipervolemia 2.2 Menimbang berat badan setiap hari 2.3 Mengajarkan cara membatasi cairan 2.4 Mengkolaborasi pemberian diuretik



Defisit



nutrisi



b.d ketidakmampuan mencerna makanan (D.0019)



09.15 09.25 09.30 09.35 09.50



3.1 Memonitor tingkat kesadaran dan respon pupil 3.2 Memonitor status kardiopulmonal 3.3 Memberikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen > 94% 3.4 Menjelaskan tanda dan gejala awal syok 4.1 Memonitor asupan makanan 4.2 Memonitor berat badan 4.3 Menganjurkan posisi duduk, jika mampu 4.4 Memonitor adanya mual dan muntah 4.5 Mengkolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan



6. Evaluasi Keperawatan Hari/Tanggal 13/08/2014



Diagnosa Pola nafas tidak efektif b.d hambatan upaya napas (edema) (D.0005)



13/08/2014



Hipervolemia b.d gangguan mekanisme regulasi (gagal 34



Evaluasi S : Klien mengatakan sesak napas O : TD : 130/90 mmHg N : 90 x/menit RR : 34 x/menit T : 36.5 C SPO2 : 94% Terdapat penggunaan otot bantu napas A : Masalah belum teratasi P : Lanjutkan Intervensi S : Klien mengatakan BAK tidak lancar, air kencing sedikit dan warna keruh. Tanggan dan kaki membengkak. O : TD : 130/90 mmHg



ginjal kronik) (D.0022)



13/08/2014



A: P: S:



Risiko Perfusi Renal Tidak Efektif (D.0016)



13/08/2014



Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mencerna



O:



A: P: S: O:



makanan (D.0019)



A: P:



35



N : 90 x/menit RR : 34 x/menit T : 36.5 C SPO2 : 94% Edema pada tangan dan kaki Turgor kulit tidak elastis CRT lebih dari 3 detik. BB 80 kg Masalah belum teratasi Lanjutkan Intervensi Klien mengeluh lemah, letih, lesu. TD : 130/90 mmHg N : 90 x/menit RR : 34 x/menit T : 36.5 C SPO2 : 94% Konjungtiva anemis Masalah belum teratasi Lanjutkan intervensi Klien mengatakan mual-mual nafsu makan berkurang. TD : 130/90 mmHg N : 90 x/menit RR : 34 x/menit T : 36.5 C SPO2 : 94% Klien tidak menghabiskan porsi makannya, hanya makan 3-5 sendok Pasien diet rendah garam BB : 80 kg Masalah belum teratasi Lanjutkan intervensi



BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Diharapkan perawat dapat mengetahui lebih lagi mengenai Palliative Care dan cara penanganan pada pasien penderita gagal ginjal kronik, tidak hanya tindakan medis tetapi penanganan pada psikis penderita (Meningkatkan kualitas hidup penderita) dan keluarga dan dapat melakukan komunikasi terapeutik. B. Saran 1.



Bagi pembaca diharapkan makalah ini dapat memberi informasi dan pengetahuan tentang penyakit Gagal Ginjal Kronis serta dapat menjadi pemicu untuk melakukan tindakan pencegahan dini terhadap Penyakit Gagal Ginjal Kronis.



2.



Bagi petugas perawatan diharapkan makalah ini dapat menjadi informasi tambahan mengenai penyakit Gagal Ginjal Kronis sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan yang tepat dan dapat menjadi sarana informasi bagi klien/ masyarakat dalam memberikan pendidikan kesehatan.



3.



Bagi institusi pendidikan diharapkan dapat ikut serta untuk melakukan promosi kesehatan atau penyuluhan tentang Penyakit Gagal Ginjal Kronis kepada masyarakat.



36



DAFTAR PUSTAKA ANTARA.



36



Juta



Warga Dunia Meninggal Gagal



Ginjal.



http://www.antarasumut.com/36-juta-warga-dunia-meninggal-gagal-ginjal . 2009. diakses pada tanggal 14 Februari 2017. Faizal, Elly Burhaini. Noncommunicable Diseases Top Priority in Health Agenda. http://www.thejakartapost.com/news/2012/01/09/noncommunicablediseases-top- priority-health-agenda.html . 2012. diakses pada tanggal 14 Februari 2017 Fransiska, Kristina. Waspadalah 24 Penyebab Ginjal Rusak. Jakarta : Penerbit Cerdas Sehat. 2011 Muttaqin dan Sari. (2011). Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan. Salemba Medika, Jakarta. National Kidney and Urologic Diseases Information Clearinghouse. Kidney Disease Statistic for The United States. NIH Publication. 26 November 2012 Price, Sylvia A. & Lorraine M. Wilson. Patofisiologi : Konsep Klinis ProsesProses Penyakit Edisi 6 Volume 2. Jakarta : EGC. 2006 Sherwood, Lauralle. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Edisi 2. Jakarta : EGC. 2001 Smeltzer, Suzanne C. Dkk. Brunner & Suddart Textbook of medical-suirgical Nursing : Eleventh Edition. USA : Lipincott williams & Wilkins.2009 Sudoyo. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2006 USRDS Annual Data Report : Atlas of End Stage Renal Disease in United Stated Volume 2 tahun 2012 WHO Indonesia.



NCD Country



Profile 2013.



http://www.who.int/nmh/countries/idnen.pdf. 14 Februari 2017



37



2013.



diakses



pada



tanggal