Askep Pesisir Kelompok 3 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Masyarakat merupakan sekumpulan manusia yang saling beragul, berinteraksi, menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu dan terikat oleh rasa identitas bersama dan merupakan kesatuan sosial, saling tergantung untuk mencapai suatu tujuan (Nasrul,1995). Manusia sebagai suatu sistem sosial menunjukkan bahwa semua oang bersatu untuk saling melindungi dalam kepentingan bersama dan berfungsi sebagai satu kesatuan dan secara terus menerus mengadakan hubungan atau interaksi kepada sistem yang lebih lebih besar. Demikian terdapat masalah kesehatan dalam suatu masyarakat akan saling mempengaruhi. Kesehatan masyarakat bila tidak diatasi sebagai masalah bersama maka dapat menurunkan derajat kesehatan masyarakat bahkan dapat mempengaruhi derajat kesehatan secara nasional. Sehat adalah suatu keadaan yang bukan hanya bebas dari rasa sakit, cacat, dan kelemahan, tetapi meliputi keadaan seimbang antara fisik, mental, dan lingkungan (DEPKES,1990). Masalah kesehatan masyarakat yang telah terjadi tidak di perilaku masyarakat yang merugikan atau gaya hidup yang dapat merusak tatanan masyarakat dalam bidang kesehatan dapat bermula dari perilaku individu, keluarga ataupun perilaku kelompok masyarakat. Sebab itu dalam mengatasi masalah kesehatan masyarakat harus ditangani secara komprehensif, yang dimulai dari individu, keluarga, kelompok, sampai masyarakat dengan pendekatan lintasan sektor, dan lintas program. Dalam rangka mewujudkan kesehatan masyarakat yang optimal maka dibutuhkan



perawatan



kesehatan



masyarakat.



Perawatan



kesehatan



masyarakat itu sendiri adalah bidang keperawatan yang merupakan perpaduan antara kesehatan masyarakat dan perawatan yang didukung peran serta



masyarakat dan mengutamakan pelayanan promotif dan preventif serta berkesinambungan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitalif secara menyuruh, melalui proses keperawatan untuk meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal sehingga mandiri dalam upaya kesehatan. Peningkatan



peran



serta



masyarakat



bertujuan



meningkatkan



dukungan masyarakat secara aktif dalam berbagai upaya kesehatan serta mendorong kemandirian dalam memecahkan masalah kesehatan antara lain masalah kesehatan ibu dan anak, penyuluhan kesehatan, perbaiki gizi, kesehatan lingkungan, kesehatan usia lanjut, kesehatan remaja, pencegahan dan pemberantasan penyakit menular. Dalam mengaplikasikan teori keperawatan komunitas, kelompok 3 melakukan praktik lapangan di RW XV kelurahan tambak lorok, kecamatan tanjung emas yang dilakukan dari tanggal 17-18 Desember 2012. Pendekatan perawatan yang diberikan adalah asuhan keperawatan pesisir pada RW XV, dalam kegiatan ini mahasiswa bekerjasama dengan masyarakat untuk mencapai kemandirian dalam upaya kesehatan. Fungsi mahasiswa sebagai motivator dan fasilitator. Pendekatan yang digunakan dalam praktik keperawatan pesisir meliputi : survei, perkenalan dan pengkajian masyarakat.



B. TUJUAN 1. Tujuan umum Melaporkan hasil kegiatan selama praktik belajar lapangan dari tanggal 17 Desember – 18 desember di RT 04 RW XV di kelurahan tambak lorok, tanjung mas, semarang. 2. Tujuan khusus



a.



Mengidentifikasi masalah yang ada di RW XV kelurahan tambak lorok .



b.



Menganalisa masalah – masalah yang ada di RW XV kelurahan tambak lorok



c.



Menyusun rencana tindakan sesuai dengan masalah yang ada di kelurahan tambak lorok.



d.



Melaksanakan kegiatan sesuai dengan rencana yang telah disusun.



e.



Mengevaluasi hasil pelaksanaan kegiatan dan tindak lanjut dari tiap masalah yang ada dikelurahan tambak lorok



BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Komunitas Pesisir Komunitas adalah kelompok sosial yang ditentukan oleh batasan wilayah, nilai , keyakinan dan minat yang sama serta adanya saling mengenal dan berinteraksi sesama anggota masyarakat ( WHO, 1974). Komunitas



adalah



sekumpulan



orang



yang



pengalaman penting dalam hidupnya (Spradley, 1985).



saling



bertukar



Soekanto (2002) mengartikan



community



sebagai masyarakat



setempat. Masyarakat setempat menunjuk pada warga sebuah desa, kota, suku atau bangsa yang mana para anggotanya hidup bersama sehingga merasakan bahwa kelompoknya dapat memenuhi kepentingan-kepentingan hidup yang utama. Keterikatan secara geografis merupakan suatu ciri dasar yang sifatnya pokok sebagai suatu komunitas, tetapi hal ini tidaklah cukup, karena suatu community harus memiliki apa yang dinamakan dengan community sentiment atau perasaan komunitas. Perasaan sebagai suatu komunitas memiliki beberapa unsur, yaitu seperasaan, sepenanggungan dan saling memerlukan. Sedangkan menurut Viktor (2001), populasi masyarakat pesisir didefinisikan sebagai kelompok orang yang tinggal di daerah pesisir dan sumber kehidupan perekonomiannya bergantung secara langsung pada pemanfaatan sumberdaya laut dan pesisir. Namun untuk lebih operasional, definisi populasi masyarakat pesisir yang luas ini tidak seluruhnya diambil tetapi hanya difokuskan pada kelompok nelayan dan pembudidaya ikan serta pedagang dan pengolah ikan. Dapat disimpulkan bahwa komunitas adalah sekelompok individu yang tinggal pada wilayah tertentu yang memiliki karakter, nilai, keyakinan dan minat yang relatif sama dan adanya interaksi satu sama lain. Komunitas pesisir dapat diartikan sebagai interaksi sekelompok individu yang berkarakter relatif sama dan tinggal di wilayah pantai serta bergantung pada laut sebagai sumber perekonomian B. Keperawatan Komunitas Daerah Pesisir Keperawatan komunitas adalah pelayanan keperawatan profesional yang ditujukan kepada masyarakat dengan penekanan kelompok yang beresiko tinggi dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan



penyakit, peningkatan kesehatan dengan menjamin



terjangkaunya pelayanan kesehatan yang dibutuhkan , melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan sampai dengan evaluasi ( spradley dan logan , 1987 ).



Berbagai definisi tentang keperawatan komunitas dan komunitas pesisir dapat dirangkum bahwa keperawatan komunitas daerah pesisir adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang diberikan kepada masyarakat sekitar pantai yang sebagian besar bergantung pada hasil laut. C. Karakteristik Masyarakat Pesisir Komunitas daerah pesisir memiliki karakter khusus yang membedakannya dengan komunitas daerah lain, di mana karakter tersebut menjadi ikatan yang menyatukan mereka. Karakter khusus tersebut mencakup aspek pekerjaan, perilaku sosial, dan ikatan norma sosial (adat istiadat)/budaya. 1. Mata Pencaharian Masyarakat



pesisir



bergantung



pada



sumberdaya



laut.



Ketergantungan masyarakat pesisir terhadap sumberdaya laut secara langsung menyebabkan mereka berupaya menjaga kelestarian lingkungan, yaitu memanfaatkan sumberdaya laut yang tersedia sesuai dengan kebutuhan disertai upaya untuk memperbaikinya. Sebaliknya, mereka yang datang hanya untuk memanfaatkan sumberdaya laut akan melakukan eksploitasi sumberdaya laut yang tersedia tanpa disertai tanggung jawab untuk memulihkannya, kalaupun dilakukan bukan karena adanya kesadaran,



namun



sebagai



bentuk



pelaksanaan



kewajiban



yang



dibebankan. Masyarakat pesisir terdiri dari nelayan pemilik, buruh nelayan, pembudidaya ikan dan organisme laut lainnya, pedagang ikan, pengolah ikan, dan supplier faktor sarana produksi perikanan. Dalam bidang nonperikanan, masyarakat pesisir bisa terdiri dari penjual jasa pariwisata, penjual jasa transportasi, serta kelompok masyarakat lainnya yang memanfaatkan sumberdaya non-hayati laut dan pesisir untuk menyokong kehidupannya. Sebagian besar penduduk pesisir bekerja sebagai nelayan, pembudidaya ikan serta pedagang dan pengolah ikan. Kelompok ini secara langsung mengusahakan dan memanfaatkan sumberdaya ikan melalui kegiatan penangkapan dan budidaya. Sebagian masyarakat nelayan pesisir



ini adalah pengusaha skala kecil dan menengah. Namun lebih banyak dari mereka yang bersifat subsisten, menjalani usaha dan kegiatan ekonominya untuk menghidupi keluarga sendiri, dengan skala yang begitu kecil sehingga hasilnya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan jangka waktu sangat pendek. Komunitas masyarakat yang didimonasi pekerja kelas bawah ini menjadikan daerah pesisir tergolong sebagai daerah miskin. Akibatnya sering muncul permasalahan dalam bidang pemukiman, pendidikan dan kesehatan. 2. Perilaku sosial Sebagai suatu kesatuan sosial-budaya, masyarakat pesisir memiliki ciri-ciri perilaku sosial yang dipengaruhi oleh karakteristik kondisi geografis dan matapencaharian penduduknya. Sebagian dari ciri-ciri perilaku sosial tersebut adalah sebagai berikut : 1)



Etos kerja tinggi untuk memenuhi kebutuhan hidup dan mencapai kemakmuran.



2)



Kompetitif dan mengandalkan kemampuan diri untuk mencapai keberhasilan.



3)



Apresiasi terhadap prestasi seseorang dan menghargai keahlian.



4)



Terbuka dan ekspresif, sehingga cenderung “kasar”.



5)



Solidaritas sosial yang kuat dalam menghadapi ancaman bersama atau membantu sesama ketika menghadapi musibah.



6)



Kemampuan adaptasi dan bertahan hidup yang tinggi.



7)



Bergaya hidup “konsumtif “.



8)



Demonstratif dalam harta-benda (emas, perabotan rumah, kendaraan, bangunan rumah, dan sebagainya) sebagai manifestasi “keberhasilan hidup”.



9)



”Agamis”, dengan sentimen keagamaan yang tinggi.



10)



”Temperamental”, khususnya jika terkait dengan ”harga diri”. Salah satu ciri perilaku sosial dari masyarakat pesisir yang terkait



dengan sikap temperamental dan harga diri tersebut dapat disimak dalam pernyataan antropolog Belanda di bawah ini (Boelaars, 1984:62): Orang pesisir memiliki orientasi yang kuat untuk merebut dan meningkatkan kewibawaan atau status sosial.Mereka sendiri mengakui bahwa mereka cepat marah, mudah tersinggung, lekas menggunakan kekerasan, dan gampang cenderung balas-membalas sampai dengan pembunuhan.Orang pesisir memiliki rasa harga diri yang amat tinggi dan sangat peka.Perasaan itu bersumber pada kesadaran mereka bahwa pola hidup pesisir memang pantas mendapat penghargaan yang tinggi. 3. Ikatan norma sosial (adat istiadat)/budaya Bagi masyarakat pesisir, kebudayaan merupakan sistem gagasan atau sistem kognitif yang berfungsi sebagai ”pedoman kehidupan”, referensi



pola-pola kelakuan



sosial,



serta



sebagai



sarana untuk



menginterpretasi dan memaknai berbagai peristiwa yang terjadi di lingkungannya. Setiap gagasan dan praktik kebudayaan harus bersifat fungsional dalam kehidupan masyarakat. Jika tidak, kebudayaan itu akan hilang dalam waktu yang tidak lama. Kebudayaan haruslah membantu kemampuan survival masyarakat atau penyesuaian diri individu terhadap lingkungan kehidupannya. Sebagai suatu pedoman untuk bertindak bagi warga masyarakat, isi kebudayaan adalah rumusan dari tujuan-tujuan dan cara-cara yang digunakan untuk mencapai tujuan itu, yang disepakati secara sosial. Ciri-ciri kebudayaan mereka seperti sistem gender, relasi patron-klien, pola-pola perilaku dalam mengeksploitasi sumber daya perikanan, serta kepemimpinan sosial tumbuh karena pengaruh kondisikondisi dan karakteristik-karakteristik yang terdapat di lingkungannya. D. Perilaku Terhadap Kesehatan



Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan (Soekidjo : 2007). Respon atau reaksi manusia, baik bersifat pasif (pengetahuan, persepsi dan



sikap),



maupun



bersifat



aktif



(tindakan



yang



nyata



atau



praktis).Sedangkan stimulus dan rangsangan terdiri dari 4 unsur pokok, yaitu sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan dan lingkungan. Dengan demikian, secara rinci perilaku kesehatan mencakup: 1. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakitnya, yaitu bagaimana manusia berespon, baik secara pasif (mengetahui, bersikap, dan mempersepsikan penyakit dan rasa sakit yang ada di dirinya dan luar dirinya), maupun aktif (tindakan) yang dilakukan sehubungan dengan penyakit dan sakit tersebut. Perilaku terhadap sakit dan penyakit ini dengan sendirinya sesuai dengan tingkat-tingkat pencegahan penyakit, yakni: a. Perilaku



sehubungan



dengan



peningkatan



dan



pemeliharaan



kesehatan (health promotion behaviour). b. Perilaku pencegahan penyakit (health prevention behaviour), adalah suatu respon untuk melakukan pencegahan penyakit. Misalnya, tidur memakai kelambu untuk mencegah gigitan nyamuk malaria. Termasuk juga perilaku tidak menularkan penyakit. c. Perilaku sehubungan dengan pencarian pengobatan (health seeking behaviour),



yakni



perilaku



untuk



malakukan



atau



mencari



pengobatan, misalnya mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas kesehatan. d. Perilaku



sehubungan



dengan



pemulihan



kesehatan



(health



rehabilitation behaviour), yakni perilaku yang berhubungan dengan usaha-usaha pemulihan kesehatan setelah sembuh dari suatu



penyakit. Misalnya, mematuhi anjuran dokter dalam rangka pemulihan kesehatannya. 2. Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan, adalah respon seseorang terhadap sistem pelayanan kesehatan baik sistem pelayanan kesehatan modern maupun tradisional.perilkau menyangkut respon terhadap fasilitas pelayanan, cara pelayanan, dll. 3. Perilaku terhadap makanan (nutrition behaviour), yakni respon seseorang terhadap makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan. Perilaku meliputi pengetahuan, persepsi, sikap dan praktik kita terhadap makanan. 4. Perilaku



terhadap



lingkungan



kesehatan



(environmental



health



behaviour) adalah respon terhadap lingkungan sebagai determinan kesehatan manusia. Perilaku antara lain: a. Perilaku sehubungan dengan air bersih, termasuk komponen, manfaat dan penggunaan air bersih untuk kepentingan kesehatan. b. Perilaku sehubungan dengan pembuangan air kotor, menyangkut segi hygiene pemeliharaan teknik dan penggunaannya. c. Perilaku sehubungan dengan limbah, baik limbah padat maupun cair. Termasuk sistem pembuangan sampah dan air limbah. Permasalahan kesehatan dapat dikatakan relatif rumit, karena sangat terkait dengan lingkungan dan ekonomi. Dalam menjaga kesehatan para petani dan nelayan tidak melakukan kegiatan khusus, karena kehidupan mereka yang cukup keras, artinya dalam setiap langkah kehidupan mereka adalah untuk memperoleh penghasilan. Warga masyarakat dalam mengatasi sakit yang dideritanya berbeda sesuai dengan karakteristik desa. Dengan alasan ekonomi, mereka menganggap dirinya tidak mampu, maka mereka melakukan pengobatan sendiri dengan obat-obatan yang dijual bebeas sampai batas tertentu kemudian dilakukan perawatan yang lebih



baik jika sakit parah. Terlebih akibat penurunan pendapatannya, para nelayan lebih memprioritaskan konsumsi pangan, sehingga sakit yang tidak parah akan dilakukan pengobatan sendiri menggunakan obat bebas.



E. Penyakit dan Masalah Kesehatan 1. Hipertiroid



Makanan laut (seafood) dapat menjadi sumber yodium alami bagi kelangsungan kerja kelenjar tiroid. Asupan yodium dapat ditemukan lewat makanan dan minuman. Makanan-makanan dari laut , seperti ikan, dan rumput laut merupakan sumber pangan beryodium tinggi. Mengkonsumsi seafood dapat membantu tubuh menyediakan yodium yang cukup. Namun jika kadar yodium dalam tubuh terlalu banyak, justru akan menghambat kerja kelanjar tiroid untuk mengeluarkan hormone tiroid akibatnya terjadi penyakit gondok. 2. Malaria Penyakit malaria merupakan penyakit menular yang banyak diderita oleh penduduk yang tinggal di wilayah tropis seperti Indonesia. Di Indonesia, penyakit malaria bersifat endemis karena selalu menjangkiti beberapa orang pada suatu daerah. Penyakit ini sudah lama diderita oleh banyak masyarakat yang tinggal di daerah pantai, persawahan, perkebunan, serta hutan. 3. Penyakit Kulit Berikut ini adalah beberapa jenis penyakit kulit yang umunya menyerang masyarakat di daerah pesisir : 1. Eksim (eksema) 2. Kudis (scabies) 3. Kurap ( tinea corporis) 4. Bisul (furunkel) 5. Panu



6. Kusta 4. Diare, muntaber, dan cacingan Mereka membuang kotoran/tinja di tempat terbuka seperti kebun, sawah, ataupun sungai dan laut. Hal ini menjadi kebiasaan yang terutama disebabkan oleh rendahnya tingkat pendidikan. Minimnya penghasilan dan sumber mata pencaharian membuat sebagian besar mereka berpikir bahwa lebih baik mencari yang hemat dan efisien dibanding harus mengeluarkan biaya untuk membuat jamban. Pembuangan tinja perlu mendapat perhatian khusus karena merupakan satu bahan buangan yang banyak mendatangkan masalah dalam bidang kesehatan dan sebagai media bibit penyakit, seperti diare, typhus, muntaber, disentri, cacingan dan gatal-gatal. Selain itu, dapat menimbulkan pencemaran lingkungan pada sumber air dan bau busuk. F. Peran Perawat Komunitas Daerah Pesisir Perawat komunitas daerah pesisir menggambarkan perawat yang berada di daerah pesisir dan berkonsentrasi dengan kesehatan, kesejahteraan, dan perawatan masyarakat di daerah tersebut. Peran perawat komunitas daerah pesisir antara lain : 1. Sebagai Pendidik Peran perawat di komunitas sebagai peran pendidik yaitu peran perawat untuk memberikan informasi yang berupa pengajaran mengenai pengetahuan dan keterampilan dasar. Untuk masyarakat pesisir yang di utamakan yaitu tentang hidup bersih, sanitasi yang baik, jamban yang sesuai syarat, konsumsi dan penggunaan air bersih,dan lain-lain. 2. Sebagai Advokat Peran perawat sebagai advokat yaitu tindakan perawat dalam mencapai suatu tujuan yang bersifat untuk kepentingan masyarakat atau bertindak untuk mencegah kesalahan yang tidak diinginkan ketika pasien sedang menjalankan pengobatan.Peran perawat advokat ini dapat kita temukan



saat pasien bingung dan berusaha memutuskan tindakan yang terbaik bagi kesehatannya, untuk itu perawat dibutuhkan memberikan informasi lengkap bagi pasien dan berusaha menolak bila tindakan itu membahayakan kondisi pasien dan melanggar hak-hak pasien. Bila dihubungkan dengan teori kerangka kerja dari Milio (1976) tentang promosi kesehatan dan pencegahan penyakit, dan teori sosial kritis, hal ini mengharuskan perawat untuk mengambil tindakan yang tepat dan berpikir kritis bagi kesehatan pasien,keluarga dan masyarakat. 3. Sebagai Peneliti Perawat sebagai peneliti yaitu peran perawat yang menerjemahkan temuan riset, bertanggung jawab untuk melakukan penelitian, mengidentifikasi, menganalisis data, memecahkan masalah klinis dengan menerapkan prinsip dan metode penelitian.Penelitian ini bermanfaat untuk mengembangkan ilmu / pendidikan dan praktik keperawatan



dan



meningkatkan



mutu



asuhan



atau



pelayanan



keperawatan sesuai dengan masalah kesehatan yang ada di daerah tersebut. Sehingga melalui penelitian ini, perawat bisa mengatasi permasalahan kesehatan di daerah pesisir contohnya penelitian tentang hipertiroid atau diare ternyata setelah diteliti



karena konsumsi air



kurang bersih dan jamban yang tidak layak menjadi penyebab diare,muntaber,dll. Maka perawat bisa mengatasi permasalahan diare dimulai dari mengatasi penyebabnya bersama masyarakat. 4. Sebagai Konsultan Perawat sebagai konsultan yaitu peran perawat yang bertugas sebagai tempat konsultasi pasien dalam pemberian informasi, dukungan atau memberi



ajaran



tentang



tujuan



pelayanan



keperawatan



yang



diberikan.Konsultasi yang diberikan tentu harus sesuai dengan permasalahan kesehatan komunitas daerah pesisir tersebut seperti penyakit kulit, permasalahan gizi buruk, konsumsi air bersih yang



masih rendah, serta diare yang masih menjadi perhatian dan membantu pemecahan masalah tersebut. 5. Sebagai Pemberi Perawatan Perawat sebagai pemberi perawatan secara langsung yaitu peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan secara langsung kepada individu, keluarga dan kelompok dengan menggunakan energi dan waktu seminimal mungkin. Perawat ini langsung mengkaji kondisi kesehatan pasien, merencanaan, mengimplementasi dan mengevaluasi asuhan keperawatan. Perawat secara langsung terlibat dalam proses penyembuhan pasien tidak hanya secara fisik saja tapi holistik yaitu penyembuhan kesehatan emosi, spiritual, dan sosial. (Keeling dan Ramos, 1995). 6. Sebagai Pemasaran kesehatan Perawat sebagai pemasaran kesehatan pada masyarakat atau social marketer yaitu peran perawat dalam mempromosikan kesehatan atau gaya hidup sehat. Kegiatan promosi ini bersifat sosial dan dibuat berdasarkan kesukarelaan. Peran ini dapat kita lihat ketika perawat langsung datang ke tempat terpencil yang mempromosikan ke rumahrumah penduduk tentang manfaat Keluarga Berencana (KB), cara melakukan KB, dan informasi lengkap lainnya yang mendukung program KB.Atau mempromosikan tentang pencegahan malaria dengan 3M ke masyarakat. G. Model Precede-Proceed Model yang paling cocok diterapkan dalam perencanaan dan evaluasi promosi kesehatan, yang dikenal dengan model PRECEDE (Predisposing, Reinforcing and Enabling Causes in Education Diagnosis and Evaluation). Precede merupakan kerangka untuk membantu perencanaan mengenal masalah, mulai dari kebutuhan pendidikan sampai pengembangan program.



PROCEEDE



merupakan



singkatan



dari



Policy,



Regulatory,



and



Organizational Contructs in Educational and environmental Development. PRECEDE-PROCEED



dilakukan



bersama-sama



dalam



proses



perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. PRECEDE digunakan pada face diagnosa masalah, penetapan periorias dan tujuan program, sedangkan Proceed digunakan untuk menetapkan sasaran dan kriteria kebijakan, pelaksanaan dan evaluasi. Langkah-langkah PRECEDEPROCEED 1.



Fase 1. Diagnosis Sosial (Sosial Need Assassment) Diagnosis



sosial



adalah



proses



penentuan



persepsi



masyarakat terhadap kebutuhannya atau terhadap kualitas hidupnya dan aspirasi masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidupnya melalui partisipasi dan penerapan berbagai informasi yang didesain sebelumnya. Penilaian dilakukanan atas dasar data sensus ataupun vital stasistik yang ada, maupun dengan melakukan pengumpulan data secara langsung dari masyarakat. Data langsung dikumpulkan dari masyarakat, pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara wawancara dengan informan kunci, forum yang ada dimasyarakat, Focus Group Discussion (FGD), nominal goup process, dan survei 2.



Fase 2. Diagnosa Epidemiologi Masalah kesehatan merupakan hal yang sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup seseorang. Efek yang ditimbulkan dapat secara langsung maupun tidak langsung, sebagai contoh premature heart disease, langsung mempengaruhi kualitas hidup seseorang, sedangkan malnutrisi memberikan efek tidak langsung terhadap kualitas hidup karena hanya akan menurunkan produktivitas kerja seseorang. Pada fase ini mencari faktor kesehatan yang mempengaruhi kualitas hidup seseorang ataupun masyarakat. Masalah kesehatan



digambarkan secara rinci berdasarkan data yang ada, baik yang berasal dari data lokal, regional, maupun nasional. Pada fase ini harus didenttifikasi siapa atau kelompok mana yang terkena masalah kesehatan (umur, jenis kelamin, lokasi, suku dan lain-lain), bagaiman pengaruh aatau akaibat dari masalah kesehatan tersebut (mortalitas,



Morbiditas,



disability,



tanda



dan gejala



yang



ditimbulkan) dan bagaimana cara untuk menanggulangi masalah kesehatan tersebut (imunisasi, perawatan/ pengobatan, perubahan lingkungan maupun



perubahan



perilaku). Informasi



sangat



diperlukan atas menetapkan perioritas maslah yang biasanya didasarkan atas pertimbangan besarnya masalah dan akibat yang ditimbulkannya serta kemungkinan untuk diubah. 3.



Fase 3. Diagnosa Perilaku dan Lingkungan Pada fase ini masalah perilaku dan lingkungan yang mempengaruhi perilaku dan status kesehatan atau kualitas hidup seseorang atau masyarakat diidentifikasi. Penting bagi tenaga kesehatan untuk membedakan maslaah perilaku yang dapat dikontrol secara individu atau harus dikontrol melalui institusi. Contohnya,



pada



kasus



malnutrisi



yang



disebabkan



oleh



ketidakmampuan membeli bahan makanan, intervensi pendidikan tidak akan bermnfaat sehingga diperlukan pendekatan perubahan sosial untuk mengatasi masalah lingkungan. Indikator masalah perilaku yang mempengaruhi status kesehatan seseorang adalah pemanfaatan pelayanan kesehatan, upaya pencegahan, pola konsumsi makanan, kepatuhan, dan upaya pemeliharaan kesehatan sendiri. Dimensi perilaku yang digunakan adalah earliness, quality, persistence, frequency, dan renge. Indikator lingkungan yang digunakan adalah keadaan sosial, ekonomi, fisik dan pelayanan kesehatan, sedangkan dimensi yang digunakan pemerataan.



terdiri



atas



keterjangkauan,



kemampuan



dan



Langkah-langkah dalam melakukan diagnosis perilaku dan lingkungan yaitu: a.



Memisahkan faktor perilaku dan nonperilaku sebagai penyebab maslaah kesehatan



b.



Mengidentifikasi perilaku yang dapat dicegah dan perilaku yang dapat dicegah dan perilaku yang berhubungan dengan tindakan perawatan atau pengobatan. Untuk faktor lingkungan, melakukan eliminasi faktor nonperilaku yang tidak dapat diubah (misalnya, faktor genetik dan demografi)



c.



Mengurutkan masalah perilaku dan lingkungan berdasarkan besarnya pengaruh terhadap kesehatan



d.



Mengurutkan masalah perilaku dan lingkungan berdasarkan kemungkinan untuk diubah



e.



Menetapkan perilaku dan lingkungan yang menjadi sasaran proigram. Setelah itu, tetapkan tujuan perubahan perilaku dan lingkungan yang ingin dicapai program.



4.



Fase 4. Diagnosis pendidikan dan orgnisasional Identifikasi



diagnosis



pendidikan



dan



organisasional



dilakukan berdasarkan determinan perilaku yang mempengaruhi status kesehatan seseorang atau masyarakat, yaitu: a.



Faktor



predisposisi



(predisposing



factors),



meliputi



pengetahuan, sikap, persepsi, kepercayaan dan nilai atau norma yang diyakini seseorang, b.



Faktor pendorong (enabling factors), yaitu faktor ingkungan yang memfasilitasi perilaku seseorang, dan



c.



Faktor penguat (reinforcing factors), yaitu perilaku orang lain yang berpengaruh (toma, toga, guru, petugas kesehatan, orang tua, pemegang kekuasaan) yang dapat menjadi pendorong seseorang untuk berperilaku. Menetapkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai



berdasarkan faktor predisposis yang telah diidentifikasi, dan



menetapkan tujuan organisasional berdasarkan faktor penguat dan faktor pendorong yang



telah diidentifikasi melalui upaya



pengembangan organisasi dan sumber daya 5.



Fase 5 Diagnosis administrasi dan kebijakan Pada fase ini, dilakukan analisis kebijakan, sumber daya, dan peraturan yang berlaku yang dapat memfasilitasi atau menghambat pengembangan program promosi kesehatan. Untuk diagnosis administratif, dilakukan tiga penilaian, yaitu sumber daya yang dibutuhkan untuk melaksanakan program, sumber daya yang terdapat di organisasi dan masyarakat, serta hambatan pelaksanaan program. Untuk diagnosis kebijakan, dilakukan identifikasi dukungan dan hambatan politis, peraturan dan organisasional yang memfasilitasi program serta pengembangan lingkungan yang dapat mendukung kegiatan masyarakat yang kondusif bagi kesehatan. Pada fase ini kita melangkah dari perencanaan dengan PRECEDE ke implementasi dan evaluasi dengan PROCEED. PRECEDE digunakan untuk meyakinkan bahwa program akan sesuai dengan kebutuhan dan keadaan individu atau masyarakat sasaran. Sebaliknya, PROCEED untuk meyakinkan bahwa program akan tersedia, dapat dijangkau, dapat diterima dan dapat dipertanggungjawabkan kepada penentu kebijakan, administrator, konsumen atau klien, dan stakeholder terkait. Hal ini dilakukan untuk menilai kesesuaian program dengan standar yang telah ditetapkan.



BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PESISIR WARGA RT 04 / RW 15 TANJUNG MAS DENGAN PENDEKATAN PRECEDE-PROCEED



A. PENGKAJIAN 1.



Pengkajian Sosial a. Data demografi Diagram 1.Distribusi penduduk berdasarkan usia warga RT 04 / RW 15 pada tahun 2012 dengan N=40



Berdasarkan diagram 1 diketahui bahwa proporsi kelompok usia dalam tahun mayoritas pada usia 22-54 tahun (43%) Diagram 2. Distribusi penduduk berdasarkan jenis kelamin warga RT 04 / RW 15 pada tahun 2012 dengan N=40



Berdasarkan diagram 2 diketahui bahwa mayoritas warga berjenis kelamin perempuan (55%). b. Agama Diagram 3. Distribusi penduduk berdasarkan agama warga RT 04 / RW 15 pada tahun 2012 dengan N=40



Berdasarkan diagram 3, diketahui bahwa semua orang dari 8 keluarga yang dikaji beragama islam sejumlah 40 orang (100%) c. Pekerjaan



Diagram 4. Distribusi penduduk berdasarkan pekerjaan warga RT 04 / RW 15 pada tahun 2012 dengan N=40



Berdasarkan diagram 4 diketahui bahwa 16 orang (40%) tidak bekerja.



d. Suku bangsa Diagram 5. Distribusi penduduk berdasarkan suku atau etnis warga RT 04 / RW 15 pada tahun 2012 dengan N=40



Berdasarkan diagram 5 diketahui bahwa suku bangsa 8 keluarga yang dikaji di RT-IV/RW-XV adalah jawa (100%) e. Pendapatan Diagram 6. Distribusi penduduk berdasarkan usia warga RT 04 / RW 15 pada tahun 2012 dengan N=40



Berdasarkan diagram 6 diketahui bahwa 75% berpenghasilan lebih dari Rp 1.000.000,-.



f. Tingkat pendidikan Diagram 7. Distribusi penduduk berdasarkan usia warga RT 04 / RW 15 pada tahun 2012 dengan N=40



Berdasarkan



diagram



7



diketahui



bahwa



mayoritas



tingkat



pendidikannya SD 11 orang (27%) g. Pelayanan sosial 1) Sumber informasi kesehatan Berdasarkan Grafik 1, dapat diketahui bahwa informasi kesehatan didapat dari penyuluhan kesehatan di puskesmas dan melalui TV. Grafik 1. Distribusi penduduk berdasarkan usia warga RT 04 / RW 15 pada tahun 2012



2) Tempat pelayanan kesehatan Berdasarkan grafik 2, diketahui bahwa prosentase tempat pelayanan kesehatan terbanyak di puskesmas (38 orang) Grafik 2. Distribusi penduduk berdasarkan usia warga RT 04 / RW 15 pada tahun 2012 dengan n=40



2.



Pengkajian Epidemiologi a.



Alat kontrasepsi yang diguanakan Grafik 3. Distribusi penduduk berdasarkan jenis alat kontrasepsi warga RT 04 / RW 15 pada tahun 2012 dengan N=22



Berdasarkan grafik 3 diketahui bahwa sebagian besar warga warga RT 04/ RW 15 Tambak Mulyo tidak menggunakan alat kontrasepsi sebanyak 19 orang b.



Penyebaran penyakit Grafik 4. Distribusi penduduk berdasarkan kasus penyakit 1 tahun terakhir warga RT 04 / RW 15 pada tahun 2012 dengan N=40



Berdasarkan grafik 4 diketahui bahwa penyebaran penyakit pada 1 tahun terakhir pada warga di RT 04/ RW 15 sebagian besar adalah diare dengan 7 kasus.



c.



Kejadian ISPA pada balita 1 tahun terakhir Grafik 5. Distribusi penduduk berdasarkan pengalaman ISPA pada balita RT 04 / RW 15 pada tahun 2012 dengan N=3



Diagram tersebut menggambarka terdapat kejadian ISPA selama 1 tahun terakhir pada 3 kasus.



3.



Pengkajian Perilaku dan Lingkungan a.



Perilaku Dalam wawancara didapatkan : 1) Delapan KK mengatakan, “ Kami biasanya membuang sampah dengan cara menimbun, dan ada juga yang dibuang disungai, karena disekitar tempat tinggal kami belum terdapat tempat pembuangan sampah yang baik.” 2) Tiga KK mengatakan, “ Terdapat pemuda yang suka mabukmabukan yang bukan berasal dari pemukiman kami, tetapi biasanya mereka mabuk-mabukan di dekat pasar di RT kami.”



3) Delapan KK mengatakan, “hewan penyebar penyakit yang terbanyak dilingkungan kami antara lain lalat, nyamuk, kecoa, dan tikus.” 4) Tujuh KK mengatakan, “ Kami menggunakan air minum yang sudah dimasak.” 5) Enam KK mengatakan, “ Kami kadang-kadang menguras tempat penampungan air.” . Tiga KK mengatakan ,”Kami setiap 3-7 hari menguras tempat penampungan air.” 6) Delapan KK mengatakan, “ selama ini belum ada penyuluhan kesehatan dilingkungan kami, khususnya mengenai kejadian diare.”



Berdasarkan observasi didapatkan : 1) Sebagian besar warga sudah memiliki kamar mandi pribadi dan melakukan MCK di kamar mandi pribadi, ada juga beberapa warga yang buang air besar di sungai. 2) Terlihat got yang menggenang dan tidak mengalir. 3) Banyak sampah yang berserakan dibeberapa tempat.



Diagram hasil wawancara dan observasi 1) Kebiasaan membuka jendela rumah Diagram 8. Distribusi penduduk berdasarkan kebiasaan membuka jendela warga RT 04 / RW 15 pada tahun 2012 N=8



Berdasarkan diagram 8 diketahui bahwa keluarga RT4/RW15 yang memiliki kebiasaan tidak pernah membuka jendela ada 4 keluarga atau 50%. 2) Kebiasaan penggunaan air minum Diagram 9. Distribusi penduduk berdasarkan cara penggunaan air minum warga RT 04 / RW 15 pada tahun 2012 N=8



Berdasarkan diagram 9 diketahui bahwa keluarga memiliki kebiasaan menggunakan air minum yang telah dimasak sebanyak 7 keluarga (87%). 3) Kebiasaan menguras tempat penampungan air



Diagram 10. Distribusi penduduk berdasarkan pengurasan tempat penampungan air warga RT 04 / RW 15 pada tahun 2012 dengan N=8



Bardasarkan diagram 10 diketahui keluarga RT4/RW15 mayoritas kadang-kadang menguras sebanyak 6 keluarga (75%). 4) Kebiasaan membuang sampah Diagram 11. Distribusi penduduk berdasarkan cara membuang sampah warga RT 04 / RW 15 pada tahun 2012 dengan N=8



Berdasarkan diagram 11 diketahui bahwa keluarga RT4/RW 15 membuang sampah dengan cara ditimbun sebanyak 5 keluarga (62%).



b.



Lingkungan 1) Data wawancara Tujuh KK mengatakan, “ Kami biasanya membuang sampah di tempat sampah yang sudah disediakan berupa kubangan tanah untuk satu RT. Dinas kebersihan umum tidak pernah mengambil sampah di wilayah tersebut.” Lima KK mengatakan memiliki jamban di rumah.” 2) Data observasi Tertihat got tidak mengalir dan air tampak warna hitam. Sampah menumpuk di tempat pembuangan sampah yang berupa kubangan tanah. 3) Data kuesioner a) Jenis rumah Diagram 12. Distribusi penduduk berdasarkan jenis rumah warga RT 04 / RW 15 pada tahun 2012 dengan N=8



Berdasarkan diagram di atas, diketahui bahwa keluarga di RT 04 RW 15 seluruhnya menempati rumah petak.



b) Jenis bangunan Diagram 13. Distribusi penduduk berdasarkan jenis bangunan warga RT 04 / RW 15 pada tahun 2012 dengan N=8



Berdasarkan diagram di atas, diketahui bahwa keluarga di RT 04 RW 15 sebagian besar memiliki bangunan permanen, hanya 13% yang memiliki bengunan semi permanen. c) Kepemilikan rumah Diagram 14. Distribusi penduduk berdasarkan kepemilikan rumah warga RT 04 / RW 15 pada tahun 2012 dengan N=8



Berdasarkan diagram di atas, diketahui bahwa keluarga di RT 04 RW 15 seluruhnya memiliki rumah pribadi. d) Kepemilikan jendela Diagram 15. Distribusi penduduk berdasarkan adanya ventilasi warga RT 04 / RW 15 pada tahun 2012 dengan N=8



Berdasarkan diagram di atas, diketahui bahwa keluarga di RT 04 RW 15 sebagian besar rumah memiliki ventilasi



(jendela), hanya 25% rumah yang tidak memiliki ventilasi, hanya memiliki 1 buah pintu. e) Keadaan ventilasi Diagram 16. Distribusi penduduk berdasarkan keadaan ventilasi warga RT 04 / RW 15 pada tahun 2012 dengan N=8



Berdasarkan diagram di atas, diketahui bahwa keluarga di RT 04 RW 15 rata-rata keadaan ventilasi rumah cukup baik. Keadaan ventilasi kurang baik karena tidak memiliki jendela. f) Jenis atap rumah Diagram 17. Distribusi penduduk berdasarkan jenis atap rumah warga RT 04 / RW 15 pada tahun 2012 dengan N=8



Berdasarkan diagram di atas, diketahui bahwa keluarga di RT 04 RW 15 rata-rata menggunakan atap rumah berupa genting. g) Jenis lantai Diagram 18. Distribusi penduduk berdasarkan lantai rumah warga RT 04 / RW 15 pada tahun 2012 dengan N=8



Berdasarkan diagram di atas, diketahui bahwa keluarga di RT 04 RW 15 rata-rata lantai rumah berupa tanah. h) Pencahayaan rumah Diagram 19. Distribusi penduduk berdasarkan penggunaan sumber penerangan warga RT 04 / RW 15 pada tahun 2012 dengan N=8



Berdasarkan diagram di atas, diketahui bahwa keluarga di RT 04 RW 15 seluruhnya menggunakan listrik sebagai sumber penerangan. i) Cahaya matahari dapat masuk rumah Diagram 20. Distribusi penduduk berdasarkan keadaan pencahayaan warga RT 04 / RW 15 pada tahun 2012 dengan N=8



Berdasarkan diagram di atas, diketahui bahwa keluarga di RT 04 RW 15 rata-rata pencahayaan rumah cukup baik. j) Keberadaan vektor penyakit Diagram 21. Distribusi penduduk berdasarkan adanya vektor penyakit warga RT 04 / RW 15 pada tahun 2012 dengan N=8



Berdasarkan diagram di atas, diketahui bahwa di RT 04 RW 15 vektor pembawa penyakit berupa kecoa, tikus, nyamuk, lalat, burung dan ayam. k) Kebersihan rumah Diagram 22. Distribusi penduduk berdasarkan kebersihan RT04 / RW 15 pada tahun 2012 dengan N=8



Berdasarkan diagram di atas, diketahui bahwa keluarga di RT 04 RW 15 keadaan rumah bersih. l) Penyebab ketidakbersihan Diagram 23. Distribusi penduduk berdasarkan adanya penyebab ketidakbersihan warga RT 04 / RW 15 pada tahun 2012 dengan N = 8



Berdasarkan diagram di atas, diketahui bahwa penyebab ketidakbersihan keluarga di RT 04 RW 15 berupa sampah. m)Kebersihan halaman Diagram 24. Distribusi penduduk berdasarkan kebersihan halaman rumah warga RT 04 / RW 15 pada tahun 2012 dengan N= 8



Berdasarkan diagram di atas, diketahui bahwa keluarga di RT 04 RW 15 yaitu 63% halaman rumah tidak bersih. n) Sumber air minum Diagram 25. Distribusi penduduk berdasarkan sumber air minum warga RT 04 / RW 15 pada tahun 2012 dengan N= 8



Berdasarkan diagram di atas, diketahui bahwa keluarga di RT 04 RW 15 sebagian besar air minum berasal dari sumur artesis. Hanya 12% yang menggunakan air galon untuk minum. o) Sumber air bersih Diagram 26. Distribusi penduduk berdasarkan sumber air kebersihan warga RT 04 / RW 15 pada tahun 2012 dengan N= 8



Berdasarkan diagram di atas, diketahui bahwa keluarga di RT 04 RW 15 seluruhnya menggunakan sumur artesis sebagai sumber air bersih. p) Kualitas air Diagram 27 Distribusi penduduk berdasarkan kualitas sumber air warga RT 04 / RW 15 pada tahun 2012 dengan N=8



Berdasarkan diagram di atas, diketahui bahwa kualitas air di RT 04 RW 15 tidak berbau dan berwarna, tetapi berasa agak asin. q) Keberadaan jentik nyamuk Diagram 28 Distribusi penduduk berdasarkan keberadaan jentik nyamuk warga RT 04 / RW 15 pada tahun 2012 dengan N=8



Berdasarkan diagram di atas, diketahui bahwa keluarga di RT 04 RW 15 rata-rata tempat penampungan air terdapat jentik nyamuk. r) Jarak pembuangan limbah dengan sumber air



Diagram



29.



Distribusi



penduduk



berdasarkan



jarak



pembuangan limbah dengan sumber air warga RT 04 / RW 15 pada tahun 2012 dengan N = 8



Berdasarkan diagram di atas, diketahui bahwa jarak sumber air dan pembuangan limbah di RT 04 RW 15 berjarak lebih dari 10 meter. s)



Tempat pembuangan limbah Diagram 30. Distribusi penduduk berdasarkan tempat pembuangan limbah warga RT 04 / RW 15 pada tahun 2012 dengan N = 8



Berdasarkan diagram di atas, diketahui bahwa keluarga di RT 04 RW 15, 62% membuang limbah di got/selokan. t)



Keadaan tempat pembuangan limbah



Diagram 31. Distribusi penduduk berdasarkan kondisi saluran pembuangan limbah warga RT 04 / RW 15 pada tahun 2012 dengan N=8



Berdasarkan diagram di atas, diketahui bahwa di RT 04 RW 15 , 63% kondisi saluran pembuangan limbah selalu terbuka tergenang. u) Kepemilikan kandang Diagram 32. Distribusi penduduk berdasarkan kepemilikan data warga RT 04 / RW 15 pada tahun 2012 dengan N = 8



Berdasarkan diagram di atas, diketahui bahwa keluarga di RT 04 RW 15 , 37 % memiliki kandang hewan peliharaan. v) Jarak kandang dengan rumah



Diagram 33. Distribusi penduduk berdasarkan jarak kandang dengan rumah warga RT 04 / RW 15 pada tahun 2012 dengan N = 8



Berdasarkan diagram di atas, diketahui bahwa keluarga di RT 04 RW 15 rata-rata jarak kandang dengan rumah kurang dari 3 meter. w) Tempat pembuangan tinja Diagram 34. Distribusi penduduk berdasarkan tempat pembuangan tinja warga RT 04 / RW 15 pada tahun 2012 dengan N = 8



Berdasarkan diagram di atas, diketahui bahwa keluarga di RT 04 RW 15 rata-rata membuang tinja di closet. x) Kepemilikan tempat pembungan tinja



Diagram 35 Distribusi penduduk berdasarkan kepemilikan tempat pembuangan tinja warga RT04 / RW15 tahun 2012 dengan N = 12



Berdasarkan diagram di atas, diketahui bahwa keluarga di RT 04 RW 15 rata-rata memiliki tempat pembuangan tinja pribadi. y) Jarak pembuangan tinja dengan sumber air Diagram 35. Distribusi penduduk berdasarkan jarak pembuangan tinja dengan sumber air warga RT 04 / RW 15 pada tahun 2012 dengan N = 12



Berdasarkan



diagram



di



atas,



diketahui



bahwa



jarak



pembuangan tinja dan sumber air di RT 04 RW 15 berjarak lebih dari 10 meter.



4.



Pendidikan dan Organisasi



a. Hasil Wawancara Berdasarkan hasil wawancara dengan tokoh masyarakat didapatkan hasil sebagai berikut: 1) TOMA mengatakan, “Pengetahuan dan kesadaran warga kami akan kesehatan masih kurang, bentuk kegiatan kerja bakti untuk membersihkan selokan dari sampah-sampah tidak berjalan lagi”. 2) TOMA mengatakan “Pusat kesehatan posyandu berlangsung hanya satu bulan sekali, tenaga kesehatan yang datang juga hanya sebulan sekali”. 3) TOMA mengatakan, “Motivasi warga untuk datang berobat di posyandu masih kurang, tidak semua warga langsung memeriksakan diri disaat petugas kesehatan datang”. 4) TOMA mengatakan, “Belum tersedianya puskesmas terdekat, jarak antara puskesmas dan rumah warga cukup jauh dan sulitnya akses kendaraan menuju ke sana”. 5) TOMA mengatakan, “Pertemuan rutin RT saat ini mengalami hambatan dan tidak terlaksana lagi”. 6) TOMA mengatakan, “Perkumpulan lain yang ada di RT 04 ialah perkumpulan ibu PKK. Kegiatan yang dilakukan oleh ibu-ibu PKK antara lain penimbangan balita dan pencatatan buku KMS”. 7) TOMA mengatakan, “Perkumpulan lain yang ada di RT 04 adalah perkumpulan para nelayan. Pembahasan yang dilakukan tidak berhubungan dengan masalah kesehatan yang ada, lebih spesifik pada pendapatan, sulitnya penangkapan ikan, dan pasang surut air laut”. 8) TOMA mengatakan, “ Dahulu pernah ada truk yang mengambil sampah, tapi hanya berlangsung beberapa bulan saja dan setelah itu hingga sekarang tidak ada lagi.”



b. Faktor predisposisi 1) Tingkat pendidikan Diagram 36. Distribusi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan warga RT 04 / RW 15 pada tahun 2012 dengan N = 40



Berdasarkan diagram tingkat pendidikan warga RT 04 / RW 15 pada tahun 2012 mayoritas penduduk berpendidikan SD sebesar 27% 2) Persepsi keluarga terhadap tenaga kesehatan Diagram 37. Distribusi penduduk berdasarkan tanggapan keluarga dengan keberadaan tenaga kesehatan warga RT 04 / RW 15 pada tahun 2012 dengan N = 8



Berdasarkan diagram distribusi tanggapan keluarga berdasarkan keberadaan tenaga kesehatan 100% warga memberikan tanggapan yang baik. 3) Penyuluhan kesehatan Diagram 38. Distribusi penduduk berdasarkan keperluan keluarga terhadap pentingnya penyuluhan warga RT 04 / RW 15 pada tahun 2012 dengan N = 8



Berdasarkan



diagram



distribusi



keperluan



keluarga



terhadap



pentingnya penyuluhan 100% warga secara individu menyatakan penyuluhan kesehatan itu penting. 4) Kunjungan petugas kesehatan



Diagram 39. Distribusi penduduk berdasarkan kunjungan petugas kesehatan pada keluarga berdasarkan frekuensi warga RT 04 / RW 15 pada tahun 2012 dengan N = 8



Berdasarkan diagram distribusi kunjungan petugas kesehatan pada keluarga berdasarkan frekuensi 88% warga tidak pernah memperoleh kunjungan petugas kesehatan di rumahnya. 5) Penggunaan alat kontrasepsi Diagram 40. Distribusi penduduk berdasarkan jenis alat kontrasepsi berdasarkan akseptor KB warga RT 04 / RW 15 pada tahun 2012 dengan N = 22



Berdasarkan grafik distribusi jenis alat kontrasepsi berdasarkan akseptor KB, 2 warga menggunakan KB dalam bentuk suntik KB. 6) Fasilitas pelayanan kesehatan Diagram 41. Distribusi penduduk berdasarkan penanggulangan masalah kesehatan balita menurut fasilitas kesehatan warga RT 04 / RW 15 pada tahun 2012 dengan N = 3



Berdasarkan grafik distribusi penanggulangan masalah kesehatan balita menurut fasilitas pelayanan kesehatan 2 warga yang mempunyai balita menggunakan layanan fasilitas kesehatan di dokter praktik. 5.



Administrasi dan Kebijakan Hasil wawancara : TOMA mengatakan, “ Tidak ada peraturan yang mendukung terkait kebijakan kebersihan lingkungan di RT ini.” a. Distribusi kepemilikanasuransi kesehatan Diagram 42. Distribusi penduduk berdasarkan penggunaan jaminan kesehatan warga RT 04 / RW 15 pada tahun 2012 dengan N = 40



Pada diagram tersebut menunjukkan mayoritas warga tidak memiliki jaminan kesehatan sebesar 17 orang (43%). b. Distribusi kader kesehatan Diagram 43. Distribusi penduduk berdasarkan distribusi kader kesehatan warga RT 04 / RW 15 pada tahun 2012 dengan N = 40



Diagram diatas menunjukkan distribusi kader kesehatan yang ada di RT 04/ RW 15 yaitu sebanyak 5 kader PKK, 4 kader posyandu serta 2 tenaga pembantu dari puskesmas.



ANALISA DATA HASIL PENGKAJIAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PESISIR WILAYAH RW-15 RT-4 TANJUNG MAS SEMARANG Tanggal 17



Data fokus DATA SUBJEKTIF:



Diagnose keperawatan Ketidakfektifan pemeliharaan



Desember



 Perilaku dan lingkungan



kesehatan



2012



-



Delapan KK mengatakan, “ Kami biasanya membuang sampah dengan cara lingkungan di RT 04/ RW 15 menimbun, dan ada juga yang dibuang disungai, karena disekitar tempat berhubungan kurangnya



tinggal kami belum terdapat tempat pembuangan sampah yang baik.” -



keputusan



Enam



KK



mengatakan,







Kami



kadang-kadang



menguras



tempat kebersihan



penampungan air.” . -



Tujuh KK mengatakan, “ Kami biasanya membuang sampah di tempat sampah yang sudah disediakan berupa kubangan tanah untuk satu RT. Dinas kebersihan umum tidak pernah mengambil sampah di wilayah tersebut.”



-



Tiga KK mengatakan tidak memiliki jamban di rumah.”



 Pendidikan dan Organisasi -



dengan kemampuan



Delapan KK mengatakan, “hewan penyebar penyakit yang terbanyak masyarakat untuk mengambil dilingkungan kami antara lain lalat, nyamuk, kecoa, dan tikus.”



-



kebersihan



TOMA mengatakan, “Pengetahuan dan kesadaran warga kami akan kesehatan



pengelolaan lingkungan



kurangnya support system



dan



masih kurang, bentuk kegiatan kerja bakti untuk membersihkan selokan dari sampah-sampah tidak berjalan lagi”. -



TOMA mengatakan, “Pertemuan rutin RT saat ini mengalami hambatan dan tidak terlaksana lagi”.



-



TOMA mengatakan, “ Dahulu pernah ada truk yang mengambil sampah, tapi hanya berlangsung beberapa bulan saja dan setelah itu hingga sekarang tidak ada lagi.”



 Administrasi dan kebijakan TOMA mengatakan, “ Tidak ada peraturan yang mendukung terkait kebijakan kebersihan lingkungan di RT ini.” DATA OBJEKTIF:  Sosial Mayoritas tingkat pendidikan warga adalah pendidikan SD 11 orang (27%) dengan N=40  Lingkungan dan tingkah laku -



keluarga RT4/RW15 yang tidak pernah membuka jendela adalah 4 rumah atau 50% (N=8 )



-



keluarga RT4/RW15 yang kadang-kadang menguras bak mandi sebanyak 6



keluarga (75%) dengan N=8 -



keluarga RT4/RW 15 membuang sampah dengan cara ditimbun sebanyak 5 keluarga (62%), dan yang dibuang disungai sebanyak 3 keluarga (38%) dengan N=8



-



di RT 04 RW 15, hewan pembawa penyakit berupa kecoa, tikus, nyamuk, lalat, burung dan ayam



-



keluarga di RT 04 RW 15 yaitu 63% halaman rumah tidak bersih N=8



-



keluarga di RT 04 RW 15, 62% membuang limbah di got/selokan N=8



-



RT 04 RW 15 , 63% kondisi saluran pembuangan limbah selalu terbuka tergenang



-



RT 04 RW 15 , 37 % memiliki kandang hewan peliharaan N=8



 Pendidikan dan organisasi -



Pengetahuan dan kesadaran warga akan kesehatan masih kurang, bentuk kegiatan kerja bakti untuk membersihkan selokan dari sampah-sampah tidak berjalan lagi dan tidak pernah dilakukan



-



Pertemuan rutin RT saat ini mengalami hambatan dan tidak terlaksana lagi



 Kebijakan dan administrasi -



kader kesehatan yang ada di RT 04/ RW 15 yaitu sebanyak 5 kader PKK, 4 kader posyandu serta 2 tenaga pembantu dari puskesmas.



17 Desember 2012



DATA SUBJEKTIF  Sosial



Resiko diare pada warga RT 04/RW15 dengan



 Epidemiologi -



Tujuh KK mengatakan dalam 1 tahun terakhir terdapat 7 kasus diare.



 Lingkungan dan tingkah laku -



Delapan KK mengatakan, “ Kami biasanya membuang sampah dengan cara menimbun, dan ada juga yang dibuang disungai, karena disekitar tempat tinggal kami belum terdapat tempat pembuangan sampah yang baik.”



-



Delapan KK mengatakan, “hewan penyebar penyakit yang terbanyak dilingkungan kami antara lain lalat, nyamuk, kecoa, dan tikus.”



 Pendidikan dan organisasi - Delapan KK mengatakan, “ selama ini belum ada penyuluhan kesehatan dilingkungan kami, khususnya mengenai kejadian diare.”  Kebijakan dan administrasi Delapan KK mengatakan,” tidak semua anggota keluarga kami mendapatkan jaminan kesehatan atau JAMKESMAS. DATA OBJEK



berhubungan kurangnya



pengetahuan warga terhadap pemeliharaan lingkungan yang memenuhi syarat kesehatan.



 Sosial Informasi kesehatan pada keluarga didapat dari penyuluhan kesehatan di puskesmas sebanyak 100% dengan N=8  Epidemiologi Penyebaran penyakit pada 1 tahun terakhir pada warga di RT 04/ RW 15 sebagian besar adalah diare dengan 7 kasus (17,5 %) dengan N=40  Perilaku dan lingkungan -



Kondisi saluran pembuangan limbah keluarga 63% selokan terbuka dan menggenang N=8



 Pendidikan dan organisasi kunjungan petugas kesehatan pada keluarga berdasarkan frekuensi 88% warga tidak pernah memperoleh kunjungan petugas kesehatan di rumahnya dengan N=8  Kebijakan dan organisasi



PRIORITAS MASALAH Diagnosa Keperawatan Ketidakfektifan



pemeliharaan



Prioritas A B C kesehatan



kebersihan 9



7



6



Skor



(A+2B)xC (9+14)x6 = A: Delapan KK tidak memelihara 138



lingkungan di RT 04/ RW 15 berhubungan dengan



Pembenaran



kesehatan



kebersihan



lingkungan



kurangnya kemampuan masyarakat untuk mengambil



secara baik dan efektif.



keputusan mengenai pengelolaan sampah, air limbah, serta



B: Kebersihan lingkungan yang tidak



kurangnya support system ditandai dengan adanya sampah



teratasi akan menimbulkan hal yang



yang menumpuk, selokan yang menggenang, tidak ada



serius



truk pengambil sampah, tidak ada kerja bakti.



penyakit



seperti



banjir,



timbulnya



C: pemberian intervensi efektif Resiko diare pada warga RT 04/RW15 berhubungan 8 dengan



kurangnya



pengetahuan



warga



terhadap



6



6



(8+12)x6 120



= A: 7 orang mengalami diare setahun terakhir. Lingkungannya mendukung



pemeliharaan lingkungan yang memenuhi syarat kesehatan



terjadinya diare berulang



ditandai dengan letak kandang di dalam rumah, sistem



B:



pembuangan air limbah sembarangan, dan tidak adanya



menimbulkan wabah diare jika tidak



pengelolaan sampah



diatasi



resiko



diare



berpotensi



C: pemberian ntervensi cukup efektif