Askep Hipertiroid Kelompok 3 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTIROID DAN ASUHAN KEPERAWATAN



Oleh Kelompok :



1. I Gusti Agung Diana Ratri Astuti



(18.321.2832)



2. I Made Agung Surya Dyasa



(18.321.2834)



3. Ni Luh Putu Mas Ari Puspa Dewi



(18.321.2841)



4. Ni Luh Putu Widi Wulandari



(18.321.2843)



5. Ni Made Vina Widya Yanti



(18.321.2849)



6. Ni Nyoman Budi Rahayu



(18.321.2850)



7. Ni Putu Ari Adnyani



(18.321.2852)



8. Putu Ayu Dyah Noviana Dewi



(18.321.2861)



9. Putu Diah Wulandari



(18.321.2862)



PROGRAM STUDI KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESESEHATAN WIRA MEDIKA BALI TAHUN AJARAN 2019/2020



KATA PENGANTAR



Atas rahmat Ida Sang Hyang Widi Wasa yang telah melimpahkan rahmatNya kepada kita semua sehingga penyusun dapat menyelesaikan Ttugas Asha Keperawatan Hipertiroid Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, maka saran dan kritik sangat kami nantikan dari para mahasiswa dan pengajar sehingga akan semakin memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami selaku penulis mengucapkan mohon maaf apabila ada kesalahan dan kami nerharap semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi para mahasiswa Mahasiswa Perawat dan pembaca.



Denpasar, 12 Maret 2020



Penyusun



BAB I LAPORAN PENDAHULUAN A. Pengertian Hipertiroid atau hipertiroidisme adalah suatu keadaan atau gambaran klinis akibat produksi hormon tiroid yang berlebihan oleh kelenjar tiroid yang terlalu aktif. Karena tiroid memproduksi hormon tiroksin lodium, maka lodium radiaktif dalam dosis kecil dapat digunakan untuk mengobatinya (mengurangi intensitas fungsinya). (Amin, Hardi, 2013) Menurut American Thyroid Association dan American Association of Clinical Endocrinologists, hipertiroidisme didefinisikan sebagai kondisi berupapeningkatan kadar hormon tiroid yang disintesis dan disekresikan oleh kelenjar tiroid melebihi normal (Bahn et al, 2011). B. Etiologi Hipertiroidisme dapat terjadi akibat disfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau hipotalamus. Peningkatan TSH akibat malfungsi kelenjar tiroid akan disertai penurunan TSH dan TRF karena umpan balik negatif TH terhadap pelepasan keduanya. (Amin, Hardi:2013) Hipertiroidisme akibat rnalfungsi hipofisis memberikan gambaran kadar TH dan TSH yang tinggi. TRF akan rendah karena umpan balik negatif dari HT



dan



TSH.



Hipertiroidisme



akibat



malfungsi



hipotalamus



akan



memperlihatkan HT yang tinggi disertai TSH dan TRH yang berlebihan. (Amin, Hardi, 2013) Beberapa penyakit yang menyebabkan hipertiroid yaitu: 1. Penyebab Utama a. Penyakit Grave Penyakit ini disebabkan oleh kelenjar tiroid yang overaktif dan merupakan penyebab hipertiroid yang paling sering dijumpai. Penyakit ini biasanya turunan, wanita 5 kali lebih sering daripada pria. Di duga penyebabnya adalah penyakit autonoimun, dimana antibodi yang ditemukan dalam peredaran darah yaitu tyroid stimulating.



Immunogirobulin (TSI antibodies), Thyroid peroksidase antibodies (TPO) dan TSH receptor antibodies (TRAB). Pencetus kelainan ini adalah stres, merokok, radiasi, kelainan mata dan kulit, penglihatan kabur, sensitif terhadap sinar, terasa seperti ada pasir di mata, mata dapat menonjol keluar hingga double vision. Penyakit mata ini sering berjalan sendiri dan tidak tergantung pada tinggi rendahnya hormon teorid. Gangguan kulit menyebabkan kulit jadi merah, kehilangan rasa sakit, serta berkeringat banyak. b. Toxic nodular goiter Benjolan leher akibat pembesaran tiroid yang berbentuk biji padat, bisa satu atau banyak. Kata toxic berarti hipertiroid, sedangkan nodule atau biji itu tidak terkontrol oleh TSH sehingga memproduksi hormon tiroid yang berlebihan. 2. Penyebab Lain a. Minum obat Hormon Tiroid berlebihan Keadaan demikian tidak jarang terjadi, karena periksa laboratorium dan kontrol ke dokter yang tidak teratur. Sehingga pasien terus minum obat tiroid, ada pula orang yang minum hormon tiroid dengan tujuan menurunkan badan hingga timbul efek samping. b. Produksi TSH yang Abnormal Produksi TSH kelenjar hipofisis dapat memproduksi TSH berlebihan, sehingga merangsang tiroid mengeluarkan T3 dan T4 yang banyak. c. Tiroiditis (Radang kelenjar Tiroid) Tiroiditis sering terjadi pada ibu setelah melahirkan, disebut tiroiditis pasca persalinan, dimana pada fase awal timbul keluhan hipertiorid, 2-3 bulan kemudian keluar gejala hpotiroid. d. Konsumsi Yoidum Berlebihan Bila konsumsi berlebihan bisa menimbulkan hipertiroid, kelainan ini biasanya timbul apabila sebelumnya si pasien memang sudah ada kelainan kelenjar tiroid. C. Manifestasi Klinis 1. Peningkatan frekuensi denyut jantung



2. Peningkatan tonus otot, tremor, iritabilitas, peningkatan kepekaan terhadap Katekolamin 3. Peningkatan laju metabolisme basal, peningkatan pembentukan panas, intoleran terhadap panas, keringat berlebihan 4. Penurunan berat, peningkatan rasa lapar (nafsu makan baik) 5. Peningkatan frekuensi buang air besar 6. Gondok (biasanya), yaitu peningkatan ukuran kelenjar tiroid 7. Gangguan reproduksi 8. Tidak tahan panas 9. Cepat letih 10. Pembesaran kelenjar tiroid 11. Mata melotot (exoptalmus) hal ini terjadi sebagai akibat dari penimbunan zat di dalam orbit mata (Amin, Hardi:2013) D. Patofisiologi Hipertiroidisme mungkin karena overfungsi keseluruhan kelenjar, atau kondisis yang kurang umum, mungkin disebabkan oleh fungsi tunggal, atau multi tipe adenoma kankertiroid. Juga pengobatan miksedema dengan hormon tiroid



yang



berlebihan



dapat



menyebabakan



hipertiroidisme.



Bentuk



hipertiroidisme yang paling umum adalah penyakit Graves (goiter difus, toksik) yang mempunyai tiga tanda penting: (1) hipertiroidisme, (2) pembesaran kelenjar tiroid (goiter), dan (3) eksoptalmos (protrusi mata abnormal). Penyakit Graves merupakan kelainan autoimun yang dimediasi oleh antibodi IGH yang berkaitan dengan reseptor TSH aktif pada permukaan selsel tiroid. (Hotma Rumahorbo, 1999). Penyebab lain hipertiroidisme dapat mencangkup goiter nodula toksik, adinoma toksik (jinak), karsinoma tiroid, tiroidis akut dan kronis, dan ingesti TH. (Hotma Rumahorbo, 1999). Patofisiologi dibalik manisfestasibpenyakit hipertiroid Graves dapat dibagi ke dalam dua kategori: (1) yang sekunder akibat rangsangan berlebih sistem



saraf adrenergik dan (2) yang merupakan akibat tingginya kadar TH yang bersirkulasi. (Hotma Rumahorbo, 1999). Hipertiroidisme ditandai oleh kehilangan pengontrolan normal sekresi hormon tiroid (TH). Karena kerja dari TH pada tubuh adalah merangsang, maka terjadi hipermetabolisme, yang meningkatkan aktivitas sistem saraf simpatis. Jumlah TH yang berlebihan menstimulasi sistem kardiak dan meningkatkan jumlah reseptor beta-adrenergik. Keadaan ini mengarah pada takikardia dan peningkatan curah jantung, volume secuncup, kepekaan adrenergik, dan aliran darah perifer. Metabolisme sangat meningkat, mengarah pada keseimbangan nitrogen negatif, penipisan lemak, dan hasilakhir defisiensi nutrisi. (Hotma Rumahorbo, 1999). Hipertiroidisme juga terjadi dalam perubahan sekresi dan metabolisme hipotalamik, pituitari dan hormon gonad. Jika hipertiroidisme terjadi sebelum pubertas, akan terjadi penundaan perkembangan seksual pada kedua jenis kelamin, tetapi pada pubertas mengakibatkan penurunan libido baik pada pria dan wanita. Setelah pubertas wanita akan juga menunjukkan ketidak teraturan menstruasi dan penurunan fertilitas. (Hotma Rumahorbo, 1999).



E. WOC Hipertiroid Metabolisme meningkat Peningkatan frekuensi dan kontraksi jantung



Peningkatan konsumsi O2



Pemakaian glukosa sel



Pemecahan lemak dan protein



Sistem kardiovaskuler



System saraf 1. Nerfus



1. Takikardi dan aritmia



2. Kelelahan



2. TD, nadi



3. Mudah terangsang



3. Angina 4. Gagal jantung



Otot dan tulang



MK: Penurunan curah jantung



Kelelahan otot



Kulit



MK: Resiko kerusakan intergitas jaringan



Peningkatan suhu tubuh



MK: Hipertermi



F. Pemeriksaan Diagnostik



Peningkatan kebutuhan kalori MK: Ketidakefektifan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh



1. TSH serum (biasanya menurun) 2. T3, T4 (biasanya meningkat) 3. Tes darah hormon tiroid 4. X-ray scan, CAT scan, MRI scan (untuk mendeteksi adanya tumor) (Amin, Hardi:2013) G. Penatalaksanaan a. Terapi umum 1. Obat anti tiroid, biasanya diberikan sekitar 18-24 bulan. Contoh obatnya: propil tio orasil (PTU), karbimazol. 2. Pemberian yodium radioaktif, biasa untuk pasien umur 35 tahun/ lebihatau pasien yang hiperteroid-nya kambuh setelah operasi. 3. Operasi tiroidektomi subtotal. Cara ini dipilih untuk pasien yang pembesaran kelenjr tiroidnya tidak bisa disembuhkan hanya dengan bantuan obat-obatan, untuk wanita hamil (trimester kedua), dan untuk pasien alergi terhadap obat/yodium radioaktif. Sekitar 25% dari semua kasus terjadi penyembuhan spontan dalam waktu setahun. b. Terapi obat anti hiperteroid Obat-obat antitiroid selain yang disebutkan diatas adalah: 1. Carbimazole (karbimasol) Berkhasiat mengurangi prodoksi hormon tiroid. Mula-mula dosisnya bisa 3-8 tablet sehari, tetapi bila sudah stabil bisa 1-3 tablet saja sehari. Obat ini cukup baik untuk hipertiroid. Efek sampingnya yang agak serius adalah turunnya produksi sel darah putih (agranulositosis) dan gangguan pada fungsi hati. Cirri-ciri agranulositosis adalah sering terjadi sakit tenggorokan yang tidak sembuh-sembuh dan juga mudah terkena infeksi dan demam. 2. Kalmethasone (mengandung zat aktif deksametason) Merupakan obat hormon kortikostiroid yang biasanya dipakai sebagai obat anti peradangan. Obat ini bisa digunakan untuk menghilangkan peradangan dikelenjar tiroid (thyroiditis).



3. Artane (dengan zat aktif triheksilfenidil) Obat ini sebenarnya abat anti Parkinson, yang dipakai untuk mengatasi gejala-gejala Parkinson, seperti gerakan badan yang kaku, tangan yang gemetar dan sebagainya. Di dalam pengobatan hipertiroid, obat ini dipakai untuk mengobati tangan bergetar dan denyut jantung yang meningkat. Namun penggunan obat ini pada pasien dengan penyakit hipertiroid harus berhati-hati, bahkan sebaiknya tidak digunakan pada pasien dengan denyut jantung yang cepat (takikardia). Pada pasien yang denyut nadinya terlalu cepat (lebih dari 120 kali/menit) dan tangan bergetar biasanya diberikan obat lain yaitu propanolol, antenolol, ataupun verapamil. c. Terapi Lain Adapun



pengobatan



alternatif



untuk



hipertiroid



adalah



mengkosumsi bekatul. Para ahli menemukan bahwa dalam bekatul terdapat kandungan vitamin B15, yang berkhasiat untuk menyempurnakan metabolisme didalam tubuh kita. Selain hipertiroid, vitamin



B15 juga dapat digunakan untuk



mengobati kencing manis (diabetes militus), tekanan drah tinggi (hipertensi), bengek (asma), kolesterol dan gangguan pembuluh darah jantung (coronair insufficiency), serta penyakit hati. Selain itu, vitamin B15 juga dapat meningkatkan pengambilan oksigen di dalam otak, menambah sirkulasi darah perifer dan oksigenisasi jaringan oto jantung. H. Komplikasi Komplikasi hipertiroidisme yang dapat mengancam nyawa adalah krisis tirotoksik (thyroid storm). Hal ini dapat berkernbang secara spontan pada pasien hipertiroid yang menjalani terapi, selama pembedahan kelenjar tiroid, atau terjadi pada pasien hipertiroid yang tidak terdiagnosis. Akibatnya adalah pelepasan HT dalam jumlah yang sangat besar yang menyebabkan takikardia, agitasi, tremor, hipertermia (sampai 106 oF), dan, apabila tidak diobati, kematian.



Penyakit jantung Hipertiroid, oftalmopati Graves, dermopati Graves, infeksi karena agranulositosis pada pengobatan dengan obat antitiroid. Krisis tiroid: mortalitas. 1. Eksoftalmus Keadaan dimana bola mata pasien menonjol keluar. Hal ini disebabkan karena penumpukan cairan pada rongga orbita bagian belakang bola mata. Biasanya terjadi pasien dengan penyakit graves. 2. Penyakit jantung Terutama kardioditis dan gagal jantung. Tekanan yang berat pada jantung bisa menyebabkan ketidakteraturan irama jantung yang bisa berakibat fatal (aritmia) dan syok. 3. Stroma tiroid (tirotoksitosis) Pada periode akaut pasien mengalami demam tinggi, takhikardi berat, derilium dehidrasi dan iritabilitas yang ekstrem. Keadaan ini merupakan keadaan emergensi, sehingga penanganan harus lebih khusus. Faktor presipitasi yang berhubungan dengan tiroksikosis adalah hipertiroidisme yang tidak terdiagnosis dan tidak tertangani, infeksi ablasi tiroid, pembedahan, trauma, miokardiak infark, overdosis obat. Penanganan pasien dengan stroma tiroid adalah dengan menghambat produksi hormon tiroid, menghambat konversi T4 menjadi T3 dan menghambat efek hormon terhadap jaringan tubuh. Obat-obatan yang diberikan untuk menghambat kerja hormon tersebut diantaranya sodium ioded intravena, glukokortokoid, dexsamethasone dan propylthiouracil oral. Beta blokers diberikan untuk menurunkan efek stimulasi sarap simpatik dan takikardi. 4. Krisis tiroid (thyroid storm) Hal ini dapat berkembang secara spontan pada pasien hipertiroid yang menjalani terapi, selama pembedahan kelenjar tiroid, atau terjadi pada pasien hipertiroid yang tidak terdiagnosis. Akibatnya adalah pelepasan hormon tiroid dalam jumlah yang sangat besar yang menyebabkan takikardia, agitasi, tremor, hipertermia, dan apabila tidak diobati dapat menyebabkan kematian. G. DIAGNOSA



1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi jantung ditandai dengan takikardi 2. Hipertermia berhubungan dengan infeksi ditandai dengan suhu tubuh diatas nilai normal 3. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient ditandai dengan berat badan menurun 7 kg dalam sebulan, mukosa bibir kering



Kasus :



Seorang perempuan usia 30 tahun dirawat di RS dengan diagnose hipertiroid dan mengeluh cepat lelah dan peningkatan rasa lapar tetapi berat badan turun. Pasien mengatakan jantungnya sering berdebar-debar dan berat badannya telah turun 7 kg dalam sebulan. Hasil pengkajian didapatkan tangan tremor, berkeringat, mukosa bibir kering, mata tampak menonjol, TB: 160 cm, BB: 45 kg, TD 150/90 mmHg, frekuensi nadi 100x/menit, frekuensi nafas 26 x/menit, suhu 38,30C, kadar T3: 31 ng/dL T4: 14 μg/dL. Pemeriksaan Laboratorium lainnya menunjukkan RBC 3.86 x 106 (N: 4-6 x 106 ), HGB 11,91 g/dl (N: 13-17 g/dl), HCT 34,71 % (N 40-54 %), Total Cholesterol 253 mg/dl (N