Makalah Kelompok 6B, Hipertiroid [PDF]

  • Author / Uploaded
  • eli
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB) II “ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENYAKIT HIPERTIROID”



DOSEN PENGAMPU : Ns. IDRAMSYAH, M.Kep.,SP.Kep.MB DISUSUN OLEH: KELOMPOK 6 B : 1. AMI CAHAYANI PUTRI



P05120220048



2. BAMBANG S



P05120220051



3. HELFI NOVRIANI



P05120220060



4. PRISKA SAWLIA G. R



P05120220071



5. SERLI FEBRIANI SIMAMORA P05120220079



KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN BENGKULU PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN TAHUN AJARAN 2022/23



KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan Pada Penyakit Hipertiroid Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Keperawatan Medical Bedah (KMB) II. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang bagi para pembaca dan juga bagi penulis Asuhan Keperawatan Pada Penyakit Hipertiroid. Kami mengucapakan terimakasih kepada Bapak Ns. Idramsyah, M.Kep.,Sp.Kep.Mb yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan kami. Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.



Bengkulu, Januari 2022



Penulis



DAFTAR ISI Kata Pengantar..................................................................................................i Daftar Isi...........................................................................................................ii Bab I Pendahuluan............................................................................................1 A. B. C. D.



Latar Belakang......................................................................................1 Rumusan Masalah.................................................................................1 Tujuan...................................................................................................2 Manfaat.................................................................................................2



Bab II Pembahasan...........................................................................................3 A. Konsep teori..........................................................................................3 1. Pengertian......................................................................................3 2. Anatomi dan fisiologi....................................................................3 3. Etiologi...........................................................................................4 4. Manifestasi klinis...........................................................................5 5. Patofisiologi...................................................................................5 6. Klasfikasi.......................................................................................6 7. Pemeriksaan penunjang.................................................................7 8. Penatalaksanaan.............................................................................8 B. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Penyakit Hipertiroid....................8 1. Pengkajian .....................................................................................8 2. Diagnosa........................................................................................9 BAB III Penutup...............................................................................................11 A. Kesimpulan...........................................................................................11 B. Saran.....................................................................................................11 Daftar Pustaka...................................................................................................12



BAB I PENDAHULUAN A.



B.



Latar Belakang Hipertiroid merupakan penyakit endokrin yang menempati urutan kedua terbesar di Indonesia setelah diabetes. Hipertiroid suatu penyakit yang tidak menular yang dapat ditemukan di masyarakat. Hipertiroid salah satu dari penyebab penyakit kelenjar tiroid. Gangguan fungsi tiroid ada dua macam yaitu kekurangan hormon tiroid yang disebut Hipotiroid dan kelebihan hormon tiroid yang disebut Hipertiroid. Kelebihan suatu hormon tiroid (Hipertiroid) dapat menyebabkan gangguan berbagai fungsi tubuh, termasuk jantung dan meningkatkan metabolisme tubuh (Sulistyani, 2013). Prevalensi kasus hipertiroid banyak ditemukan pada seluruh populasi. Berdasarkan data dari hasil pemeriksaan TSH pada Riskesdas 2007 mendapatkan 12,8% laki-laki dan 14% perempuan memiliki kadar TSH rendah yang menunjukkan kecurigaan adanya hipertiroid, meskipun secara persentase kecil namun secara kuantitas cukup besar. Pada provinsi jawa tengah prevalensi yang terdoagnosis hipertiroid 0,5% (Infodantin, 2015). Meningkatnya kualitas hidup pasien bisa dipengaruhi oleh kepatuhan seorang pasien dalam menjalani suatu terapi. Kepatuhan merupakan suatu sikap pasien mengikuti instruksi penggunaan obat. Kepatuhan meliputi kebiasaan yang berhubungan dengan kesehatan tentang penggunaan obat berdasarkan resep (WHO, 2003). Kepatuhan dalam mengkonsumsi obat merupakan aspek utama dalam penanganan penyakit-penyakit kronis, memperhatikan kondisikondisi tersebut diatas, kepatuhan dalam mengkonsumsi obat harian menjadi salah satu fokus dalam mencapai derajat kesehatan pasien, dalam hal ini perilaku ini dapat dilihat dari sejauh mana pasien mengikuti atau mentaati perencanaan pengobatan yang telah disepakati oleh pasien dan profesional medis untuk menghasilkan sasaran-sasaran terapeutik (Frain dkk, 2009). Menurut Uchida dkk (2014) Penggunaan obat Amiodarone dapat menyebabkan hipertiroid sebesar 20,1%-37,8%. Saranya dkk (2016) menyebutkan bahwa kepatuhan penggunaan obat pasien dengan gangguan tiroid pada hipertiroid dan hipotiroid kepatuhannya sebesar 30%. Rumusan Masalah 1. Apa Pengertian Hipertiroid? 2. Bagaimana Patofisiologi Hipertiroid? 3. Apa saja penyebab/Etiologi dari Hipertiroid? 4. Bagaimana Gejala Klinis Hipertiroid?



C.



D.



5. Bagaimana Proses Penyakit Hipertiroid? 6. Apa saja Komplikasi dari Hipertiroid? 7. Bagaimana Penatalaksanaan Medis yang bisa dilakukan pada Hipertiroid? 8. Bagaimana konsep asuhan keperawatan serta pengkajian keperawatan pada penyakit Hipertiroid? 9. Apa saja diagnose yang dapat muncul pada penyakit Hipertiroid? Tujuan 1. Tujuan penulis menyusun makalah ini yaitu agar mahasiswa dan mahasiswa keperawatan serta pembaca lainnya mampu memahami Asuhan Keperawatan pada Penyakit Trauma Medulla Spinalis dengan benar. Manfaat 1. Manfaat penulis menyusun makalah ini agar mahasiswa dan mahasiswi serta para pembaca mampu menerapkan Asuhan Keperawatan pada Penyakit Trauma Medulla Spinalis.



BAB II PEMBAHASAN A.



Konsep Teori 1. Pengertian Hipertiroid adalah keadaan dimana terjadi peningkatan hormon tiroid lebih dari yang dibutuhkan tubuh. Tirotoksikrosis merupakan istilah yang digunakan dalam manifestasi klinkis yang terjadi ketika jaringan tubuh distimulasi oleh peningkatan hormone tiroid. Angka kejadian pada hipertiroid lebih banyak pada wanita dengan perbandingan 4:1 dan pada usia antara 20- 40 tahun. Hipertiroid adalah Suatu sindrom yang disebabkan oleh peninggian produsi hormon tiroid yang disebabkan antara lain karena autoimun pada penyakit graves, hiperplasia, genetik, neoplastik atau karena penyakit sistemik akut. Faktor pencetusnya adalah keadaan yang menegangkan seperti operasi, infeksi, trauma, penyakit akut kardiovaskuler. 2. Anatomi dan Fisiologi Kelenjar tiroid adalah kelenjar yang berada di kedua sisi bawah laring dan berada di anterior trakea. Kelenjar tiroid adalah salah satu dari beberapa kelenjar endokrin terbesar dengan berat 15 – 20 gram pada orang dewasa. Kelenjar ini memiliki dua lobus yang dihubungkan oleh ismus sehingga bentuk dan posisi anatomi tiroid memiliki peran fungsional (Darmayanti et al., 2012). Masing-masing lobus mempunyai ukuran panjang 3 – 4 cm dan lebar 2 cm (Chandra & Rahman, 2016). Kelenjar tiroid di vaskularisasi oleh arteri tiroid superior dan vena kelenjar tiroid yang memiliki beberapa bagian yaitu inferior, media, dan superior. Vena tiroid superior akan mengalir kearah vena jugularis superior, vena tiroid media mengalir langsung ke arah vena jugularis interna, dan vena tiroid inferior mengalir ke arah vena jugularis interna atau vena brakiosefalika (Chandra & Rahman, 2016). Kelenjar tiroid memiliki fungsi utama untuk mensuplai hormon tiroid untuk pengaturan fungsi tubuh seperti metabolisme dan penggunaan energi. Kelenjar tiroid mensekresikan hormon primer, yaitu tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3). Hormon-hormon tersebut memiliki fungsi meningkatkan kecepatan metabolisme di dalam tubuh. Pada setiap molekul T4 terdapat 4 atom yodium dan setiap molekul T3 terdapat 3 atom yodium. Kedua hormon tersebut dirangsang pengeluarannya di lobus anterior kelenjar hipofisis oleh



thyroid stimulating hormon (TSH). TSH adalah hormon yang mengatur pertumbuhan dan fungsi tiroid dari janin hingga dewasa (Nilsson & Fagman, 2017). Hormon tiroid merupakan iodinated hormone untuk mengkonsentrasikan iodium dari sirkulasi dan membantu iodium agar dapat bersatu dengan molekul hormone tiro id sehingga diperlukan fungsi dari kelenjar tiroid itu sendiri. Hormon tiroid juga memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan sel, perkembangan tubuh dan metabolisme energi. Hormon tiroid membantu regulasi metabolisme karbohidrat dan lipid sehingga diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan normal tubuh. Konsumsi O2 dirangsang oleh hormon tiroid pada kebanyakan sel di dalam tubuh. Hormon tiroid juga mempengaruhi differensiasi jaringan di dalam tubuh dan ekspresi gen, regulasi reaksi metabolik dan kecepatan metabolisme tubuh, berperan dalam pembentukan asam ribonukleat (ARN), mengatur pembentukan panas, penyerapan usus terhadap glukosa, merangsang pertumbuhan sel- sel somatis dan memiliki peran dalam perkembangan sistem saraf pusat (Darmayanti et al., 2012). 3. Etiologi Hipertiroidisme dapat terjadi akibat disfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau hipotalamus. Peningkatan TSH akibat malfungsi kelenjar tiroid akan disertai penurunan TSH dan TRF karena umpan balik negatif HT terhadap pelepasan keduanya. Hipertiroidisme akibat malfungsi hipofisis memberikan gambamn kadar HT dan TSH yang finggi. TRF akan Tendah karena uinpan balik negatif dari HT dan TSH. Hipertiroidisme akibat malfungsi hipotalamus akan memperlihatkan HT yang finggi disertai TSH dan TRH yang berlebihan. Menurut Tarwoto,dkk (2012) penyebab hipertiroid diantaranya adenoma hipofisis, penyakit graves, modul tiroid, tiroiditis, konsumsi banyak yodium dan pengobatan hipotiroid. a) Adenoma hipofisis Penyakit ini merupakan tumor jinak kelenjar hipofisis dan jarang terjadi. b) Penyakit graves Penyakit graves atau toksi goiter diffuse merupakan penyakit yang disebabkan karena autoimun, yaitu dengan terbentuknya antibody yang disebut thyroid-stimulatin immunoglobulin (TSI) yang melekati sel-sel tiroid. TSI merinu tindakan TSH dan merangasang tiroid untuk membuat hormon tiroid terlalu banyak. Penyakit ini dicirikan adanya hipertiroidisme, pembesaran kelenjar tiroid atau (goiter) dan eksoftalmus (mata yang melotot). c) Tiroditis



Tiroditis merupakan inflamasi kelenjar tiroid yang biasanya disebabkan oleh bakteri seperti streptococcus pyogenes, staphycoccus aureus dan pnemucoccus pneumonia. Reaksi peradangan ini menimbulkan pembesaran pada kelenjar tiroid, kerusakan sel dan peningkatan jumlah hormon tiroid. Tiroditis dikelompokan menjadi tiroiditis subakut, tiroiditis posetpartum, dan tiroiditis tersembunyi. Pada tiroiditis subakut terjadi pembesaran kelenjar tiroid dan biasanya hilang dengan sendirinya setelah beberapa bulan. Tiroiditis pesetpartum terjadi sekitar 8% wanita setelah beberapa bulan melahirkan. Penyebabnya diyakini karena autoimun. Seperti halnya dengan tiroiditis subakut, tiroiditis wanita dengan posetpartum sering mengalami hipotiroidisme sebelum kelenjar tiroid benar-benar sembuh. Tiroiditis tersembunyi juga disebabkan juga karna autoimun dan pasien tidak mengeluh nyeri, tetapi mungkin juga terjadi pembesaran kelenjar. Tiroiditis tersembunyi juga dapat mengakibatkan tiroiditis permanen. d) Konsumsi yodium yang berlebihan, yang mengakibatkan peningkatan sistesis hormon tiroid. e) Terapi hipertiroid, pemberian obat obatan hipotiroid untuk menstimulasi sekresi hormon tiroid. Penggunaan yang tidak tepat menimbulkan kelebihan jumlah hormon tiroid. 4. Manifestasi Klinis a) Peningkatan frekuensi denyut jantung. b) Peningkatan tonus otot, tremor, iritabilitas, peningkatan kepekaan terhadap Katekolamin. c) Peningkatan laju metabolisme basal, peningkatan pembentukan panas, intoleran terhadap panas, keringat berlebihan. d) Penurunan berat badan, tetapi peningkatan rasa lapar (nafsu makan baik) e) Peningkatan frekuensi buang air besar f) Gondok (biasanya), yaitu peningkatan ukuran kelenjar tiroid g) Gangguan reproduksi h) Tidak taahan panas i) Cepat lelah. 5. Patofisiologi Penyebab hipertiroidisme biasanya adalah penyakit graves, goiter toksika, dan tiroiditis. Pada kebanyakan penderita hipertiroidisme, kelenjar tiroid membesar dua sampai tiga kali dari ukuran normalnya, disertai dengan banyak hiperplasia dan lipatan-lipatan sel-sel folikel ke dalam folikel, sehingga jumlah sel-sel ini lebih meningkat beberapa kali dibandingkan dengan pembesaran kelenjar. Juga, setiap sel



meningkatkan kecepatan sekresinya beberapa kali lipat dengan kecepatan 5-15 kali lebih besar daripada normal. Pada hipertiroidisme, kosentrasi TSH plasma menurun, karena ada sesuatu yang “menyerupai” TSH, Biasanya bahan – bahan ini adalah antibodi immunoglobulin yang disebut TSI (Thyroid Stimulating Immunoglobulin), yang berikatan dengan reseptor membran yang sama dengan reseptor yang mengikat TSH. Bahan – bahan tersebut merangsang aktivasi cAMP dalam sel, dengan hasil akhirnya adalah hipertiroidisme. Karena itu pada pasien hipertiroidisme kosentrasi TSH menurun, sedangkan konsentrasi TSI meningkat. Bahan ini mempunyai efek perangsangan yang panjang pada kelenjar tiroid, yakni selama 12 jam, berbeda dengan efek TSH yang hanya berlangsung satu jam. Tingginya sekresi hormon tiroid yang disebabkan oleh TSI selanjutnya juga menekan pembentukan TSH oleh kelenjar hipofisis anterior. Pada hipertiroidisme, kelenjar tiroid “dipaksa” mensekresikan hormon hingga diluar batas, sehingga untuk memenuhi pesanan tersebut, sel-sel sekretori kelenjar tiroid membesar. Gejala klinis pasien yang sering berkeringat dan suka hawa dingin termasuk akibat dari sifat hormon tiroid yang kalorigenik, akibat peningkatan laju metabolisme tubuh yang diatas normal. Bahkan akibat proses metabolisme yang menyimpang ini, terkadang penderita hipertiroidisme mengalami kesulitan tidur. Efek pada kepekaan sinaps saraf yang mengandung tonus otot sebagai akibat dari hipertiroidisme ini menyebabkan terjadinya tremor otot yang halus dengan frekuensi 10-15 kali perdetik, sehingga penderita mengalami gemetar tangan yang abnormal. Nadi yang takikardi atau diatas normal juga merupakan salah satu efek hormon tiroid pada sistem kardiovaskuler. Eksopthalmus yang terjadi merupakan reaksi inflamasi autoimun yang mengenai daerah jaringan periorbital dan otot-otot ekstraokuler, akibatnya bola mata terdesak keluar. 6. Klasifikasi Dapat dibedakan berdasarkan penyebabnya terbagi menjadi 2, yaitu : a) Hipertiroid Primer b) Terjadinya hipertiroid karena berasal dari kelenjar tiroid itu sendiri, contohnya : c) Penyakit grave d) Functioning adenoma e) Toxic multinodular goiter f) Tiroiditis Hipertiroid Sekunder : Jika penyebab hipertiroid berasal dari luar kelenjar tiroid,contohnya : g) Tumor hipofisis h) Pemberian hormone tiroid dalam jumlah besar



i) Pemasukan iodium berlebihan Klasifikasi struma Pembesaran kelenjar tiroid (kecuali keganasan) Menurut American society for Study of Goiter membagi : a) Struma Non Toxic Diffusa b) Struma Non Toxic Nodusa c) Struma Toxic Diffusa Struma Toxic Nodus Struma toksik dapat dibedakan atas dua yaitu struma diffusa toksik dan struma nodusa toksik.Istilah diffusa dan nodusa lebih mengarah kepada perubahan bentuk anatomi dimana strumadiffusa toksik akan menyebar luas ke jaringan lain. Jika tidak diberikan tindakan medissementara nodusa akan memperlihatkan benjolan yang secara klinik teraba satu atau lebih benjolan (struma multinoduler toksik). WOC



7. Pemeriksaan Penunjang a) Pemeriksaan Penunjang Diagnosa bergantung kepada beberapa hormon berikut ini: b) Pemeriksaan darah yang mengukur kadar HT (T3 dan T4), TSH, dan TRH akan memastikan diagnosis keadaan dan lokalisasi masalah di tingkat susunan saraf pusat atau kelenjar tiroid. c) TSH (Tiroid Stimulating Hormone)



d) Bebas T4 (tiroksin) e) Bebas T3 (triiodotironin) f) Diagnosa juga boleh dibuat menggunakan ultrasound untuk memastikan pembesaran kelenjar tiroid g) Hipertiroidisme dapat disertai penurunan kadar lemak serum h) Penurunan kepekaan terhadap insulin, yang dapat menyebabkan hiperglikemia. Test penunjang lainnya: 1) CT Scan tiroid Mengetahui posisi,ukuran dan fungsi kelenjar tiroid. Iodine radioaktif (RAI) diberikan secara oral kemudian diukur pengambilan iodine oleh kelenjar tiroid.normalnya tiroid akan mengambil iodine 5-35% dari dosis yang diberikan setelah 24 jam, pada pasien Hipertiroid akan meningkat. 2) USG, untuk mengetahui ukuran dan komposisi dari kelenjar tiroid apakah massa atau nodule. 3) ECG untuk menilai kerja jantung, mengetahui adanya takhikardia, atrial fibrilasi dan perubahan gelombang P dan T. 8. Penatalaksanaan Medis Menurut Tarwoto,dkk (2012) tujuan pengobatan adalah untuk membawa tingkat hormon tiroid keadaan normal, sehingga mencegah komplikasi jangka panjang, dan mengurangi gejala tidak nyaman. Tiga pilihan pemberian obat-obatan, terapi radioiod, dan pembedahan. 1) Obat-obatan antitiroid a) Propylthiouracil (PTU), merupakan obat antihipertiroid pilihan, tetapi mempunyai efek samping agranulocitosis sehingga sebelum di berikan harus dicek sel darah putihnya. PTU tersedia dalam bentuk tablet 50 dan 100 mg. b) Methimozole (Tapazole), bekerja dengan cara memblok reaksi hormon tiroid dalam tubuh. Obat ini mempunyai efek samping agranulositosis, nyeri kepala, mual muntah, diare, jaundisce, ultikaria. Obat ini tersedia dalam bentuk tablet 3 dan 20 mg. c) Adrenargik bloker, seperti propanolol dapat diberikan untuk mengkontrol aktifitas saraf simpatetik. Pada pasien graves yang pertama kali diberikan OAT dosis tinggi PTU 300600mg/hari atau methimazole 40-45mg/hari. 2) Radioiod Terapi Radio aktif iodin-131, iodium radio aktif secara bertahap akan melakukan sel-sel yang membentuk kelenjar tiroid namun tidak akan menghentikan produksi hormon tiroid. 3) Bedah Tiroid Pembedahan dan pengangkatan total atau parsial (tiroidektomy). Operasi efektif dilakukan pada pasien dengan penyakit graves. Efek samping yang mungkin terjadi pada



B.



pembedahan adalah gangguan suara dan kelumpuhan saraf kelenjar tiroid. Konsep Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian a) Tanyakan riwayat timbulnya gejala yang berkaitan dengan metabolisme yang meningkat, hal ini mencakup laporan klien dan keluarga mengenai keadaan klien yang mudah tersinggung (irritabel) dan peningkatan reaksi emosionalnya. b) Kaji dampak perubahan yang dialami pada interaksi klien dengan keluarga, sahabat dan teman sekerjanya. c) Tanyakan riwayat penyakit yang lalu mencakup faktor pencetus stres dan kemampuan klie unruk mengatasinya. d) Kaji status nutrisi e) Kaji timbulnya gejala yang berhubungan dengan haluaran sistem saraf yang berlebihan dan perubahan pada penglihatan dan penampakkan mata. f) Kaji keadaan jantung klien secara berkala meliputi frekuensi,, tekanan darah, bunyi jantung, dan denyut nadi perifer. g) Kaji kondisi emosional dan psikologis, Pasien dengan hipertiroid biasanya menampakkan suasana hati yang tidak stabil, penurunan terhadap perhatian dan menunjukkan perilaku maniak. Sering juga didapatka gangguan tidur. h) Pemeriksaan fisik 1) Observasi dan pemeriksaan kelenjar tiroid Palpasi kelenjar tiroid dan kaji adanya massa atau pembesaran. Observasi ukuran dan kesimetrisan pada goiter pembesaran dapat terjadi empat kali dari ukuran normal. 2) Optalmopathy (penampilan dan fungsi mata yang tidak normal) Pada hipertiroid sering ditemukan adanya retraksi kelopak mata dan penonjolan kelopak mata. Pada tiroksikosis kelopak mata mengalami kegagalan untuk turun ketika klien melihat kebawah. 3) Observasi adanya bola mata yang menonjol karena edema pada otot ektraokuler dan peningkatan jaringan dibawah mata. Penekanan pada saraf mata dapat mengakibatkan kerusakan pandangan seperti penglihata ganda, tajam penglihatan. Adanya iritasi mata karena kesulitan menutup mata secara sempurna perlu dilakukan pengkajian. 4) Pemeriksaan jantung Komplikasi yang sering timbul pada hipertiroid adalah gangguan jantung seperti kardioditis dan gagal jantung, oleh karenanya pemeriksaan jantung perlu dilakukan seperti tekanan darah, takikardia, distritmia, bunyi jantung.



5) Muskuloskeletal Biasanya ditemukan adanya kelemahan otot, hipeeraktif pada reflex tendon dan tremor, iritabilitas. 2. Diagnosa Keperawatan a) Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan gangguan metabolic. b) Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertiroid tidak terkontrol dan peningkatan aktifitas saraf simpatik. c) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan energy dengan kebutuhan tubuh. d) Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan produksi panas meningkat e) Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi



BAB III PENUTUP A.



Kesimpulan Hipertiroid adalah keadaan dimana terjadi peningkatan hormon tiroid lebih dari yang dibutuhkan tubuh. Tirotoksikrosis merupakan istilah yang digunakan dalam manifestasi klinkis yang terjadi ketika jaringan tubuh distimulasi oleh peningkatan hormone tiroid. Angka kejadian pada hipertiroid lebih banyak pada wanita dengan perbandingan 4:1 dan pada usia antara 20- 40 tahun. Hipertiroid adalah Suatu sindrom yang disebabkan oleh peninggian produsi hormon tiroid yang disebabkan antara lain karena autoimun pada penyakit graves, hiperplasia, genetik, neoplastik atau karena penyakit sistemik akut. Faktor pencetusnya adalah keadaan yang menegangkan seperti operasi, infeksi, trauma, penyakit akut kardiovaskuler.



B.



Saran



Setelah membaca makalah ini semoga pembaca disarankan lebih memahami. Khususnya kepada mahasiswa keperawatan yang telah mempelajari apa saja konsep asuhan keperawatan pada penyakit hipertiroid yang dapat menimbulkan terjadinya cedera tulang belakang. Harapannya tentunya lebih tahu dan akan lebih safety untuk mencegah terjadinya cedera tulang belakang ini.



DAFTAR PUSTAKA Ns. Yanti Anggraini, S.Kep., M.Kep Ns. Hasian Leniwita, M.Kep 2019, Modul Keperawatan Medical Bedah II, Jakarta. epository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/32019/BAB%20II.pdf? sequence=6&isAllowed=y Brunner and Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah, Edisi 8, Volume 3, EGC, Jakarta. Carpenito Lynda Juall, 1998, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, Edisi 2, EGC, Jakarta. Doengoes E Marylinn., et.al, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, EGC, Jakarta.