Suspensi - 6B - Kelompok 6 - NV [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

UJI STABILITAS FORMULASI SUSPENSI JAHE (Zingiber officinale Rosc.) DENGAN SUSPENDING AGENT NA CMC



Disusun oleh: Kelompok 6 Fathul Bari



11194761920142



Fathurrahman



11194761920143



Najla Priliantony Husna



11194761920162



Rotua Elisabeth Sinaga



11194761920175



Zein Hadi



11194761920182



PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS SARI MULIA BANJARMASIN 2020



DAFTAR ISI



DAFTAR ISI.................................................................................................................ii DAFTAR TABEL........................................................................................................iii DAFTAR GAMBAR....................................................................................................iv BAB I.............................................................................................................................5 A.



Latar Belakang................................................................................................5



B.



Tujuan Penelitian............................................................................................6



C.



Manfaat Penelitian..........................................................................................6



BAB II...........................................................................................................................7 A.



Tinjauan Pustaka.............................................................................................7



B.



Metode..........................................................................................................12



C.



Diagram Kajian Akademik............................................................................16



BAB III........................................................................................................................17 DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................18



DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Rancangan Formula.....................................................................................12



DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Bagan Kerangka Teori............................................................................14 Gambar 2.2 Diagram Kajian Akademik.....................................................................16



BAB I PENDAHULUAN A.



Latar Belakang Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair. Tablet, kapsul, suspensi dan berbagai larutan sediaan farmasi. Formulasi obat dalam sediaan suspensi memiliki keuntungan yaitu rasanya yang lebih enak juga dapat meningkatkan absorpsi obat sehingga dapat meningkatkan bioavailabilitas dari obat Selain itu, ada beberapa alasan lain pembuatan suspensi oral untuk banyak pasien yaitu bentuk cair lebih disukai daripada bentuk padat (tablet atau kapsul dari obat yang sama), mudahnya menelan cairan, mudah diberikan untuk anakanak juga mudah diatur penyesuaian dosisnya untuk anak. Kesulitan dalam formulasi suspensi adalah pembasahan fase padat oleh medium suspensi yang artinya, suspensi merupakan satu sistem yang tidak dapat bercampur. Kestabilan fisik dari suspensi sendiri bisa didefinisikan sebagai keadaan dimana partikel tidak menggumpal dan tetap terdistribusi merata di seluruh sistem dispersi. Karena keadaan yang ideal jarangmenjadi kenyataan, maka perlu untuk menambah pernyataan bahwa jika partikel-partikel tersebut mengendap, maka partikel-partikel tersebut harus dengan mudah disupensi kembali dengan sedikit pengocokan saja. Selain dengan obat, zat aktif suspensi juga bisa dengan tanaman atau bahan-bahan alam. Salah satu contoh nya bisa dengan jahe, jahe (Zingiber officinale), adalah tanaman rimpang yang sangat populer sebagai rempahrempah dan bahan obat. Dalam penelitian ini digunakan Ekstrak Jahe yang merupakan afrodisiak. Afrodisiak adalah zat yang mampu meningkatkan gairah seksual, salah satunya adalah jahe yang sering digunakan sebagai afrodisiak. Untuk zat-zat yang sukar untuk dibasahi, sebaiknya dibuat menjadi suspensi, namun zat-zat yang bersifat hidrofobik biasanya memiliki afinitas yang lebih kuat terhadap udara dari pada cairan, cairan sulit untuk menghilangkan udara di sekitar zat padat sehingga partikel-partikel padat



cenderung membentuk agregat yang diselubungi udara dan akan mengambang diatas permukaan medium pendispersi. Akan tetapi, kesulitan ini dapat diatasi dengan penambahan surfaktan. Polimer yang digunakan dalam penelitian ini adalah NaCMC, dimana NaCMC merupakan turunan dari selulosa dan sering digunakan dalam industri pangan. Kegunaannya antara lain sebagai suspending agent, stabilizing agent. B.



Tujuan Penelitian 1. Untuk membedakan formulasi mana yang stabil untuk Ekstrak Jahe 2. Bisa sebagai acuan saat dilakukannya pengujian suspensi Ekstrak Jahe dengan NaCMC



C.



Manfaat Penelitian 1. Dapat memperbaiki formulasi yg kurang stabil pada Ekstrak Jahe 2. Mengetahui pengaruh perubahan kadar NaCMC terhadap Ekstrak Jahe



BAB II ISI A.



Tinjauan Pustaka 1. Suspensi Suspensi dapat didefinisikan sebagai preparat yang mengandung partikel obat yang terbagi secara halus disebarkan secara merata dalam pembawa dimana obat menunjukkan kelarutan yang sangat minimum (Ansel, 2008). Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair (Kementerian Kesehatan RI, 2014). Formulasi obat dalam sediaan suspensi memiliki keuntungan yaitu rasanya yang lebih enak juga dapat meningkatkan absorpsi obat sehingga dapat meningkatkan bioavailabilitas dari obat Selain itu, ada beberapa alasan lain pembuatan suspensi oral untuk banyak pasien yaitu bentuk cair lebih disukai daripada bentuk padat (tablet atau kapsul dari obat yang sama), mudahnya menelan cairan, mudah diberikan untuk anakanak juga mudah diatur penyesuaian dosisnya untuk anak (Ansel, 2008). Kesulitan dalam formulasi suspensi adalah pembasahan fase padat oleh medium suspensi, yang artinya, suspensi merupakan satu sistem yang tidak dapat bercampur (Hussein, , Waqa , & Khalid, 2009). Kestabilan fisik dari suspensi sendiri bisa didefinisikan sebagai keadaan dimana partikel tidak menggumpal dan tetap terdistribusi merata di seluruh sistem dispersi. Karena keadaan yang ideal jarang menjadi kenyataan, maka perlu untuk menambah pernyataan bahwa jika partikelpartikel tersebut mengendap, maka partikel-partikel tersebut harus dengan mudah disupensi kembali dengan sedikit pengocokan saja (Martin, Swarbrick, & Cammarata, 1973). Untuk zat-zat yang sukar untuk dibasahi, sebaiknya dibuat menjadi suspensi, namun zat-zat yang bersifat hidrofobik biasanya memiliki afinitas yang lebih kuat terhadap udara dari pada cairan, cairan sulit untuk menghilangkan udara di sekitar zat padat sehingga partikelpartikel padat



cenderung membentuk agregat yang diselubungi udara dan akan mengambang diatas permukaan medium pendispersi. Akan tetapi, kesulitan ini dapat diatasi dengan penambahan surfaktan (Voight, 1994). Suspensi terdiri dari beberapa jenis yaitu : a. Suspensi Oral adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai dan ditujukkan untuk penggunaan oral. Alasan pembuatan sediaan suspensi oral salah satunya adalah karena obat – obat tertentu tidak stabil secara kimia bila ada dalam larutan tapi stabil bila disuspensi. Selain itu, untuk banyak pasien cairan lebih banyak disukai dari pada bentuk padat. Karena mudahnya menelan cairan dan keluwesan dalam pemberian dosis aman dan mudah diberikan untuk anak – anak. b. Suspensi Topikal adalah sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair yang ditujukkan untuk penggunaan pada kulit. c. Suspensi Optalmik adalah sediaan cair steril yang mengandung partikel-partikel yang terdispersi dalam cairan pembawa yang ditujukkan untuk penggunaan pada mata. d. Suspensi tetes telinga adalah sediaan cair yang mengandung partikelpartikel halus yang ditujukkan untuk diteteskan pada telinga bagian luar. e. Suspensi untuk injeksi adalah sediaan berupa suspensi serbuk dalam medium cair yang sesuai dan tidak disuntikan secara intravena atau kedalam saluran spinal. f. Suspensi untuk injeksi terkontinyu adalah sediaan padat kering dengan bahan pembawa yang sesuai untuk membentuk larutan yang memenuhi semua persyaratan untuk suspensi steril setelah penambahan bahan pembawa yang sesuai.



2. Jahe (Zingiber officinale Rosc.) Tanaman jahe (Zingiber officinale Rosc.) merupakan salah satu tanaman yang mempunyai banyak kegunaan antara lain sebagai ramuan, rempah - rempah, bahan minyak atsiri, bahkan akhir - akhir ini menjadi fitofarmaka. Salah satu khasiat jahe yang paling sering dibicarakan adalah untuk meningkatkan kekebalan tubuh atau penangkal masuk angin, sehingga jahe sering dimasukkan dalam ramuan jamu atau obat-obatan tradisional (Januwati, 1999). Jahe termasuk dalam suku temu-temuan (zingiberaceae), satu famili dangan temu-temuan lainnya seperti temu lawak (Cucuma xanthorrizha), temu hitam (Curcuma aeruginosa), kunyit, (Curcuma domestica), kencur (Kaempferia galanga), lengkuas (Languas galanga), dan lain-lain. Adapun klasifikasi jahe adalah sebagai berikut: Divisi



: Spermathophyta



Subdivisi



: Angiospermae



Kelas



: Monocotyledoneae



Ordo



: Zingiberales



Famili



: Zingiberaceae



Genus



: Zingiber



Berdasarkan bentuk, ukuran, dan warna rimpangnya, jahe dibagi menjadi 3 yaitu: a. Jahe Merah Jahe merah (Zingiber Officinale var. rubrum) berdiameter 42-43 mm, tinggi 52-104 mm dan panjang 123-126 mm. Jahe merah memiliki rimpang yang kecil berwarna kuning kemerahan dan lebih kecil daripada jahe kecil serta serat yang kasar. Rasanya pun sangat pedas dan memiliki aroma yang sangat tajam. b. Jahe Putih Besar Jahe putih besar atau jahe gajah (Zingiber Offchinale var. offichinarum) berdiameter 48-85 mm, tinggi 62-113 mm dan panjang 158 – 327 mm. Jahe ini memiliki rimpang yang jauh lebih besar



dan gemuk namun rasa dan aromanya kurang tajam dibanding jahe merah dan jahe putih kecil. c. Jahe Putih Kecil Jahe putih kecil atau jahe emprit (Zingiber offichinale var. amarum) memiliki ruas yang kecil, berdiameter 32,7 – 40 mm, tinggi 63,8 – 111 mm, dan panjangnya 61 – 317 mm. Jahe ini berbentuk pipih dan berwarna putih kuning. Seratnya lembut dan memiliki aroma yang lebih tajam dari jahe putih besar. (Rostiana,2005). 3. Na- CMC (Carboxymethyl Cellulose Sodium) Na-CMC telah digunakan secara luas di bidang farmasi sebagai eksipien. Na-CMC banyak digunakan sebagai emulsifying agent, gelling agent dan tablet binder. Water Holding Capacity (WHC) dan Oil Holding Capacity (OHC) merupakan parameter penilaian kualitas yang lazim digunakan untuk Na-CMC. Nilai WHC dan OHC akan berpengaruh pada viskositas dari Na-CMC yang dihasilkan. Karboksimetil selulosa (CMC) merupakan turunan selulosa yang paling banyak digunakan pada berbagai industri, seperti industri makanan, farmasi, detergen, tekstil dan produk kosmetik sebagai pengental, penstabil emulsi atau suspensi dan bahan pengikat (Wijayani dkk., 2005). Natrium karboksimetil selulosa diperoleh dengan alkalisasi antara selulosa dengan natrium hidroksida dalam pelarut isopropil alkohol yang dilanjutkan dengan



eterifikasi



menggunakan



sodium



kloro



asetat.



Natrium



karboksimetil selulosa merupakan zat dengan warna putih atau sedikit kekuningan, tidak berbau dan tidak berasa, berbentuk granul yang halus atau bubuk yang bersifat higroskopik (Togrul, 2004). Menurut Traggono dkk (1991), CMC ini mudah larut dalam air panas maupun air dingin. Pada pemanasan dapat terjadi pengurangan viskositas yang bersifat dapat balik (reversible). 4. Ekstraksi Ekstraksi adalah proses pemisahan suatu zat dari campurannya dengan menggunakan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat



mengekstrak substansi yang diinginkan tanpa melarutkan material lainnya. Secara garis besar, proses pemisahan secara ekstraksi terdiri dari tiga langkah dasar yaitu : Penambahan sejumlah massa pelarut untuk dikontakkan dengan sampel, biasanya melalui proses difusi, Zat terlarut akan terpisah dari sampel dan larut oleh pelarut membentuk fase ekstrak, Pemisahan fase ekstrak dengan sampel (Wilson, et al., 2000). Ekstraksi merupakan suatu proses pemisahan kandungan senyawa kimia dari jaringan tumbuhan ataupun hewan dengan menggunakan penyari tertentu. Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan cara mengekstraksi zat aktif dengan menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian, hingga memenuhi baku yang ditetapkan (Depkes RI 1995). Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang terdapat pada bahan alam. Bahan-bahan aktif seperti senyawa antimikroba dan antioksidan yang terdapat pada tumbuhan pada umumnya diekstrak dengan pelarut. Pada proses ekstraksi dengan pelarut, jumlah dan jenis senyawa yang masuk kedalam cairan pelarut sangat ditentukan oleh jenis pelarut yang digunakan dan meliputi dua fase yaitu fase pembilasan dan fase ekstraksi. Pada fase pembilasan, pelarut membilas komponenkomponen isi sel yang telah pecah pada proses penghancuran sebelumnya. Pada fase ekstraksi, mula-mula terjadi pembengkakan dinding sel dan pelonggaran kerangka selulosa dinding sel sehingga pori-pori dinding sel menjadi melebar yang menyebabkan pelarut dapat dengan mudah masuk kedalam sel. Bahan isi sel kemudian terlarut ke dalam pelarut sesuai dengan tingkat kelarutannya lalu berdifusi keluar akibat adanya gaya yang ditimbulkan karena perbedaan konsentrasi bahan terlarut yang terdapat di dalam dan di luar sel (Voigt, 1995).



D.



Metode 1. Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari alat untuk peracikan sediaan antara lain neraca analitik, mortir, stamfer, gelas ukur, beaker gelas, erlenmeyer, pipet ukur, pipet tetes , batang pengaduk, bejana maserat, oven, botol, rotary evaforator, serta corong gelas. Sedangkan untuk evaluasi alat yang digunakan adalah piknometer, senter, pH meter, mikroskop dan Viskometer kapiler. 2. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian diantara lain, simplisia jahe (Zingiber officinale Rosc.), etanol 96%, CMC-Na, aquades, metil paraben, propilen glikol, asam sitrat, sukrosa. 3. Formulasi No 1 2 3 4 5 6 7



Tabel 2.0.1 Rancangan Formula Nama Bahan Kadar Fungsi Skala lab Ekstrak jahe 11,2% Zat aktif 6,72 gram CMC-Na 0.75% Pensuspensi 0.45 gram Sukrosa 20 % Pemanis 12 gram Metil 0.1% Pengawet 60 mg paraben Asam sitrat 0.1% Dapar 0.06 gram Propilen 5% Co-solvent 3 ml glikol aquadestilata 100% Pembawa Ad 60 ml



4. Cara Kerja a. Proses pembuatan ekstrak Pembuatan ekstrak Jahe (Zingiber officinale Rosc.) menggunakan metode maserasi dengan penyari etanol 96% selama 5 hari kemudian dipekatkan menggunakan rotary evaporator dengan titik didih etanol 79°C dan selanjutnya diwaterbath hingga ekstrak menjadi pekat.



b. Pembuatan Na CMC Sebanyak 0,75% Na.CMC ditimbang dilarutkan dengan 50 ml air hangat sambil diaduk menggunakan batang pengaduk hingga larut kemudian dicukupkan volumenya hingga 100 ml dengan aquadest dan diaduk hingga homogen. c. Pembuatan Suspensi Ekstrak Etanol jahe Larutan suspensi yang dibuat pada penelitian ini terdiri atas suspensi Carboxy Metil Cellulose (CMC) dan ekstrak etanol jahe dengan konsentrasi 11.2 %. Suspensi ekstrak jahe dibuat dengan menimbang ekstrak etanol Jahe yang telah dibuat sebanyak 11.2 % kemudian disuspensikan dengan NaCMC 0.75% ditambahkan sukrosa 20%, asam sitrat 0,1%, propilen glikol 5%, metil paraben 0,1% kemudian di ad sampai 60 ml, kemudian aduk hingga homogen. 5. Pengujian dan Evaluasi a. Uji Organoleptis Uji organoleptis diamati dengan secara kualitatif apakah sediaan elixir tersebut sudah sesuai dengan ketentuan sediaan elixir yang benar, yaitu bau dan rasa yang sedap, tidak ada pertikel yang tidak larut (Utami, 2015). b. Uji Kejernihan Dengan cara melihat langsung sediaan tersebut, apakah masih ada atau tidak partikel yang tertinggal maupun tidak larut (Rizal, 2011). c. Uji Densitas ( Bobot jenis) Dengan menggunakan piknometer dengan tahap sebagai berikut langkah pertama timbang pikno bersih. Kemudian letakkan kaca arloji dan isi dengan sediaan yang akan diuji. Selanjutnya, masukkan pikno yang berisi sampel kedalam beaker glass dengan 200 ml air es - > 20˚C. Segera ambil teteskan cairan yang berada diluar kapiler dengan kertas saring menyedot sisi ujunga kapiler terus tutp kapiler dengan tudung cepat-cepat. Biarkan



pada suhu ruangan, baru bagian luar pikno di laboratorium. Terakhir imbang pikno dengan isinya. Bobot jenis dihitung dengan rumus : b – a c – a Keterangan: a = Berat pikno kosong b = Berat sampel sebelum diuji c = Berat sampel sesudah diuji d. Viskositas Viskometer kapiler / ostwold dengan cara waktu air dari cairan yang diuji dibandingkan dengan waktu yang dibutuhkan bagi suatu zat yang viskositasnya sudah diketahui (biasanya air) untuk lewat dua tanda tersebut. Jika h1 dan h2 masing-masing adalah viskositas dari cairan yang tidak diketahui dan cairan standar, r1 dan r2 adalah kerapatan dari masing-masing cairan, t1 dan t2 adalah waktu alir dalam detik. Rumusnya adalah: 1h = ρ1 . t1 2h = ρ2 . t2 η1 = ρ1 . t1 . h2 ρ2 . t2 e. pH Sediaan diukur pH nya dengan menggunakan pH meter. Berikut tahapanya pertama diambil sedikit sampel sediaan .Kemudian pH meter ditara dulu dengan buffer standar pada pH 7, kemudian ditara pada buffer pH 4 karena sediaan yang diharapkan pada rentan pH 3.6-4.6. Terakhir diukur sampel sediaan dengan pH meter dan diketahiui hasilnya. f. Uji Distribusi Ukuran Partikel Uji distribusi ukuran partikel menggunakan metode dengan mikroskop dengan cara diambil sedikit sampel sediaan kemudian diencerkan dengan aquades dan diamati dalam mikroskop sebaran ukuran partikelnya.



g. Redispersi Evaluasi suspensi Jahe (Zingiber officinale Rosc.) ini dilakukan



setelah



pengukuran



volume



sedimentasi



konstan.



Dilakukan secara manual dan hati hati, tabung reaksi diputar 180° dan dibalikkan ke posisi semula. Formulasi yang dievaluasi ditentukan berdasarkan jumlah putaran yang diperlukan untuk mendispersikan kembali endapan partikel Jahe (Zingiber officinale Rosc.) agar kembali tersuspensi. Kemampuan redispersi baik bila suspensi telah terdispersi sempurna dan diberi nilai 100%.



E.



Diagram Kajian Akademik



Penyiapan dan Pengadaan alat dan bahan



Pengelolaan simplisia



Pembuatan ekstrak



Formulasi sediaan ekstrak jahe dengan suspending agent Na CMC



Pembuatan sediaan uji ekstrak jahe (……mg/g)



Uji stabilitas ekstrak jahe dengan suspending agent Na CMC



Gambar 2.2 Diagram Kajian Akademik



BAB III KESIMPULAN Dalam penelitian ini peneliti akan melakukan mengujikan stabilitas fisik dari formulasi suspensi jahe (zingiber officinale rosc.) dengan suspending agent na cmc. Hal ini akan dibuktikan dari hasil data-data yang didapat nantinya akan terbukti dari hasil penelitian dan pengujian yang dilakukan.



DAFTAR PUSTAKA Ansel, H.C., 2008, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi: Beberapa Macam Preparat: Tinktur, Ekstrak encer, Ekstrak Air, Amonia, Asam Encer, Spirtus, dan Radiofarmasi,Edisi 4, Jakarta., UI Press, p. 607-608. Ansel. 2011. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi Keempat. Universitas Indonesia. Jakarta. Hlm. 490-492. Badan POM RI. 2008. Direktorat Obat Asli Indonesia. Fatmawati, Umi,. 2018. Formulasi Suspensi Analgesik-Antipiretik Ibuprofen dengan Suspending Agent Gom Arab dan CMC-Na. Sidoarjo : STIKES Rumah Sakit Anwar Medika. Jurenka, M.T. (2009). Anti-inflammatory Properties of Curcumin, a Major Constituent of Curcuma longa: A Review of Preclinical and Clinical Research. Alternative Medicine Review. 14 : 141 – 153. Kesuma TW. 2009. Uji efek antiinflamasi sediaan topikal ekstrak etanol dan etil asetat rimpang kunyit (Curcuma domestica) terhadap mencit [skripsi]. Medan: Fakultas Farmasi Universitas Sumatra Utara. Lachman, L., Lieberman, H.A., and Kanig, J.L., 1994, Teori dan Praktek Farmasi Industri, diterjemahkan oleh Siti Suyatmi dan Iis Aisyiah, edisi III, jilid 2, 644645, 650-651, 686, 697-707, 713, Universitas Indonesia Press, Jakarta. Martin, A., Swarbrick, J., & Cammarata, A. (1973). Farmasi Fisik Jilid III. Jakarta: UI Press. Ningsih, Ulfa Istiani. Susilawati, Endang. 2017. Mutu Fisik Suspensi Oral Ekstrak Ubi Jalar Ungu (Ipomae batatas L.) dengan Suspending Agent CMC-Na (Carboxymethyl cellulose natrium) 0,5%, 0,75%, 1%. Malang : Akademi Farmasi Putera Indonesia Malang Supriatna, Cece. Minkhatul, Maula. 2019. Uji Efektivitas Suspensi Ekstrak Jahe (Zingiber officinalae) terhadap Afrodisiaka Mencit Putih Jantan. Cirebon : Sekolah Tinggi Farmasi YPIB Cirebon. Togrul, H and Arsal, N. 2004, Carboxymethyl celullose from sugar beet pulp celullose as a hydrophilic polymer in coating of mandarin, Journal of Food Engineering, 62(3), 271-279. Tranggono,S., Haryadi, Suparmo.,A, Murbiati,S., Sudarmaji,K., Rahayu, S., Naruki dan Astuti M., 1991. Bahan Tambahan Makanan (food Additive). PAU Pangan dan Gizi UGM. Yogyakarta. Winarti. 2013. Formulasi Sediaan Semisolid (Formulasi salep, krim, gel, pasta dan suppositoria [diktat]. Jember, Fakultas Farmasi. Universitas Jember.



Winarto, I.W. (2004). Khasiat dan Manfaat Kunyit. Jakarta: AgroMedia Pustaka. pp 2 - 12. Voigt, R., 1984, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, 155 dan 179, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.