Askep Phimosis Lengkap [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelainan pada genitalia eksternal sangat menggangu bagi penderita terutama untuk orang tua penderita, yang secara tak sadar telah menggangu emosional mereka, baik dari segi struktur alat reproduktif ini dan mungkin juga akibat yang akan ditimbul digenerasi masa depan mereka. Pada janin laki-laki, tubercle memperbesar untuk membentuk penis lipatan genital menjadi batang dari penis dan lipatan labioscrotal memadukan untuk membentuk scrotum. Pembentukan terjadi selama 12-16 minggu kehamilan dan testicular hormon yang berperan besar dalam keadaan ini. Testosterone dan metabolite aktifnya, dihydrotestosterone, menentukan stabilisasi dan pembentukan penuh genitalia internal dan eksternal. Kelainan pada fase ini dapat menyebabkan kelainan kongenital yang dapat berpengaruh besar pada perkembangan fisik maupun psikologis dari si anak sendiri maupun orang tua mereka. Pada akhir tahun pertama kehidupan, retraksi kulit preputium ke belakang sulkus. Glandularis hanya dapat dilakukan pada sekitar 50% anak laki-laki, hal ini meningkat menjadi 89% pada saat usia tiga tahun. Insidens fimosis adalah sebesar 8% pada usia 6 sampai 7 tahun dan 1% pada laki-laki usia 16 sampai 18 tahun. Pada pria yang lebih tua, fimosis bisa terjadi akibat iritasi menzhun. Fimosis bisa mempengaruhi proses berkemih dan aktivitas seksual. Biasanya keadaan ini diatasi dengan melakukan penyunatan (sirkumsisi). ( Ngastiyah; 2005 ) 1.2 Tujuan 1.2.1 TujuanUmum Setelah menyusun makalah ini diharapkan mahasiswa mengetahui gambaran umum tentang asuhan keperawatan klien khususnya pada klien dengan Phimosis dan mampu menyusun asuhan keperawatan pada kasus klien yang mengalami Phimosis. 1.2.2 Tujuan Khusus 1. 2. 3. 4.



Untuk mengetahui pengertian Phimosis. Untuk mengetahui faktor penyebab Phimosis Untuk mengetahui manifestasi klinis Phimosis Untuk mengetahui penatalaksanaan pada pasienPhimosis 1



5. Untuk mengetahui pengkajian keperawatan pada pasien Phimosis 6. Untuk mengetahui diagnosa yang mungkin muncul pada pasienPhimosis 7. Untuk mengetahui fokusintervensi pada pasien Phimosis 8. Untuk mengetahui implementasi yang dapat dilakukan pada pasien Phimosis 9. Untuk mengetahui evaluasi pada pasien Phimosis 10. Untuk mengetahui dokumentasi asuhan keperawatan pada pasien Phimosis



2



BAB II TINJAUAN TEORI



2.1 Defenisi Phimosis adalah prepusium penis yang tidak dapat diretraksi (ditarik) keproksimal sampai kekoronaglandis. Fimosis merupakan suatu keadaan normal yang sering ditemukan pada bayi baru lahir atau anak kecil, karena terdapat adesialamiah antara prepusium dengan glans penis. Dan biasanya pada masa pubertas akan menghilang dengan sendirinya. Pada pria yang lebihtua, fimosis bisa terjadi akibat iritasi menahun. Fimosis bisa mempengaruhi proses berkemih dan aktivitas seksual. Biasanya keadaan ini diatasi dengan melakukan penyunatan (sirkumsisi). (Johns Hopkins University Press, 1956) Hingga usia 3-4 tahun penis tumbuh dan berkembang, dan debris yang dihasilkan oleh epitel prepusium (smegma) mengumpul di dalam prepusium dan perlahan-lahan memisahkan prepusium dari glans penis. Ereksi penis yang terjadi secara berkala membuat prepusium terdi latasi perlahan-lahan sehingga prepusium menjadi retraktil dan dapat ditarik ke proksimal. Pada saat usia 3 tahun, 90% prepusium sudah dapat diretraksi. 2.2 Anatomi fisiologi A. Organ reproduksi dalam pria terdiri dari: 1. Testis Testis (gonad jantan) berbentuk oval dan terletak didalam kantung pelir (skrotum). Testis berjumlah sepasang (testes = jamak). Testis terdapat di bagian tubuh sebelah kiri dan kanan. Testis kiri dan kanan dibatasi oleh suatu sekat yang terdiri dari serat jaringan ikat dan otot polos. testis adalah sepasang struktur oval , agak gepeng dengan panjang 4 cm sampai 5 cm (1,5 inci sampai 2 inci) dan berdiameter 2,5 cm (1 inci). Fungsi testis, terdiri dari : 1. Membentuk gamet-gamet baru yaitu spermatozoa, dilakukan di Tubulus seminiferus. 2. Menghasilkan hormon testosteron, dilakukan oleh sel interstial. Bersama dengan epididimis, testis berada dalam kantung skrotum. Dinding yang memisahkan testis dengan epididimis disebut tunica vaginalis. Tunica vaginalis dibentuk dari peritoneum abdominalis yang mengadakan migrasi kedalam skrotum saat berkembangnya genitalia interna pria. 3



1. Turnika albuginca adalah kapsul jaringan ikat yang membungkus testis dan merentang ke arah dalam untuk membaginya menjadi sekitar 250 lobulus. 2. Tubulus seminiferus, tempat berlangsungnya spermatogenesis, terlilit dalam lobulus.



epitelium



germinal



khusus



yang



melapisi



tubulus



seminiferus



mengandung sel-sel batang (spermatogonia) yang kemudian menjadi sperma: sel-sel Sertoli yang menompang dan memberi nutrisi sperma yang sedang berkembang : dan sel-sel interstisial (leydig), yang memiliki fungsi endokrin. b. Saluran Pengeluaran Saluran pengeluaran pada organ reproduksi dalam pria terdiri dari epididimis, vas deferens, saluran ejakulasi dan uretra. 1) Epididimis Epididimis merupakan saluran berkelok-kelok di dalam skrotum yang keluar dari testis. Epididimis berjumlah sepasang di sebelah kanan dan kiri. Epididimis berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara sperma sampai sperma menjadi matang dan bergerak menuju vas deferens. 2) Vas Deferens Vas deferens atau saluran sperma (duktus deferens) merupakan saluran lurus yang mengarah ke atas dan merupakan lanjutan dari epididimis dengan panjang sekitar 45 cm dan dimulai dari ujung bawah epididimis kemudian naik sepanjang aspek posterior testis. Setelah meninggalkan bagian belakang testis, vas deferen melewati chorda spermatica menuju kedalam abdomen. Setelah menyilang ureter, vas deferen menuju ke duktus vesikula seminalis.. Vas deferens tidak menempel pada testis dan ujung salurannya terdapat di dalam kelenjar prostat. Vas deferens berfungsi sebagai saluran tempat jalannya sperma dari epididimis menuju kantung semen atau kantung mani (vesikula seminalis). 3) Saluran Ejakulasi Saluran ejakulasi merupakan saluran pendek yang menghubungkan kantung semen dengan uretra. Saluran ini berfungsi untuk mengeluarkan sperma agar masuk ke dalam uretra. 4) Uretra



4



Uretra merupakan saluran akhir reproduksi yang terdapat di dalam penis. Uretra berfungsi sebagai saluran kelamin yang berasal dari kantung semen dan saluran untuk membuang urin dari kantung kemih. c. Kelenjar Asesoris Selama sperma melalui saluran pengeluaran, terjadi penambahan berbagai getah kelamin



yang



dihasilkan



oleh



kelenjar



asesoris.



Getah-getah



ini



berfungsi



untuk



mempertahankan kelangsungan hidup dan pergerakakan sperma. Kelenjar asesoris merupakan kelenjar kelamin yang terdiri dari vesikula seminalis, kelenjar prostat dan kelenjar Cowper. 1) Vesikula seminalis Vesikula seminalis atau kantung semen (kantung mani) merupakan kelenjar berlekuklekuk yang terletak di belakang kantung kemih. Dinding vesikula seminalis menghasilkan zat makanan yang merupakan sumber makanan bagi sperma. 2) Kelenjar prostat Kelenjar Prostat sebagian struktur berupa kelenjar dan sebagian lainnya otot. Struktur ini mengelilingi urethra pria. Organ berukuran 2.5x3-5x4.5 cm. Lobus media prostat secara histologis merupakan zona transisional berbentuk baji yang secara langsung mengelilingi urethra dan memisahkannya dengan ductus ejaculatorius. Saat terjadi hipertrofi, lobus media dapat menyumbat aliran urine. Prostat bagian anterior sebagian besar terdiri dari jaringan fibromuskular. Semua jaringan otot pada vas deferen , prostat , prostat disebitar urethra dan vesicula seminalis terlibat dalam proses ejakulasi. Sekresi prostat menyumbang 15% volume total cairan semen. Kelenjar prostat melingkari bagian atas uretra dan terletak di bagian bawah kantung kemih. Kelenjar prostat menghasilkan getah yang mengandung kolesterol, garam dan fosfolipid yang berperan untuk kelangsungan hidup sperma. Menambah cairan alkalis pada cairan seminalis yang berguna untuk menlindungi spermatozoa terhadap sifat asam yang terapat pada uretra dan vagina. Di bawah kelenjar ini terdapat Kelenjar Bulbo Uretralis yang memilki panjang 2-5 cm. fungsi hampir sama dengan kelenjar prostat.



3) Kelenjar Cowper



5



Kelenjar Cowper (kelenjar bulbouretra) merupakan kelenjar yang salurannya langsung menuju uretra. Kelenjar Cowper menghasilkan getah yang bersifat alkali (basa). B. Organ Reproduksi Luar Organ reproduksi luar pria terdiri dari penis dan skrotum. 1. Penis Penis terdiri dari tiga bagian akar batang dan glans penis yang membesar yang banyak mengandung ujung – ujung saraf sensorik. Penis terdiri dari tiga rongga yang berisi jaringan spons. Dua rongga yang terletak di bagian atas berupa jaringan spons korpus kavernosa. Satu rongga lagi berada di bagian bawah yang berupa jaringan spons korpus spongiosum yang membungkus uretra. Uretra pada penis dikelilingi oleh jaringan erektil yang rongga-rongganya banyak mengandung pembuluh darah dan ujung-ujung saraf perasa. 1. Kulit penis tipis dan tidak berambut kecuali didekat akar organ. Preposium ( kulup ) adalah lipatan sirkular kulit longgar yang merentang menutupi glans penis kecuali jika diangkat melalui sirkumsisi. Korona adalah ujung proksimal glans penis. 2. Badan penis dibentuk dari tiga masa jaringan erektil silindris dua korpus kavernosum spongiosum vebtral di sekitar uretra. a. Jaringan erektil adalah jaring – jaring ruang darah ireguler (vinusa sinusoid) yang diperdarai oleh arteriol aferen dan kapiler didrainase oleh venula dan dikelilingi jaringan ikat rapat yang disebut tunika albuginea b. Korpus konvernosum dikelilingi oleh jaringan ikat rapat disebut tunika albugnea. 3. Mekanisme ereaksi penis. Ereksi adalah salah satu fungsi vaskular korpuskavernosum dibawah pengendalian SSO. b. Skrotum Adalah kantong longgar yang tersusun dari kulit, fasia, dan otot polos yang membungkus dan menompangtestis di luar tubuh pada suhu optimum untuk produksi spermatozoa. 1. Dua kantong skrotal, satiap skrotal berisi satu testis tungggal, dipisahkan oleh septum internal. 2. Otot dartos adalah lapisan serabut dalam fasia dasar yang berkontraksi untuk membentuk kerutan pada kulit skrotal sebagai respons terhadap udara dingin atau eksitasi seksual.



6



2.3 Etiologi 1. Konginetal (fimosisfisiologis) Fimosis kongenital (fimosisfisiologis) timbul sejak lahir sebenarnya merupakan kondisi normal pada anak-anak, bahkan sampai masa remaja. Kulit preputium selalu melekat erat pada glans penis dan tidakdapatditarik ke belakang pada saat lahir, namun seiring bertambahnya usia serta diproduksinya hormon dan faktor pertumbuhan terjadi proses keratinisasi lapisan epitel dan deskuamasi antara glans penis dan lapis glan dalam preputium sehingga akhirnya kulit preputium terpisah dari glan penis. Suatu penelitian mendapatkan bahwa hanya 4% bayi seluruh kulit preputiumnya dapat ditarik ke belakang penis pada saat lahir, namun mencapai 90% pada saat usia 3 tahun dan hanya 1% laki-laki berusia 17 tahun yang masih mengalami fimosis kongenital. Walaupun demikian, penelitian lain mendapatkan hanya 20% dan 200 anak laki-laki berusia5-13 tahun yang seluruh kulit preputiumnya dapat ditarik ke belakang penis. 2. Fimosis didapat (fimosis patologik, fimosis yang sebenarnya, true phimosis) timbul kemudian setelah. Hal ini berkaitan dengan kebersihan hygiene) alat kelamin yang buruk, peradangan kronik glans penis dan kulit preputium (balanoposthitis kronik), atau penarikan berlebihan kulit preputium (forceful retraction) pada timosis kongenital yang akan menyebabkan pembentukkan jaringan ikat (fibrosis) dekat bagian kulit preputium yang membuka.



2.4 Patofisiologi Fimosis dialami oleh sebagian besar bayi baru lahir karena terdapat adesi alamiah antara preputium dengan glans penis. Hingga usia 3-4 tahun penis tumbuh dan berkembang dan debris yang dihasilkan oleh epitel preputium (smegma) mengumpul didalam preputium dan perlahan-lahan memisahkan preputium dari glans penis. Ereksi penis yang terjadi secara berkala membuat preputium terdilatasi perlahan-lahan sehingga preputium menjadi retraktil dan dapat ditarik ke proksimal.. Pada bayi, preputium normalnya melekat pada glans tapi sekresi materi subaseum kental secara bertahap melonggarkannya.Pada usia 3 tahun, sebagian besar prepusium sudah 7



dapat di retraksi. Namun pada sebagian anak, perpusium tetap lengket pada glans penis, sehingga ujung perpusium mengalami penyimpangan dan akhirnya dapat menggangu fungsi miksi. Tapi karena adanya komplikasi sirkumsisi, juga dimana terlalu banyak prepusium tertinggal, atau bisa sekunder terhadap infeksi yng timbul di bawah prepusium yang berlebihan.Sehingga pada akhirnya, prepusium menjadi melekat dan fibrotik kronis di bawah prepusium dan mencegah retraksi 2.5 Woc Fimosis 2.6 Manifestasi Klinis 1. Prepusium tidak bisa ditarik ke belakang 2. Balloning yakni kulit preputium mengenbang saat berkemih karena desakan pancaran



ari seni yang tidak diimbangi besarnya lubang di ujung praputium. 3. Sakit saat berkemih 4. Sulit kencing 5. Pancaran kencing sediki



2.7 Penatalaksanaan Tidak dianjurkan melakukan dilatasi atau retraksi yang dipaksakan pada fimosis, karena menimbulkan luka dan terbentuk sikatriks pada ujung prepusium sebagai fimosis sekunder. Fimosis yang disertai balanitis xerotika obliterans dapat dicoba diberikan salep Deksametasone 0,1% yang dioleskan 3 atau 4 kali. Diharapkan setelah pemberian selama 6 minggu, prepusium dapat diretraksi spontan. Pada fimosis yang menimbulkan keluhan miksi, menggelembungnya ujung prepusium pada saat miksi, atau fimosis yang disertai dengan infeksi postitis merupakan indikasi untuk dilakukan sirkumsisi. Tentunya pada balanitis atau prostitis harus diberi antibiotika dahulu sebelum sirkumsisi. 2.8 Prinsip Terapi dan Manajemen Keperawatan 1. Perawatan Rutin 2. Kebersihan penis Penis harus dibasuh secara seksama dan bayi tidak boleh ditinggalkan berbaring dengan popok basah untuk waktu yang lama. 3. Phimosis dapat diterapi dengan membuat celah dorsal untuk mengurangi obstruksi terhadap aliran keluar.



8



4. Sirkumsisi Pada pembedahan ini, kelebihan kutup diangkat. Digunakan jahitan catgut untuk mempertemukan kulit dengan mukosa dan mengikat pembuluh darah. 5. Perawatan Pra Bedah Rutin 6. Perawatan Pasca Bedah Pembedahan ini bukan tanpa komplikasi dan Observasi termasuk adanya perdarahan. Pembalut diangkat jika basah dengan urin dan lap panggul berguna untuk membersihkan penis dan mendorong terjadinya penyembuhan. Popok perlu sering diganti. 7. Komplikasi yang terjadi termasuk ulserasi meatus. Ini terjadi sebagai akibat amonia yang membakar epithelium glans. Untuk menimbulkan nyeri pada saat berkemih kadang-kadang adanya perkembangan perdarahan dan retensi urin. Ulserasi meatus dapat menimbulkan stenosis meatus. Hal ini dapat diterapi dengan meatotomi dan dilatasi. 8. Bimbingan bagi orang tua. Instruksi yang jelas harus diberikan pada orang tua jika bayi atau anak siap untuk pulang kerumah. Ini termasuk hygiene dari daerah dan pengenalan setiap komplikasi. Mereka juga harus diberikan pedoman untuk pencegahan dermatitis amonia dan jika hal ini terjadi bagaimana untuk mengobatinya. 2.9 Asuhan Keperawatan Fimosis 2.9.1 Pengkajian Tanyakan biodata klien. Kaji keadaan umum klien. Kaji penyebab fimosis, termasuk kongenital atau peradangan. Dapatkan riwayat kesehatan sekarang untuk melihat adanya: Kaji pola eliminasi BAK: 1. Frekuensi : Jarang karena adanya retensi. 2. Jumlah : Menurun. 3. Intensitas : Adanya nyeri saat BAK. 4. Kaji kebersihan genital: adanya bercak putih. 5. Kaji perdarahand) Kaji tanda-tanda infeksi yang mungkin ada 5. Obsevasi adanya manifestasi: 1. Gangguan aliran urine berupa sulit BAK, pancaran urine mengecil dan deras. 2. Menggelembungnya ujung prepusium penis saat miksi, 3. Adanya inflamasi. 6. Kaji mekanisme koping pasien dan keluarga 7. Kaji pasien saat pra dan post operasi 1. 2. 3. 4.



2.9.2 Diagnosa Keperawatan 1. Pre Operasi 1. Kerusakan eliminasi urine berhubungan dengan infeksi saluran urinaria. 9



2. Cemas berhubungan dengan krisis situasional. 3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif. 2. Post Operasi 1. Nyeri akut berhubungan nengan agen cedera fisik. 2. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif. 3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan aktif. 2.7.3 Inervensi keperawatan A. Pre Operasi 1. Diagnosa 1 Kerusakan eliminasi urine berhubungan dengan infeksi saluran urinaria. Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan eliminasi urine lancar. a) NOC : Pengawasan urine Kriteria Hasil : 1) Mengatakan keinginan untuk BAK. 2) Menentukan pola BAK. 3) Bebas dari kebocoran urine sebelum BAK. 4) Mampu memulai dan mengakhiri aliran BAK. Keterangan skala : 1: tidak pernah menunjukkan 2: jarang menunjukkan 3: kadang menunjukan 4: sering menunjukkan 5: selalu menunjukkan b) NIC : Perawatan Retensi Urine Intervensi : 1) Monitor intake dan out put. 2) Monitor distensi kandung kemih dengan palpasi dan perkusi. 3) Sediakan perlak dikasur.



10



4) Gunakan kekuatan dari keinginan untuk BAK ditoilet. 5) Jaga privasi untuk eliminasi. 6) Berikan waktu berkemih dengan interval reguler, jika diperlukan.



2. Diagnosa II Cemas berhubungan dengan krisis situasional. Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan kecemasan pasien berkurang. a) NOC : Kontrol cemas Kriteria Hasil : 1) Tingkat kecemasan dalam batas normal. 2) Mengetahui penyebab cemas. 3) Mengetahui stimulus yang menyebabkan cemas. 4) Tidur adekuat. Keterangan skala: 1: tidak pernah menunjukkan 2: jarang menunjukkan 3: kadang menunjukan 4: sering menunjukkan 5: selalu menunjukkan b) NIC : Pengurangan Cemas Intervensi : 1) Ciptakan suasana yang tenang. 2) Dengarkan dengan penuh perhatian. 3) Kuatkan kebiasaan yang mendukung. 4) Ciptakan hubungan saling percaya dengan klien dan keluarga. 5) Identifikasi perubahan tingkat kecemasan 11



6) Temani pasien. 7) Gunakan pendekatan dan sentuhan. 8) Jelaskan seluruh prosedur tindakan pada klien.



3. Diagnosa III Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif. Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan keluarga dan pasien mengerti akan tindakan yang akan dilakukan. a) NOC : Pengetahuan tentang penyakit Kriteria hasil : 1) Familiar dengan penyakit. 2) Mendeskripsikan proses penyakit. 3) Mendeskripsikan efek penyakit. 4) Mendeskripsikan komplikasi. Keterangan skala: 1: tidak pernah menunjukkan 2: jarang menunjukkan 3: kadang menunjukan 4: sering menunjukkan 5: selalu menunjukkan b) NIC : Mengajarkan proses penyakit 1) Observasi kesiapan klien untuk mendengar. 2) Tentukan tingkat pengetahuan klien sebelumnya. 3) Jelaskan proses penyakit. 4) Diskusikan gaya hidup yang bisa untuk mencegah komplikasi. 5) Diskusikan tentang pilihan terapi. 6) Hindarkan harapan kosong. 12



7) Instruksikan pada klien dan keluarga tentang tanda dan gejala untuk melaporkan pada pemberi perawatan kesehatan dengan cara yang tepat.



B. Post operasi 1. Diagnosa 1 Nyeri akut berhubungan nengan agen cedera fisik. Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nyeri berkurang. a) NOC : kontrol nyeri Kriteria hasil : 1) Mengenali faktor penyebab. 2) Menggunakan metode pencegahan. 3) Mengenali gejala-gejala nyeri. 4) Menggunakan analgetik sesuai kebutuhan. Keterangan skala : 1: tidak dilakukan sama sekali 2: jarang dilakukan 3: kadang dilakukan 4: sering dilakukan 5: selalu dilakukan b) NIC : pain management Intervensi : 1) Kaji nyeri secara komprehensif. 2) Observasi isyarat-isyarat non verbal dari ketidaknyamanan. 3) Gunakan komunikasi terapeutik. 4) Kaji latar belakang budaya pasien. 5) Beri dukungan terhadap pasien dan keluarga. 6) Beri informasi tentang nyeri. 13



7) Tingkatkan tidur yang cukup. 8) Berikan analgetik sesuai kebutuhan.



2. Diagnosa II Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif. Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan resiko infeksi tidak terjadi. a) NOC : kontrol infeksi: knowledge Kriteria hasil : 1) Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi. 2) Menunjukan perilaku hidup normal. 3) Menunjukan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi. Keterangan skala: 1: tidak pernah menunjukkan 2: jarang menunjukkan 3: kadang menunjukan 4: sering menunjukkan 5: selalu menunjukkan b) NIC : infection kontrol Intervensi : 1) Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain. 2) Batasi jumlah pengunjung. 3) Tingkatkan intake nutrisi. 4) Berikan terapi antibiotik. 5) Pertahankan lingkungan aseptic selama pemasangan alat.



3. Diagnosa III 14



Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan aktif Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan cairan terpenuhi. a) NOC : fluid balance Kriteria hasil : 1) Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan berat badan. 2) Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal. 3) Tidak ada tanda-tanda dehidrasi. Keterangan skala: 1: tidak pernah menunjukkan 2: jarang menunjukkan 3: kadang menunjukan 4: sering menunjukkan 5: selalu menunjukkan b) NIC : fluid management Intervensi : 1) Timbang popok jika diperlukan. 2) Pertahankan cairan intake dan output yang akurat. 3) Monitor status hidrasi. 4) Monitor TTV. 5) Dorong keluarga untuk membantu pasien makan. 6) Kolaborasi dengan dokter jika tanda cairan berlebih muncul memburuk.



BAB III LAPORAN KHASUS



15



Seorang anak laki-laki berinisial An. A berumur 3 tahun dibawa ke Rumah Sakit Respati pada tanggal 2 Oktober 2012. Ibu An. A mengatakan anaknya selalu menangis jika akan kencing karena nyeri akibat air kencing yang sulit keluar. Ibu An.A juga mengatakan bahwa An.A deman sejak 2 hari yang lalu.Saat dilakukan pemeriksaan, prepusium tidak bisa ditarik ke belakang. An. A tampak gelisah, dan sulit tidur pada malam hari karena nyeri yang dirasakannya. Terlihat adanya edema pada area kemaluan An. A. Di sekitar kemaluan klien juga tampak kemerahan. Wajah An. A tampak pucat dan An.A terlihat lemas. Dari Pemereriksaan Fisik: BB : 15 kg,TB :120cm, TTV:TD: 80/50 mmHg, N: 90x/menit, RR: 24x/menit, S: 38,5 OC. An. X diberikan terapi obat Salep Deksametasone 0,1%. A. Pengkajian Nama Perawat Tanggal Pengkajian Jam Pengkajian



: Ns. Fera : 2 Oktober 2012 : 09.00 WIB



1. Biodata Pasien Nama



: An. A



Usia/jenis kelamin



: 3 Tahun/Laki-laki



Agama



: Islam



Pendidikan



: Belum Sekolah



Status Pernikahan



: Belum Menikah



Alamat



: Jl. Sudirman 58, Bantul, Yogyakarta



Diagnosa Medis



: Phimosis



Jam/Tanggal Masuk RS



:09.00 / 2 Oktober 2012



No. RM



: 081916



Penanggung Jawab Nama



: Ny. X



Usia



: 28 Tahun



Agama



: Islam



Pendidikan



: SMK



Pekerjaan



: Ibu Rumah Tangga



Status Pernikahan



: Menikah 16



Alamat



: Jl. Sudirman 58, Bantul, Yogyakarta



Hubungan dengan Klien



: Ibu



2. Keluhan Utama An. A mengatakan sakit pada penisnya terutama pada prepusiumnya dan terasa nyeri saat mau kencing.



3. Riwayat Kesehatan : a. Riwayat Penyakit Sekarang An. A datang ke RS. Soeradji diantar oleh keluarganya pada tanggal 2 Oktober 2012 dengan keluhan nyeri saat akan kencing akibat air kencing yang sulit keluat. Ny. X mengatakan bahwa An.A sudah merasakan sakitnya sejak 3 hari yang lalu. An.A sudah dilakukan pemeriksaan fisik dan An. X diberikan terapi obat Salep Deksametasone 0,1%. P : An. A mengatakan bahwa nyeri pada bagian sekitar penis. Q : An. A tidak kooperatif R : An. A mengatakan nyeri pada bagian penisnya. S : Skala nyeri : 5 (setelah dikaji dengan Skala Nyeri Baker Wong) T : An. A mengatakan nyerinya hilang timbul, Wajahnya An. A tampak menahan nyeri (meringis) dan sering menangis



b. Riwayat Penyakit Dahulu Ny.X mengatakan bahwa An.A tidak mempunyai riwayat penyakit ataupun diopname di RS sebelumnya. An.A belum pernah mengalami kecelakaan ataupun dioperasi. An.A hanya memilki alergi terhadap makanan laut khususnya udang. An.A pernah diimunisasi campak, polio, BCG, DPT. c. Riwayat Penyakit Keluarga Ny.X mengatakan dalam keluarganya, ayah An.A menderita penyakit Diabetes Militus sejak 3 tahun yang lalu. Sedangkan kakek klien memiliki riwayat penyakit jantung dan hipertensi. Ny.X juga mengatakan bahwa dalam keluarganya tidak ada yang pernah menderita asma maupun TBC.



GENOGRAM :



17



Keterangan : : Laki-laki : Perempuan : Garis keturunan : Garis perkawinan : Garis tinggal 1 rumah : Klien dengan Phimosis



Keluarga An.A terdiri dari kakek, nenek, ayah dan ibu. An.A merupakan anak kedua 3. Pengkajian Kebutuhan Dasar Klien 1. Aktivitas dan Latihan Sebelum sakit, kegiatan sehari-hari klien adalah bermain selayaknya nak berumur 3 tahun. Perawatan diri /personal hygiene An. A dibantu ibuny. Saat sakitpun kebutuhan ADL klien tergantung dengan ibunya. Saat diarawat di rumah sakit, An.A terlihat tidak bersemangat, An.A hanya duduk di ranjang.



2. Tidur dan Istirahat Ny. X mengatakan bahwa sebelum sakit, An.A biasanya tidur selama 11 jam di malam hari dan tidur siang selama 2 jam. Setelah dirawat di rumah sakit An.A kesulitan untuk tidur 18



karena nyeri yang dirasakannya. An. A hanya tidur 6 jam pada malam hari dan 1 jam di siang hari. Ibu An.A juga mengatakan bahwa An.A sering terbangun di malam hari. 3. Kenyamanan dan Nyeri Ibu An.A mengatakan anaknya tidak menangis setelah ia diberikan obat dan menangis saat nyerinya bertambah ketika ia melakukan gerak. Setelah dikaji, An.A mengatakan nyeri pada bagian penisnya. 4. Nutrisi Sebelum sakit kebutuhan nutrisi An.A dibantu oleh ibunya. An.A biasanya makan 3 x sehari. Berat badan An.A 15 kg. Namun, sejak An.A sakit berat badannya turun hingga 14 kg. Bapak An.A mengatakan bahwa An.A suka jika diberikan makanan ringan dan minuman bersoda. Sejak kecil An.A alergi terhadap udang. Sebelum sakit nafsu makan An.A sangat baik. Akan tetapi setelah sakit An.A susah makan, hanya menghabiskan ¼ porsi dari makanan yang di sediakan RS. An.A sering mual. An.A belum bisa memenuhi kebutuhan makannya sendiri. 5. Cairan, elektrolit dan asam basa Ny.X mengatakan bahwa An.A biasanya minum air putih 1 liter sehari dan 250 cc susu. An.A juga sering minum minuman dingin. Setelah sakit An.A hanya minum 500 cc sehari. Turgor kulit klien elastis.



6. Oksigenasi Ny.X mengatakan bahwa An.A tidak mempunyai riwayat penyakit sesak nafas atau sejenisnya. An.A tidak batuk ataupun mengeluarkan sputum. 7. Eliminasi urine Ny.X mengatakan frekuensi berkemih An.A adalah 250 cc per hari. Warna urine An.A keruh. Adanya hematuria, selain itu diawal berkemih ada cairan eksudat yang purulen dan terasa gatal. An.A merasakan nyeri saat berkemih. An. A berkemih 2x dalam sehari. Kebutuhan pemenuhan eliminasi urine An.A dibantu oleh ibunya. An. A tidak terpasang kateter untuk menguangi terjadinya risiko infeksi pada penis.



8. Eliminasi fekal/bowel Ny.X mengatakan bahwa An.A biasanya BAB sehari sekali yaitu pada pagi hari. Warna BAB An.A coklat kekuningan dan baunya khas. Kebutuhan pemenuhan eliminasi An.A dibantu oleh ibunya. Setelah sakit ibu An.A mengatakan bahwa An.A jarang BAB, kadang-kadang hanya 2 hari sekali. 9. Sensori, persepsi dan kognitif 19



Klien tidak memiliki gangguan pada sistem sensori, persepsi maupun kognitif. 4. Pemeriksaan Fisik



a. Keadaan Umum Saat dilakukan pemeriksaan fisik didapat hasil TTV : TD : 80/50 mmHg RR : 24x/menit S : 38,50 C N : 90x/menit P Q R S T



: An. A mengatakan bahwa nyeri pada bagian sekitar penis. : An. A tidak kooperatif : An. A mengatakan nyeri pada bagian penisnya. : Skala nyeri : 5 (setelah dikaji dengan Skala Nyeri Baker Wong) : An. A mengatakan nyerinya hilang timbul, Wajahnya An. A tampak menahan nyeri (meringis)



dan sering menangis b. Kepala Keadaan kepala An. A tidak ditemukan kelainan yaitu tidak terdapat hematoma, lesi maupun kotor, keadaan mata tidak anemis, sklera anikterik. Keadaan hidung, tidak ada septum dan epistaksis, telinga simetris, bersih dan pendengaran klien baik. Tidak terdapat gangguan pada mulut yang ditandai dengan: tidak terdapat caries dentis, tidak menggunakan gigi palsu dan pada bibir tidak terjadi sianosis atau stomatitis, mukosa bibir kering karena kurangnya intake cairan. c. Leher Tidak ada gangguan pada leher yang ditandai dengan; tidak terdapat pembesaran tiroid, tidak ada pelebaran JVP dan lesi. Tidak ada gangguan pada Tenggorokan yang ditandai dengan tidak terdapat pembesaran tonsil dan hiperemis. d. Dada I: Pada inspeksi, pada dada tidak lesi, oedema ataupun kemerahan. P: Pada saat palpasi dada dan paru tidak ada pembesaran jantung dan rongga dada. P: Pada saat perkusi, tidak ada udara, cairan atau masa padat. A: Pada pemeriksaan auskultasi bunyi dada kanan dan kiri vasikuler. e. Abdomen I: Pada saat inspeksi, kulit abdomen tidak sikatrik, tidak terdapat benjolan ataupun lesi. A: Pada saat auskultasi, peristaltic usus 16x/menit P: Pada palpasi tidak ada hepatomogali dan nyeri tekan. P: Pada perkusi timpani tidak ada hypertimpani atau pekak 20



f. Genetalia Klien mengalami phimosis, prepusium tidak bisa ditarik. Tidak terdapat hypospadia, epispadia, hernia, hydrocell dan tumor. g. Rektum Keadaan rektum normal tidak ada hemoroid, prolaps maupun tumor. h. Ekstrimitas atas dan ekstrimitas bawah Lengan kanan tidak terpasang infuse. 5. Psiko Sosio Budaya dan Spiritual Psikologis : An.A belum mengerti tentang penyakitnya. An.A merasa tak nyaman dengan penyakitnya ditandai dengan seringnya An.A menangis. Ny.X mengatakan An.A sering menangis karena nyeri dan sakit. An.A mendapat dukungan dan bantuan dari keluarga khususnya dari ibunya. Saat di rumah sakit klien tampak tidak tenang dan sering menangis, selalu mengeluh ingin pulang. Sosial : An.A sehari-harinya bermain dan diasuh oleh ibunya. Kebiasaan lingkungan yang tidak disukai An.A adalah banyaknya pemulung yang sering mencari sampah di depan rumahnya. Pada saat di rumah sakit An.A tidak terlihat kooperatif, An.A hanya diam di tempat tidur karena sakit yang dirasakannya sehingga An.A merasa kurang nyaman dengan kondisinya.



Budaya : Suku bangsa An.A adalah Sunda. Sedangkan kebudayaan yang diikuti An.A adalah budaya Jawa. Ada beberapa kebudayaan An.A yang merugikan kesehatannya. Salah satunya yaitu adanya kebiasaan dalam keluarganya makan makanan serba manis. Spiritual : An.A belum mengerti tentang ibadah. Ibu An.A mengatakan bahwa An.A senang jika diajak mengikuti pengajian di kelurahan. An.A belum mengerti dengan penyakit dialaminya. Namun saat di rumah sakit An.a terlihat diam dan tidak bersemangat.



21



yang sedang



6. Pemeriksaaaan Penunjang



a.



Hasil labolatorium Parameter



Hasil



Darah Lengkap Hb AL (angka leukosit) AE (angka eritrosit) AT (angka trombosit) Hematokrit Albumin Natrium Kalium Klorida



b.



Satua



Nilai



n



normal



13,1 13,5 5,20 402 41,4 3,5 132,0 3,5 98,3



interpretasi



13-17 4-11 4,5-5,5 150-450 42-52 3,5-5,5 135-148 3,5-5,3 98-107



Normal Naik Normal Normal Turun Normal Normal Normal Normal



Analisa Urine : terdapat leukosit, eritrosit dan PH meningkat (4,7)



7. Terapi Medis Saat di UGD An. A dilakukan pemeriksaan fisik dan diberikan terapi obat: Obat Salep Deksametasone 0,1%.



B. Analisa Data Nama Klien



: An. A



Umur



: 3 tahun



Register



Ruang Rawat : Anggrek



TGL/J



: 081916



Diag.Medis



: Phimosis



Alamat



: Jl. Sudirman 58, Bantul,Yogyakarta



DATA FOKUS



ETIOLOGI 22



PROBLEM



AM 2-10-



DS :



Agen Cedera



12/



1. Ny. X mengatakan anaknya sudah 2



Biologis



09.10



Nyeri Akut



hari merasakan sakit perut bagian bawah dan mual. 2. An.A selalu menangis saat mau kencing (BAK) 3. Ibu An.A mengatakan bahwa anaknya sering menangis dan tampak gelisah, dan sulit tidur pada malam hari P : An. A mengatakan bahwa nyeri pada bagian sekitar peni Q : An. A tidak kooperatif R : An. A mengatakan nyeri pada bagian penisnya. S : Skala nyeri : 5 (setelah dikaji dengan Skala Nyeri Baker Wong) T : An. A mengatakan nyerinya hilang timbul. DO : An. A Tampak menahan nyeri (meringis)



2. 3.



dan terkadang menangis Saat dilakukan pemeriksaan, prepusium tidak bisa ditarik ke belakang Skala nyeri 6 TTV : S = 38,80C RR = 24x/mnt N = 90x/mnt DS :



Obstruksi Anatomik



Ibu An.A mengataan bahwa An.a selalu



Gangguan Eliminasi Urine



menangis jika akan kencing karena nyeri akibat air kencing yang sulit keluar. Ibu An. A mengatakan bahwa anaknya berkemih 2x dalam sehari. DO : An. A sulit untuk berkemih. Warna urine An.A keruh DS : Ibu



An.A



Penyakit mengatakan



bahwa



An.A 23



Hipertermia



mengalami deman sejak 2 hari yang lalu. DO : Wajah An.A terlihat pucat dn lemas. S= 38,50C. DS :



Gangguan



Ibu An.A mengatakan bahwa An.A hanya



Pola Tidur



tidur 6 jam tiap malam dan 1 jam di siang hari Ibu An.A mengatakan bahwa anaknya sering terbangun pada malam hari DO : Mata An.A terlihat cekung. Wajah An. A tampak pucat. An.A terlihat lemas. DS :



Pertahanan



Ibu An. A mengatakan anaknya selalu



primer



menangis jika akan kencing karena nyeri



adekuat



akibat air kencing yang sulit keluar



jaringan)



yang



Tubuh Risiko Infeksi tidak



(destruksi



DO : Prepusium tidak bisa ditarik ke belakang. Terlihat adanya edema pada area kemaluan An. A. Di sekitar kemaluan klien juga tampak kemerahan. Adanya cairan eksudat yang purulen pada urine klien.



3.3 Diagnosa Keperawatan 1. 2. 3. 4. 5.



Nyeri Akut berhubungan dengan Agen Cidera Biologis Gangguan Eliminasi Urine berhubungan dengan Obstruksi Anatomik Hipertermi berhubungan dengan Penyakit Gangguan Pola Tidur behubungan dengan Kurang Privasi Risiko Infeksi berhubungan dengan Pertahanan Tubuh Primer yang Tidak Adekuat (destruksi jaringan)



24



2.4 Rencana (Intervensi) Keperawatan Nama Klien



: An. A



No.Register



Umur



: 3 tahun



Ruang Rawat : Anggrek



No.



Diagnosa



Tujuan &



Keperawatan



Kriteria Hasil



: 081916



Diag.Medis



: Phimosis



Alamat



:Jl. Sudirman 58, Bantul, Yogyakarta



Nam



Intervensi



a/ TTD



1.



Nyeri Akut b.d



Setelah dilakuakn tindakan



Tindakan yang dapat dilakukan agar



Agen Cedera



keperawatan kepada klien selama



tujuan tercapai antara lain :



Biologis



3x24 jam nyeri dapat terkontrol dengan   kriteria hasil sebagai berikut :   Tingkat nyeri berkurang dibuktikan  dengan indicator sangat nyeri menjadi ringan (Skala 5 menjadi



Kaji tanda-tanda vital klien Kaji nyeri secara komprehensif. Beri posisi nyaman. Ajarkan klien cara-cara mengatasi



Sint a



nyeri dengan teknik relaksasi  Anjurkan minum 8-10 gelas per hari.  Kolaborasi pemberian obat



skala 1)  Wajah Klien tidak tegang  Klien tidak gelisah  Menggunakan tindakan



analgetik.  (ketorolac dengan dosis 0,5 mg/Kg



mengurangi nyeri dengan



BB)



analgesik dan nonanalgesik secara tepat.  Menunjukkan



teknik



relaksasi



secara individual yang efektif untuk mencapai kenyamanan TTV dalam batas normal (TD= 80-120 mmHG,



N=90-100x/mnt,



S=



36,5-



0



37,5 C)



2.



Gangguan



Setelah



dilakuakn



tindakan Tindakan



Eliminasi Urine



keperawatan



b.d Obstruksi



selama 3x24 jam, urine dapat antara lain :



kepada



25



yang



dapat Fera



klien dilakukan agar tujuan tercapai



keluar dengan normal dengan



Anatomik



kriteria hasil sebagai berikut :  Klien



tidak



mengeluh/menangis mau BAK.  Klien dapat



BAK



lancar.  Tidak ada



tanda



saat dengan klien



menahan nyeri.



 Pantau TTV klien  Kaji tanda dan



retensi urine.  Monitor intake dan output urine klien.  Catat warna,



konsistensi



dan jumlah urine klien.  Catat waktu pengeluaran urine terakhir.  Ajarkan keluarga cara



dan



perinial



benar.  Kolaborasi antibiotic



pasien



toileting



perawatan



3.



gejala



pemberian dan



tindakan



sirkumsisi. Hipertermia b.d Setelah dilakukan tindakan keprawatan Tindakan yang Penyakit



dapat Fera



selama 3 x 24 jam kepada klien, suhu



dilakukan agar tujuan tercapai



tubuh klien dalam batas normal atau



antara lain :



klien



menunjukan



termoregulasi



1.



Pantau TTV klien 2 jam



Suhu tubuh dalam batas normal 2.



sekali. Lakukan kompres hangat



dengan kriteria hasil sebagai berikut : 1.



yang



(36,50C-37,50C). basah. 2. An.A tidak demam 3. Anjurkan klien untuk minum 3. Vital sign nadi : 80x /menit, suhu :



air 8-10 gelas per hari. 4. Anjurkan klien



36,50C-37,50C 0 C, RR : 20-30 x/menit.



untuk



meningkatkan istirahat. 5. Kolaborasi pemberian antipiretik paracetamol. 4.



Gangguan



Setelah



dilakuakn



tindakan



Tindakan yang dapat dilakukan agar



Pola Tidur b.d keperawatan kepada klien selama tujuan tercapai antara lain : Kurang Privasi



3x24 jam, klien dapat tidur dengan



 Ciptakan



nyaman dengan kriteria hasil sebagai



nyaman.  Anjurkan klien mengatur jadwal



berikut :  Jumlah jam tidur dalam batas 26



tidur



lingkungan



yang



Fera



normal (10 jam sehari).  Perasaan fresh



 Batasi sesudah



tidur/istirahat.  Pola tidur klien teratur.  Klien dapat tidur di tempat yang



anjurkan



membuat jadwal kunjungan.  Berikan bantal dan posisikan tubuh klien agar nyaman.  Kolaborasi pemberian obat tidur.



nyaman.  Klien dapat tidur sepanjang malam



5.



pengunjung



(Dexamethasone 0,3 mg/kg BB)



Risiko Infeksi b.d



dengan konsisten. Setelah dilakuakn



Pertahanan



keperawatan



Tubuh Primer



3x24 jam, klien tidak menunjukkan



 Pantau cara klien dan keluarga



yang Tidak



tanda dan gejala infeksi dengan kriteria



Adekuat



hasil sebagai berikut :



perineal hygiene.  Jaga agar daerah perineum tetap



(Destruksi



 Klien



Jaringan)



normal.  Klien tidak merasakan nyeri saat



kepada



dapat



tindakan klien



berkemih



selama



dengan



berkemih.  Klien dan keluarga tahu perineal hygiene yang benar.



Tindakan yang dapat dilakukan agar tujuan tercapai antara lain :



bersih dan tidak lembab.  Ajarkan klien dn keluarga cara perineal yang benar.  Anjurkan klien



untuk



meningkatkan istirahat.  Kolaborasi pemberian antibiotic.



2.5 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan a. Catatan Perkembangan



Nama Klien : An.A No



No.Register : 081916



Umur



Diag.Medis : Phimosis



: 3 tahun



Ruang Rawat



: Anggrek



Alamat



:jl.sudirman



58,



bundul,yokyakarta Hari Pertama No



Tanggal



Jam



02-10-



09.15



Implementasi



Evaluasi



Dx



I



Nama/ TTD



Mengkaji tanda tanda vital 27



S : Bapak klien



Sinta



Fera



2012



09.2 0



09.2 5



klien.



mengatakan bahwa klien



S : ibu klien mengatakan



masih mengeluh nyeri



anaknya sering menangis



pada perut bagian



karena nyeri pada perut bagian



bawah.



bawah.



Ibu klien megatakan



O : N=90x/mnt, S=38,50C,



bahwa klien terkadang



RR=24x/mnt



tidak mau minum obat.



Mengkaji nyeri secara



O : N=90x/mnt,



komprehensif.



S=38,50C, RR=24x/mnt



S : Klien memberikan tanda



Klien tampak menahan



nyerinya berada pada skala



nyeri.



nyeri 5.



Skala nyeri 5



O : Klien masih tampak



A : Tujuan belum



menahan nyeri.



tercapai.



Memberikan posisi yang



P : Intervensi dilanjutkan.



nyaman pada klien



Pantau TTV Klien.



S: Ibu klien mengatakan bahwa



Kaji nyeri klien secara



ananknya terlihat tidak nyaman



komprehensif.



dengan posisi yang sekarang. O: Klien tampak tidak nyaman. Mengajarkan klien cara-cara



Beri posisi nyaman.



mengatasi nyeri dengan teknik relaksasi S: O: Klien tampak tidak tenang. Menganjurkan klien minum 2 liter per hari. S:O: Bibir klien terlihat kering. Memberikan klien obat



09.3 0



ketorolax dengan dosis 0,5 mg/kg/BB S : Ibu klien menanyakan tujuan pemberian obat tersebut. O : Klien kesulitan minum obat. 28



Ajarkan klien cara-cara mengatasi nyeri dengan teknik relaksasi Anjurkan minum 8-10 gelas per hari. Kolaborasi pemberian obat analgetik. (ketorolac dengan dosis 0,5 mg/Kg BB)



II



02-10-



09.20



Mengukur TTV klien S : Ibu klien S: mengatakn bahwa O: N=90x/mnt, S=38,50C, klien masih RR=24x/mnt Mengkaji tanda dan menangis saat BAK.



09.2



gejala retensi urine. S: Ibu An.A mengatakan



2012



5



anaknya masih sulit berkemih. O: Urine An.A tampak keruh dan sedikit. Menghitung intake dan 09.3



output urine klien. S: Ibu An.A mengatakan



0



bahwa anknya minum 4 gelas (800 cc) dalam sehari dan An.A kencing 2x sehari. O: Urine An.A tampak keruh



09.3 5



O : Klien menunjukkan tanda menahan nyeri (meringis). A : Tujuan belum tercapai. P : Intervensi dilanjutkan. Pantau TTV klien Kaji tanda dan gejala retensi urine. Monitor intake dan



dan sedikit. Mencatat warna, konsistensi



output urine klien.



jumlah urine klien. S:O: Warna urine tampak keruh



dan jumlah urine klien. Catat waktu pengeluaran



dan jumlahnya 250 cc Memberikan obat antibiotic



Sinta



Catat warna,konsistensi



urine terakhir. Ajarkan keluarga pasien cara toileting dan perawatan perinial yang benar. Kolaborasi pemberian antibiotic dan tindakan sirkumsisi.



09.4 III



02-10-



5 09.1



Mengukur tanda-tanda vital



Ibu klien mengatakan



2012



5



klien.



klien masih demam. Ibu klien mengatakan



S :-.



klien bahwa klien minum 29



Sinta



O : N=90x/mnt, S=38,50C, RR=24x/mnt Melakukan kompres hangat basah.



09.2 0



S : Bapak klien mengatakan bahwa klien sering mengeluh badanya panas.. O : Klien tampak lemas, pucat badan teraba hangat., Menganjurkan klien untuk minum 2 liter per hari. S : Ibu klien mengatakan klien



5



lemas,dan pucat Badan klien teraba hangat. Klien mau minum obat secara rutin. S=38,50C A : Tujuan belum tercapai. P : Intervensi dilnjutkan. Pantau TTV klien.



S=38,50C



09.2



½ liter per hari. O : Klien tampak



terkadang tidak mau minum. O : Klien terlihat pucat dan lemas. Menganjurkan klien untuk



Lakukan kompres hangat basah. Anjurkan klien minum air 2 liter per hari. Anjurkan klien untuk meningkatkan istirahat. Berikan klien obat antipiretik paracetamol



meningkatkan isirahat. S: Klien mengatakan sulit tidur. O: Mata klien tampak cekung. Memberikan klien obat



09.3 0



antipiretik paracetamol. S : Ibu klien menanyakan tujuan pemberian obat tersebut. O: Klien mau minum obat.



09.4 0 IV



02-10-



09.1



Ciptakan lingkungan yang



S : Klien sering



2012



5



nyaman. S: Ibu An.A mengatakan bahwa



terbangun pada malam



anaknya sering menangis. O: An. A tampak terjaga saat 30



hari. Klien mengatakan



Sinta



09.2 0



tidur. Anjurkan klien mengatur



kurang nyaman saat



jadwal tidur. S: Ibu klien mengatakan



bangun.



mengerti. O: Ibu tampak mengerti. Batasi pengunjung anjurkan membuat jadwal kunjungan. S: O: Ibu An.A mengangguk. Berikan bantal dan posisikan tubuh klien agar nyaman. S: O: An.A tampak gelisah. Kolaborasi pemberian obat



09.2



tidur. (Dexamethasone 0,3



5



mg/kg BB) S:Ibu An.A mengatakan anaknya sulit minum obat. O: An.A menangis.



O: Klien tidur 5 jam sehari. Mata klien terlihat cekung karena kurang tidur. Wajah klien terlihat pucat. A: Tujuan belum tercapai. P: Intervensi dilanjutkan. Ciptakan lingkungan yang nyaman. Anjurkan klien mengatur jadwal tidur Batasi pengunjung anjurkan membuat



09.3



jadwal kunjungan. Berikan bantal dan



0



posisikan tubuh klien agar nyaman. Kolaborasi pemberian obat tidur.



V



02-10-



09.4



(Dexamethasone 0,3



0



mg/kg BB)



09.15



2012



Memantau cara klien dan



S: Ibu klien mengatakan



keluarga tentang perineal



bahwa klien masih sulit



hygiene. S: Ibu klien mengatakan belum



BAK.



tahu tentang perineal hygiene. O: Terdapat cairn eksudat yang 09.20



purulen pada proposiun klien. Menjaga agar daerah perineum



Ibu



klien



mengatakan



masih belum mengerti bagaimana



perawatan



perineal yang benar.



tetap bersih dan tidak lembab



O: Klien menangis saat



dengan penis hygiene yang



mau BAK.



31



Sinta



09.25



benar. S: O: Preposium klien lembab. Menngajarkan klien dan



Wajah



meringis



keluarga cara perawatan



P: Intervensi dilanjutkan



perineal yang benar. S: Ibu klien mengatakan



Pantau cara klien dan



menahan nyeri. A: Tujuan belum tercapai



keluarga



mengerti dengan ajaran perawat. O: Keluan klien masik terdapat cairan eksudat. Menganjurkan



09.30



klien



perineal



hygiene. Jaga agar perineum



tetap



daerah bersih



klien untuk meningkatkan



dan tidak lembab. Anjurkan klien untuk



istirahat. S:Ibu klien mengatakan bahwa



meningkatkan istirahat. Kolaborasi pemberian



klien sering terbangun pada



antibiotic.



malam hari. O: Wajah klien tampak pucat. Memberikan obat antibiotic. S: Ibu menanyakan tujuan



09.40



pemberian obat. O: Klien menangis saat diberikan obat.



Hari Kedua No



Tanggal



Jam



Evaluasi



Implementasi



Dx



I



Nam a/



03-102012



07.15 1. Mengkaji tanda tanda



03-10-2012/14.00



vital klien.



S:



S : ibu klien



1.



Ibu klien mengatakan



mengatakan anaknya



bahwa klien masih mengeluh



sering menangis karena



nyeri pada perut bagian



nyeri pada perut bagian bawah. 2. Ibu klien megatakan bahwa 07.20 bawah. klien sudah mau minum obat. O : N=85x/mnt, S=380C, O: RR=22x/mnt 1. N=85x/mnt, S=380C, 2. Mengkaji nyeri secara 32



TTD Sinta



komprehensif. S : Klien memberikan tanda nyerinya berada 07.25



2.



RR=22x/mnt Klien tampak menahan



3.



nyeri. Skala nyeri 4



pada skala nyeri 4.



A : Tujuan belum tercapai.



O : Klien masih tampak menahan nyeri. 3.



Memberikan posisi



1. 2.



P : Intervensi dilanjutkan. Pantau TTV Klien. Kaji nyeri klien secara



yang nyaman pada klien komprehensif. S: 3. Beri posisi nyaman. O: Klien masih tampak 4. Ajarkan klien cara-cara



07.30



kurang nyaman. 4. Mengajarkan klien cara-cara mengatasi



mengatasi nyeri dengan teknik 5.



relaksasi Anjurkan minum 8-10 gelas



6.



per hari. Kolaborasi pemberian obat



nyeri dengan teknik relaksasi S: Ibu klienmengatakan



07.40



anaknya masih sering menangis. O: Klien tampak kurang 08.00 5.



analgetik. (ketorolac dengan dosis 0,5 mg/Kg BB)



tenang. Menganjurkan klien minum 2 liter per hari. S:O: Bibir klien terlihat



6.



kering. Memberikan klien obat ketorolax dengan dosis 0,5 mg/kg/BB S : Ibu klien menanyakan tujuan pemberian obat tersebut. O : Klien tidak kesulitan



II



03-102012



minum obat. 07.15 1. Mengukur TTV klien 03-10-2012/14.00 S: S: O: N=85x/mnt, S=380C, 1. Ibu klien mengatakn bahwa RR=22x/mnt 33



Sinta



2. 07.20



Mengkaji tanda dan



klien masih menangis saat



gejala retensi urine. S: Ibu An.A mengatakan anaknya masih sulit



1.



berkemih. O: Urine An.A masih



BAK. O: Klien menunjukkan tanda menahan nyeri (meringis). A : Tujuan belum tercapai.



tampak keruh dan



P : Intervensi dilanjutkan. sedikit. 07.25 3. Menghitung intake dan 1. Pantau TTV klien 2. Kaji tanda dan gejala retensi output urine klien. S: Ibu An.A mengatakan urine. 3. Monitor intake dan output bahwa anknya minum 4 urine klien. gelas (800 cc) dalam 4. Catat warna,konsistensi dan sehari dan An.A kencing jumlah urine klien. 3x sehari. 5. Kolaborasi pemberian O: Urine An.A tampak antibiotic. keruh dan sedikit. 07.30 4. Mencatat warna, konsistensi jumlah urine klien. S:O: Warna urine tampak keruh dan jumlahnya 07.40 5.



280 cc Memberikan obat antibiotic



III



02-



07.15 1. Mengukur tanda-tanda



10_2012



vital klien.



S: 1. 2.



S :.



bahwa klien minum 3/4 liter



O : N=85x/mnt, S=380C,



RR=22x/mnt 3. 2.Melakukan kompres 07.20



Klien mengeluh kepanasan. Ibu klien mengatakan klien



hangat basah.



per hari. Bapak klien mengatakan klien tidur 9 jam di malam hari dan 1 jam pada siang hari.



S : Bapak klien



O:



mengatakan bahwa



1.



klien sering mengeluh kepanasan.



2. 34



Klien tampak lemas, pucat, bibirnya kering. Klien mau minum obat



Sinta



O : Klien tampak lemas, secara rutin 3. 37,50C. dan pucat. 38,50C A : Tujuan belum tercapai. 07.25 3.Menganjurkan klien untuk P : Intervensi dilnjutkan. minum 2 liter per hari. 1. Pantau TTV klien. S : Ibu klien 2. Lakukan kompres hangat mengatakan klien sulit basah. untuk minum. 3. Anjurkan klien minum air 2 O : Klien terlihat pucat, liter per hari. 4. Anjurkan klien untuk 07.30 dan bibirnya kering. meningkatkan istirahat. 4. Menganjurkan klien 5. Berikan klien obat untuk meningkatkan paracetamol. isirahat S: Ibu klien mengatakkn 07.40 bahwa ananknya sering menangis pda malam hari. O: Klien terlihat lemas 5.



dan pucat Memberikan klien obat antipiretik paracetamol. S : Ibu klien menanyakan tujuan pemberian obat tersebut. O: Klien mau minum



IV



02-102012



09.151.



obat. Ciptakan lingkungan



02-10-2012/14.00



yang nyaman. S: S: Ibu An.A mengatakan 1. Klien masih sering bahwa anaknya sering terbangun pada malam hari. menangis. 2. Ibu klien mengatakan O: An. A tampak terjaga anaknya masih menangis saat saat tidur. terbangun 2. Anjurkan klien O: mengatur jadwal tidur. Klien tidur 8 jam sehari. S: Ibu klien mengatakan1. 2. Mata klien terlihat cekung mengerti. 35



Sinta



3.



O: Ibu tampak mengerti. karena kurang tidur. Batasi pengunjung 3. Wajah klien masih terlihat anjurkan membuat



pucat.



jadwal kunjungan. S: O: Ibu An.A



A: Tujuan belum tercapai.



mengangguk. 4. Berikan bantal dan posisikan tubuh klien



P: Intervensi dilanjutkan. 1. 2.



Ciptakan lingkungan yang nyaman. Anjurkan klien mengatur



jadwal tidur agar nyaman. 3. Batasi pengunjung anjurkan S: O: An.A tampak gelisah. membuat jadwal kunjungan. 5. Kolaborasi pemberian4. Berikan bantal dan posisikan tubuh klien agar



obat tidur. (Dexamethasone 0,3 5.



mg/kg BB) S:Ibu An.A mengatakan



V



03-10-



07.15 1.



2012



tidur.



anaknya mauminum



(Dexamethasone 0,3 mg/kg



obat. O: An.A menangis.



BB)



Memantau cara klien



S:



perineal hygiene. 1. S: Ibu klien mengatakan sudah melakukan



2.



Ibu



klien



mengerti



terhadap anaknya. O: Preposiun klien



perawatan



bagaimana perineal



yang



benar.



tampak lebih bersih dari sebelumnya. 1. 2. Menjaga agar daerah



36



mengatakan



bahwa klien masih sulit BAK. Ibu klien mengatakan



personal hygiene



perineum tetap bersih



Sinta



03-10-2012/14.00



dan keluarga tentang



07.20



nyaman. Kolaborasi pemberian obat



2.



O: Klien menangis saat mau BAK. Wajah



klien



meringis



dan tidak lembab dengan penis hygiene yang benar. S: O: Preposiun klien



3.



A: Tujuan belum tercapai P: Intervensi dilanjutkan 1.



masih lembab. 07.25 3. Ajarkan klien dan



2. keluarga cara perawatan perineal yang benar. 3. S: Ibu klien mengatakan mengerti perkataan



menahan nyeri. Klien BAK 2x sehari.



4.



perawat. O:Ibu klien terliht



Pantau



cara



klien



dan



keluarga perineal hygiene. Jaga agar daerah perineum tetap bersih dan tidak lembab. Anjurkan klien untuk meningkatkan istirahat. Kolaborasi pemberian antibiotic.



melakukan yang 07.30 4.



diajarkan perawat. Menganjurkan klien untuk meningkatkan istirahat. S:Ibu klien mengatakan bahwa klien tidur 8 jam sehari. O: Mata klien terlihat



5.



masih cekung. Memberikan obat antibiotic. S: O: Klien masih menangis saat diberikan obat.



Hari Ketiga No



Tanggal



Jam



Implementasi



Evaluasi



Nama/



Dx



I



TTD 04-102012



07.151. Mengkaji tanda tanda vital klien.



Sinta



S: 1.



Ibu klien mengatakan



S : ibu klien mengatakan



bahwa



anaknya sering menangis



mengeluh nyeri pada perut



karena nyeri pada perut



bagian bawah.



37



klien



masih



bagian bawah. 07.20 2.



2.



RR=22x/mnt



minum obat.



Mengkaji nyeri secara



nyerinya berada pada skala nyeri sedang(3).



O: N=80x/mnt,



2.



RR=22x/mnt Klien masih



3.



menahan nyeri. Skala nyeri 3



O : Klien masih tampak



tampak



A :Tujuan belum tercapai. P : Intervensi dilanjutkan.



Memberikan posisi yang nyaman pada klien S: O: Klien masih tampak



07.30



kurang nyaman. 4. Mengajarkan klien cara-



1. 2.



Pantau TTV Klien. Kaji nyeri klien secara



3. 4.



komprehensif. Beri posisi nyaman. Ajarkan klien cara-cara mengatasi



cara mengatasi nyeri dengan



5.



S=37,50C,



1.



menahan nyeri.



07.40



megatakan



bahwa klien sudah mau



S : Klien memberikan tanda



3.



klien



O : N=80x/mnt, S=37,50C,



komprehensif.



07.25



Ibu



nyeri



dengan



teknik relaksasi S: Ibu klienmengatakan



5.



teknik relaksasi Anjurkan minum 8-10



anaknya masih sering



6.



gelas per hari. Kolaborasi



pemberian



menangis. O: Klien tampak kurang



obat analgetik. (ketorolac dengan



tenang. Menganjurkan klien minum



0,5 mg/Kg BB)



dosis



2 liter per hari. S:07.45 O: Bibir klien terlihat kering. 6. Memberikan klien obat ketorolax dengan dosis 0,5 mg/kg/BB S : Ibu klien menanyakan tujuan pemberian obat tersebut. O : Klien tidak kesulitan



II



03-102012



07.151.



minum obat. Mengukur TTV klien S: O: N=80x/mnt, S=37,50C, 38



03-10-2012/14.00 S:



Sinta



2. 07.20



RR=22x/mnt 1. Mengkaji tanda dan gejala retensi urine. S: Ibu An.A mengatakan



Ibu klien mengatakn bahwa klien masih menangis saat BAK. O:



anaknya masih sulit



1. Klien menunjukkan tanda berkemih. O: Urine An.A masih tampak menahan nyeri (meringis). 3. 07.25



A : Tujuan belum tercapai.



keruh dan sedikit. Menghitung intake dan



P : Intervensi dilanjutkan.



output urine klien. S: Ibu An.A mengatakan



1. 2. bahwa anknya minum 5gelas (1000 cc) dalam sehari dan 3.



Pantau TTV klien Kaji tanda dan gejala retensi urine. Monitor intake dan output



urine klien. An.A kencing 4x sehari. O: Urine An.A sedikit llebih 4. Catat warna,konsistensi 4.



jernih Mencatat warna,



5.



antibiotic.



konsistensi jumlah urine 07.30



5.



dan jumlah urine klien. Kolaborasi pemberian



klien. S:O: Warna urine sedikit lebih jernih dan jumlahnya 300 cc Memberikan obat antibiotic



07.40



III



04-10-



07.15



2012



07.20



1. Mengukur tanda-



04-10-2012/14.10



tanda vital klien.



S:



S:-



1.



Klien tidak mengeluh



O : N=80x/mnt,



2.



kepanasan. Ibu klien mengatakan



S=37,50C, RR=22x/mnt



klien bahwa klien minum 2



2. Melakukan kompres



liter per hari. Bapak klien mengatakan



3.



hangat basah.



klien tidur 10 jam di malam



S : Bapak klien mengatakan bahwa 07.25



klien dapat tidur 39



hari dan 1 jam pada siang hari. O:



Sinta



dengan nyenyak.



1.



O : Klien tidak tampak



2.



pucat. 07.30



dan pucat. Klien mau minum obat secara rutin.



3. Menganjurkan klien



A : Tujuan belum tercapai.



untuk minum 2 liter per P : Intervensi hari. dipertahankan. S : Ibu klien



1. 2.



mengatakan klien tidak sulit menelan. 07.40



Klien tidak tampak lemas



3.



O : Bibir klien tampak



Pantau TTV klien. Anjurkan klien minum air 2 liter per hari. Anjurkan klien untuk meningkatkan istirahat.



lembab. 4.



Menganjurkan



klien untuk meningkatkan istirahat. S : Bapak klien mengatakan bahwa klien tidur 10 jam pada malam hari dan 1 jam di siang hari. O : Klien tidak tampak lemas. 5.



Memberikan klien



obat paracetamol. S : Klien tidak mengelu kepanasan. O: Klien mau minum obat secara rutin. IV



04-102012



07.151.



Ciptakan lingkungan yang nyaman. S: Ibu An.A mengatakan bahwa anaknya sering menangis. 40



04-10-2012/14.00 S: 1.



Klien masih sering terbangun pada malam



Sinta



O: An. A tampak terjaga saat hari. 2. Ibu klien mengatakan tidur. 2. Anjurkan klien mengatur anaknya masih menangis 07.20



jadwal tidur. S: Ibu klien mengatakan



mengerti. O: Ibu tampak mengerti. 3. Batasi pengunjung anjurkan membuat jadwal



saat terbangun O: 1. 2.



Klien tidur 9 jam sehari. Mata klien terlihat cekung



3.



karena kurang tidur. Wajah klien masih terlihat



kunjungan. S: O: Ibu An.A mengangguk. 4. Berikan bantal dan



07.25



posisikan tubuh klien agar 07.30



nyaman. S: O: An.A tampak lebih



pucat. A: Tujuan belum tercapai. P: Intervensi dilanjutkan. 1. 2.



nyaman. 3. 5. Kolaborasi pemberian obat 07.40



4.



04-102012



07.151.



kunjungan. Berikan bantal dan nyaman.



Memantau cara klien dan



04-10-2012/14.00



keluarga tentang perineal hygiene. S: Ibu klien mengatakan



jadwal tidur Batasi pengunjung



posisikan tubuh klien agar



anaknya mauminum obat. O: An.A tampak tenang.



V



yang nyaman. Anjurkan klien mengatur



anjurkan membuat jadwal



tidur. (Dexamethasone 0,3 mg/kg BB) S:Ibu An.A mengatakan



Ciptakan lingkungan



S: 1.



Ibu klien mengatakan



bahwa klien BAK 3x sehari. sudah melakukan perineal 2. Ibu klien mengatakan hygiene pada An.A. O: Prepusium klien sudah



sudah bisa melakukan perawatan perineal yang



tampak lebih kering dari



benar.



sebelumnya. 07.202. Menganjurkan klien untuk meningkatkan istirahat. S:Ibu klien mengatakan bahwa klien tidur 9 jam



O: 1. 2.



sehari. 3. O: Klien terlihat lebih fresh. 41



Klien menangis saat mau BAK. Wajah klien meringis menahan nyeri. Klien BAK 3x sehari



Sinta



3. 07.25



Memberikan obat antibiotic.



dengan konsistensi tidak



S: Ibu klien mengatakan



pekat.



bahwa klien sudaah jarang



A: Tujuan belum tercapai



menangis. O: Klien mau minum obat



P: Intervensi dilanjutkan 1.



Pantau cara klien dan



2.



keluarga perineal hygiene. Anjurkan klien untuk



3.



meningkatkan istirahat. Memberikan obat



dengan teratur.



antibiotik



2.6 Evaluasi



Evaluasi adalah tahap akhir dalam proses keperawatan. Tahap evaluasi dalam proses keperawatan menyangkut pengumpulan data subjektif dan data objektif yang akan menunjukkan apakan tujuan asuhan keperawatan sudah



tercapai



sepenuhnya,



sebagian



atau



belum



tercapai.



Serta



menentukan masalah apa yang perlu dikaji, direncanakan, dilaksanakan dan dinilai kembali. Tujuan tahap evaluasi adalah untuk memberikan umpan balik rencana keperawatan, menilai, meningkatkan mutu asuhan keperawatan melalui perbandingan asuhan keperawatan yang diberikan serta hasilnya dengan standar yang telah di tetapkan lebih dulu. Adapun evaluasi dari tindakan keperawatan di atas adalah karena tindakan yang dilakukan hanya 3X24 jam, maka tujuan keperawatan belum tercapai.



42



BAB V PENUTUP A.



Kesimpulan Pimosis adalah suatu keadaan dimana preposium tidak bisa ditarik bisa dikarenakan konginetal atau didapat. Tetapi biasanya kondisi tersebut bisa normal dengan ditambahnya produksi hormon dan pertumbuhan. Pimosis dapat mengakibatkan gangguan berkemih baik nyeri atau balloning (masa diujung penis) perlu dilakukan sirkumsisi biasanya itu merupakan indikasi untuk mencegah infeksi karena terkumpulnya urine yang mengandung glukosa sebagai tempat terbaik bagi pertumbuhan bakteri.



B.



Saran Jika ada anak mengalami gejala seperti gejala pimosis untuk segera mendapat penanganan untuk mencegah terjadi infeksi saluran kemih dan tidak memandang kelainan tersebut sebagai suatu hal yang mistis.



43



DAFTAR PUSTAKA Dochter,



Joanne



McCloskey,



Phd



dkk.



2004.



Nursing



Intervetion



Classification.Jakarta:Mosby Elevier Moorhead, Sue dkk.2004. Nusing Outcomes Classification (NOC). Jakarta:Mosby Elsevier Price, Sylvia A & Wilson, Lorraine M. 2006. Patofisiologi; Konsep Klinis ProsesProses Penyakit. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah dari Brunner & Suddarth, Edisi 8. EGC : Jakarta. Tessy Agus, Ardaya, Suwanto. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: FKUI. T. Heather Herdman, PhD, RN. 2012.Doagnosis Keperawatan. Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EEG



44



45