Makalah Phimosis [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH PHIMOSIS diajukan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Keperawatan Anak dosen pengampu Agus Hendra. S.Kp., M.Kep.



Disusun oleh: Kelompok 3 1. Armia Husni Hidayati (219053) 2. Firda Yunisa (219061) 3. Fitri Ramalia (219062) 4. Indri Ramadanti (219067) 5. Musopi Nuriyah (219070) 6. Novianti Isnaeni (219073) 7. Novita Anggie (219075) 8. Riska Aditia (219080) 9. Siti Nurbaeti (219084) 10. Tini Aprilia Lesmana (219088) 11. Zaki Arief Soleh (219094) PROGRAM STUDI S1-2B KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN PPNI JAWA BARAT 2021



KATA PENGANTAR



Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan Rahmat dan Karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan Tugas Keperawatan Anak 1 ini sebatas pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki. Dan juga kami berterimakasih kepada Dosen yang telah memberikan tugas ini kepada kami. Kami sangat berharap Tugas Keperawatan Anak 1 ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai Invaginasi, kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu kami harap adanya kritik dan saran demi perbaikan di masa depan yang akan datang, meningat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun. Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami mohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan masa depan .



Bandung, 20 April 2021



1



BAB 1 PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Phimosis adalah suatu keadaan dimana prepusium tidak bisa ditarik ke belakang, bisa dikarenakan keadaan sejak lahir atau karena patologi. Pada usia bayi glan penis dan prepusium terjadi adesi sehingga lengket jika terdapat luka pada bagian ini maka akan terjadi perlengketan dan terjadi Phimosis biasanya pada bayi itu adalah hal yang wajar karena keadaan tersebut akan kembali seperti normal dengan bertambahnya umur dan produksi hormon. Beberapa



penelitian



mengatakan



kejadian Phimosis saat lahir hanya 4% bayi yang preputiumnya sudah bisa ditarik mundur sepenuhnya sehing ga kepala penis terlihat utuh. Selanjutnya secara perlahan terjadi desquamasi sehingga perlekatan itu berkurang. Sampai umur 1 tahun, masih 50% yang belum bisa ditarik penuh. Berturut-turut 30% pada usia 2 tahun, 10% pada usia 4-5 tahun, 5% pada umur 10 tahun, dan masih ada 1% yang bertahan hingga umur 16- 17 tahun. Dari kelompok terakhir ini ada sebagian kecil yang bertahan secara persisten sampai dewasa bila tidak ditangani. Bila Phimosis menghambat kelancaran berkemih seperti pada ballooning maka sisa-sisa urin mudah terjebak pada bagian dalam preputium dan lembah tersebut kandungan glukosa pada urine menjadi lad ing subur bagi pertumbuhan bakteri, maka berakibat terjadi infeksi saluran kemih (UTI). Berdasarkan data tahun 1980-an dilaporkan bah wa anak yang tidak disirkumsisi memiliki resiko menderita UTI 10-20 kali lebih tinggi. Tahun 1993, dituliskan review bahwa resiko terjadi sebesar 12 kali lipat. Tahun 1999 dalam salah satu bagian dari pernyataan AAP tentang sirkumsisi disebutkan bahwa dari 100 anak pada usia 1 tahun. 7-14 anak yang tidak sirkumsisi menderita sedang hanya 1-2 anak pada kelompok yang disirkumsisi. Dua laporkan jurnal tahun 2001 dan 2005 mendukung bahwa sirkumsisi dibawah resiko UTI.



2



1.2 Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah yang didapatkan : 1. Definisi Phimosis ? 2. Etiologi Phimosis ? 3. Patofisiologi Phimosis ? 4. Gejala Phimosis ? 5. Komplikasi Phimosis ? 6. Penatalaksanaan Phimosis ? 1.3 Tujuan Adapun tujuan yang didapatkan adalah : 1. Mengetahui dan dapat menjelaskan definisi Phimosis 2. Mengetahui dan dapat menjelaskan etiologi Phimosis 3. Mengetahui dan dapat menjelaskan patofisilogi Phimosis 4. Mengetahui dan dapat menjelaskan gejala Phimosis 5. Mengetahui dan dapat menjelaskan kompplikasi Phimosis 6. Mengetahui dan dapat menjelaskan penatalaksanaan Phimosis



3



BAB II PEMBAHASAN



2. 1.



Definisi Fimosis (Phimosis) merupakan salah satu gangguan yang timbul pada organ kelamin bayi laki-laki, yang dimaksud dengan fimosis adalah keadaan dimana kulit kepala penis (preputium) melekat pada bagian kepala (glans) dan mengakibatkan tersumbatnya lubang di bagian air seni, sehingga bayi dan anak kesulitan dan kesakitan saat kencing, kondisi ini memicu timbulnya infeksi kepala penis (balantis). Jika keadaan ini dibiarkan dimana muara saluran kencing di ujung penis tersumbat maka dokter menganjurkan untuk disunat. Tindakan ini dilakukan dengan membuka dan memotong kulit penis agar ujungnya terbuka (Rukiyah,2010:230). Merupakan kondisi penis dengan kulit yang melingkupi kepala penis (glans) tidak bisa ditarik ke belakang untuk membuka seluruh bagian kepala penis (kulup,prepuce, preputium, foreskin). Preputium terdiri dari dua lapis, bagian dalam dan luar, sehingga dapat ditarik ke depan dan belakang pada batang penis. Pada fimosis, lapis bagian dalam preputium melekat pada glans penis. Kadangkala perlekatan cukup luas sehingga hanya bagian lubang untuk berkemih (meatus urethra externus) yang terbuka. Apabila preputium melekat pada glans penis, maka cairan smegma, yaitu cairan putih kental yang biasanya mengumpul di antara kulit kulup dan kepala penis akan terkumpul di tempat itu, sehingga mudah terjadi infeksi. Umumnya tempat yang diserang infeksi adalah ujung penis, sehingga disebut balantis. Sewaktu anak buang air kecil, anak akan menjadi rewel dan yang terlihat adalah kulit preputium terbelit dan menggelembung. (Sudarti, 2012:184).



4



Fimosis bisa merupakan kelainan bawaan sejak lahir (kongenital) maupun didapat. Fimosis kongenital (true phimosis) terjadi apabila kulit preputium selalu melekat erat pada glans penis dan tidak dapat ditarik ke belakang pada saat lahir, namun seiring bertambahnya usia serta diproduksinya hormone dan faktor pertumbuhan, terjadi proses keratinisasi lapisan epitel dan deskuamasi antara glans penis dan lapis bagian dalam preputium sehingga akhirnya kulit preputium terpisah dari glans penis. (Muslihatun, 2010:161)



2. 2.



Etiologi Fimosis pada bayi laki-laki yang baru lahir terjadi karena ruang di antara kutup dan penis tidak berkembang dengan baik. Kondisi ini menyebabkan kulup menjadi melekat pada kepala penis, sehingga sulit ditarik ke arah pangkal. Penyebabnya, bisa dari bawaan dari lahir atau didapat, misalnya karena infeksi atau benturan. (Putra,2012:394) Kelainan ini juga menyebabkan bayi/anak sukar berkemih. Kadang-kadang begitu sukar sehingga kulit preputium menggelembung seperti balon. Bayi/anak sering menangis keras sebelum urin keluar. Keadaan demikian lebih baik segera disunat, tetapi kadang orangtua tidak tega karena bayi masih kecil. Untuk menolongnya dapat dicoba dengan melebarkan lubang preputium dengan cara mendorong ke belakang kulit preputium tersebut dan biasanya akan terjadi luka. Untuk mencegah infeksi dan agar luka tidak merapat lagi pada luka tersebut dioleskan salep antibiotik. Tindakan ini mula-mula dilakukan oleh dokter, selanjutnya dirumah orangtua sendiri diminta melakukannya seperti yang dilakukan dokter (pada orang barat sunat dilakukan pada seorang bayi laki-laki ketika masih dirawat/ketika baru lahir). Tindakan ini dimaksudkan untuk



5



kebersihan/mencegah infeksi karena adanya smegma, bukan karena keagamaan). (Yongki,2012:184) Adanya smegma pada ujung preputium juga menyulitkan bayi berkemih maka setiap memandikan bayi hendaknya preputium didorong ke belakang kemudian ujungnya dibersihkan dengan kapas yang telah dijerang dengan air matang. Untuk mengetahui adanya kelainan saluran kemih pada bayi, tiap bayi baru lahir harus diperhatikan apakah bayi telah berkemih setelah lahir atau paling lambat 24 jam setelah lahir. Perhatikan apakah urin banyak atau sedikit sekali. Bila terdapat gangguan ekskresi bayi akan terlihat sembab pada mukanya. Atau bila kelainan lain misalnya kista akan terlihat perut bayi lebih besar dari normal. Jika menjumpai kelainan tersebut beritahu dokter. Sampai bayi umur 3 hari pengeluaran urin tidak terpengaruh oleh pemberian cairan. Baru setelah umur 5 hari dapat terpengaruh. (Khoirunnisa,2010:174)



2.3



Patofisiologi Menurut (Muslihatun,2010:161) Fimosis dialami oleh sebagian



besar bayi baru lahir, karena terdapat adesi alamiah antara preputium dengan glans penis. Sampai usia 3-4 tahun, penis tumbuh dan berkembang. Debris yang dihasilkan oleh epitel preputium (smegma) mengumpul di dalam preputium dan perlahan-lahan memisahkan preputium dengan glans penis. Smegma terjadi dari sel-sel mukosa preputium dan glans penis yang mengalami deskuamasi oleh bakteri yang ada di dalamnya. Ereksi penis yang terjadi secara berkala membuat preputium terdilatasi perlahan-lahan sehingga preputium menjadi retraktil dan dapat ditarik ke arah proksimal. Pada usia 3 tahun, 90% preputium sudah dapat diretraksi. Pada sebagian anak, preputium tetap lengket pada glans penis, sehingga ujung



6



preputium mengalami penyimpangan dan akhirnya dapat mengganggu fungsi miksi. Biasanya



anak



menangis



dan



pada



ujung



penis



tampak



menggelembung. Air kemih yang tidak lancar, kadang-kadang menetes dan memancar dengan arah yang tidak dapat diduga. Kalau sampai terjadi infeksi, anak akan menangis setiap buang air kecil dan dapat pula disertai demam. Ujung penis yang tampak menggelembung disebabkan oleh adanya penyempitan pada ujung preputium karena terjadi perlengketan dengan glans penis yang tidak dapat ditarik ke arah proksimal. Adanya penyempitan tersebut menyebabkan terjadi gangguan aliran urin pada saat miksi. Urine terkumpul di ruang antara preputium dan glans penis, sehingga ujung penis tampak menggelembung. 2.4



Gejala Gejala yang sering terjadi pada fimosis menurut (Rukiyah,2010:230) diantaranya: 1. Bayi atau anak sukar berkemih 2. Kadang-kadang begitu sukar sehingga kulit preputium menggelembung seperti balon 3. Kulit penis tidak bisa ditarik kearah pangkal 4. Penis mengejang pada saat buang air kecil 5. Bayi atau anak sering menangis sebelum urin keluar/Air seni keluar tidak lancar 6. Timbul infeksi



2.5



Komplikasi Komplikasi yang dapat terjadi pada anak /bayi yang mengalami



fimosis, antara lain terjadinya infeksi pada uretra kanan dan kiri akibat terkumpulnya cairan smegma dan urine yang tidak dapat keluar seluruhnya pada saat berkemih. Infeksi tersebut akan naik mengikuti saluran urinaria hingga mengenai ginjal dan dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal (Muslihatun,2010:162) Pada 90% laki-laki yang dikhitan kulup zakar menjadi dapat ditarik kembali (diretraksi) pada umur 3 tahun. Ketidakmampuan untuk meretraksi kulup zakar sebelum umur ini dengan demikian fimosis patologis dan fimosis merupakan indikasi untuk dikhitan. Fimosis adalah ketidakmampuan kulup zakar untuk diretraksi pada umur tertentu yang secara normal harus dapat diretraksi. Fimosis



7



dapat kongenital/sekuele radang. Fimosis yang sebenarnya biasanya memerlukan bedah pelebaran/pembesaran cincin fimosis/khitan. Akumulasi smegma di buah kulup zakar infatil fimosis patologis dan fimosis memerlukan pengobatan bedah (Sudarti,2010:185) 2.6



Pentalaksanaan Tidak dianjurkan melakukan retraksi yang dipaksakan pada saat



membersihkan penis, karena dapat menimbulkan luka dan terbentuk sikatriksa pada ujung preputium sehingga akan terbentuk fimosis sekunder. Fimosis yang disertai balaniits xerotica obliterans dapat diberikan salep deksamethasone 0,1% yang dioleskan 3-4 kali sehari, dan diharapkan setelah 6 minggu pemberian, preputium dapat diretraksi spontan. Fimosis



dengan



keluhan



miksi,



menggelembungnya



ujung



preputium pada saat miksi, atau infeksi prostitis merupakan indikasi untuk dilakukan sirkumsisi. Fimosis yang disertai balantis atau prostitis harus diberikan antibiotika lebih dahulu sebelum dilakukan sirkumsisi. Jika fimosis menyebabkan hambatan aliran air seni, diperlukan tindakan sirkumsisi (membuang sebagian atau seluruh bagian kulit preputium) atau teknik bedah lainnya seperti preputioplasty (memperlebar bukaan kulit preputium tanpa memotongnya). Indikasi medis utama dilakukannya tindakan sirkumsisi pada anak-anak adalah fimosis patologik (Muslihatun,2010:162) Menurut



(Putra,2012:395)



penatalaksanaan



fimosisyang



dapat dilakukan terbagi menjadi dua, yakni secara medis dan secara konservatif. Berikut penjelasan masing-masing. 1. Penatalaksanaan secara medis 1) Dilakukan tindakan sirkumsisi (membuang sebagian atau seluruh bagian kulit preputium). 2) Dilakukan tindakan teknik bedah preputioplasty (memperlebar bukaan kulit preputium tanpa memotongnya). 2. Penatalaksanaan secara Konservatif Cara menjaga kebersihan pada fimosis adalah dengan menjaga kebersihan bokong dan penis. Berikut penjelasannya : 1) Bokong



8



Area bokong sangat mudah terkena masalah karena sering terpapar dengan popok basah dan terkena macam-macam iritasi dari bahan kimia serta mikroorganisme penyebab infeksi air kemih atau tinja, maupun gesekan dengan popok atau baju. Biasanya, akan timbul gatal-gatal dan merah di sekitar bokong. Meski tidak semua bayi mengalaminya, namun pada eberapa bayi, gatal-gatal dan merah dibokong cenderung berulang timbul. Tindak pencegahan yang penting adalah mempertahankan area ini tetap kering dan bersih. Tindakan yang sebaiknya dilakukan adalah sebagai berikut: a) Jangan gunakan diapers sepanjang hari. Cukup saat tidur malam atau bepergian. b) Jangan berganti-ganti merek diapers. Gunakan hanya satu merek yang cocok dengan bayi c) Lebih baik gunakan popok kain. Jika terpaksa memakai diapers, kendurkan bagian paha untuk ventilasi dan seringlah menggantinya (tiap kali sehabis buang air kecil atau besar). d) Tak ada salahnya sesekali membiarkan bokongnya terbuka. Pastikan suhu ruangan cukup hangat sehingga ia tidak kedinginan. e) Jika peradangan kulit karena popok pada bayi tidak membaik dalam 1-2 hari atau lebih bila timbul lecet atau bintil-bintil kecil, hubungi dokter.



2) Penis Tindakan yang sebaiknya dilakukan pada area penis adalah sebagai berikut : a) Sebaiknya setelah BAK, penis dibersihkan denga air hangat menggunakan kassa. Membersihkannya harus sampai selangkangan, jangan digosok-gosok. Cukup diusap dari atas ke bawah dengan satu arah sehingga bisa bersih dan yang kotor bisa hilang. b) Setiap selesai BAK, popok selalu diganti agar kondisi penis tidak iritasi. c) Setelah BAK, penis jangan dibersihkan dengan sabun yang banyak karena bisa menyebabkan iritasi. d) Memberikan salep kortikoid (0,05-0,1%) 2 kali per hari selama 20-30 hari. Terapi ini tidak dianjurkan bagi bayi dan anak-anak yang masih



9



memakai popok, tetapi dapat dipertimbangkan untuk usia sekitar 3 tahun 2.7.



Asuhan Keperawatan 1. PENGKAJIAN a. Auto anamnesa b. Pengkajian fisik 1) Keadaan umum pasien. 2) Tanda – tanda infeksi c. Pemeriksaan penunjang Sampai saat ini pada pasien fimosis belum ada pemeriksaan penunjang. 1. DIAGNOSA KEPERAWATAN a. Diagnosa keperawatan pre op 1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis 2) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kurangnya perawatan penis 3) Gangguan pola eliminasi berhubungan dengan infeksi pada saluran perkemihan b. Diagnosa keparawatan post op 1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik 2) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya luka insisi 1. FOKUS INTERVENSI a. Diagnosa keperawatan pre op 1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis



10



Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan nyeri dapat berkurang atau hilang dengan K.H : Pasien terlihat tenang Intervensi : a) Kaji skala nyeri b) Ajarkan teknik distrksi kepada orang tuanya c) Atur posisi anak senyaman mungkin d) Berikan lingkungan yang nyaman e) Kaloborasi dengan pemberian analgesik 2) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kurangnya perawatan penis Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan faktor resiko infeksi akan hilang dengan K.H :  tidak adanya tanda – tanda infeksi  Menunjukan hygiene pribadi yang adekuat Intevensi : a) kaji tanda – tanda infeksi b) Kaji faktor yang meningkatkan serangan infeksi c) Anjurkan kepada ibu pasien untuk meningkatkan hygiene pribadi pasien d) Ajarkan teknik pencucian tangan yang benar kepada keluarga e) Anjurkan keluarga untuk mencuci tangan sebelum ingin kontak langsung dengan pasien



11



f) Kaloborasi dengan pemberian antibiotik 3) Gangguan pola eliminasi urin berhubungan dengan infeksi pada saluran perkemihan Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan gangguan pola eliminasi urin dapat di atasi dengan K.H :  pasien dapat berkemih > 50 – 100 cc setiap kali  Tidak adanya hematuria Intervensi : a) Pantau eliminasi urine meliputi frekuensi, konsistensi, bau, volume dan warna yang tepat b) Anjurkan kepada keluarga untuk mencatat haluaran urine c) Kaloborasi dengan dokter untuk segera disunat b. Diagnosa keparawatan post op 1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan nyeri dapat berkurang atau hilang dengan K.H : Pasien terlihat tenang Intervensi : a) Kaji skala nyeri b) Ajarkan teknik distrksi kepada orang tuanya c) Atur posisi anak senyaman mungkin



12



d) Berikan lingkungan yang nyaman e) Kaloborasi dengan pemberian analgesik 2) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya luka insisi Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan faktor resiko infeksi akan hilang dengan K.H :  Tidak adanya tanda – tanda infeksi  Menunjukan hygiene pribadi yang adekuat Intevensi : a) Kaji tanda – tanda infeksi b) Kaji faktor yang meningkatkan serangan infeksi c) Anjurkan kepada ibu pasien untuk meningkatkan hygiene pribadi pasien d) Ajarkan teknik pencucian tangan yang benar kepada keluarga e) Anjurkan keluarga untuk mencuci tangan sebelum berkontak dengan pasien f) Kaloborasi dengan pemberian antibiotik



13



BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Fimosis adalah suatu penyempitan lubang kulit preputium, sehingga tidak dapat ditarik (diretraksi) ke atas glans penis.ini disebabkan oleh infeksi bakteri karena tidak adanya proteksi diri yang ada ekuat. Dan diagnosa keperawatan yang sering muncul pada kasus ini adalah : 1. pre operasi a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis b. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kurangnya perawatan penis c. Gangguan pola eliminasi berhubungan dengan infeksi pada saluran perkemihan 2. post operasi a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik b. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya luka insisi B. SARAN Dengan adanya makalah dengan kasus fimosis pada anak,di harapkan mahasiswa dapat mengerti tentang pengertian, etiologi dan patofisiolgi serta mampu memberikan suatu asuhan keperawatan yang benar pada anak yang menderita fimosis.



14



DAFTAR PUSTAKA http://www.goegle,fimosis./2009/3/29 Smeltzer. C. Suzanne. Bare. G. Brenda.2001.Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth edisi 8 vol 3.Jakarta : EGC Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005-2006.Ahli Bahasa Budi Santosa. Jakarta: Prima Medika Wilkinson. M. Judith. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC https://www.slideshare.net/septianraha/askep-phimosis-27693192 http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/151/jtptunimus-gdl-isniayusro-7506-2-14.babi.pdf



15



16



17