Makalah Phimosis Kelompok 3 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH PHIMOSIS Di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan anak 2 Dosen pembimbing : Novitasari Tsamrotul Fuadah,S.kep.,Ners, M.kep



Disusun oleh : Kelompok 3 M. Azril Syafira Nur M Tuti Hardiana Vina Yulianti Wulan Pebriansyah



191FK03044 191FK03056 191FK03053 191FK03057 191FK03055



PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG 2020



1



KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat menyusun serta menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan tepat waktu. Karya tulis ini berjudul Makalah Phimosis disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah keperawatan. Penulis menyadari sepenuhmya bahwa karya tulis ini banyak mendapatkan bantuan, bimbingan dan petunjuk dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu dalam kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada: 1. Allah SWT yang telah memberikan kesehatan dan kelancaran selama penyusunan makalah ini. 2. yang telah membimbing kami selama penyusunan makalah. Akhir kata, kami sangat berharap semoga makalah ini bisa menambah wawasan bagi para pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun dan memotivasi dengan terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.



Bandung, 8 Desember 2020



Penulis



i



DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL............................................................................................ KATA PENGANTAR......................................................................................... DAFTAR ISI ....................................................................................................... BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1.1 Latar Belakang........................................................................................... 1.2 Rumusan Masalah...................................................................................... 1.3 Tujuan......................................................................................................... 1.4 Sistematika Penulisan ................................................................................ BAB II PEMBAHASAN..................................................................................... 2.1 Pengertian Phimosis.................................................................................. 2.2 Tanda dan Gejala Phimosis....................................................................... 2.3 Etiologi Phimosis....................................................................................... 2.4 Macam-macam Phimosis.......................................................................... 2.5 Patofisiologi Phimoosis............................................................................. 2.6 Terapi......................................................................................................... 2.7 Pengobatan dan Penatalaksaan Phimosis.................................................. 2.8 Komplikasi Phimosis................................................................................. 2.9 Asuhan Keperawatan Phimosis................................................................. BAB III PENUTUP............................................................................................. 3.1 Kesimpulan.............................................................................................. DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................



ii



BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Phimosis adalah suatu keadaan dimana prepusium tidak bisa ditarik ke belakang, bisadikarenakan keadaan sejak lahir atau karena patologi. Pada usia bayi glan penis dan prepusiumterjadi adesi sehingga lengket jika terdapat luka pada bagian ini maka akan terjadi perlengketandan terjadi Phimosis biasanya pada bayi itu adalah hal yang wajar karena keadaan tersebut seperti normal dengan bertambahnya umur dan produksi hormon. Beberapa penelitian mengatakan kejadian Phimosis saat lahir hanya 4% bayi yangpreputiumnya sudah bisa ditarik mundur sepenuhnya sehingga kepala penis terlihat utuh.Selanjutnya secara perlahan terjadi desquamasi sehingga perlekatan itu berkurang. Sampai umur1 tahun, masih 50% yang belum bisa ditarik penuh. Berturut-turut 30% pada usia 2 tahun, 10%pada usia 4-5 tahun, 5% pada umur 10 tahun, dan masih ada 1% yang bertahan hingga umur 16-17 tahun. Dari kelompok terakhir ini ada sebagian kecil yang bertahan secara persisten sampaidewasa bila tidak ditangani.Bila Phimosis menghambat kelancaran berkemih seperti pada ballooning maka sisa-sisaurin mudah terjebak pada bagian dalam preputium dan lembah tersebut kandungan glukosa padaurine menjadi lading subur bagi pertumbuhan bakteri, maka berakibat terjadi infeksi salurankemih (UTI).Berdasarkan data tahun 1980-an dilaporkan bahwa anak yang tidak disirkumsisimemiliki resiko menderita UTI 10-20 kali lebih tinggi. Tahun 1993, dituliskan review bahwaresiko terjadi sebesar 12 kali lipat. Tahun 1999 dalam salah satu bagian dari pernyataan AAPtentang sirkumsisi disebutkan bahwa dari 100 anak pada usia 1 tahun. 7-14 anak yang tidak sirkumsisi menderita sedang hanya 1-2 anak pada kelompok yang disirkumsisi. Dua laporkan jurnal tahun 2001 dan 2005 mendukung bahwa sirkumsisi dibawah resiko UTI. 1.2 RUMUSAN MASALAH  Adapun beberapa masalah dalampenulisan makalah ini adalah : 1. Apa pengertian Phimosis? iii



2. Apa Tanda dan Gejala Phimosis? 3. Apa Etiologi penyakit Phimosis? 4. Apa Macam-macam Phimosis? 5. Bagaimana Patofisiologi Phimosis? 6. Bagaimana Terapi Phimosis? 7. Bagaimana Pengobatan dan Penatalaksaan Phimosis? 8. Apa Saja Komplikasi Phimosis? 9. Apa Askep Phimosis? 1.3 TUJUAN Tujuan dibuatnya makalah ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui Pengertian Phimosis 2. Untuk mengetahui Tanda dan Gejala Phimosis 3. Untuk mengetahui Etiologi penyakit Phimosis 4. Untuk mengetahui Macam-macam Phimosis 5. Untuk mengetahui Patofisiologi Phimosis 6. Untuk mengetahui Terapi Phimosis 7. Untuk mengetahui Pengobatan dan Penatalaksanaan Phimosis 8. Untuk mengetahui Komplikasi Phimosis 9. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Phimosis 1.4



SISTEMATIKA PENULISAN Makalah ini terdiri dari BAB I Pendahuluan berisi latar belakang, rumusan



masalah, tujuan dan sistematika penulisan. BAB II Tinjauan Teori. BAB III Penutup berisi kesimpulan.



iv



BAB II PEMBAHASAN 2.1 PENGERTIAN Fimosis (Phimosis) merupakan salah satu gangguan yang timbul pada organ kelamin bayi laki-laki, yang dimaksud dengan fimosis adalah keadaan dimana kulit kepala penis (preputium) melekat pada bagian kepala (glans) dan mengakibatkan tersumbatnya lubang di bagian air seni, sehingga bayi dan anak kesulitan dan kesakitan saat kencing, kondisi ini memicu timbulnya infeksi kepala penis (balantis). Jika keadaan ini dibiarkan dimana muara saluran kencing di ujung penis tersumbat maka dokter menganjurkan untuk disunat. Tindakan ini dilakukan dengan membuka dan memotong kulit penis agar ujungnya terbuka (Rukiyah,2010) Menurut (preputium)



(Muslihatun,2010) melekat



pada



Fimosis



bagian



adalah



kepala



penis



keadaan dan



kulit



penis



mengakibatkan



tersumbatnya lubang saluran air kemih, sehingga bayi dan anak jadi kesulitan dan kesakitan saat kencing. Sebenarnya yang berbahaya bukanlah fimosis sendiri, tetapi kemungkinan timbulnya infeksi pada uretra kiri dan kanan, kemudian ke ginjal. Infeksi ini dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal. 2.2 TANDA DAN GEJALA Gejala yang sering terjadi pada fimosis menurut (Rukiyah,2010) diantaranya: a. Bayi atau anak sukar berkemih b. Kadang-kadang begitu sukar sehingga kulit preputium menggelembung seperti balon c. Kulit penis tidak bisa ditarik kearah pangkal d. Penis mengejang pada saat buang air kecil e. Bayi atau anak sering menangis sebelum urin keluar/Air seni keluar tidak lancar f. Timbul infeksi



2.3 ETIOLOGI Kelainan ini juga menyebabkan bayi/anak sukar berkemih. Kadangkadang begitu sukar sehingga kulit preputium menggelembung seperti balon. Bayi/anak sering menangis keras sebelum urin keluar. Keadaan demikian lebih baik segera disunat, tetapi kadang orangtua tidak tega karena bayi masih kecil. Untuk menolongnya dapat dicoba dengan melebarkan lubang preputium dengan cara mendorong ke belakang kulit preputium tersebut dan biasanya akan terjadi luka. Untuk mencegah infeksi dan agar luka tidak merapat lagi pada luka tersebut dioleskan salep antibiotik. Tindakan ini mula-mula dilakukan oleh dokter, selanjutnya 15 dirumah orangtua sendiri diminta melakukannya seperti yang dilakukan dokter (pada orang barat sunat dilakukan pada seorang bayi laki-laki ketika masih dirawat/ketika baru lahir). Tindakan ini dimaksudkan untuk kebersihan/mencegah infeksi karena adanya smegma, bukan karena keagamaan). (Yongki,2012) Adanya smegma pada ujung preputium juga menyulitkan bayi berkemih maka setiap memandikan bayi hendaknya preputium didorong ke belakang kemudian ujungnya dibersihkan dengan kapas yang telah dijerang dengan air matang. Untuk mengetahui adanya kelainan saluran kemih pada bayi, tiap bayi baru lahir harus diperhatikan apakah bayi telah berkemih setelah lahir atau paling lambat 24 jam setelah lahir. Perhatikan apakah urin banyak atau sedikit sekali. Bila terdapat gangguan ekskresi bayi akan terlihat sembab pada mukanya. Atau bila kelainan lain misalnya kista akan terlihat perut bayi lebih besar dari normal. Jika menjumpai kelainan tersebut beritahu dokter. Sampai bayi umur 3 hari pengeluaran urin tidak terpengaruh oleh pemberian cairan. Baru setelah umur 5 hari dapat terpengaruh. (Khoirunnisa,2010) 2.4 MACAM-MACAM a. Fimosis kongenital (fimosis fisiologis) timbul sejak lahir sebenarnya merupakan kondisi normal pada anak-anak, bahkan sampai masa remaja. Kulit preputium selalu melekat erat pada glans penis dan tidak dapat ditarik ke belakang pada saat lahir, namun seiring bertambahnya usia serta diproduksinya hormon dan faktor pertumbuhan, terjadi proses keratinisasi lapisan epitel dan



2



deskuamasi antara glans penis dan lapis bagian dalam preputium sehingga akhirnya kulit preputium terpisah dari glans penis. Suatu penelitian mendapatkan bahwa hanya 4% bayi yang seluruh kulit preputiumnya dapat ditarik ke belakang penis pada saat lahir, namun mencapai 90% pada saat usia 3 tahun dan hanya 1% laki-laki berusia 17 tahun yang masih mengalami fimosis kongenital. Walaupun demikian, penelitian lain mendapatkan hanya 20% dari 200 anak laki-laki berusia 5-13 tahun yang seluruh kulit preputiumnya dapat ditarik ke belakang penis. b. Fimosis didapat (fimosis patologik, fimosis yang sebenarnya, true phimosis) timbul kemudian setelah lahir. Hal ini berkaitan dengan kebersihan (higiene) alat kelamin



yang



buruk



,



peradangan



kulit preputium ( balanoposthitis kronik



),



kronik atau



glans



penis



penarikan



dan



berlebihan



kulit preputium ( forceful retration ) pada fimosis kongenital yang akan menyebabkan



pembentukan



jaringan



ikat



(



fibrosis)



dekat



bagian



kulitpreputium yang membuka. Fimosis kongenital seringkali menimbulkan fenomena ballooning, yakni kulitpreputium mengembang saat berkemih karena desakan pancaran air seni tidak diimbangi besarnya lubang di ujung preputium. Fenomena ini akan hilang dengan sendirinya, dan tanpa adanya fimosis patologik, tidak selalu menunjukkan adanya hambatan (obstruksi) air seni. Selama tidak terdapat hambatan aliran air seni, buang air kecil berdarah (hematuria), atau nyeri preputium, fimosis bukan merupakan kasus gawat darurat.



2.5 PATOFISIOLOGI Menurut (Muslihatun,2010) Fimosis dialami oleh sebagian besar bayi baru lahir, karena terdapat adesi alamiah antara preputium dengan glans penis. Sampai usia 3-4 tahun, penis tumbuh dan berkembang. Debris yang dihasilkan oleh epitel preputium (smegma) mengumpul di dalam preputium dan perlahanlahan memisahkan preputium dengan glans penis. Smegma terjadi dari sel-sel mukosa preputium dan glans penis yang mengalami deskuamasi oleh bakteri



3



yang ada di dalamnya. Ereksi penis yang terjadi secara berkala membuat preputium terdilatasi perlahan-lahan sehingga preputium menjadi retraktil dan dapat ditarik ke arah proksimal. Pada usia 3 tahun, 90% preputium sudah dapat diretraksi. Pada sebagian anak, preputium tetap lengket pada glans penis, sehingga ujung preputium mengalami penyimpangan dan akhirnya dapat mengganggu fungsi miksi. Biasanya anak menangis dan pada ujung penis tampak menggelembung. Air kemih yang tidak lancar, kadang-kadang menetes dan 17 memancar dengan arah yang tidak dapat diduga. Kalau sampai terjadi infeksi, anak akan menangis setiap buang air kecil dan dapat pula disertai demam. Ujung penis yang tampak menggelembung disebabkan oleh adanya penyempitan pada ujung preputium karena terjadi perlengketan dengan glans penis yang tidak dapat ditarik ke arah proksimal. Adanya penyempitan tersebut menyebabkan terjadi gangguan aliran urin pada saat miksi. Urine terkumpul di ruang antara preputium dan glans penis, sehingga ujung penis tampak menggelembung. 2.6 TERAPI Terapi fimosis pada anak-anak tergantung pada pilihan orang tua dan dapat berupa sirkumsisi plastik atau sirkumsisi radikal setelah usia dua tahun. Pada kasus dengan komplikasi, seperti infeksi saluran kemih berulang atau balloting kulit



prepusium



saat



miksi,



sirkumsisi



harus



segera



dilakukan



tanpa



memperhitungkan usia pasien. Tujuan sirkumsisi plastik adalah untuk memperluas lingkaran kulit prepusium saat retraksi komplit dengan mempertahankan kulit prepusium secara kosmetik. Pada saat yang sama, perlengketan dibebaskan dan dilakukan frenulotomi dengan ligasi arteri frenular jika terdapat frenulum breve. Sirkumsisi neonatal rutin untuk mencegah karsinoma penis tidak dianjurkan. Kontraindikasi operasi adalah infeksi tokal akut dan anomali kongenital dari penis. Sebagai pilihan terapi konservatif dapat diberikan salep kortikoid (0,050,1%) dua kali sehari selama 20-30 hari Terapi ini tidak dianjurkan untuk bayi dan anak-anak yang masih memakai popok, tetapi dapat dipertimbangkan untuk usia sekitar tiga tahun. 4



Terapi parafimosis terdiri dari kompresi manual jaringan yang edematous diikuti dengan usaha untuk menarik kulit prepusium yang tegang melewati glans penis. Jika manuver ini gagal , periu dilakukan insist dorsal cincin konstriksi. Tergantung pada temuan klinis lokal, sirkumsisi dapat segera dilakukan atau ditunda pada waktu yang lain.



2.7 PENGOBATAN DAN PENATALAKSAAN Ada tiga cara untuk mengatasi fimosis yaitu: a)      Sunat Banyak dokter yang menyarankan sunat untuk menghilangkan masalah fimosis secara permanen. Rekomendasi ini diberikan terutama bila fimosis menimbulkan kesulitan buang air kecil atau peradangan di kepala penis (balanitis). Sunat dapat dilakukan dengan anestesi umum ataupun local. b)      Obat Terapi obat dapat diberikan dengan salep yang meningkatkan elastisitas kulup. Pemberian salep kortikoid (0,05-0,1%) dua kali sehari selama 20-30 hari, harus dilakukan secara teratur dalam jangka waktu tertentu agar efektif. c)      Peregangan Terapi peregangan dilakukan dengan peregangan bertahap kulup yang dilakukan setelah mandi air hangat selama lima sampai sepuluh menit setiap hari. Peregangan ini harus dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari luka yang menyebabkan pembentukan parut. Fimosis kongenital seyogianya dibiarkan saja, kecuali bila terdapat alasan agama dan/atau sosial untuk disirkumsisi. Hanya diperlukan penjelasan dan pengertian mengenai fimosis kongenital yang memang normal dan lazim terjadi pada masa kanak-kanak serta menjaga kebersihan alat kelamin dengan secara rutin membersihkannya tanpa penarikan kulit preputium secara berlebihan ke belakang batang penis dan mengembalikan kembali kulit preputium ke depan batang penis setiap selesai membersihkan.



5



Upaya



untuk



membersihkan



alat



kelamin



dengan



menarik



kulit preputium secara berlebihan ke belakang sangat berbahaya karena dapat menyebabkan luka, fimosis didapat, bahkan parafimosis. Seiring dengan berjalannya waktu, perlekatan antara lapis bagian dalam kulit preputium dan glans penis akan lepas dengan sendirinya. Walaupun demikian, jika fimosis menyebabkan hambatan aliran air seni, diperlukan tindakan kulit preputium)



sirkumsisi (membuang atau



teknik



sebagian bedah



atau



seluruh



plastik



bagian lainnya



seperti preputioplasty(memperlebar bukaan kulit preputium tanpa memotongnya). Indikasi medis utama dilakukannya tindakan sirkumsisi pada anak-anak adalah fimosis patologik. Penggunaan krim steroid topikal yang dioleskan pada kulit preputium 1 atau 2 kali sehari, selama 4-6 minggu, juga efektif dalam tatalaksana fimosis. Namun jika fimosis telah membaik, kebersihan alat kelamin tetap dijaga, kulit preputium harus ditarik dan dikembalikan lagi ke posisi semula pada saat mandi dan setelah berkemih untuk mencegah kekambuhan fimosis.       Cara menjaga kebersihan pada fimosis yaitu dengan menjaga kebersihan bokong dan penis. a.       Bokong Area ini mudah terkena masalah, karena sering terpapar dengan popok basah dan terkena macam-macam iritasi dari bahan kimia serta mikroorganisme penyebab infeksi air kemih atau tinja, maupun gesekan dengan popok atau baju. Biasanya akan timbul gatal-gatal dan merah disekitar bokong. Meski tak semua bayi mengalaminya, tapi pada beberapa bayi, gatal-gatal dan merah dibokong cenderung



berulang



timbul.



Tindak



pencegahan



yang



penting



adalah



mempertahankan area ini tetap kering dan bersih.Tindakan yang sebaiknya dilakukan adalah : 1)    Jangan gunakan diapers sepanjang hari. Cukup saat tidur malam atau berpergian.



6



2)    Jangan berganti-ganti merek diapesr. Gunakan hanya satu merek yang cocok dengan bayi . 3)     Lebih baik gunakan popok kain. Jika terpaksa memakai diapers, kendurkan bagian paha untuk ventilasi dan seringlah menggantinya (tiap kali ia habis buang air kecil atau besar). 4)    Tak ada salahnya sesekali membiarkan bokongnya terbuka. Jika perlu, biarkan ia tidur dengan bokong terbuka. Pastikan suhu ruangan cukup hangat sehingga ia tidak kedinginan. 5)   Jika peradangan kulit karena popok pada bayi tidak membaik dalam 1 sampai 2 hari atau lebih bila timbul lecet atau bintil-bintil kecil, hubungi dokter. b.      Penis Tindakan yang sebaiknya dilakukan adalah : 1)   Sebaiknya setelah BAK penis dibersihkan dengan air hangat menggunakan kasa. Membersihkannya sampai selangkang, jangan digosok-gosok.Cukup diusap dari atas ke bawah dengan satu arah sehingga bisa bersih dan yang kotor bisa hilang. 2)    Setiap selesai BAK, popok selalu diganti agar kondisi penis tidak iritasi. 3)  Setelah BAK penis jangan dibersihkan dengan sabun yang banyak karena bisa menyebabkan iritasi. 4)    Memberikan salep kortikoid ( 0,05 – 0,1 % ) 2x / hari selama 20 – 30 hari , terapi ini tidak dianjurkan untuk bayi dan anak-anak yang masih memakai popok, tetapi dapat dipertimbangkan untuk usia sekitar 3 tahun.



2.8 KOMPLIKASI



7



Komplikasi yang dapat terjadi pada anak /bayi yang mengalami fimosis, antara lain terjadinya infeksi pada uretra kanan dan kiri akibat terkumpulnya cairan smegma dan urine yang tidak dapat keluar seluruhnya pada saat berkemih. Infeksi tersebut akan naik mengikuti saluran urinaria hingga mengenai



ginjal



dan



dapat



menimbulkan



kerusakan



pada



ginjal



(Muslihatun,2010) Pada 90% laki-laki yang dikhitan kulup zakar menjadi dapat ditarik kembali (diretraksi) pada umur 3 tahun. Ketidakmampuan untuk meretraksi kulup zakar sebelum umur ini dengan demikian fimosis patologis dan fimosis merupakan indikasi untuk dikhitan. Fimosis adalah ketidakmampuan kulup zakar untuk diretraksi pada umur tertentu yang secara normal harus dapat diretraksi. Fimosis dapat kongenital/sekuele radang. Fimosis yang sebenarnya biasanya memerlukan bedah pelebaran/pembesaran cincin fimosis/khitan. Akumulasi smegma di buah kulup zakar infatil fimosis patologis dan fimosis memerlukan pengobatan bedah (Sudarti,2010) 2.9 ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengkajian Keperawatan Pengkajian



keperawatan



merupakan



tahap



awal



dari



proses



keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien. Dalam mengkaji pasien khususnya anak, sangat penting untuk mengetahui tahapan tumbuh kembang anak itu sendiri. Salah satu pelopor teori tumbuh kembang anak , Menurut Sigmund Freud, kepribadian sebagian besar dibentuk oleh usia lima tahun. Awal perkembangan berpengaruh besar dalam pembentukan kepribadian dan terus mempengaruhi perilaku di kemudian hari. Jika tahap-tahap psikoseksual selesai dengan sukses, hasilnya adalah kepribadian yang sehat. Jika masalah tertentu tidak diselesaikan pada tahap yang tepat, fiksasi dapat terjadi. fiksasi adalah fokus yang gigih pada tahap awal psikoseksual. Sampai konflik ini diselesaikan, individu akan tetap “terjebak” dalam tahap ini. Misalnya, seseorang yang terpaku pada 8



tahap oral mungkin terlalu bergantung pada orang lain dan dapat mencari rangsangan oral melalui merokok, minum, atau makan. Berikut tahapan dan tugas perkembangan anak usia 5 tahun 8 bulan menurut teori psikoseksual Freud masuk dalam tahap laten (usia 5 – awal pubertas). Masa ini adalah periode tertahannya dorongan-dorongan seks agresif. Selama masa ini anak mengembangkan kemampuannya bersublimasi (seperti mengerjakan tugas-tugas 18 sekolah, bermain olah raga, dan kegiatan lainya). Tahapan latensi ini antara usia 6-12 tahun (masa sekolah dasar). Adapun konsep tumbuh kembang menurut Erickson yang dikenal sebagai perkembangan psikososial dan menekankan pada kepribadian yang sehat. Tahapan dan tugas perkembangan anak usia 5 tahu 8 bulan menurut teori Erickson ialah tahap inisiatif vs rasa bersalah (3-6 tahun). Anak akan mulai inisiatif dalam belajar mencari pengalaman baru secara aktif dalam melakukan aktivitasnya melalui kemampuan indranya. Hasil akhir yang diperoleh adalah kemampuan untuk menghasilkan sesuatu sebagai prestasinya. Sedangkan apabila dalam tahap ini anak dilarang atau dicegah maka akan timbul rasa bersalah pada diri anak. Perkembangan moral anak menurut Kohlberg didasarkan pada kognitif anak dan terdiri atas tiga tahapan utama, yaitu preconventional, conventional dan postconventional. Tahap perkembangan moral menurut Kohlberg pada anak usia 5 tahun 8 bulan masuk dalam tahap preconventional. Dalam tahap ini anak belajar baik dan buruk, atau benar dan salah melalui budaya sebagai dasar dalam pendekatan nilai moral. Fase ini terdiri dari tiga tahapan. Tahap satu didasari oleh adanya rasa egosentris pada anak, yaitu kebaikan adalah seperti apa yang saya mau, rasa cinta dan kasih sayang akan menolong memahami tentang kebaikan, dan sebaliknya ekspresi kurang perhatian bahkan membencinya akan membuat mereka mengenal keburukan. Tahap dua, yaitu orientasi hukuman dan ketaatan, baik dan buruk sebagai suatu konsekuensi dan tindakan. Tahap selanjutnya, yaitu anak berfokus pada motif yang menyenangkan sebagai suatu kebaikan. Anak menjalankan aturan sebagai sesuatu yang memuaskan mereka sendiri, oleh karena itu hati-hati apabila anak memukul temannya dan



9



orang tua tidak memberikan sanksi. Hal ini akan membuat anak berpikir bahwa tindakannya bukan merupakan sesuatu yang buruk. 1) Pengumpulan Data Pengumpulan data merupakan kegiatan dalam menghimpun informasi (datadata) diri pasien dan data-data lain dari pasien yang meliputi unsur



bio-psikososio-spiritual



yang



komperehensif.



Untuk



mendapatkan data-data yang lengkap dan data yang relevan, perawat membutuhkan dasar yang kuat dari berbagai disiplin ilmu. Pada pengumpulan data dengan menggunakan cara observasi, anamnese, wawancara, pemeriksaan fisik, dokumentasi dari catatan medis, status klien dan hasil laboratorium maupun radiologi. Pada pengkajian ditemukan klien sukar untuk berkemih dan terasa nyeri saat berkemih. Frekuensi klien berkemih juga menurun dan menggelembungnya ujung prepusium saat berkemih. 2) Observasi Pada saat bertemu dengan pasien, akan terjadi hubungan perawatpasien. Hubungan perawat dengan pasien akan berlangsung terusmenerus, selama kegiatan observasi dilakukan, yang dimaksud dengan observasi adalah pengumpulan informasi melalui indra penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan dan alat perasa. Data yang dikumpulkan harus objektif, agar dapat dimengerti dan digunakan oleh orang lain. Segala sesuatu yang dilihat, dirasa, didengar, dicium dan dikecap harus didokumentasikan sebagaimana adanya, tanpa membuat penafsiran sendiri. Pada klien dengan fimosis hal yang diobservasi ialah pola berkemih pasien. Dalam pola berkemih yang diobservasi ialah frekuensi, jumlah dan intensitas saat klien berkemih. Observasi juga adanya tanda-tanda infeksi pada penis klien. 3) Wawancara Wawancara adalah pembicaraan terarah yang umumnya dilakukan pada pertemuan tatap muka. Dalam wawancara yang penting diperhatikan adalah data yang ditanyakan diarahkan ke data yang relevan.



10



4) Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan dilakukan dengan memakai instrument/alat pengukur. Tujuannya untuk memastikan batas dimensi angka, irama, dan kuantitas. Data secara garis besar, mengklasifikasikan menjadi data subjektif dan data objektif. Pada waktu mengumpulkan data subjektif perawat harus mengembangkan hubungan antar personal yang efektif dengan pasien/klien/yang diwawancarai, lebih memperhatikan hal-hal yang menjadi keluhan utama pasien dan yang mencemaskan, berupaya dengan masalah klien. Adapun pemeriksaan fisik yang dapat ditemukan pada pasien dengan fimosis yaitu : (1) Inspeksi Kepala penis tertutup oleh kulit penis, penis tampak membesar dan menggelembung, air seni keluarnya tidak lancar kadang-kadang menetes dan memancar dengan arah yang tidak terduga. (2) Palpasi Terdapat nyeri tekan pada daerah penis, penis teraba seperti benjolan (bengkak), kulit penis tidak dapat diretraksi dari kepala penis. 5) Pengelompokkan Data Data-data yang telah dikumpulkan selanjutnya dikelompokkan. Banyak cara untuk mengelompokkan data, masing-masing perawat dapat memilih cara terbaik. Salah satunya menurut teori Abraham Maslow yang berpendapat bahwa semua manusia mempunyai kebutuhan dasar umum yang terdiri dari beberapa tingkatan. Tingkatan kebutuhan dasar fisik harus terpenuhi lebih dulu sebelum tingkat yang lebih tinggi. Selain teori Abraham Maslow, perlu juga diperhatikan tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak. Penyakit dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan seorang anak, serta dapat menyebabkan mundur setingkat lebih rendah. 6) Diagnosa Keperawatan



11



Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinik tentang respon individu, keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan aktual atau potensial. Tipe diagnosa keperawatan meliputi tipe aktual, resiko, potensial, sehat sejahtera dan sindrom. 1) Aktual diagnosa keperawatan aktual menurut NANDA adalah menyajikan keadaan



klinis



yang



telah



divalidasikan



melalui



batasan



karakteristik mayor yang diidentifikasi. 2) Resiko tinggi, menurut NANDA diagnosa keperawatan resiko tinggi ialah keputusan klinis tentang individu, keluarga, atau komunitas yang sangat rentan untuk mengalami masalah dibanding individu atau kelompok lain pada situasi yang sama atau hampir sama. 3) Kemungkinan, menurut NANDA diagnosa keperawatan kemungkinan adalah pernyataan tentang masalah yang diduga masih memerlukan data tambahan dengan harapan masih diperlukan untuk memastikan adanya tanda dan gejala utama faktor resiko. 4) Sejahtera, diagnosa keperawatan sejahtera adalah ketentuan klinis mengenai individu, kelompok, atau masyarakat dalam transisi dari tingkat kesehatan khusus ke tingkat kesehatan yang lebih baik. 5) Sindrom, diagnosa keperawatan sindrom adalah diagnosa keperawatan yang terdiri dari sekelompok diagnosa keperawatan aktual atau resiko tinggi yang diduga akan muncul karena suatu kejadian atau situasi tertentu. diagnosa keperawatan yang sering muncul pada anak dengan fimosis ialah : a. Pre Operasi



12



(1) Kerusakan eliminasi urine berhubungan dengan infeksi saluran urinaria (2) Cemas berhubungan dengan krisis situasional (3) Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif b. Post Operasi (1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (2) Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif (3) Kekurangan



volume



cairan



berhubungan



dengan



kehilangan volume cairan aktif c. Rencana Tindakan Keperawatan Rencana asuhan keperawatan merupakan langkah ketiga dalam proses asuhan keperawatan. Setelah merumuskan diagnosa keperawatan maka perlu dibuat Kongenital, peradangan, edema Tidak terjadi pemisahan 2 lapisan kulit Prepusium tidak dapat diretraksi dari glands penis Pre Operasi Post Operasi Gangguan eliminasi urine Kurang pengetahuan Kerusakan eliminasi urine Cemas Nyeri akut Luka perdarahan Resiko infeksi Kekurangan volume cairan 24 perencanaan / intervensi keperawatan dan aktivitas keperawatan. ada tiga tahap dalam fase perencanaan yaitu menentukan prioritas masalah keperawatan, menetapkan tujuan dan kriteria hasil, dan menetapkan rencana keperawatan. 1) Menentukan prioritas masalah keperawatan Tahap ini adalah tahap bagi perawat dan pasien untuk menentukan aturan, masalah mana yang harus dipecahkan terlebih dahulu. Memprioritaskan masalah pasien tidak berarti bahwa satu masalah harus tuntas terselesaikan sebelum masalah lain dipertimbangkan. 2) Menentukan tujuan dan kriteria hasil Tujuan keperawatan adalah hasil yang diinginkan dari tindakan asuhan keperawatan yang anda harap dapat



13



dicapai



bersama



pasien,



serta



direncanakan



untuk



mengurangi masalah yang telah diidentifikasi dalam diagnosis keperawatan 3) Menetapkan rencana keperawatan Rencana tindakan keperawatan ialah berbagai tindakan keperawatan yang direncanakan oleh perawat untuk dilaksanakan guna menolong pasien untuk mencapai suatu tujuan 4) Implementasi Keperawatan Implementasi atau pelaksanaan adalah realisasi rencana tindakan keperawatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan dalam perencanaan juga meliputi pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama dan sesudah pelaksanaan tindakan yang sudah direncanakan serta menilai data yang baru dari klien 5) Evaluasi Keperawatan Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan keadaan klien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang sudah dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi mempunyai komponen yaitu SOAP dimana pengertian SOAP sebagai berikut : 1) S : data subjektif yang isinya tentang keluhan klien yang masih dirasakan setelah dilakukan tindakan keperawatan. 2) O : data objektif yang isinya berdasarkan hasil pengukuran atau hasil observasi langsung kepada klien. 3) A : analisis yang isinya interpretasi dari data subjektif dan data objektif. Analisa merupakan suatu masalah atau diagnosa keperawatan yang masih terjadi atau juga dapat dituliskan masalah baru yang terjadi akibat



14



perubahan



status



kesehatan



klien



yang



telah



teridentifikasi dari data subjektif dan data objektif. 4) P : merupakan rencana dari tindakan yang akan diberikan



termasuk



asuhan



mandiri,



kolaborasi,



diagnosis atau laboratorium, serta konseling untuk tindak lanjut.



15



BAB III PENUTUP



3.1 KESIMPULAN Phimosis adalah suatu keadaan dimana prepusium tidak bisa ditarik ke belakang, bisadikarenakan keadaan sejak lahir atau karena patologi. Pada usia bayi glan penis dan prepusiumterjadi adesi sehingga lengket jika terdapat luka pada bagian ini maka akan terjadi perlengketandan terjadi Phimosis biasanya pada bayi itu adalah hal yang wajar karena keadaan tersebut seperti normal dengan bertambahnya umur dan produksi hormone. Bila Phimosis menghambat kelancaran berkemih seperti pada ballooning maka sisa-sisaurin mudah terjebak pada bagian dalam preputium dan lembah tersebut kandungan glukosa padaurine menjadi lading subur bagi pertumbuhan bakteri, maka berakibat terjadi infeksi salurankemih.



16



DAFTAR PUSTAKA Rukiyah, dkk. (2010). Asuhan Kebidanan 1. Jakarta: CV. Trans Info Media. Sudarti.



2010.



Kelainan



dan



Penyakit



pada



Bayi



dan



Anak.



Nuha



Medika:Yogyakarta. Yongki, dkk. 2012. Asuh kehamilanan Pertumbuhan K, Persalinan, Neonatus, Bayi dan Balita. Yogyakarta: Nuha Medika. Muslihatun, WN. 2010. Asuhan Neonatus Bayi Dan Balita. Fitramaya, Yogyakarta. Haws.,Paulette S.,2008,Asuhan Neonatus Rujukan Cepat,Jakarta; EGC



17