Askep Rematik [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Rematik adalah orang yang menderita arthritis atau di sebut juga radang sendi. Tiga jenis artritis yang paling sering diderita adalah osteoarthritis, arthritis gout, dan rheumatoid arthritis yang menyebabkan berbenjol pada sendi atau radang pada sendi secara serentak (Utomo, 2005). Di Indonesia penyakit rematik yang paling banyak ditemukan dan dijumpai adalah osteoarthritis.



Osteoarthritis



merupakan suatu



penyakit



degeneratif persendian yang disebabkan oleh beberapa faktor. Penyakit ini mempunyai karateristik berupa terjadinya kerusakan pada kartilago (tulang rawan sendi). Kartilago merupakan suatu jaringan keras bersifat licin yang melingkupi sekitar bagian akhir tulang keras di dalam persendian. Jaringan ini berfungsi sebagai penghalus gerakan antar tulang dan sebagai peredam (shock absorber) pada saat persendian melakukan aktivitas atau gerakan. Gejala osteoarthritis bersifat progresif, dimana keluhan terjadi perlahanlahan dan lama-kelamaan akan memburuk (Helmi, 2012). Tenaga kesehatan yang menangani kasus osteoarthritis salah satunya adalah fisioterapi. Menurut Fukuda (2011), dilihat dari aspek fisioterapi, Osteoarthritis



dapat



menimbulkan



bermacam-macam



gangguan



seperti



impairment yaitu terjadi penurunan kekuatan otot, adanya nyeri yang mengakibatkan lingkup gerak sendi terbatas, terjadi spasme pada otot, dan 2 disability yaitu terjadi ketidak mampuan dalam melakukan aktivitas tertentu contoh berlutut, berdiri lama, bangkit dari duduk, dan jongkok. Akibat dari menurunnya kemampuan gerak. Bahkan pada tingkat functional limitation seperti mengalami gangguan saat berjalan, naik turun tangga, dan saat berlari. (Mutiwara, 2016). Rematik adalah penyakit yang menyerang sendi dan tulang atau jaringan penunjang sekitar sendi, golongan penyakit ini merupakan penyakit Autoimun



1



2



yang banyak di derita oleh kaum lanjut usia (usia 50 tahun ke atas). Penyakit ini lebih sering terjadi pada perempuan dan biasanya menyerang orang yang berusia lebih dari 40 tahun (Arif Muttaqin). Rematik terutama menyerang Sendi-sendi, tulang, ligamentum, tendon dan persendian pada laki-laki maupun perempuan dengan segala usia. Dampak dari keadaan ini dapat mengancam jiwa penderitanya atau hanya menimbulkan gangguan kenyamanan, dan masalah yang disebabkan oleh penyakit rematik tidak hanya berupa keterbatasan yang tampak jelas pada mobilitas hingga terjadi hal yang paling ditakuti yaitu menimbulkan kecacatan seperti kelumpuhan dan gangguan aktivitas hidup sehari-hari tetapi juga efek sistemik yang tidak jelas tetapi dapat menimbulkan kegagalan organ dan kematian atau mengakibatkan masalah seperti rasa nyeri, keadaan mudah lelah, perubahan citra diri serta Resiko tinggi terjadi cidera (Kisworo, 2008).



B. Rumusan Masalah 1.



ntuk mengetahui pengertian dari Rheumatoid arthritis8.



2.



ntuk mengetahui epidemiologi dari Rheumatoid arthritis3.



3.



ntuk mengetahui etiologi dari Rheumatoid arthritis=.



4.



ntuk mengetahui manifestasi klinik dari Rheumatoid arthritis5.



5.



ntuk megetahui diagnosis dari Rheumatoid arthritis-.



6.



ntuk mengetahui terapi9penatalaksanaan dari Rheumatoid arthritis



C. Tujuan 1. Untuk mengetahui pengertian dari Rheumatoid arthritis8. 2. Untuk mengetahui epidemiologi dari Rheumatoid arthritis3. 3. Untuk mengetahui etiologi dari Rheumatoid arthritis=. 4. Untuk mengetahui manifestasi klinik dari Rheumatoid arthritis5. 5. Untuk megetahui diagnosis dari Rheumatoid arthritis-.



3



6. Untuk mengetahui terapi9penatalaksanaan dari Rheumatoid arthritis



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



A. Definisi Reumatik Penyakit reumatik adalah penyakit inflamasi non- bakterial yang bersifat sistemik, progesif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat sendi secara simetris (Rasjad Chairuddin, Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi, hal. 165). Artritis rhemathoid (AR) merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang walaupun manifestasi utamanya adalah Poliartritis yang progresif, akan tetapi penyakit ini juga melibatkan seluruh organ tubuh. Terlibatnya sendi pada pasien Artritis Rhemathoid terjadi setelah penyakit ini berkembang lebih lanjut sesuai dengan sifat progesifitasnya. Pada umumnya selain gejala artikular, Artritis Rhemathoid dapat pula menunjukkan gejala konstitusional berupa kelemahan umum, cepat lelah atau gangguan organ non-ertikular lainnya (Nugroho, 2012). Artritis adalah inflamasi dengan nyeri, panas, pembengkakan, kekakuan dan kemerahan pada sendi. Akibat Artritis, timbul inflamasi umum yang dikenal sebagai Artritis Rhemathoid yang merupakan penyakit autoimun (Nugroho, 2012) Reumatoid arthritis adalah gangguan autoimun kronik yang menyebabkan proses inflamasi pada sendi (Lemone & Burke, 2001 : 1248). Reumatik dapat terjadi pada semua jenjang umur dari kanak-kanak sampai usia lanjut. Namun resiko akan meningkat dengan meningkatnya umur (Felson dalam Budi Darmojo, 1999). Artritis Reumatoid adalah penyakit autoimun sistemik kronis yang tidak diketahui penyebabnya dikarekteristikan dengan reaksi inflamasi dalam membrane sinovial yang mengarah pada destruksi kartilago sendi dan deformitas lebih lanjut (Susan Martin Tucker, 1998). Artritis Reumatoid (AR) adalah kelainan inflamasi yang terutama mengenai membran sinovial dari persendian dan umumnya ditandai dengan



3



5



dengan nyeri persendian, kaku sendi, penurunan mobilitas, dan keletihan (Diane C. Baughman, 2000). Artritis rematoid adalah suatu penyakit inflamasi kronik dengan manifestasi utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh (Arif Mansjour, 2001)



B. Etiologi Penyebab Artritis Rhemathoid masih belum diketahui. Faktor genetik dan beberapa faktor lingkungan telah lama diduga berperan dalam timbulnya penyakit ini (Nugroho, 2012). Kecendrungan wanita untuk menderita Artritis Rhemathoid dan sering dijumpainya remisi pada wanita yang sedang hamil menimbulkan dugaan terdapatnya faktor keseimbangan hormonal sebagai salah satu faktor yang berpengaruh pada penyakit ini. Walaupun demikian karena pemberian hormon estrogen eksternal tidak pernah menghasilkan perbaikan sebagaimana yang diharapkan, sehingga kini belum berhasil dipastikan bahwa faktor hormonal memang merupakan penyebab penyakit ini (Nugroho, 2012). Sejak tahun 1930, infeksi telah diduga merupakan penyebab Artitis Rhemathoid. Dugaan faktor infeksi sebagai penyebab Artritis Rhemathoid juga timbul karena umumnya onset penyakit ini terjadi secara mendadak dan timbul dengan disertai oleh gambaran inflamasi yang mencolok. Walaupun hingga kini belum berhasil dilakukan isolasi suatu mikroorganisme dari jaringan sinovial, hal ini tidak menyingkirkan kemungkinan bahwa terdapat suatu komponen peptidoglikan atau endotoksin mikroorganisme yang dapat mencetuskan terjadinya Artritis Rhemathoid. Agen infeksius yang diduga merupakan penyebab Artritis Rhemathoid antara lain adalah bakteri, mikroplasma atau virus (Nugroho, 2012).



6



C. Patofisiologi Sendi merupakan bagian tubuh yang paling sering terkena inflamasi dan degenerasi yang terlihat pada penyakit rematik. Inflamasi akan terlihat pada persendian sebagai sinovitis. Pada penyakit rematik inflamatori, inflamasi merupakan proses primer dan degenerasi yang terjadi merupakan proses sekunder yang timbul akibat pembentukan pannus (proliferasi jaringan synovial). Inflamasi merupakan akibat dari respon imun (Nugroho, 2012). Pada penyakit rematik degeneratif dapat terjadi proses inflamasi yang sekunder. Sinovitis ini biasanya lebih ringan serta menggambarkan suatu proses reaktif. Sinovitis dapat berhubungan dengan pelepasan proteoglikan tulang rawan yang bebas dari kartilago artikuler yangmengalami degenerasi kendati faktorfaktor imunologi dapat pula terlibat (Nugroho, 2012). Artritis Rhemathoid merupakan manifestasi dari respon sistem imun terhadap antigen asing pada individu-individu dengan predisposisi genetik (Nugroho, 2012). Suatu antigen penyebab Artritis Rhemathoid yang berada pada membran sinovial akan memicu proses inflamasi. Proses inflamasi mengaktifkan terbentuknya makrofag. Makrofag akan meningkatkan aktivitas fagositosisnya terhadap antigen dan merangsang proliferasi dan aktivasi sel B untuk memproduksi antibody. Setelah berikatan dengan antigen, antibody yang dihasilkan akan membentuk komplek imun yang akan berdifusi secara bebas ke dalam ruang sendi. Pengendapan komplek imun ini akan mengaktivasi sistem komplemen C5a (Nugroho, 2012). Komplemen C5a merupakan faktor kemotaktik yang selain meningkatkan permiabilitas vaskuler, juga dapat menarik lebih banyak polimorfonukler (PMN) dan monosit kearah lokasi tersebut (Nugroho, 2012). Fagositosi komplek imun oleh sel radang akan disertai pembentukan dan pembebasan radikal oksigen bebas, leukotrin, prostaglandin yang akan menyebabkan erosi rawan sendi dan tulang. Radikal oksigen bebas dapat menyebabkan terjadinya depolimerisasi hialuronat sehingga mengakibatkan



7



terjadinya penurunan viskositas cairansendi. Selain itu radikal oksigen bebas juga merusak kolagen dan proteoglikan rawan sendi (Nugroho, 2012). Pengendapan komplek imun akan menyebabkan terjadinya degranulasi mast cell yang menyebabkan terjadinya pembebasan histamin dan berbagai enzim proteolitik serta aktivasi jalur asam arakidonat yang akan memecah kolagen sehingga terjadi edema, proliferasi membran sinovial dan akhirnya terbentuk pannus (Nugroho, 2012). Masuknya sel radang ke dalam membran sinovial akibat pengendapan komplek imun menyebabkan terbentuknya pannus yang merupakan elemen yang paling destruktif dalam pathogenesis Artritis Rhemathoid. Pannus merupakan jaringan granulasi yang terdiri dari sel fibroblast yang berproliferasi, mikrovaskuler dan berbagai jenis sel radang. Secara histopatologis pada daerah perbatasan rawan sendi dan pannus terdapatnya sel mononukleus, umumnya banyak dijumpai kerusakan jaringan kolagen dan proteoglikan (Nugroho, 2012).



D. Manifestasi Klinis Menurut Nugroho (2012), ada beberapa manifestasi klinis yang lazim ditemukan pada penderita Artritis Rhemathoid. Gejala ini tidak harus timbul sekaligus pada saat yang bersamaan oleh karena penyakit ini memiliki gambaran yang sangat bervariasi. 1. Gejala-gejala konstitusional, misalnya lelah, anoreksia, berat badan menurun dan demam. Terkadang kelelahan dapat demikian hebatnya. 2. Poliartritis simetris terutama pada sendi perifer, termasuk sendi-sendi ditangan, namun biasanya tidak melibatkan sendi-sendi interfalangs distal. Hampir semua sendi artrodial dapat terserang. 3. Kekakuan dipagi hari selama lebih dari 1 jam: dapat bersifat generalisata tetapi terutama menyerang sendi-sendi. Kekakuan ini berbeda dengan kekakuan sendi pada Osteoartritis, yang biasanya hanya berlangsung selama beberapa menit dan selalu kurang dari 1 jam. 4. Artritis erosif merupakan ciri khas penyakit ini pada gambaran radiologik. Peradangan sendi yang kronik mengakibatkan erosi di tepi tulang dan ini dapat dilihat pada radiogram.



8



5. Deformitas : kerusakan dari struktur-struktur penunjang sendi dengan perjalanan penyakit. Pergeseran ulnar atau deviasi jari, subluksasi sendi metakarpofalangeal, deformitas boutonniere dan leher angsa adalah beberapra deformitas tangan yang sering dijumpai pada penderita. Pada kaki terdapat protusi (tonjolan) kaput metatarsal yang timbul sekunder dari subluksasi metatarsal. Sendi-sendi besar juga dapat terserang dan mengalami pengurangan kemampuan bergerak terutama dalam melakukan gerak ekstensi. 6. Nodula-nodula Rhemathoid adalah massa subkutan yang ditemukan pada sekitar sepertiga orang dewasa penderita Artritis Rhemathoid. Lokasi yang paling sering dari deformitas ini adalah bursa olekranon (sendi siku) atau disepanjang permukaan ekstensor dari lengan; walaupun demikian nodulanodula ini dapat juga timbul pada tempattempat lainnya. Adanya nodulanodula ini biasanya merupakan suatu petunjuk suatu penyakit yang aktif dan lebih berat. 7. Manifestasi ekstra-artikular : Artritis Rhemathoid juga dapat menyerang organ-organ lain di luar sendi. Jantung (perikarditis), paru- paru (pleuritis), mata dan pembuluh darah dapat rusak. 8. Menurut Banton, 1998 dalam dr Setiawan dalimartha bahwa tanda dan gejala dari rheumatoid artritis adalah nyeri pada sendi, kaku pada pagi hari, kedudukan sendi tidak stabil dan permukaannya tidak rata, sendi tidak dapat bergerak, nodul reumatoid (benjolan kecil), dan bercak merah dikulit.



E. Pemeriksaan Diagnostik Menurut Nugroho (2012), tidak banyak berperan dalam diagnosis Artritis Rhemathoid, namun dapat menyokong bila terdapat keraguan atau untuk melihat prognosis pasien. Pada pemeriksaan laboratorium terdapat : 1. Tes faktor reuma biasanya positif pada lebih dari 75% pasien Artritis Rhemathoid terutama bila masih aktif. Sisanya dapat dijumpai pada pasien



9



Lepra,



Tuberkulosis



paru,



Sirosis



Hepatis,



Hepatitis



Infeksiosa,



Endokarditis Bakterialis, penyakit kolagen, dan Sarkoidosis. 2. Protein C-reaktif biasanya positif. 3. LED meningkat. 4. Leukosit normal atau meningkat sedikit. 5. Anemia normositik hipokrom akibat adanya inflamasi yang kronik. 6. Trombosit meningkat. 7. Kadar albumin serum menurun dan globulin naik. Pada pemeriksaan rontgen, semua sendi dapat terkena, tapi yang tersering adalah sendi metatarsofalang dan biasanya simetris. Sendi sakroiliaka juga sering terkena. Pada awalnya terjadi pembengkakan jaringan lunak dan demineralisasi juksta artikular. Kemudian terjadi penyempitan sendi dan erosi (Nugroho, 2012).



F. Konsep Keperawatan Dengan Rematik Pelayanan keperawatan merupakan salah satu area pelayanan keperawatan yang dapat dilaksanakan di masyarakat. Pelayanan keperawatan yang saat ini dikembangkan merupakan bagian dari pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat (Perkesmas). Keperawatan adalah proses pemberian pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan keluarga dalam lingkup praktik keperawatan. Pelayanan keperawatan merupakan pelayanan holistic yang menempatkan keluarga dan komponennya sebagai focus pelayanan dan melibatkan anggota keluarga dalam tahap pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi tindakan keperawatan. 1. Pengkajian Keperawatan Pengkajian keperawatan dapat menggunakan metode observasi, wawancara dan pemeriksaan fisik (Maglaya, 2009). Variabel data dalam pengkajian keperawatan mencakup : a. Data umum/Identitas keluarga mencakup nama kepala keluarga, komposisi anggota keluarga, alamat, agama, suku, bahasa sehaarihari, jarak pelayanan kesehatan terdekat dan alat transportasi.



10



b. Kondisi kesehatan semua anggota keluarga terdiri dari nama, hubungan dengan keluarga, umur, jenis kelamin, pendidikan terakhir, pekerjaan saat ini, status gizi, tanda-tanda vital, status imunisasi dasar, dan penggunaan alat bantu atau protesa serta status kesehatan anggota keluarga saat ini meliputi keadaan umum, riwayat penyakit/alergi. c. Data pengkajian individu yang mengalami masalah kesehatan (Saat ini sedang sakit) meliputi nama individu yang sakit, diagnosisi medis, rujukan dokter atau rumah sakit, keadaan umum, sirkulasi, cairan, perkemihan, pernafasan, musculoskeletal, neurosensori, kulit, istirahat dan tidur, status mental, komunikasi dan budaya, kebersihan diri, perawatan diri sehari-hari, dan data penunjang medis indivisu yang sakit (Lab, radiologi, EKG, USG). d. Data kesehatan lingkungan mencakup sanitasi lingkungan pemukiman antara lain ventilasi, penerangan, kondisi lantai, tempat pembuangan sampah dll. e. Struktur keluarga ; struktur keluarga mencakup struktur peran, nilai (value), komunikasi, kekuatan. f. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga. Variabel ini akan menjawab tahap perkembangan keluarga, tugas perkembangan keluarga 2. Diagnosis Keperawatan Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai individu, keluarga atau masyarkat yang diperoleh melalui suatu proses pengumpulan data dan analisis data secara cermat, memberikan dasar untuk menetapkan tindakan-



tindakan



dimana



perawat



bertanggung



jawab



untuk



melaksanakannya. Diagnosis keperawatan dianalisis dari hasil penghasilan terhadap msalah dalam tahap perkembangan, lingkungn, baik yang bersifat actual, risiko maupun sejahtera dimana perawat memiliki kewenangan dan tanggung jawab untuk melakukan tindakan keperawatan bersama-sama dengan keluraga, berdasarkan kemampuaan, dan sumber daya keluarga .



11



Diagnosis keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang didapatkan pada pengkajian. Komponen diagnose keperawatan meliputi problem atau masalah, etiologi atau penyebab, dan sign atau tanda yang selanjutnya dikenal dengan PES. a. problem atau masalah (P) b. etiology atau penyebab (E) c. sign atau tanda (S). NANDA keperawatan,



I



yaitu



telah



mengidentifikasi



diagnosis



aktual,



empat



diagnosis



tipe



diagnosis



resiko,



diagnosis



kesejahteraan, dan diagnosis keperawatan promosi kesehatan, yaitu: (Potter & Perry 2009). a. Diagnosis Aktual Diagnosa keperawatan aktual menggambarkan respon manusia terhadap kondisi kesehatan atau proses kehidupan yang terdapat dalam individu, keluarga, komunitas. Karakteristik definisi (manifestasi, tanda, dan gejala) yang dikelompokkan dalam pola petunjuk yang berhubungan atau gangguan yang mendukung pengkajian ini (NANDA



International,



2007).



Pemilihan



diagnosa



aktual



menunjukkan bahwa data yang dat pemeriksaan yang ada sudah cukup untuk menegakkan diagnosa keperawatan. b. Diagnosis Resiko Diagnosa keperawatan resiko menggambarkan respon manusia terhadap kondisi kesehatan atau proses kehidupan yang mungkin menyebabkan individu, keluarga, atau komunitas menjadi rentan (NANDA International, 2007). c. Diagnosis Kesejahteraan Diagnosa keperawatan sejahtera menggambarkan respon manusia terhadap tingkat kesejahteraan dalam individu, keluarga, atau komunitas yang memiliki kesiapan untuk peningkatan (NANDA International, 2007). Ini merupaka penilaian klinis tentang individu, keluarga, atau komunitas dalam transisi dari tingkat kesejahteraan



12



tertentu ke tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi. Perawat memilih tipe diagnosis ini ketika klien berharap atau telah mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Sebagai contoh, potensial peningkatan adaptasi yang terkait dengan keberhasilan pengobatan kanker adalah diagnosis kesejahteraan, dan perawat beserta keluarga bekerjasama untuk



beradaptasi



dengan



stresor



yang



berhubungan



dengan



kelangsungan hidup penderita kanker. Dalam pelaksanaanya, perawat menggabungkan kekuatan klien dan sumber daya yang ada ke dalam rencana perawatan, dengan tujuan untuk meningkatkan tingkat adaptasi. G. Perencanaan Keperawatan Perencanaan merupakan proses penyusunan strategi atau intervensi keperawatan yang dibutuhkan untuk mencegah, mengurangi atau mengatasi masalah kesehatan klien yang telah diidentifikasi dan divalidasi pada tahap perumusan diagnosis keperawatan. a. Menetapkan prioritas masalah Menetapkan prioritas masalah/diagnosis keperawatan keluarga adalah dengan menggunakan skala menyusun prioritas dari Maglaya (2009). Cara skoring : 1) Tentukan skore untuk setiap kriteria 2) Skor dibagi dengan makna tertentu dan kalikanlah dengan bobot 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝐴𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑥 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 3) Jumlahkanlah skor untuk semua kriteria b. Faktor- faktor yang dapat mempengaruhi penentuan prioritas Penentuan prioritas masalah didasarkan dari 4 kriteria yaitu sifat masalah, kemungkinan masalah dapat diubah, potensi masalah untuk dicegah dan menonjolnya masalah.



13



1) Kriteria yang pertama, yaitu sifat masalah, bobot yang lebih berat diberikan pada masalah aktual karena yang pertama memerlukan tindakan segera dan biasanya disadari dan dirasakan oleh keluarga. 2) Kriteria kedua, yaitu untuk kemungkinan masalah dapat dirubah perawat perlu memperhatikan terjangkaunya faktor-faktor sebagai berikut: a) Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi dan tindakan untuk menangani masalah. b) Sumber daya keluarga dalam bentuk fisik, keuangan dan tenaga. c) Sumber daya perawat dalam bentuk pengetahuan keterampilan dan waktu. d) Sumber daya masyarakat dalam bentuk fasilitas, organisasi dalam masyarakat dan sokongan masyarakat. 3) Kriteria ketiga, yaitu potensi masalah dapat dicegah. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah : a) Kepelikan dari masalah, yang berhubungan dengan penyakit atau masalah b) Lamanya masalah, yang berhubungan dengan penyakit atau masalah c) Tindakan yang sedang dijalankan adalah tindakan-tindakan yang dapat dalam memperbaiki masalah d) Adanya kelompok high riskatau kelompok yang sangat peka menambah potensi untuk mencegah masalah. 4) Kriteria ke empat, yaitu menonjolnya masalah perawat perlu menilai persepsi atau baggaimana keluarga melihat masalah kesehatan tersebut. Nilai skor yang tertinggi yang terlebih dahulu diberikan intervensi keluarga. H. Implementasi keperawatan Implementasi yang ditujukan pada individu meliputi: 1. Tindakan keperawatan langsung 2. Tindakan kolaboratif dan pengobatan dasar 3. Tindakan observasi.



14



4. Tindakan pendidikan kesehatan.



I. Evalusi keperawatan Sesuai dengan rencana tindakan yang telah diberikan, penilaian dan evaluasi diperlukan untuk melihat keberhasilan. Bila tidak atau belum berhasil, perlu disusun rencana baru yang sesuai. Semua tindakan keperawatan mungkin tidak dapat dilaksanakan dalam satu kali kunjungan keluarga, untuk itu dapat dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan waktu dan kesediaan klien/ keluarga. Tahapan evaluasi dapat dilakuakn selama proses asuhan keperawatan atau pada akhir pemberian asuhan. Perawat bertanggung jawab untuk mengevaluasi status dan kemanjuan klien dan keluarga terhadap pencapaian hasil dari tujuan keperawatan yang telah ditetapkan sebelumnya. Kegiatan evaluasi meliputi mengkaji kemajuan status kesehatan individu dalam konteks keluarga, membandingkan respon individu dan keluarga dengan kriteria hasil dan menyimpulkan hasil kemajuan maslah serta kemajuan pencapaian tujuan keperawatan



15



BAB III LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN



A. PENGKAJIAN 1. Data Dasar a. Identitas Pasien Nama



: Tn I,



Umur



: 41 tahun



Agama



: Islam



Pekerjaan



: Kepala Dusun



Alamat



: Desa Kukutio



Identitas Penanggungjawab Klien bernama



: Ny. K



Umur



: 37 tahun



Agama



: Islam



Pekerjaan



: Irt



Alamat



: Desa Kukutio



b. Keluhan utama Yang dirasakan klien adalah nyeri pada kaki bagian lutut dan pinggang. Riwayat penyakit sudah di rasakan sejak enam bulan yang lalu. Nyeri bertambah saat beraktivitas fisik yang berat dan terasa kaku saat habis bersila lama. Keluhan yang menyertai adalah rasa panas dan baal pada bagian yang sakit



16



c. Pemeriksaan Fisik TTV TD Nadi Suhu Pernafasan BB TB Rambut Mata Hidung Telinga Mulut Gigi Leher Dada Paru Jantung Abdomen Ekstremitas atas



Ekstremitas bawah



110/80 mmHg 64 x/menit 36,50C 18 x/menit 52 163 Hitam, bersih, tidak mudah rontok Konjungtiva tidak enemis Normal Pendengaran baik, secret tidak ada Mukosa bibir lembab Gigi palsu tidak ada, bersih,gigi berlubang pada M2 Kanan dan kiri Normal Normal Normal Normal Normal Normal, tidak ada keluhan, CRT < 3 detik



Nyeri kaki, lutut sampai pangkal paha



d. Data Fokus -



DATA SUBYEKTIF Klien mengatakan nyeri pada pinggang dan persendian kaki terutama di lutut Klien mengatakan kekakuan sendi saat habis bersila lama Lutut klien tampak kemerahan Klien mengatakan belum mengetahui tentang penyakit yang dideritanya Klien mengatakan jalan masuk kerumah licin pada saat musim hujan



DATA OBYEKTIF Klien mengatakan nyeri bertambah saat aktifitas berat - Klien tampak sering memijat kakinya - Suhu sekitar lutut teraba hangat - Tanda-tanda Vital TD = 110/80 mmHg N = 64 x/menit S = 36,50C P = 18 x/menit - Halaman sekitar rumah masih kotor - Jalan masuk kerumah belum ada pengerasan/disemen -



17



e. Perumusan Masalah NO



Masalah



1



Ketidakefektifan manajemen kesehatan keluarga b.d kurang pengetahuan keluarga tentang reumatik



Kemungkinan Penyebab Proses menua Penurunan daya ingat



Data DS Klien mengatakan belum mengetahui tentang penyakitnya.



keterbatasan informasiKurang pengetahuan tentang rematik



DO Klien bertanya tentang penyakitnya



Manajemen kesehatan tidak efektif 2



Nyeri akut b.d ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit



Proses menua Perubahan hormonal Permukaan tulang dan sendi tidak lagi licin Tulang mengalami gesekan pada persendian Nyeri



3



Resiko cedera b.d ketidakmampuan keluarga modifikasi lingkungan



Proses menua Lantai licin



DS - Klien mengatakan nyeri pada - persendian kaki terutama di lutut - Klien mengatakan nyeri bertambah saat aktifitas berat - Klien mengatakan kekakuan sendi saat habis bersila lama DO - Klien tampak memegangi kakinya - Lutut klien tampak kemerahan - Suhu sekitar lutut teraba hangat - Tanda-tanda Vital TD = 110/80 mmHg N = 64 x/menit S = 36,50C P = 18 x/menit DS - Klien mengatakan lantai licin apabila habis hujan



Resiko Cedera DO - Klien



tampak



18



-



B. DIAGNOSA



KEPERAWATAN



memegangi kakinya Lutut klien tampak kemerahan Suhu sekitar lutut teraba hangat



BERDASARKAN



PRIORITAS



MASALAH 1. Ketidakefektifan manajemen kesehatan keluarga b.d kurang pengetahuan keluarga tentang reumatik 2. Nyeri akut b.d ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit 3. Resiko cedera b.d ketidakmampuan keluarga modifikasi lingkungan



C. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN Rencana Keperawatan No



Diagnosa



1



Ketidakefektifan manajemen kesehatan b.d kurang pengetahuan tentang reumatik



2



Nyeri akut b.d ketidakmampuan klien merawat yang saki



3



t Resiko cedera b.d ketidakmampuan keluarga modifikasi lingkungan



Tujuan dan Kriteria obyektif TUK 1 Klien mampu mengenal masalah tentang pengetahuan kesehatan dan perilaku sehat



TUK 2 Klien mampu memutuskan untuk merawat, meningkatkan atau memperbaiki kesehatan TUK 3 Klien mampu merawat untuk meningkatkan atau memperbaiki kesehatan.



TUK 4 Keluarga mampu memodifikasi lingkungan.



TUK 5 Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan



Intervensi



Rasional



1. Kaji tingkat pengetahuan keluarga 2. Berikan pendidikan kesehatan tentang rematik 3. Evaluasi tingkat pengetahuan keluarga 1. Kaji skala nyeri 2. Anjurkan klien untuk mandi air hangat, kompres sendisendi yang sakit dengan kompres hangat 3. Berikan masase yang lembut 4. Ajarkan teknik relaksasi dan 5. distraksi 6. kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi yang diberikan



1. Memudahkan dalam menentukan intervensiselajutnya 2. Menambah pengetahuan klien tentang penyakit yang dideritanya. 3. Mengetahui sejauh mana memahami tentang penyakit yang dideritanya 1. Membantu menentukan intervensi selanjutnya 2. Panas meningkatkan relaksasi otot dan mobilitas, menurunkan rasa sakit. 3. Meningkatkan relaksasi/ mengurangi tegangan otot 4. Meningkatkan relaksasi, memberikan rasa kontrol dan mungkin meningkatkan kemampuan koping. 5. Memudahkan untuk ikut serta dalam terapi dan mengurangi tegangan otot / spasme.



1. Anjurkan modifikasi lingkungan yang sehat dan aman - Lantai tidak licin dan kotor - Penerangan lampu baik (tidak gelap dan tidak terlalu terang)



1. Kondisi lingkungan yang sehat dapat menghindarkan resiko pada anggota keluarga yang sakit.



1. Minta keluarga menunjukkan kartu JKN



3



1.



Untuk memastikan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan apabila ada anggota keluarga yang sakit terutama Tn.I apabila cedera.



D. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Diagnosa



HariTgl



Keperawatan



& jam



Ketidakefektifan manajemen kesehatan keluarga b.d kurang pengetahuan keluarga tentang reumatik



14 juni 2018 Jam 11.15 wita



Nyeri akut b.d ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit



14 juni 2018 Jam 11.35 wita



Resiko cedera b.d ketidakmampuan keluarga modifikasi lingkungan



14 juni 2018 Jam 12.25 wita



Paraf



Implementasi Mengkaji tingkat pengetahuan keluarga 2. Memberikan pendidikan kesehatan tentang rematik - Definisi Penyebab - Tanda gejala 3. Mengevaluasi tingkat pengetahuan keluarga 1. Mengkaji skala nyeri P= Beraktivitas berat Q= Terasa diremas R=Sendi lutut S=5 T=Hilang timbul 2. Mengkaji keluhan yang dirasakan klien, catat faktor yang mempercepat dan tanda-tanda r sakit non verbal. 3. Menganjurkan klien untuk mandi air hangat, kompres sendi- sendi yang sakit dengan kompres hangat 4. Mengajarkan teknik relaksasi dan distraksi 5. Berkolaborasi pemberian obat sesuai indikasi yang diberikan



2. 3.



Evaluasi SOAP



& jam



1.



1.



HariTgl



Anjurkan modifikasi lingkungan yang sehat dan aman  Lantai tidak licin dan kotor  Penerangan lampu baik (tidak gelap dan tidak terlalu terang) 3. Minta keluarga menunjukkan kartu JKN



3



14 juni 2018 jam 16.40 wita



14 juni 2018 jam 16.50 wita



14 juni 2018 jam 17.10 wita



S : Keluarga Tn.I mengatakan sudah mengetahui tentang reumatik O: Keluarga Tn.I mampu menyebutkan kembali definisi, penyebab, tanda dan gejala reumatik A: Masalah teratasi P: Intervensi dipertahankan S:  Tn.I mengatakan nyeri pinggang dan kaki terutama saat beraktivitas O :  TD :130/80 mmHg Nadi : 86 x/menit Suhu : 36,0 C Respirasi : 20 x/menitt  Skala nyeri 5  Tn.I tampak memegangi kakinya  Tn.I tampak mempraktekan teknik relaksasi dengan tarik nafas dalam A : Masalah belum teratasi P :Lanjutkan intervensi  Kaji skala nyeri  Anjurkan klien mandi air hangat  Kolaborasi pemberian obat S: Keluarga mengatakan sudah menciptakan lingkungan sehat dan aman, tapi lantai tetap licin apabila hujan. O: Lingkungan terlihat bersih dan penerangan lampu baik, tidak ada pemicu klien jatuh A: Masalah teratasi sebagian P: Lanjutkan intervensi



Para CI



BAB V PENUTUP



A. KESIMPULAN



1. Artritis Reumatoid (Reumatik) merupakan suatu penyakit autoimun sistemik menahunyang proses patologi utamanya terjadi di cairan sinovial. 2. Penderita Artritis Reumatoid seringkali datang dengan keluhan artritis yangnyata dan tanda-tanda keradangan sistemik. Baisanya gejala timbul perlahan-lahan seperti lelah, demam, hilangnya nafsu makan, turunnya berat badan, nyeri,dan kaku sendi. 3. Meskipun penderita artritis reumatoid jarang yang sampai menimbulkan kematian, namun apabila tidak segera ditangani dapat menimbulkan gejala deformitas/cacat yang menetap. Selain itu karena penyakit ini bersifat kronis dansering kambuh, maka penderita akan mengalami penurunan



produktivitas



pekerjaan karena gejala dan keluhan yang timbul menyebabkan gangguan aktivitas fisik, psikologis, dan kualitas hidup menderita. 4. Meskipun



prognose



untuk



kehidupan



penderita



tidak



membahayakan, akan tetapi kesembuhan penyakit sukar tercapai. 5. Tujuan pengobatan adalah menghasilkan dan mempertahankan remisi atau sedapat mungkin berusaha menekan aktivitas penyakit tersebut. Tujuan utama dari program terapi adalah



3



22



meringankan rasa nyeri dan peradangan, mempertahankan fungsi sendi dan mencegah dan/atau memeperbaiki deformaitas.



23



DAFTAR PUSTAKA



Ali, Zaidin. (2010). Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC Baughman, C. Diane & Hackley JoAnn. (2000). Keperawatan Medikal bedah Buku Saku untuk Brunner dan Suddarth. Edisi 1. Alih bahasa : Yasmin Asih,. Editor Monica Ester. Jakarta: EGC Darmojo, Boedhi dan Martono, H.Hadi. (1999). Olah Raga dan Kebugaran Pada Lanjut Usia. Buku Ajar Geriatri. Jakarta: Balai Penerbit Universitas Indonesia. LeMone, P, & Burke. (2001). Medical Surgical Nursing : Critical Thinking In Client Care. (4thed). Pearson Prentice Hall: New Jersey Maglaya. (2009). Family Health Nursing : The Proses. Philipina : Argonaunta Corpotaion : Nangka Marikina Mansjoer Arif. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : FKUI. Moeleak, A. Faried (1990) Menuju Indonesia Sehat 2010. Jakarta: Depkes RI Mubaraq, Chayatin, Santoso. (2011). Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep Dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika Nugroho Taufan.(2012). Luka Bakar dan Artritis Rhemathoid. Yogyakarta: Numed Setiawati, Santun dan Agus Citra Dermawan.2008. Penuntun Praktik Asuhan Keluarga. Edisi 2. Jakarta: Trans Info Medika Suprajitno.(2004). Asuhan Keperawatan Keluarga : Aplikasi dalam praktik. Jakarta: EGC Tucker, Susan Martin. (1998) Standart Perawatan Pasien. Proses Keperawatan Diagnosa dan Evaluasi. Volume 3. Edisi 5. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Watson Roger. (2002). Anatomi dan Fisiologi Untuk Perawat. Jakarta: ECG.