Askep Retinopati Diabetik [PDF]

  • Author / Uploaded
  • arham
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ASUHAN KEPERAWATAN RETINOPATI DIABETIK RUANGAN POLI MATA RS.BHAYANGKARA



PEMBIMBING Di Susun Oleh



: IKADE WIJAYA S.KEP.,NS



: Kelompok 1a



o Ayunandia o Eka Astuti o Ernianti o Eka Ayulestari o A.Fauziah Ulfah



S1 KEPERAWATAN STIKES PANAKKUKANG MAKASSAR T/A 2015/2016



KATA PENGANTAR Puji Syukur Kami Panjatkan Kehadirat Allah Swt Rahmat



Dan



Karunia-Nya



Sehingga



Dengan



Seizin



Yang Telah Memberikan



Dan



Ridhanya



Kami



Dapat



Menyelesaikan Makalah “ Sistem



sensori persepsi “



Ini, Yang Dapat Terselesaikan Tepat Pada



Waktunya. Selanjutnya Telah



Kami Ucapkan Banyak Terima Kasih Kepada Dosen



Memberikan



Kesempatan



Dan



Kepercayaan



Kepada



Pembimbing Kami Kelompok



Kami



Yang Untuk



Menyelesaiakn Makalah Ini. Dalam Penyusunan Makalah Ini, Kami Menyadari Berbagai Kelemahn, Kekurangan , Dan Keterbatsan Yang Ada, Sehingga Tetap Terbuka Kemungkinan Terjadinya Kekeliruan Dan Kekurangan Di Sana Sini Dalam Penulisan Dan Penyajian Makalah In. Oleh Karena Itu, Dengan Tangan Terbuka, Saraya Kasih, Kami Sangat Mengharpakn Kritik Dan Saran Yang Konstruktif Dari Pada Pembaca Dalam Rangka Penyempurnaan Makalah Ini. Semoga Ini Bisa Bermanfaat Dan Berguna Bagi Teman-Teman



Semua Terutama Diri Kami



Pribadi.



Makassar, 2 mei



Penyusun,



DAFTAR PUSTAKA



2015



Halaman Sampul ................................. ........................................ Kata Pengantar .................................... ........................................ Daftar Isi ............................................. ........................................ Bab I Pendahuluan Latar Belakang .................................... ........................................ 



Bab II Pembahasan



Devinisi retinopati diabetik ................. ........................................ Klasifikasi retinopati diabetik ............. ........................................ Etiologi retinopati diabetik ................. ........................................ Gejala klinis retinopati diabetik .......... ........................................ Pemeriksaan penunjang retinopati diabetik ................................. 



Bab III asuhan keperwatan



Pengkajian ........................................... ........................................ Diagnosa ............................................. ........................................ Intervensi ............................................ ........................................ 



Bab IV penutup



Kesimpulan ......................................... ........................................



BAB I



PENDAHULUAN



1.



Latar Belakang Pengertian



retinopati adalah kelainan pembuluh darah yang menuju ke mata berupa



perdarahan, tidak adekuatnya pasokan darah dan penyumbatan pembuluh darah. Akibat yang serius adalah kerusakan retina, yang kadang-kadang menetap dan menyebabkan penurunan fungsi penglihatan bahkan kebutaan. Penyakit renopati adalah penyakit lanjutan dari seseorang yang telah mengalami diabetes melitus atau hipertensi. Faktor yang diperkirakan penting dalam perkembangan retinopati adalah seseorang yang yang sudah dinyatakan terserang diabetes melitus dan hipertensi. Dalam suatu kasus,seseorang yang telah lama mengalami diabetes melitus,80% kepastiannya diperkirakan mengalami retinopati. Diabetes melitus sendiri merupakan suatu penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi atau kegagalan beberapa organ tubuh, terutama mata, ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah, atau dengan kata lain, diabetes melitus adalah penyakit yang disebabkan oleh gagalnya penguraian zat gula didalam tubuh (darah) pada tubuh normal, zat gula harus diurai menjadi glukosa dan glikogen oleh hormon insulin yang diproduksi sel beta pankreas. Glukosa dan glikogen inilah yang kemudian oleh tubuh melalui proses metabolisme atau pembakaran diubah menjadi energi Penyakit ini disebabkan karena berlebihnya asupan gizi (gula dalam darah). Dan saat diabetes melitus ini tidak terkontrol,akan menyebabkan komplikasi. Sedangkan hipertensi adalah tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg, atau bila pasien memakai obat anti Hipertensi. Gejala-gejala penyakit Hipertensi yaitu sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada penderita Hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal. Jika Hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala sebagai berikut: sakit kepala, kelelahan, mual, muntah, sesak napas, dan gelisah. Dan sama seperti diabetes melitus,hipertensi berkelanjutan dapat menyebabkan komplikasi,salah satu panyakit baru yang ditimbulkan adalah retinopati



BAB II PEMBAHASAN



A. Definisi Retinopati Retinopati merupakan kelompok penyakit pada retina mata (selaput jala) yang ditandai dengan gejala penurunan tajam penglihatan tanpa disertai proses inflamasi. Sering merupakan manifestasi okular (gejala pada mata) dari suatu penyakit sistemik. (Emirza Nur Wicaksono : 2013) Retinopati adalah kelainan pada pembuluh darah retina yang apabila tidak segera ditanggulangi akan menyebabkan kebutaan. ( Joko Suryo : 2008 ) B.



Klasifikasi penyakit 1. Retinopati Diabetik Retinopati Diabetik adalah kelainan retina (retinopati) yang ditemukan pada penderita diabetes mellitus. Retinopati akibat diabetes mellitus lama berupa aneurismata, melebarnya vena, perdarahan dan eksudat lemak. Penderita Diabetes Mellitus akan mengalami retinopati diabetik hanya bila ia telah menderita lebih dari 5 tahun. Bila seseorang telah menderita DM lebih 20 tahun maka biasanya telah terjadi kelainan pada selaput jala / retina. Retinopati diabetik sendiri dapat dibagi menjadi 2 : a)



b)



C.



Retinopati Diabetes non proliferatif / NPDR Suatu mikroangiopati progresif yang ditandai oleh kerusakan dan sumbatan pembuluh-pembuluh halus. Kebanyakan orang dengan NPDR tidak mengalami gejala atau dengan gejala yang minimal pada fase sebelum masa dimana telah tampak lesi vaskuler melalui ophtalmoskopi. Retinopati Diabetes Proliferatif / PDR Merupakan penyulit mata yang paling parah ,karena retina yang sudah iskemik atau pucat tersebut bereaksi dengan membentuk pembuluhdarah baru yang abnormal (neovaskuler). Neovaskuler atau pembuluh darah liar ini merupakan ciri PDR dan bersifat rapuh serta mudah pecah sehingga sewaktu-waktu dapat berdarah kedalam badan kaca yang mengisi rongga mata, menyebabkan pasien mengeluh melihat floaters (bayangan benda-benda hitam melayang mengikuti penggerakan mata) atau mengeluh mendadak penglihatannya terhalang.



Etiologi 1. Retinopati Diabetik 1) 2) 3) 4) 5)



Genetik atau Faktor Keturunan Virus dan Bakteri Bahan Toksin atau Beracun Asupan Makanan Obesitas



2. Faktor lingkungan (dapat dimodifikasi)  Diet, makanan dengan kadar garam tinggi dapat meningkatkan tekanan darah seiring dengan tekanan darah seiring dengan bertambahnya usia.  Obesitas/kegemukan, tekanan darah meningkat seiring dengan peningkatan berat badan.  Merokok, dapat meningkatkan tekanan darah dan cenderung terkena penyakit jantung koroner. Peningkatan tekanan darah ditunjang oleh pemekatan darahdan penyempitan pembuluh darah perifer akibat dari kandungan bahan kimia,terutama gas karbon monoksida dan nikotin serta zat kimia lain yang terdapat didalam rokok  Kondisi penyakit lain, seperti diabetes melitus tipe 2 cenderung meningkatkan risiko peningkatan tekanan darah 2 kali lipat. D. Patofisiologi Mekanisme terjadinya RD masih belum jelas, namun beberapa studi menyatakan bahwa hiperglikemi kronis merupakan penyebab utama kerusakan multipel organ. Komplikasi hiperglikemia kronis pada retina akan menyebabkan perfusi yang kurang adekuat akibat kerusakan jaringan pembuluh darah organ, termasuk kerusakan pada retina itu sendiri. Terdapat 4 proses biokimiawi yang terjadi pada hiperglikemia kronis yang diduga berhubungan dengan timbulnya retinopati diabetik, antara lain: 1. Akumulasi Sorbitol Produksi berlebihan serta akumulasi dari sorbitol sebagai hasil dari aktivasi jalur poliol terjadi karena peningkatan aktivitas enzim aldose reduktase yang terdapat pada jaringan saraf, retina, lensa, glomerulus, dan dinding pembuluh darah akibat hiperglikemi kronis. Sorbitol merupakan suatu senyawa gula dan alkohol yang tidak dapat melewati membrana basalis sehingga akan tertimbun dalam jumlah yang banyak dalam sel. Kerusakan sel terjadi akibat akumulasi sorbitol yang bersifat hidrofilik sehingga sel menjadi bengkak akibat proses osmotik. Selain itu, sorbitol juga meningkatkan rasio NADH/NAD+ sehingga menurunkan uptake mioinositol. Mioinositol berfungsi sebagai prekursor sintesis fosfatidilinositol untuk modulasi enzim Na-K-ATPase yang mengatur konduksi syaraf. Secara singkat, akumulasi sorbitol dapat menyebabkan gangguan konduksi saraf. Percobaan pada binatang menunjukkan inhibitor enzim aldose reduktase (sorbinil) yang bekerja menghambat pembentukan sorbitol, dapat mengurangi atau memperlambat terjadinya retinopatik diabetik. Namun uji klinik pada manusia belum menunjukkan perlambatan dari progresifisitas retinopati. 2)



Pembentukan protein kinase (PKC) Dalam kondisi hiperglikemia, aktivitas PKC di retina dan sel endotel vaskular meningkat akibat peningkatan sintesis de novo dari diasilgliserol, yang merupakan suatu regulator PKC dari glukosa. PKC diketahui memiliki pengaruh terhadap agregasi trombosit, permeabilitas vaskular, sintesis growth factor dan vasokonstriksi. Peningkatan PKC secara relevan meningkatkan komplikasi diabetika, dengan mengganggu permeabilitas dan aliran darah vaskular retina. Peningkatan permeabilitas vaskular akan menyebabkan terjadinya ekstravasasi plasma, sehingga viskositas darah intravaskular meningkat disertai dengan peningkatan agregasi trombosit yang saling berinteraksi menyebabkan terjadinya trombosis. Selain itu, sintesis growth factor akan menyebabkan peningkatan proliferasi sel otot polos vaskular dan matriks ekstraseluler termasuk jaringan fibrosa, sebagai akibatnya akan terjadi penebalan



dinding vaskular, ditambah dengan aktivasi endotelin-1 yang merupakan vasokonstriktor sehingga lumen vaskular makin menyempit. Seluruh proses tersebut terjadi secara bersamaan, hingga akhirnya menyebabkan terjadinya oklusi vaskular retina 3)



Pembentukan Advanced Glycation End Product (AGE) Glukosa mengikat gugus amino membentuk ikatan kovalen secara non enzimatik. Proses tersebut pada akhirnya akan menghasilkan suatu senyawa AGE. Efek dari AGE ini saling sinergis dengan efek PKC dalam menyebabkan peningkatan permeabilitas vaskular, sintesis growth factor, aktivasi endotelin 1 sekaligus menghambat aktivasinitrit oxide oleh sel endotel. Proses tersebut tentunya akan meningkatkan risiko terjadinya oklusi vaskular retina. AGE terdapat di dalam dan di luar sel, berkorelasi dengan kadar glukosa. Akumulasi AGE mendahului terjadinya kerusakan sel. Kadarnya 10-45x lebih tinggi pada DM daripada non DM dalam 5-20 minggu. Pada pasien DM, sedikit saja kenaikan glukosa maka meningkatkan akumulasi AGE yang cukup banyak, dan akumulasi ini lebih cepat pada intrasel daripada ekstrasel.



4)



Pembentukan Reactive Oxygen Speciesi (ROS) ROS dibentuk dari oksigen dengan katalisator ion metal atau enzim yang menghasilkan hidrogen peroksida (H2O2), superokside (O2-). Pembentukan ROS meningkat melalui autooksidasi glukosa pada jalur poliol dan degradasi AGE. Akumulasi ROS di jaringan akan menyebabkan terjadinya stres oksidatif yang menambah kerusakan sel. Kerusakan sel yang terjadi sebagai hasil proses biokimiawi akibat hiperglikemia kronis terjadi pada jaringan saraf (saraf optik dan retina), vaskular retina dan lensa. Gangguan konduksi saraf di retina dan saraf optik akan menyebabkan hambatan fungsi retina dalam menangkap rangsang cahaya dan menghambat penyampaian impuls listrik ke otak. Proses ini akan dikeluhkan penderita retinopati diabetik dengan gangguan penglihatan berupa pandangan kabur. Pandangan kabur juga dapat disebabkan oleh edema makula sebagai akibat ekstravasasi plasma di retina, yang ditandai dengan hilangnya refleks fovea pada pemeriksaan funduskopi.



C.



Manifestasi Klinis 1. Tampak bayangan jaringan/sarang laba-laba pada penglihatan mata 2. Bayangan abu-abu 3. Mata kabur 4. Sukar membaca karena kabur 5. Ada titik gelap atau kosong ditengah lapangan pandang 6. Seperti ada selaput merah pada penglihatan 7. Nyeri mata 8. Obyek yang dilihat seperti dikelilingi lingkaran terang 9. Garis lurus yang dilihat menjadi berubah (Hans Candra, 93 : 2007) D. Komplikasi 1. Oklusi vaskuler retina Penyempitan lumen vaskular dan trombosis sebagai efek dari proses biokimiawi akibat hiperglikemia kronis pada akhirnya akan menyebabkan terjadinya oklusi vaskular retina. Oklusi vena sentralis retina akan menyebabkan terjadinya vena berkelok-kelok apabila oklusi terjadi



E.



parsial, namun apabila terjadi oklusi total akan didapatkan perdarahan pada retina dan vitreus sehingga mengganggu tajam penglihatan penderitanya. 2. Glaukoma Mekanisme terjadinya glaukoma pada retinopati diabetik masih belum jelas. Beberapa literatur menyebutkan bahwa glaukoma dapat terjadi pada retinopati diabetik sehubungan dengan neovaskularisasi yang terbentuk sehingga menambah tekanan intraokular. 3. Ablasio retina Peningkatan sintesis growth factor pada retinopati diabetik juga akan menyebabkan peningkatan jaringan fibrosa pada retina dan corpus vitreus. Suatu saat jaringan fibrosis ini dapat tertarik karena berkontraksi, sehingga retina juga ikut tertarik dan terlepas dari tempat melekatnya di koroid. Proses inilah yang menyebabkan terjadinya ablasio retina pada retinopati diabetik. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan yang dapat dilakukan penderita Retinopati Diabetika antara lain: 1. Indirect of Thalamoskop Diperiksa seluruh permukaan fundus sampai belakang penggantung lensa dapat dilihat dengan alat indirect oftalmoskop, yang sebelumnya mata pasien ditetes dengan midirasil. 2. Foto fundus Dilakukan foto fundus dengan foto-polaroid, sehingga akan nampak optikus, retina dan pembuluh darah diretina, sebelumnya penderitaditetesi medriasil. 3. Foto Fluorescein Angiografi Dilakukan pemotretan fundus, seperti diatas tetapi sebelumnya penderita selain ditetes medriasil, akan diinjeksi intravena dengan zat kontrassehingga gambaran detail halus epitel pigmen retina, aliran sirkulasi darah retina, gambaran pembuluh darah dan integritas fungsinya. Selain itu FFA juga berfungsi untuk memonitor terapi fotokoagulasi pada penyakit Retina dan Khoroid. 4. Foto Koagulasi Laser Adalah teknik terapi menggunakan sumber sinar kuat untuk mengkoagulasikan jaringan, tujuannya merusak jaringan retina yang tidak normal, antara lain menghilangkan adanya pembuluh darah, melekatkan jaringan chorioretina yang terlepas maupun robek dll. 5. Operasi Vitreoretina, Vitrektomi Penderita Diabetes Retinopati yang telah lanjut, didapatkan Vitreus/badan kaca keruh akibat pendarahan retina masuk kebadan kaca, dan juga berakibat adanya jaringan ikat dibadan kaca yang akan mengakibatkan tarikan retina, sehingga akan berakibat terlepasnya retina atau ablasio-retina. Operasi Vitrektomi digunakan untuk menjernihkan badan kaca dan juga mengupas jaringan ikat yang ada, sehingga lokasi asal perdarahan dapat dilakukan photokoagulasi laser, dan adanya tarikan retina dapat dihindarkan.



BAB III ASUHAN KEPERAWATAN



A. Pengkajian I. Identitas -Nama -Umur -Alamat -Agama



: Ny” N” : 67 thn : jln.DG.tata lama : islam



II.Riwayat kesehatan  Keluhan utama : klien mengatakan seperti ada lalat di matanya  Diagnosis masuk : retinopatik diabetik  Riwayat kesehatan sekarang : klien mengeluh ada lalat di mata, Bayangan abu-abu Mata kabur dan nyeri pada mata  Riwayat kesehatan dahulu : klien berkata pernah menderita penyakit DM dan hipertensi  Riwayat penyakit keluarga: keluarga terdahulu pernah menderita hipertensi  Pemeriksaan fisik: TTV : TD : 180/100 mmHg P : 16x/menit S : 360c N : 120x/menit  Mata - Inspeksi Konjungtiva : tidak anemis - Sclera : nampak menutupi pupil,ada kekeruhan pada sclera - Kornea : refleks berkedip normal - Pupil : refleks pupil normal “mengecil pada saat di beri reflek cahaya” - Penggerakan bola mata : tidak ada kelainan di otot-otot mata - Palpasi kelopak mata : tidak ada nyeri tekan  Pengkajian lapang pandang 1. Snellen card - VOD : 5/15 - VOS : 5/10 2. Tes membaca : pasien disarankan untuk memakai kacamata 3. Counting finger test: pasien dapat melihat pada jarak 3 meter dengan visus 3/60 4. Waving hand test : pasien dapat melihat goyangan tangan pada jarak 3 meter dengan visus 3/300



Pengkajian resiko jatuh Faktor resiko Riwayat jatuh dalam 90 hari terakhir Alat bantu berjalan o Bed rest/dgn bantuan perawat o Tongkat/walker o Perabot/fumiture IV/heparin lock Gaya berjalan o Normal/bodrest iimmobile o Lemah o Terganggu Status mental o Orientasi sesuai kemampuan o Melupakan keterbatasan diri Total resiko jatuh : beresiko



skala Tidak=0 Ya =25



skor 25



0



0



15 30 tidak=0 ya =20



0 0 0



0 10 20



0 0 0



0 15



0 0 25



B. Diagnosa Keperawatan a.



Gangguan sensori persepsi berhubungan dengan penurunan fungsi penglihatan



b. Resiko cedera berhubungan dengan gangguan sensori persepsi C. Intervensi DIAGNOSA KEP.



Domain 5 :



TUJUAN DAN KRITERIA HASIL (NOC) Setelah dilakukan tindakan



persepsi/pengartia



keperawatan selama 2 x 24 jam



faktor2 resiko



Kelas 3: persepsi



klien dapat mencegah atau



gangguan



sensori



mengurangi bahaya yang dapat



penglihatan



Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan proses inflamasi



mengganggu fungsi penglihatan dengan indikator :



INTERVENSI (NIC)  Mengidentifikasi



 Mengenali gejala2 penurunan fungsi penglihatan  Mencegah trauma terhadap mata  Menggunakan cahaya adekuat untuk beraktivitas



 Menggunakan alat pelindung mata  Menggunakan kacamata ultraviolet ketika diluar  Memeriksakan mata  Perawatan mata :  Monitor refleks kornea  Memantau kemerahan eksudat dan ulserasi  Anjurkan klien untuk tidak menyentuh mata Domain 11 : keamanan dan perlindungan Kelas 2 : cedera fisik resiko cidera b/d gangguan persepsi sensorik



Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, klien tidak mengalami cidera dengan indikator : o klien terbebas dari cidera o klien mampu menjelaskan cara untuk mencegah cidera o klien mampu menjelaskan faktor resiko pada lingkungan yang dapat menyebabkan cidera







manajemen lingkungan  sediakan lingkungan yang aman untuk klien  menghindarkan klien pada lingkungan yang berbahaya  identifikasi kebutuhan keamanan klien, sesuai dengan kondisi fisik, dan fungsi kognitif klien dan riwayat penyakit terdahulu  memodifikasi lingkungan untuk meminimalkan bahaya dan risiko  menganjurkan keluarga untuk mendampingi klien



BAB IV PENUTUP A. Simpulan 1.



Retinopati diabetik: Pada Diabetes Melitus perisi pada pembuluh darah menghilang sehingga pmbuluh darah lebih tipis. Akibat lumen pembuluh darah tidak mulus sehingga mudah terbentuk trombus --> lumen menyempit --> oklusi --> retina putih2 karena iskemia --> rangsang angiofaktor --> neovaskular yang rapuh --> mudah perdarahan --> perdarahan di retina (yang keluar eksudat) --> pandangan kabur.



2.



Retinopati hipertensi: HT --> pembuluh darah kaku --> penumpukan lemah di pembuluh darah (plak kuning) --> hiper (menebal) putih di pembuluh darah --> mikroaneurisma mudah pecah --> perdarahan -> kabur.



DAFTAR PUSTAKA



Ciwi. 2012. Askep pada gangguan mata. (online). http://ciwincemoot.blogspot.com/2012/06/askeppada-gangguan-mata.html/diakses pada 21 mei 2013 Daeng. 2010. Retinopati diabetik. (online) http://daengbantang.blogspot.com/2010/05/retinopatidiabetik.html/diakses 10 juni 2013 Emirza Wicaksono.2013. retinopati. (online) Suryo, joko. 2008. Rahasia herbal penyembuhan diabetes. PT mizan Pubika Tandra, hans. 2007. Segala sesuatu yang harus anda ketahui tengtang diabetes. Jakatra : PT. Gramedia Pustaka Utama