Askep Ruptur Uteri-1 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN RUPTUR UTERI



Oleh : Orlando Solambela Jeria mangole Veronika rany Futwembun



19142010068 19142010089 19142010065



UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIA MANADO



2022



KATA PENGANTAR



Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN RUPTUR UTERI. Makalah ini di susun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN III. Dalam menyusun makalah ini, penulis banyak memperoleh bantuan dari berbagai layanan internet. Oleh karena itu, Penulis menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna sempurnanya makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi untuk saya maupun untuk semuanya.



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Misoprostol adalah analog oral prostaglandin E1 sintetik yang saat ini semakin popular digunakan dalam dunia obstetrika. Pemakaian paling banyak adalah untuk induksi persalinan karena kemampuannya dalam pematangan serviks dan memacu kontraksi miometrium juga dalam usaha pencegahan dan pengobatan perdarahan postpartum karena efeknya yang kuat sebagai uterotonika. Selain itu dari segi ekonomi obat ini tergolong murah dan tahan terhadap suhu tropis sehingga dapat bertahan lama. (Siswosudarmo, 2006). Hiperstimulasi adalah adalah salah satu komplikasi penggunaan misoprostol dalam kehamilan yang dapat menyebabkan terjadinya ruptur uteri. Ruptur uteri merupakan kondisi kegawatdaruratan obstetrik yang membutuhkan penanganan sesegera mungkin oleh karena risiko terjadinya kematian maternal dan perinatal yang tinggi, namun karena tanda dan gejala ruptur uteri yang tidak khas membuat diagnosis ruptur uteri seringkali terlambat sehingga penanganannnya juga terlambat. Beberapa laporan kasus kejadian ruptur uteri pada wanita hamil yang diinduksi dengan misoprostol telah dilaporkan, namun hingga saat ini belum ada penelitian-penelitian dalam skala besar yang meneliti kejadian ruptur uteri yang berhubungan dengan induksi misoprostol. Hofmeyr dalam cochrane database melakukan review tentang penggunaan misoprostol oral untuk induksi persalinan, namun data kejadian ruptur uteri akibat induksi misoprostol sangat terbatas sehingga sulit menentukan apakah penggunaan misoprostol oral dapat meningkatkan risiko terjadinya ruptur uteri. (Hofmeyr, 2010). Ruptur uteri di negara berkembang masih jauh lebih tinggi di bandingkan dengan di Negara maju. Angka kejadian rupture uteri di Negara maju dilaporkan juga semakin menurun. Sebagai contohbeberapatahunyanglalu darisalahsatupenelitiandinegaramajudilaporkankejadian rupture uteri dari 1 dalam 1.280 persalinan (1931-1950) menjadi 1 dalam 2.250 persalinan (1973-1983). Dalam tahun 1996 kejadiannya menjadi dalam 1 dalam 15.000 persalinan. Dalam masa yang hamper bersamaan angka tersebut untuk berbagai tempat di Indonesia dilaporkan berkisar 1 dalam 294 persalinan sampai 1 dalam 93 persalinan.



Kedaruratan serius pada rupture uteri terjadi kurang dari 1% wanita dengan parut uterus dan potensial mengancam jiwa baik bagi ibu maupun bayi. Separuh dari semua kasus terjadi pada ibu tanpa jaringan parut uterus, terutama pada ibu multipara.



BAB II PEMBAHASAN



A. PENGERTIAN Ruptur uteri adalah robekan di dinding uterus, dapat terjadi selama periode ante natal saat induksi, selama persalinan dan kelahiran bahkan selama stadium ke tiga persalinan (Chapman, 2006;h.288). Ruptur uteri adalah robekan yang dapat langsung terhubung dengan rongga peritonium (komplet) atau mungkin di pisahkan darinya oleh peritoneum viseralis yang menutupi uterus oleh ligamentum latum (inkomplit) (Cunningham,2005;h.217) Ruptura uteri adalah terjadinya diskontinuitas pada dinding uterus. Perdarahan yang terjadi dapat keluar melalui vagina atau ke intra abdomen. (Buku Saku Pelayanan Kesehatan di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. 2013) Ruptur uteri adalah pelepasan insisi yang lama di sepanjang uterus dengan robeknya selaput ketuban sehingga kavum uteri berhubung langsung dengan kavum peritoneum (Cunningham, 1995, P: 470 ). B. PENYEBAB Kematian anak mendekati 100% dan kematian ibu sekitar 30%. Secara teori robekan rahim dapat dibagi sebagai berikut: 1. Spontan



 Karena dinding rahim lemah seperti pada luka seksio sesarea, luka enukleasi mioma, dan hipoplasia uteri. Mungkin juga karena kuretase, pelepasan plasenta secara manual dan sepsis pascapersalinan atau pasca abortus



 Dinding rahim baik tetapi robekan terjadi karena bagian depan tidak maju,misalnya pada panggul sempit atau kelainan letak.



 Campuran 2. Violent (rudapaksa): karena trauma (kecelakaan) dan pertolongan versi dan ekstrasi (ekspresi Kristeller)



 Secara praktis pembagian robekan rahim adalah sebagai berikut: 3. Robekan spontan pada rahim yang utuh



 Terjadi lebih sering pada multipara terutama pada grandemultipara daripada primipara. Hal ini disebabkan oleh dinding rahim pada multipara sudah lemah. Ruptur juga lebih sering terjadi pada orang yang berumur. Penyebab yang penting adalah panggul sempit, letak lintang hidrosefalus,



tumor yang menghalangi jalan lahir dan presentasi atau dahi. Rupture yang spontan biasanya terjadi pada kala pengeluaran tetapi ada kalanya sudah terjadi pada kehamilan. Jika rupture terjadi pada kehamilan biasanya terjadi pada korpus uteri sedangkan jika dalam persalinan terjadi pada segmen bawah rahim. Ruptur uteri ada 2 macam yaitu rupture uteri complete (jika semua lapisan dinding rahim sobek) dan rupture uteri incomplete (jika perimetrium masih utuh) Sebelum terjadinya rupture biasanya ada tanda-tanda pendahuluan yang terkenal dengan istilah gejala-gejala ancaman robekan rahim yaitu:  Lingkaran    















retraksi patologis/ lingkaran Bndle yang tinggi mendekati pusat dan naik terus Kontraksi rahim kuat dan terus menerus Penderita gelisah, nyeri di perut bagian bawah juga diluar HIS Pada palpasi segmen bawah rahim terasa nyeri (di atas simfisis) Ligamentum rotundum tegang juga diluar HIS Bunyi jantung anak biasanya tidak ada atau tidak baik karena anak mengalami asfiksia yang disebabkan kontraksi dan retraksi rahim yang berlebihan. Air kencing mengandung darah karena kandung kencing teregang atau tertekan



Jika keadaan ini berlanjut terjadilah rupture uteri. Gejala-gejala rupture uteri adalah:  Sewaktu kontraksi yang kuat pasien tiba-tiba merasa nyeri yang menyayat dibagian bawah  Segmen bawah rahim nyeri sekali pada saat dilakukan palpasi  HIS berhenti/ hilang  Ada perdarahan pervaginam walaupun biasanya tidak banyak  Bagian-bagian anak mudah diraba jika anak masuk ke dalam rongga perut  Kadang-kadang disamping anak teraba tumor yaitu rahim yang telah mengecil  Pada pemeriksaan dalam ternyata bagian depan mudah ditolak ke atas bahkan terkadang tidak teraba lagi karena masuk ke rongga perut  Bunyi jantung anak tidak ada/tidak didengar  Biasanya pasien jatuh dalam syok  Jika sudah lama terjadi seluruh perut nyeri dan kembung  Adanya kencing berdarah







Adapun diagnose banding dari rupture uteri adalah solusio plasenta dan kehamilan abdominal a) Robekan violent Dapat terjadi karena kecelakaan akan tetapi lebih sering disebabkan versi dan ekstrasi. Kadang-kadang disebabkan oleh dekapitasi versi secara baxton hicks, ektrasi bokong atau forcep yang sulit. Oleh karena itu sebaiknya setiap versi dan ekstrasi dan operasi kebidanan lainnya yang sulit dilakukan eksplorasi kavum uteri. b) Robekan bekas luka seksio Rupture uteri karena bekas seksio makin sering terjadi dengan meningkatnya tindakan SC. Rupture uteri semacam ini lebih sering terjadi pada luka bekas SC yang klasik dibandingkan dengan luka SC profunda. Rupture uteri ini sering sukar didiagnosis. Tidak ada gejala-gejala yang khas mungkin hanya perdarahan yang lebih dari perdarahan pembukaan atau ada perasaan nyeri pada daerah bekas luka. (unpad.2003).



C. FAKTOR RISIKO Beberapa faktor risiko terjadi ruptur uteri antara lain kondisi uterus, kondisi kehamilan, kondisi persalinan, penanganan obstetrik, dan trauma. a) Kondisi Uterus Kondisi uterus yang dapat meningkatkan risiko ruptur uteri adalah kondisi scarred uterus. Uterus dianggap scarred bila terdapat riwayat perlukaan sebelumnya. Misalnya sebagai akibat sectio caesarea, miomektomi, tindakan kuretase, atau segala penyebab perforasi uterus. b) Kondisi Kehamilan Kondisi kehamilan yang dapat meningkatkan risiko untuk terjadi ruptur uteri yaitu usia maternal >35 tahun, grande multipara, plasenta akreta, inkreta, dan perkreta, kehamilan kornual, overdistention pregnancy (misal gestasi multipel dan polihidramnion), distosia, dan mola hidatidosa atau koriokarsinoma. Selain daripada itu, sebuah studi kohort retrospektif menemukan bahwa interval persalinan