Askep Trauma Kandung Kemih [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH KEGAWATDARURATAN ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARYRATAN DENGAN TRAUMA KANDUNG KEMIH / BLADDER



Dosen pembimbing : Nasrul hadi purwanto S.Kep.,Ns.,M.Kes Disusun oleh : Sofiari N F R 0117066



PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN STIKES DIAN HUSADA MOJOKERTO 2019/2020



1



LEMBAR PERNYATAAN



Dengan ini kami menyatakan bahwa: Kami mempunyai kopi dari makalah ini yang bisa kami reproduksi jika makalah yang dikumpulkan hilang atau rusak. Makalah ini adalah hasil karya kami sendiri dan bukan merupakan karya orang lain kecuali yang telah ditulis kan dalam referensi, serta tidak ada seorangpun yang membuatkan makalah ini untuk kami. Jika dikemudian hari terbukti adanya ketidakjujuran akademik, kami bersedia mendapatkan sangsi sesuai peraturan yang berlaku.



Mojokerto, 21 Februari 2020



Nama



Nim



Sofiari Nur Fadhilatul R



0117066



Tanda tangan mahasiswa



2



KATA PENGANTAR



Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas karunia, rahmat, dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini.Dengan terselesaikannnya makalah ini, diharapkan dapat memperluas dan menambah wawasan para pembaca. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu selesainya makalah ini. Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.Penulis menyadari bahwa makalah ini masih terdapat beberapa kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharap kritik dan saran yang membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.



Mojokerto, 21 Februari 2020



Penulis



3



DAFTAR ISI



Cover LEMBAR PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN A.



Latar Belakang



B.



Tujuan



BAB II PEMBAHASAN A.



Definisi



B.



Etiologi



C.



Manifestasi klinis



D.



Patofisiologi



E.



Tanda dan gejala



F.



Klasifikasi



G.



Komplikasi



H.



Pemeriksaan diagnostik



J.



Penatalaksanaan



KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN BAB III PENUTUP A.



Kesimpulan



4



B.



Saran



C.



Daftar pustaka



BAB I PENDAHULUAN



A.



LATAR BELAKANG



Dalam kehidupan sehari-hari, kebutuhan akan berkemih selalu menjadi kebutuhan yang sangat vital bagi kita.Karena berkemih adalah membuang sisa-sisa cairan dan zat-zat yang tidak sudah berguna bagi tubuh. Namun, jika kebutuhan akan berkemih mengalami gangguan maka tubuh akan mengalami sakit. Salah satunya adalah dapat mengalami obstruksi system perkemihan. Trauma saluran kemih sering tak terdiagnosa atau terlambat terdiagnosa karena perhatian penolong sering tersita oleh jejas-jejas ada di tubuh dan anggota gerak saja, kelambatan ini dapat menimbulkan komplikasi yang berat seperti perdarahan hebat dan peritonitis, oleh karena itu pada setiap kecelakaan trauma saluran kemih harus dicurigai sampai dibuktikan tidak ada. Trauma saluran kemih sering tidak hanya mengenai satu organ saja, sehingga sebaiknya seluruh sistem saluran kemih selalu ditangani sebagai satu kesatuan. Juga harus diingat bahwa keadaan umum dan tanda-tanda vital harus selalu diperbaiki/dipertahankan, sebelum melangkah ke pengobatan yang lebih spesifik. Oleh karena itu, di dalam makalah ini penulis tertarik untuk mengetahui dan membahas lebih lanjut bagaimana Asuhan keperawatan pada klien dengan kondisi obtruksi dan trauma pada saluran kemih.



B.



TUJUAN



1.



Tujuan Umum



Untuk mengetahui tentang asuhan keperawatan kegawatdaruratan pada saluran kemih 2.



Tujuan Khusus



a.



Untuk mengetahui tentang obstruksi saluran kemih



b.



Untuk mengetahui tentang trauma saluran kemih 5



BAB II ISI



A.



Definisi



Trauma urinaria atau trauma pada salurah perkemihan merupakan adanya benturan pada saluran perkemihan ( ginjal, ureter, vesika urinaria, uretra ). Pada laki – laki dapat pula mengenai pada skrotum, testis, dan prostat (Muttaqin, Arif. 2011 ) Trauma pada sistem perkemihan adalah kejadian dimana saluran kemih mengalami gangguan bukan karena pengaruh dari dalam tubuh tetapi adanya gangguan dari luar. Saluran kemih (termasuk ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra ) dapat mengalami trauma karena luka tembus ( tusuk), trauma tumpul, terapi penyinaran maupun pembedahan. Gejala yang paling banyak ditemukan adalah terdapatnya darah diurin ( hematuria ), berkurangnya proses berkemih dan nyeri. Beberapa trauma dapat menyebabkan nyeri tunpul, pembengkakan, memar, dan jika cukup berat dapat menurunkan tekanan darah ( syok ) Trauma buli-buli atau trauma vesika urinaria merupakan keadaan darurat bedah yang memerlukan penatalaksanaan segera, bila tidak ditanggulangi dengan segera dapat menimbulkan komplikasi seperti pedarahaan hebat, peritonitis dan sepsis secara anatomic buli-buli terletak didalam rongga pelvis terlindung oleh tulang pelvis sehingga jarang mengalami cedera. Cedera kendung kemih disebabkan oleh trauma tumpul atau penetrasi. Kemungkinan cedera kandung kemih bervariasi menurut isi kandung kemih , sehingga bila kandung kemih penuh akan lebih mungkin untuk menjadi luka daripada saat kosong. (Arif muttaqin : 211) B.



Etiologi



Ruptur kandung kemih terutama terjadi akibat trauma trauma tumpul pada panggul, tetapi bisa juga karena trauma tembus seperti luka tembak dan luka tusuk oleh senjata tajam, dan cedera dari luar, cedera iatrogenik dan patah tulang panggul. Pecahan-pecahan tulang panggul yang berasal dari fraktur dapat menusuk kandung kemih tetapi rupture kandung kemih yang khas ialah akibat taruma tumpul pada panggul atas kandung terisi penuh. Tenaga mendadak atas masa urinaria yang terbendung di dalam kandung kemih yang mnyebabkan rupture. Penyebab iatrogenic termasuk pasca intervensi bedah dari ginekologi, urologi, dan operasi ortopedi di dekat kandung kemih. Penyebab lain melibatkan trauma obstetric pada saat melahirkan. Kandung kemih yang penuh dengan urine dapat mengalami rupture oleh tekanan yang kuat pada perut bagian bawah. Cidera ini umumnya terjadi karena pemakaian sabuk pengaman pada klitis.



6



C.



Manifestasi klinis



Trauma bladder selalu menimbulkan nyeri pada abdomen bawah dan hematuria. Jika klien mempunyai riwayat trauma pada abdomen, itu merupakan faktor predisposisi trauma bladder. Klien dapat menunjukkan gejala kesulitan berkemih. Test diagnostik pada trauma bladder meliputi IVP dengan lateral views atau CT scan saat blader kosong dan penuh, atau csytogram. Jika darah keluar dari meatus, disrupsi uretral mungkin telah terjadi. Pada kasus ini, klien tidak boleh dikateterisasi sampai disrupsi tersebut teratasi. D.



Patofisiologi



Trauma vesika urinaria terbanyak karena kecelakaan lalu lintas / kecelakaan kerja yang menyebabkan fragmen patah tulang pelvis mencederai buli-buli. Trauma vesika urinaria tumpul dapat menyebabkan rupture buli-buli terutama bila kandung kemih penuh atau terdapat kelainan patelegik seperti tuberculosis, tumor atau obstruksi sehingga menyebabkan rupture. Trauma vesika urinaria tajam akibat luka tusuk atau luka tembak lebih jarang ditemukan. Luka dapat melalui daerah suprapubik ataupun transperineal dan penyebab lain adalah instrumentasi urologic. Fractur tulang panggul dapat menimbulkan kontusio atau rupture kandung kemih, pada ontusio buli-buli hanya terjadi memar pada dinding buli-bui dengan hematuria tanpa ekstravasasi urin. Ruptur kandung kemih dapat bersifat intraperitoneal atau ekstraperitoneal. Rupture kandung kemih ekstraperitoneal biasanya akibat tertusuk fragmen fraktur tulang pelvis pada dinding depan kandung kemih yang penuh. Peda kejadian ini terjadi ekstravasasi urin dari rongga perivesikal. Cedera kandung kemih tidak lengkap atau sebagian akan menyebabkan robekan mukosa kandung kemih. Segmen dari dinding kandung kemih mengalami memar, mengakibatkan cedera lokal dan hematoma. Memar atau kontusi memberikan manifestasi klinis hematuria setelah trauma tumpul atau setelah melakukan aktivitas fisik yang ekstrem (contohnya: lari jarak jauh). Ruptur ekstraperitoneal kandung kemih. Ruptur ekstraperitoneal biasanya berhubungan dengan fraktur pinggul (89%-100%). Sebelumnya mekanisme cedera diyakini dari perforasi langsung oleh fragmen tulang pinggul. Tingkat cedera kandung kemih secara langsung berkaitan dengan tingkat keparahan fraktur. Beberapa kasus mungkin terjadi dengan mekanisme yang mirip dengan pecahnya kandung kemih intraperitoneal, yang merupakan kombinasi dari trauma dan overdistension kandung kemih. Temuan cystographic classic adalah ekstravasasi kontras sekitar dasar kandung kemih. Dengan cedera yang lebih kompleks, bahan kontras meluas ke paha, ke penis, perineum, atau kedalam dinding anterior abdomen. Ekstravasasi akan mencapai skrotun ketika vasia superior diagfragma urogenital atau diagfragma urogenital sendiri menjadi terganggu. Ruptur kandung kemih intraperitoneal. Ruptur kandung kemih intraperitoneal digambarkan sebagai masuknya urine secara horizontal kedalam kompartemen kandung kemih. Mekanisme cedera adalah peningkatan tekanan intrvesikal secara tiba-tiba ke kandung kemih yang penuh. Kekuatan dari trauma tidak mampu ditahan oleh keammpuan dinding kandung kemih sehingga terjadi perforasi dan urine masuk kedalam peritoneal Kombinasi ruptur intraperitoneal dan ekstraperitoneal. Mekanisme cedera penetrasi memungkinkan cedera menembus kandung kemih seperti peluru kecepatan tinggi melintasi kandung kemih atau luka tusuk abdomial bawah. Hal tersebut akan menyebutkan intraperitoneal ekstraperitoneal, cedera atau gabungan kandung kemih. 7



Ruptur kandung kemih Intraperitoneal ekstraperitoneal



Spasme otot destrusor Peregangan saraf infravesika



Respons Pendarahan arteri panggul



Nyeri



Aktual/resiko syok hipovolemik



Asuhan keperawatan perioperatif



Respons masuknya Urine ke dalam peritoneum



Hematuria Penurunan urine Output Anuria



Sespis peritonitis



Gangguan Pemenuhan Eliminasi urine



Tindakan pembedahan Respons psikologis: koping maladaptif kecemasan



Kecemasan



E.



Tanda dan Gejala



a.



Fraktur tulang pelvis disertai pendarahan hebat



b.



Abdomen bagian tempat jejas / hemato



c.



Tidak bisa buang air kecil, kadang keluar darah dari uretra



d.



Nyeri suprapubik



e.



Ketegangan otot dinding perut bawah



f.



Trauma tulang panggul



F.



Klasifikasi



a. Rupture ekstraperitoneal kandung kemih. Rupture ekstraperitoneal biasanya berhubungan dengan fraktur panggul ( 89% - 100% ). Sebelumnya, mekanisme cidera diyakini dari perforasi



8



langsung oleh fragmen tulang panggul. Tingkat cidera kandung kemihsecara langsung berkaitan dengan tingkat keparahan fraktur. b. Rupture kandung kemih intraperitoneal. Rupture kandung kemih intraperitoneal digambarka sebagai masuknyaurine secara horizontal kedalam kompartemen kadung kemih.mekanismecidera adalah peningkatan tingkat tekanan intravesikel secara tiba-tibakekandung kemih yang penuh. Kekuatan daya trauma tidak mampu ditahan oleh kemampuan dinding kandung kemih sehingga terjadiperforasi dan urine masuk kedalam peritoneum. c. Kombinasi rupture intraperitoneal dan ekstraperitoneal. Meknaisme cidera penetrasi memungkinkan cidera menembus kandungkemih seperti peluru kecepatan tinggi melintasi kandung kemih atau luka tusuk abdominal bawah. Hal itu akan menyebabkan intraperitoneal,ekstraperitoneal, cidera, atau gabungan kandung kemih ditahan oleh kemampuan dinding kandung kemih sehingga terjadi perforasi dan urine masuk kedalam peritoneum.



G.



Komplikasi



a.



Urosepsis.



b.



Klien lemah akibat anemia.



H.



Pemeriksaan Laboratorium / Diagnostik



a.



Hematokrit menurun.



b.



Cystografi : menunjukkan ekstravasase urine, vesika urinaria dapatpindah atau tertekan.



I.



Penatalaksanaan



a.



Atasi syok dan perdarahan.



b.



Istirahat baring sampai hematuri hilang



c. bila ditemukan fraktur tulang punggung disertai ruptur vesika urinaria intraperitoneal dilakukan sectio alta yang dilamjutkan dengan laparatomi



9



ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH TRAUMA VESIKA URINARIA



1.



Pengkajian



Pada dasarnya pengkajian yang dilakukan menganut konsep perawatan secara holistic. Pengkajian dilakukan secara menyeluruh dan berkesinambungan. Pada kasus ini akan dibahas khusus pada sistim tubuh yang terpengaruh yaitu:



a. Data Subyektif • Rasa nyeri pada kandung kemih (nyeri abdomen bawah atau nyeri di daerah suprapubik) dapat disebabkan oleh distensi yang berlebihan atau infeksi kandung kemih. Perasaan ingin kencing, tenesmus nyeri ketika mengejan) dan disuria terminal (nyeri pada akhir urinary) sering dijumpai. • Ginjal (Renal): Kemungkinan Data yang diperoleh : Oliguria (produksi urine kurang dari 400 cc/ 24jam), Anuria (100 cc / 24 Jam, Infeksi (WBCs , Bacterimia), Sediment urine mengandung : RBC. •



Pasien mengatakan kadang tidak bisa buang air kecil dan keluar darah dari uretra.







Pasien selalu menanyakan tindakan yang akan dilakukan.



b.



Riwayat sakitnya dahulu.







Sejak kapan muncul keluhan







Berapa lama terjadinya hipertensi







Riwayat kebiasaan, alkohol,kopi, obat-obatan, jamu







Waktu kapan terjadinya nyeri kuduk dan pinggang



c.



Penanganan selama ada gejala







Kalau dirasa lemah atau sakit apa yang dilakukan







Kalau kencing berkurang apa yang dilakukan







Penggunaan koping mekanisme bila sakit.



d.



Pola :



Makan, tidur, eliminasi, aktifitas, dan kerja. 10



Pengkajian terhadap integritas saluran kemih merupakan bagian evaluasi yang dilakukan pada individu yang mengalami trauma di tubuh bagian bawah, trauma yang terkait terutama saluran kemih, antara lain fraktur pelvis,trauma akibat benda tumpul dan tusukan benda tajam atau peluru. Fraktur dapat mengakibtkan perforasi kandung kemih atau robeknya uretra. Pukulan keras pada tubuh bagian bawah dapat mengakibatkan kontusio, robekan atau ruptur ginjal. e.



Data Obyektif







Pada saat urin dipantau kadang terdapat darah dan hematuria/perdarahan segar bisa terjadi







Gelisah, cemas







Espresi wajah ketakutan







Takikardi







Tekanan darah meningkat.



f.



Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Kandung Kemih



Teknik Temuan : • Inspeksi: Perhatikan abdomen bagian bawah, kandung kemih adalah organ berongga yang mampu membesar u/ mengumpulkan dan mengeluarkan urin yang dibuat ginjal •



Perkusi: Pasien dalam posisi terlentang Perkusi dilakukan dari arah depan Lakukan pengetukan pada daerah kandung kemih, daerah suprapubis







Palpasi Lakukan palpasi kandung kemih pada daerah suprapubis



• Normalnya kandung kemih terletak di bawah simfibis pubis tetapi setelah membesar meregang ini dapat terlihat distensi pada area suprapubis •



Bila kandung kemih penuh akan terdengar dullness atau redup



• Pada kondisi yang berarti urin dapat dikeluarkan secara lengkap pada kandung kemih. Kandung kemih tidak teraba. Bila ada obstruksi urin normal maka urin tidak dapat dikeluarkan dari kandung kemih maka akan terkumpul. Hal ini mengakibatkan distensi kandung kemih yang biasa di palpasi di daerah suprapubis.



Pemeriksaan fisik •



Peningkatan vena jugularis







Adanya edema pada papelbra dan ekstremitas 11







Anemia dan kelainan jantung







Hiperpigmentasi pada kulit







Pernapasan







Mulut dan bibir kering







Adanya kejang-kejang







Gangguan kesadaran







Pembesaran ginjal







Adanya neuropati perifer



Test Diagnostik •



Pemeriksaan fungsi ginjal, kreatinin dan ureum darah



Menyiapkan pasien yang akan dilakukan Clearens Creatinin Test (CCT) adalah: Timbang Berat badan dan mengukur tinggi badan Menanmpung urine 24 jam Mengambil darah vena sebanyak 3 cc (untuk mengetahui kreatinin darah) Mengambil urine 50 cc. Lakukan pemeriksaan CCT dengan rumus : Vol. Urine {cc/menit x Konsentrasi kreatinin urine (mg %)} Kreatinin Plasma (mg %) Persiapan Intra Venous Pyelography Puasakan pasien selama 8 jam Bila perlu lakukan lavemen/klisma.



g.



Pemeriksaan pembantu



Tes buli-buli : • Buli-buli dikosongkan dengan kateter, lalu dimasukkan 500 ml larutan garam faal yang sedikit melebihi kapasitas buli-buli. • Kateter di klem sebentar, lalu dibuka kembali, bila selisihnya cukup besar mungkin terdapat rupture buli-buli.



12



2.



Diagnosa Keperawatan



Diagnosa keperawatan terdir dari : a) Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) s/d Kerusakan jaringan ( trauma ) pada daerah bladder, ditandai dengan : -Klien mengeluh nyeri pada daerah abdomen bawah yang terkena. -Adanya nyeri tekan pada daerah bladder yang terkena. -Ekspresi wajah meringis / tegang. 2) Gangguan eliminasi urine s/d trauma bladder ditandai dengan hematuria. 3) Gangguan pemenuhan aktifitas s/d kelemahan fisik sekunder terhadap trauma, ditandai dengan : -Klien tampak lemah. -Aktifitas dibantu oleh orang lain / keluarga. 4) Potensial syok hipovolemia s/d pemutusan pembuluh darah. INTERVENSI KEPERATAN Diagnosa pertma Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) b.d Kerusakan jaringan ( trauma ) pada daerah bladder Intervensi : 1)Kaji skala nyeri, catat lokasi, lama, intensitas dankarakteristiknya. Rasional : Perubahan dalam lokasi atau intensitas tidak umumtetapi dapat menunjukkan adanya komplikasi 2).Atur posisi sesuai indikasi, misalnya semi fowler. Rasional : Mmemudahkan drainase cairan / luka karena gravitasidan membantu meminimalkan nyeri karena gerakan. 3)Berikan tindakan kenyamanan, misalnya nafas dalam, tekhnikrelaksasi / visualisasi. Rasional : Meningkatkan kemampuan koping dengan memfokuskan perhatian pasien. 4)Kolaborasi untuk pemberian analgesik. Rasional : Menurunkan laju metabolisme yang membantu menghilangkan nyeri dan penyembuhan.



Diagnosa ke 2 Gangguan eliminasi urine s/d trauma bladder ditandai dengan hematuria. 13



Intervensi : 1.Kaji pola berkemih seperti frekwensi dan jumlahnya. Rasional : Mengidentifikasi fungsi kandung kemih, fungsi ginjal dan keseimbangan cairan. 2.Observasi adanya darah dalam urine. Rasional : Tanda-tanda infeksi saluran perkemihan / ginjal dapat menyebabkan sepsis. 3.Istirahat baring sekurang-kurangnya seminggu sampai hematuri hilang. Rasional : Menurunkan metabolisme tubuh agar energi yang tersedia difokuskan untuk proses penyembuhan pada ginjal. 4.Lakukan tindakan pembedahan bila perdarahan terus berlangsung. Rasional : Tindakan yang cepat / tepat dapat meminimalkan kecacatan



Diagnosa ke 3. Gangguan pemenuhan aktifitas b.d kelemahan fisik sekunder terhadap trauma, ditandai dengan : -Klien tampak lemah. -Aktifitas dibantu oleh orang lain / keluarga. Intervensi : 1.Kaji kemampuan fungsional dengan skala 0 – 4. Rasional : Untuk menentukan tingkat aktifitas dan bantuan yangdiberikan 2.Ubah posisi pasien setiap 2 jam sekali. Rasional : Meningkatkan sirkulasi darah seluruh tubuh dan mencegah penekanan pada daerah tubuh yang menonjol 3.Lakukan rentang gerak aktif dan pasif. Rasional : Menurunkan resiko terjadinya trauma dan mempertahankan fungsi sendi dan mencegah penurunan tonus 4.Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan ADL.Rasional : Bantuan yang memberikan sangat bermanfaat untuk menghemat energi yang dapat digunakan untuk membantu proses penyembuhan luka Diagnosa ke 4. Potensial syok hipovolemia b.d pemutusan pembuluh darah. Intervensi : 1.Observasi tensi, nadi, suhu, pernafasan dan tingkat kesadaranpasien. Rasional : Terjadinya perubahan tanda vital merupakan manifestasi awal sebagai kompensasi hypovolemia dan penurunan curah jantung. 2.Berikan cairan IV sesuai kebutuhan. Rasional : Perbaikan volume sirkulasi biasanya dapat memperbaiki curah jantung. 3.Berikan O2 sesuai kebutuhan. Rasional : Kadar O2 yang maksimal dapat membantu menurunkan kerja jantung 4.Kolaborasi pemberian obat-obatan anti perdarahan. Rasional : Untuk menghentikan atau mengurangi perdarahan yang sedang berlangsung 14



5.Bila perdarahan tetap berlangsung dan KU memburuk pikirkan tindakan bedah. Rasional : Tindakan yang segera dapat menghindarkan keadaan yang lebih memburuk.



Evaluasi Hasil yang diharapkan setelah mendapatkan intervensi keperawatan adalah sebagai berikut : 1.



Tidak mengalami syok hipovolemik.



2.



Penurunan skala nyeri.



3.



Pola miksi opotimal.



4.



Kecemasan berkurang.



15



BAB III PENUTUP



A.



Kesimpulan



Cedera kandung kemih disebabkan oleh trauma tumpul atau penetrasi. Kemungkinan cedera kandung kemih bervariasi menurut isi kandung kemih sehingga bila kandung kemih penuh akan lebih mungkin untuk menjadi luka daripada satu kosong (arif muttaqin : 211) Trauma saluran kemih sering tak terdiagnosa atau terlambat terdiagnosa karena perhatian penolong sering tersita oleh jejas-jejas ada di tubuh dan anggota gerak saja, kelambatan ini dapat menimbulkan komplikasi yang berat seperti perdarahan hebat dan peritonitis, oleh karena itu pada setiap kecelakaan trauma saluran kemih harus dicurigai sampai dibuktikan tidak ada. Trauma saluran kemih sering tidak hanya mengenai satu organ saja, sehingga sebaiknya seluruh sistem saluran kemih selalu ditangani sebagai satu kesatuan. Juga harus diingat bahwa keadaan umum dan tanda-tanda vital harus selalu diperbaiki/dipertahankan, sebelum melangkah ke pengobatan yang lebih spesifik.



B.



Saran



Semoga dengan makalah para pembaca dapat mengambil ilmu dan apabila terdapat kekurangan dan kesalahan dalam pembuatan makalah ini agar kiranya pembaca dapat memberikan saran dan kritik yang membangun untuk kebaikan semua.



16



DAFTAR PUSTAKA



Carpenito, Lynda Juall.2009.Buku Saku Diagnosa Keperawatan.Edisi 8.Jakarta:EGC. Dincel C, Cascurlu T, Resim S, Bayraktar Z, Tasci A, Sevin G. Fracture of the Penis. Eastern Journal of Medicine. 1998.3 (1) : 17 – 19. Doenges E, Marillyn,dkk.2009.Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokoumentasian Perawatan Pasien.Edisi 3.Jakarta:EGC. Jack GS, Garraway I, Reznichek R, Rajfer J. Current Treatment Options for Penile Fractures. Reviews in Urology. 2004. 6(3):115-20. Kolfman L, Cavalcanti AG, Manes CH, Filho DR, Favorito LA. Penile Fracture – Experience in 56 Cases. International Braz.J.Urol. 2003.29(1):35–39. Price,dkk.2010.Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.Edisi 4.Jakarta:EGC. Smeltzer,dkk.2009.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Edisi 8.Jakarta:EGC.



17