Askep Tuberculosis Paru [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA KELUARGA TN. B DENGAN DIAGNOSA MEDIS TUBERCULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA UPT PUSKESMAS JEKAN RAYA KOTA PALANGKA RAYA



Oleh : Nama



: Hepi Nopita Sari



NIM



: 2019.C.11a.1011



YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PRODI SARJANA KEPERAWATAN TAHUN AKADEMIK 2022/2023



LEMBAR PENGESAHAN Laporan ini di susun oleh : Nama



: Hepi Nopita Sari



NIM



: 2019.C.11a.1011



Program Studi : Sarjana Keperawatan Judul



: Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Keluarga pada Tn. B Dengan Diagnosa Medis Tuberculosis Paru Di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Jekan Raya Kota Palangka Raya. Telah



melakukan



asuhan



keperawatan



sebagai



persyaratan



untuk



mneyelesaikan Praktik Pra Klinik Keperawatan 4 Program Studi S-1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya. Laporan Keperawatan ini telah disetujui oleh : Pembimbing Akademik



Pembimbing Lahan



Christephanie, S.Kep.,Ners



Munita Widya Satanti, A.Md.Kep



KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan Rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Keluarga pada Ny.E Dengan Diagnosa Medis Hipertensi Di Puskesmas Menteng Kecamatan Jekan Raya Kota Palangka Raya ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya. Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada : 1)



Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes, selaku Ketua STIKes Eka Harap Palangka Raya.



2)



Ibu Meilitha Carolina, Ners, M.Kep, Selaku Ketua Prodi S1 Keperawatan STIKes Eka Harap Palangka Raya.



3)



Christephanie, S.Kep.,Ners Selaku Pembimbing Akademik yang telah banyak memberi arahan, masukan dan bimbingan dalam penyelesaian laporan pendahuluan dan Asuhan Keperawatan ini.



4)



Munita Widya Satanti, A.Md.Kep Selaku Pembimbing Lahan yang telah banyak memberi arahan, masukan dan bimbingan dalam penyelesaian laporan pendahuluan dan Asuhan Keperawatan ini



5)



Semua pihak yang turut ambil bagian dalam membantu penulis menyelesaikan Laporan Pendahuluan ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Saya menyadari sepenuhnya bahwa didalam laporan pendahuluan penyakit ini



terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna oleh sebab itu berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan laporan pendahuluan. Semoga laporan sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-katanyang kurang berkenan dan saya memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan. Palangka Raya, 27 Septmber 2022 HEPI NOPITA SARI



DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN............................................................................i KATA PENGANTAR....................................................................................ii DAFTAR ISI...................................................................................................iii BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang............................................................................................ 1.2 Rumusan Masalah....................................................................................... 1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................ 1.3.1 Tujuan Umum.......................................................................................... 1.3.2 Tujuan Khusus......................................................................................... 1.4 Manfaat Penulisan...................................................................................... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Keluarga...................................................................................... 2.1.1 Definisi Keluarga..................................................................................... 2.1.2 Fungsi Keluarga....................................................................................... 2.1.3 Tahap-Tahap Perkembangan Keluarga.................................................... 2.1.4 Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan.............................................. 2.2 Konsep Penyakit Tuberculosis Paru 2.2.2 Definisi Tuberculosis Paru...................................................................... 2.2.3 Anatomi Fisiologi.................................................................................... 2.2.4 Etiologi.................................................................................................... 2.2.5 Klasifikasi................................................................................................ 2.2.6 Patofisiologi............................................................................................. 2.2.7 Manifestasi Klinis.................................................................................... 2.2.8 Komplikasi............................................................................................... 2.2.9 Pemeriksaan Medis.................................................................................. 2.2.10 Penatalaksanaan Medis.......................................................................... 2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan 2.2.1 Pengkajian................................................................................................ 2.2.2 Diagnosa Keperawatan............................................................................ 2.2.3 Perencanaan Keperawatan....................................................................... 2.2.4 Implementasi Keperawatan..................................................................... 2.2.5 Evaluasi Keperawatan............................................................................. BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN 3.1 Pengkajian................................................................................................... 3.2 Diagnosa..................................................................................................... 3.3 Intervensi.................................................................................................... 3.4 Implementasi............................................................................................... 3.5 Evaluasi....................................................................................................... BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan ............................................................................................. 4.2 Saran........................................................................................................ DAFTAR PUSTAKA



BAB 1 PENDAHULUAN 1.1



Latar Belakang Program Indonesia Sehat merupakan rencana strategis Kementrian Kesehatan



tahun 2015-2019 yang dilakukan melalui pendekatan keluarga, disingkat PIS-PK. Pada program PIS-PK, pendekatan keluarga menjadi salah satu cara puskesmas meningkatkan jangkauan dan sasaran dengan meningkatkan akses yankes di wilayahnya (mendatangi keluarga). Tujuan pendekatan keluarga salah satunya adalah untuk meningkatkan akses keluarga pada pelayanan kesehatan yang komprehensif dan



bermutu.



PIS-PK



keluarga,mengutamakan



dilaksanakan upaya



dengan



ciri



promotif-preventif,



sasaran



disertai



utama



penguatan



adalah upaya



kesehatan berbasis masyarakat, kunjungan rumah dilakukan secara aktif dan melalui pendekatan siklus kehidupan. Pelayanan kesehatan yang dilaksanakan terkait penanganan penyakit menular dan tidak menular yang salah satunya adalah penyakit tuberculosis paru (Sarkomo, 2016). Tuberculosis (TB) merupakan penyakit infeksi bakteri menahun yang disebabkan oleh Mycobakterium tuberculosis, suatu basil tahan asam yang ditularkan melalui udara (Asih, 2004). Penyakit ini ditandai dengan pembentukan granuloma pada jaringan yang terinfeksi. Komplikasi. Penyakit TB paru bila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan komplikasi seperti: pleuritis, efusi pleura, empiema, laryngitis dan TB usus. Penyakit TBC dapat menyerang siapa saja (tua, muda, laki-laki, perempuan, miskin, atau kaya) dan dimana saja. Setiap tahunnya, Indonesia bertambah dengan seperempat juta kasus baru TBC dan sekitar 140.000 kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh TBC. Bahkan, Indonesia adalah negara ketiga terbesar dengan masalah TBC di dunia. Survei prevalensi TBC yang dilakukan di enam propinsi pada tahun 1983-1993 menunjukkan bahwa prevalensi TBC di Indonesia berkisar antara 0,2 – 0,65%. Sedangkan menurut laporan Penanggulangan TBC Global yang



dikeluarkan oleh WHO pada tahun 2004, angka insidensi TBC pada tahun 2002 mencapai 555.000 kasus (256 kasus/100.000 penduduk), dan 46% diantaranya diperkirakan merupakan kasus baru. Diperkirakan setiap tahun 450.000 kasus baru TBC dimana sekitar 1/3 penderita terdapat disekitar puskesmas, 1/3 ditemukan di pelayanan rumah sakit atau klinik pemerintah dan swasta, praktek swasta dan sisanya belum terjangku unit pelayanan kesehatan. Sedangkan kematian karena TB diperkirakan 175.000 per tahun. Penyakit TB merupakan masalah kesehatan masyarakat yang besar karena TB merupakan penyebab kematian nomor dua terbesar di Indonesia. Pengobatan TBC harus dilakukan secara terus-menerus tanpa terputus walaupun pasien telah merasa lebih baik atau sehat. Pengobatan yang terhenti ditengah jalan dapat menyebabkan bakteri menjadi resistendan TBC akan sulit untuk disembuhkan dan membutuhkan waktu yang lebih lama maka butuh keterlibatan anggota keluarga untuk mengawasi dan jika perlu menyiapkan obat. Dukungan keluarga penderita sangat dibutuhkan untuk menuntaskan pengobatan agar benar-benar tercapai kesembuhan. Banyaknya kasus TB paru dan masih rendahnya angka penyembuhan, kasus kambuh dan kegagalan pengobatan dan resistensi kuman karena kurang disiplinnya pasien dalam minum obat maka penulis berkeinginan untuk melakukan asuhan keperawatan keluarga dengan TBC. 1.2



Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat diambil suatu rumusan masalah,



yaitu Bagaimana Asuhan Keperawatan pada keluarga



dengan diagnosa medis



Tuberculosis Paru. 1.3



Tujuan Penulisan



1.3.1 Tujuan Umum Penulis mampu memahami konsep Tuberculosis Paru dan mempelajari Asuhan Keperawatan pada pasien yang mengalami Tuberculosis Paru serta memberi pemahaman pada penulis agar dapat belajar dengan lebih baik lagi. 1.3.2



Tujuan Khusus Adapun Tujuan Khusus penulisan Laporan Pendahuluan ini yaitu penulis



mampu : 1.3.2.1 Mahasiswa mampu menjelaskan konsep penyakit Hipertensi 1.3.2.2 Mahasiswa mampu menjelaskan manajemen asuhan keperawatan pada pasien Tuberculosis Paru 1.3.2.3 Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada pasien keluarga dengan diagnosa medis Tuberculosis Paru 1.3.2.4 Mahasiswa mampu menentukan diagnosa pada keluarga dengan diagnosa medis Tuberculosis Paru 1.3.2.5 Mahasiswa dapat menentukan intervensi pada keluarga dengan diagnosa medis Tuberculosis Paru 1.3.2.6 Mahasiswa dapat melakukan implementasi pada keluarga dengan diagnosa medis Tuberculosis Paru 1.3.2.7 Mahasiswa mampu melakukan evaluasi pada keluarga dengan diagnosa medis Tuberculosis Paru 1.3.2.8 Mahasiswa mampu membuat dokumentasi pada keluarga dengan diagnosa medis Tuberculosis Paru 1.4



Manfaat Penulisan



1.4.1



Untuk Mahasiswa Untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan agar dapat mengetahui dan



memahami konsep Penyakit Tuberculosis Paru dan agar dapat melakukan pencegahan untuk diri sendiri dan orang disekitar agar tidak mengalami Hipertensi 1.3.2



Untuk Klien dan Keluarga Manfaat penulisan bagi klien dan keluarga yaitu agar klien dan keluarga dapat



mengetahui gambaran umum dari Tuberculosis Paru beserta tanda gejala serta perawatan yang benar bagi klien agar penderita mendapat perawatan yang tepat dalam lingkungan keluarganya. 1.3.3



Untuk Institusi (Pendidikan dan Rumah Sakit) Manfaat penulisan bagi Pendidikan yaitu dapat digunakan sebagai referensi



bagi institusi pendidikan untuk mengembangkan ilmu tentang konsep Hipertensi dan ilmu tentang asuhan keperawatan keluarga dengan Tuberculosis Paru



Manfaat penulisan bagi Rumah Sakit yaitu agar dapat digunakan sebagai acuan dalam melakukan tindakan asuhan keperawatan keluarga bagi pasien khusunya Tuberculosis Paru. 1.3.4



Untuk IPTEK



Mampu mengembangkan lebih dalam lagi mengenai pengetahuan di bidang kesehatan khususnya pada asuhan keperawatan keluarga pada pasien dengan Tuberculosis Paru.



BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1



Konsep Keluarga



2.1.1



Definisi Keluarga Keluarga merupakan perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh



hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu berinteraksi satu dengan yang lain (Mubarak, 2011). Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Setiadi, 2012). Sedangkan menurut Friedman keluarga adalah unit dari masyarakat dan merupakan lembaga yang mempengaruhi kehidupan masyarakat. Dalam masyarakat, hubungan yang erat antara anggotanya dengan keluarga sangat menonjol sehingga keluarga sebagai lembaga atau unit layanan perlu di perhitungkan. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa keluarga yaitu sebuah ikatan (perkawinan atau kesepakatan), hubungan (darah ataupun adopsi), tinggal dalam satu atap yang selalu berinteraksi serta saling ketergantungan. 2.1.2



Fungsi keluarga



Keluarga mempunyai 5 fungsi yaitu : 2.1.1.1 Fungsi Afektif Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga yang merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam melaksanakan fungsi afektif adalah (Friedman, M.M et al., 2010) : 1) Saling mengasuh yaitu memberikan cinta kasih, kehangatan, saling menerima, saling mendukung antar anggota keluarga.



2) Saling menghargai, bila anggota keluarga saling menghargai dan mengakui keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta selalu mempertahankan iklim positif maka fungsi afektif akan tercapai. 3) Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga di mulai sejak pasangan sepakat memulai hidup baru. 2.1.2.2 Fungsi Sosialisasi Sosialisasi di mulai sejak manusia lahir. Keluarga merupakan tempat individu untuk belajar bersosialisasi, misalnya anak yang baru lahir dia akan menatap ayah, ibu dan orang-orang yang ada disekitarnya. Dalam hal ini keluarga dapat Membina hubungan sosial pada anak, Membentuk normanorma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak, dan Menaruh nilai-nilai budaya keluarga. 2.1.2.3 Fungsi Reproduksi Fungsi reproduksi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya manusia. Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang sah, selain untuk memenuhi kebutuhan biologis pada pasangan tujuan untuk membentuk keluarga adalah meneruskan keturunan. 2.1.2.4 Fungsi Ekonomi Merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga seperti memenuhi kebutuhan makan, pakaian, dan tempat tinggal. 2.1.2.5 Fungsi Perawatan Kesehatan Keluarga juga berperan untuk melaksanakan praktik asuhan keperawatan, yaitu untuk mencegah gangguan kesehatan atau merawat anggota keluarga yang sakit. Keluarga yang dapat melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan masalah kesehatan. 2.1.3



Tahap-tahap perkembangan keluarga



Berdasarkan konsep Duvall dan Miller, tahapan perkembangan keluarga dibagi menjadi 8 : 2.1.3.1 Keluarga Baru (Berganning Family) Pasangan baru nikah yang belum mempunyai anak. Tugas perkembangan



keluarga dalam tahap ini antara lain yaitu membina hubungan intim yang memuaskan, menetapkan tujuan bersama, membina hubungan dengan keluarga lain, mendiskusikan rencana memiliki anak atau KB, persiapan menjadi orangtua dan memahami prenatal care (pengertian kehamilan, persalinan dan menjadi orangtua). 2.1.3.2 Keluarga dengan anak pertama < 30bln (child bearing) Masa ini merupakan transisi menjadi orangtua yang akan menimbulkan krisis keluarga. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain yaitu adaptasi perubahan anggota keluarga, mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan, membagi peran dan tanggung jawab, bimbingan orangtua tentang pertumbuhan dan perkembangan anak, serta konseling KB post partum 6 minggu. 2.1.3.3 Keluarga dengan anak pra sekolah Tugas perkembangan dalam tahap ini adalah menyesuaikan kebutuhan pada anak pra sekolah (sesuai dengan tumbuh kembang, proses belajar dan kontak sosial) dan merencanakan kelahiran berikutnya. 2.1.3.4 Keluarga dengan anak sekolah (6-13 tahun) Keluarga dengan anak sekolah mempunyai tugas perkembangan keluarga seperti membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah, mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya intelektual, dan menyediakan aktifitas anak. 2.1.3.5 Keluarga dengan anak remaja (13-20 tahun) Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah pengembangan terhadap remaja, memelihara komunikasi terbuka, mempersiapkan perubahan sistem peran dan peraturan anggota keluarga untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota keluarga. 2.1.3.6 Keluarga dengan anak dewasa Tugas perkembangan keluarga mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima kepergian anaknya, menata kembali fasilitas dan sumber yang ada dalam keluarganya.



2.1.3.7 Keluarga usia pertengahan (middle age family) Tugas perkembangan keluarga pada saat ini yaitu mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam mengolah minat sosial, dan waktu santai, memulihkan hubungan antara generasi muda-tua, serta persiapan masa tua. 2.1.3.8 Keluarga lanjut usia Dalam perkembangan ini keluarga memiliki tugas seperti penyesuaian tahap masa pensiun dengan cara merubah cara hidup, menerima kematian pasangan, dan mempersiapkan kematian, serta melakukan life review masa lalu. 2.1.4



Tugas keluarga dalam bidang Kesehatan



2.1.4.1 Keluarga mampu mengenal masalah kesehatan 2.1.4.2 Keluarga mampu mengambil keputusan untuk melakukan tindakan 2.1.4.3 Keluarga mampu melakukan perawatan terhadap anggota keluarga yang sakit 2.1.4.4 Keluarga mampu menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan 2.1.4.5 Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat di lingkungan setempat 2.2.



Konsep Penyakit Tuberculosis Paru



2.2.1



Definisi Tuberculosis Paru Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh



kuman TB (mycobacterium tuberculosis). Kuman tersebut masuk ke dalam tubuh manusia melalui udara ke dalam paru-paru,dan menyebar dari paru-paru ke organ tubuh yang lain melalui peredaran darah seperti kelenjar limfe, saluran pernapasan atau penyebaran langsung ke organ tubuh lainnya (Febrian, 2015). Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi kronis yang sering terjadi atau ditemukan di tempat tinggal dengan lingkungan padat penduduk atau daerah urban, yang kemungkinan besar telah mempermudah proses penularan dan berperan terhadap peningkatan jumlah kasus TB (Ganis indriati, 2015). 2.2.2



Anatomi Fisiologi



Respirasi adalah suatu peristiwa tubuh kekurangan oksigen, kemudian oksigen yang berada diluar tubuh dihirup (inspirasi) melalui organ-organ pernafasan, dan pada keadaan tertentu bila tubuh kelebihan karbon dioksida maka tubuh berusaha untuk mengeluarkannya dari dalam tubuh dengan cara menghembuskan napas (ekspirasi) sehingga terjadi suatu keseimbangan antar oksigen dan karbon dioksida dalam tubuh. Sistem respirasi berperan untuk menukar udara ke permukaan dalam paru. Udara masuk dan menetap dalam sistem pernafasan dan masuk dalam pernafasan otot. Trakea dapat melakukan penyaringan, penghangatan, dan melembapkan udara yang masuk, melindungi permukaan organ yang lembut. Hantaran tekanan menghasilkan, mengatur udara dan mengubah permukaan saluran napas bawah. Guna pernafasaan yaitu mengambil oksigen dari luar masuk ke dalam tubuh, beredar dalam darah, selanjutnya terjadi proses pembakaran dalam sel atau jaringan, mengeluarkan karbondioksida yang terjadi dari sisa-sisa hasil pembakaran dibawa oleh darah yang berasal dari sel (jaringan). Selanjutnya dikeluarkan melaluiorgan pernafasan Untuk melindungi sistem permukaan dari kekurangan cairan dan mengubah suhu tubuh, melindungi sistem pernafasan dari jaringan lain terhadap



serangan patogenik, untuk pembentukan komunikasi seperti berbicara, bernyanyi, berteriak dan menghasilkan suara.  1.    Hidung Hidung (nasal) merupakan organ tubuh yang berfungsi sebagai alat pernafasan (respirasi) dan indra penciuman (pembau). Yang mempunyai 2 lubang (kavum nasi), dipisahkan oleh sekat hidung (septum nasi). Dalam keadaan normal, udara masuk dalam sistem pernafasan, melalui rongga hidung. Vestibulum rongga hidung berisi serabut-serabut halus. Epitel vestibulum berisi rambut-rambut halus yang berguna untuk menyaring udara, debu dan kotoran yang masuk ke dalam lubang hidung. Lapisan dalam terdiri dari selaput lendir yang berlipat-lipat yang dinamakan karang hidung (konka nasalis), yang berjumlah 3 buah yaitu konka nasalis inferior (bagian bawah), konka nasalis media ( bagian tengah), konka nasalis superior ( bagian atas). Diantara konka terdapat 3 buah lekukan meatus yaitu meatus superior (lekukan bagian atas), meatus medialis ( lekukan bagian tengah ), meatus inferior ( lekukan bagian bawah ). Meatus ini dilewati oleh udara pernapasan, sebelah dalam terdapat lubang yang berhubungan dengan tekak, lubang disebut koana. Dasar dari rongga hidung dibentuk oleh tulang rahang atas, ke atas rongga hidung berhubungan dengan beberapa rongga yang disebut sinus paranasalis, yaitu sinus maksilaris pada rongga rahang atas, sinus frontalis pada tulang dahi, sinus sfenoidalis pada rongga tulang baji, dan sinus ethmoidalis pada rongga tulang tapis. Pada hidung dibagian mukosa terdapat serabut-serabut saraf atau reseptorreseptor dari saraf penciuman disebut nervus olfaktorius. Disebelah belakang konka bagian kiri kanan dan sebelah atas langit-langit terdapat satu lubang pembuluh yang menghubungkan rongga tekak dengan rongga pendengaran tengah saluran ini desebut tuba auditiva eustaki, yang menghubungkan telinga tengah dengan faring dan laring. 2.        Faring Merupakan tempat persimpangan antara jalan pernafasan dan jalan makanan. Terdapat dibawah dasar tengkorak, di belakang rongga hidung dan mulut sebelah depan ruas tulang leher. Hubungan dengan rongga lain yaitu, ke atas berhubungan dengan rongga hidung dengan perantara lubang koana, ke depan berhubungan dengan



rongga mulut bernama istmus fausium, ke bawah terdapat 2 lubang, ke depan lubang laring, ke belakang lubang esofagus. Dibawah selaput lendir terdapat jarngan ikan dan kumpulan getah bening yang dinamakan adenoid. Disebelahnya terdapat 2 tonsil. Di sebelah belakang terdapat epiglotis yang berfungsi menutup laring pada waktu menelan makanan. 3.        Laring Merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentukan suara terletak di depan bagian faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk ke dalam trakea di bawahnya. Pangal tenggorokan yang disebut epiglotis, yang terdiri dari tulangtulang rawan yang berfungsu pada waktu kita menelan makanan menutupi laring. Laring dilapisi oleh selaput lendir,kecuali pita suara dan bagian epiglotis yang dilapisi oleh sel epitelium berlapis. Pita suara berjumlah 2 bah, di atas pita suara palsudan tidak mengeluarkan suara disebut ventrikularis. Di bawah pita suara sejati yang membentuk suara disebut vokalis. 4.    Trakea Trakea terbentuk oleh 16 s/d 20 cincin yang terdiri tulang-tulang rawan yang berbentuk seperti huruf C. Panjang trakea 9-11 cm dan di belakang terdiri dari jaringan ikat yang dilapisi oleh otot polos. Sel-sel bersilia berguna untuk mengeluarkan benda-benda asing yang masuk bersama-sama dengan udara pernafasan. Yang memisahkan trakea menjadi bronkus kiri dan kanan disebut karina. 5.        Bronkus Bronkus (cabang tenggorok) merupakan lanjutan dari trakea. Bronkus terdapat pada ketinggian vertebrae torakalis IV dan V. Bronkus mempunyai struktur sama dengan trakea dan dilapisi oleh sejenis sel yang sama dengan trakea dan berjalan kebawah ke arah tampuk paru. Bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar dari pada bronkus kiri, terdiri dari 6-8 cincin, mempunyai 3 cabang. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih ramping dari yang kanan, terdiri dari 9-12 cincin mempunyai 2 cabang. Bronkus bercabang-cabang yang lebih kecil disebut bronkiolus (bronkioli). Pada bronkioli tidak terdapat cincin lagi, dan pada ujing bronkioli terdapat gelembung paru yang disebut alveoli.



 6.    Pulmo Paru-paru terletak pada rongga dada datarannya menghadap ke tengah rongga dadakavum mediatinum. Pada bagian tengah itu terdapat tampuk paru-paru atau hilus. Pada mediastinum depan terletak jantung. Paru-paru dibungkus oleh selaput bernama pleura. Pleura terbagi 2 yaitu viseral dan parietal. Pulmo (paru) adalah sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung alveoli. Banyaknya gelembung paru kurang lebih 700.000.000 buah (paru kiri dan kanan). Paru-paru kanan terdiri dari 3 lobus yaitu lobus superior, media, inferior. Paru-paru kiri terdiri 2 lobus yaitu lobus superior dan inferior. Tiap lobus tersusun oleh lobulus. Diantara lobulus satu dengan yang lainnya dibatasi oleh jaringan ikat yang berisi pembuluh-pembuluh darah getah bening dan saraf-saraf. 2.2.3



Etiologi Penyebab tuberkulosis adalah mycobacterium tuberculosis. Basil ini tidak



berspora sehingga mudah dibasmi dengan sinar matahari, pemanasan dan sinar ultraviolet. Terdapat 2 macam mycobacterium tuberculosis yaitu tipe human dan bovin. Basil tipe human berada di bercak ludah (droplet) di udara yang berasal dari penderita TB paru dan orang yang rentan terinfeksi bila menghirup bercak ludah ini (Nurrarif & Kusuma, 2015). 1. Menurut (Puspasari, 2019) Faktor resiko TB paru sebagai berikut: Kontak dekat dengan seseorang yang memiliki TB aktif. 2. Status imunocompromized (penurunan imunitas) misalnya kanker, lansia, HIV. 3. Penggunaan narkoba suntikan dan alkoholisme. 4. Kondisi medis yang sudah ada sebelumnya, termasuk diabetes, kekurangan gizi, gagal ginjal kronis. 5. Imigran dari negara-negara dengan tingkat tuberkulosis yang tinggi misal Asia Tenggara, Haiti. 6. Tingkat di perumahan yang padat dan tidak sesuai standart. 7. Pekerjaan misalnya petugas pelayanan kesehatan. 8. Orang yang kurang mendapat perawatan kesehatan yang memadai misalnya tunawisma atau miskin.



2.2.4



Klasifikasi



Klasifikasi berdasarkan lokasi anatomi dari penyakit : (Puspasari, 2019) a. Tuberkulosis paru TB yang terjadi pada parenkim (jaringan) paru. Milier TB dianggap sebagai TB paru karena adanya lesi pada jaringan paru. b. Tuberkulosis ekstra paru TB yang terjadi pada organ selain paru misalnya kelenjar limfe, pleura, abdomen, saluran kencing, kulit, selaput otak, sendi dan tulang Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya: a. Klien baru TB: klien yang belum pernah mendapatkan pengobatan TB paru sebelumnya atau sudah pernah menelan OAT namun kurang dari satu bulan (< 28 dosis). b. Klien yang pernah diobati TB: klien yang sebelumnya pernah menelan OAT selama satu bulan atau lebih (≥ 28 hari). c. Klien berdasarkan hasil pengobatan TB terakhir, yaitu: 



Klien kambuh: klien TB paru yang pernah dinayatakn sembuh dan saat ini didiagnosis TB berdasarkan hasil pemeriksaan bakteriologi







Klien yang diobati kembali setelah gagal: klien TB paru yang pernah diobati dan gagal pada pengobatan terakhir. Klien yang diobati kembali setelah putus berobat (lost to follow-up): klien TB paru yang pernah diobati dan dinyatakan lost to follow-up (dikenal sebagai pengobatan klien setelah putus berobat).







Lain-lain: klien TB paru yang pernah diobati tetapi hasil akhir pengobatan sebelumnya tidak diketahui.



Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan uji kepekaan obat: Pengelompokkan penderita TB berdasarkan hasil uji kepekaan contoh uji dari mycobacterium tuberculosis terhadap OAT: a. Mono resisten (TB MR): resisten terhadap salah satu jenis OAT lini pertama saja. b. Poli resisten (TB PR): resisten terhadap lebih dari satu jenis OAT lini pertama selain Isoniazid (H) dan Rifampisin (R) secara bersamaan.



c. Multidrug resisten (TB MDR): resisten terhadap Isoniazid (H) dan Rifampisin (R) secara bersamaan. d. Extensive drug resistan (TB XDR): TB MDR sekaligus resisten terhadap salah satu OAT golongan fluorokuinolon dan minimal salah satu dari OAT lini kedua jenis suntikan (Kanamisin, Kapreomisin, Amikasin). e. Resisten Rifampisin (TB RR): resisten terhadap Rifampisin dengan atau tanpa resistensi terhadap OAT lain yang terdeteksi. Klasifikasi penderita TB berdasarkan status HIV: a. Klien TB dengan HIV positif b. Klien TB dengan HIV negatif c. Klien TB dengan status HIV tidak diketahui 2.2.5 Fatofisiologi Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibersinkan atau dibatukkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara. Partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam, tergantung pada ada tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang buruk dan kelembaban. Dalam suasana lembab dan gelap kuman dapat tahan selama berhari-hari sampai berbulan-bulan. Bila partikel infeksi ini terhisap oleh orang sehat akan menempel pada jalan nafas atau paru- paru. Partikel dapat



masuk ke



alveolar



bila



ukurannya



kurang



dari



5



mikromilimeter. Tuberculosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas perantara sel. Sel efektornya adalah makrofag sedangkan limfosit (biasanya sel T ) adalah imunoresponsifnya. Tipe imunitas seperti ini basanya lokal, melibatkan makrofag yang diaktifkan ditempat infeksi oleh limposit dan limfokinnya. Raspon ini desebut sebagai reaksi hipersensitifitas (lambat). Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya diinhalasi sebagai unit yang terdiri dari 1-3 basil. Gumpalan basil yang besar cendrung tertahan dihidung dan cabang bronkus dan tidak menyebabkan penyakit (Dannenberg1981). Setelah berada diruang alveolus biasanya dibagian bawah lobus atas paru- paru atau dibagian atas lobus bawah, basil tuberkel ini membangkitkan reaksi peradangan.



Leukosit polimorfonuklear tampak didaerah tersebut dan memfagosit bakteria namun tidak membunuh organisme ini. Sesudah hari-hari pertama leukosit akan digantikan oleh makrofag . Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut. Pneumonia seluler akan sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa atau proses akan berjalan terus dan bakteri akan terus difagosit atau berkembang biak didalam sel. Basil juga menyebar melalui getah bening menuju kelenjar getah bening regional. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limposit. Reaksi ini butuh waktu 10-20 hari. Nekrosis pada bagian sentral menimbulkan gambangan seperti keju yang biasa disebut nekrosis kaseosa. Daerah yang terjadi nekrosis kaseosa dan jaringan granulasi disekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid dan fibroblast menimbulkan respon yang berbeda.Jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa membentuk jaringan parut yang akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel. Lesi primer paru dinamakn fokus ghon dan gabungan terserangnya kelenjar getah bening regional dan lesi primer dinamakan kompleks ghon. Respon lain yang dapat terjadi didaerah nekrosis adalah pencairan dimana bahan cair lepas kedalam bronkus dan menimbulkan kavitas. Materi tuberkel yang dilepaskan dari dinding kavitas akan masuk kedalan percabangan trakeobronkhial. Proses ini dapat terulang lagi kebagian paru lain atau terbawa kebagian laring, telinga tengah atau usus. Kavitas yang



kecil



dapat



menutup



sekalipun



tanpa



pengobatan dan



meninggalkan jaringan parut fibrosa. Bila peradangan mereda lumen brokus dapat menyempit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapt dekat dengan perbatasan bronkus rongga. Bahan perkejuan dapat mengental sehingga tidak dapat mengalir melalui saluran penghubung sehingga kavitas penuh dengan bahan perkejuan dan lesi mirip dengan lesi kapsul yang terlepas. Keadaan ini dapat dengan tanpa gejala dalam waktu lama atau membentuk lagi hubungan dengan brokus sehingge menjadi peradangan aktif. Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah.



Organisme yang lolos dari kelenjar getah bening akan mencapai aliran darah dalam jumlah kecil, kadang dapat menimbulkan lesi pada oragan lain. Jenis penyeban ini disebut limfohematogen yang biasabya sembuh sendiri. Penyebaran hematogen biasanya merupakan fenomena akut yang dapat menyebabkan tuberkulosis milier.Ini terjadi apabila fokus nekrotik merusak pembuluh darah sehingga banyak organisme yang masuk kedalam sistem vaskuler dan tersebar keorgan-organ lainnya.



Droplet mengandungmicobecteriumtuberkulosae



Web of Caution (WOC) TB Paru



Udaratercemarmicobecteriumtuberkulosae



Sumber :Menurut Raviglione. 2010. PatofisiologiPenyakitLimfadenitisTuberkulosis. Edisi 2.Jakarta : EGC Terhiruplewatsaluranpernapasa, masukkeparu-paru,masukke alveoli Abnormalitasgenetik, faktor lingkungan, infeksi virus



B1: Breathing



B2: Blood



Inhalasi droplet



Penyubatan pembuluh darah limfa



Muncul reaksi Bakteri masuk ke radang



pernafasan atas dan mencapai alveolus



Terjadi pengeluaran



sekret



Produksi secret meningkat Bersihan jalan napas tidak efektif



Pola nafas tidak efektif



Proses Peradangan, tuberkel TB Paru



Penurunan suplai O2 keotak Pergerakan otot menurun Gangguan perfusi jaringan tidak efektif



Defisit pengetahuan



Mycrobacterium tuberkulosis B3: Brain



B4: Bladder



Bakteri Miobacterium Perubahan cairan intrapleura



Iskemik paru



Aliran darah tidak adekuat



Kurang terpapar informasi



Terhirup kesaluran pernafasa masuk ke paruparu,dan masuk ke alveoli



Resfon imflamasi Produksi mediator nyeri nyeri meningkat Nusiseptor terangsang



Nyeri akut



Mual, bb turun



B5: Bowel Reaksi infeksi dan merusak parenkim paru Reaksi sistematis



B6: Bone Profiferasi sel epitel di sekeliling basil dan membentuk dinding antara basil dan organ terinfeksi Menyebar melalui kelenjar getah bening, ke kelenjar regional menimbulkan reaksi oksidasi



Reaksi sistematis Resiko kekurangan cairan dan elektrolit



Anoreksia, mual, dan berat badan menurun



Risiko defisit nutrisi



Proses peradangan Kerusakan jaringan Mengalami perkejuan



Difusi 02 menurun



Intoleransi aktivitas



2.2.6 Manifestasi Klinis (Tanda dan Gejala) Tanda dan gejala tuberkulosis adalah: 1. Demam 2. Malaise 3. Anoreksia 4. Penurunan berat badan 5. Batuk ada atau tidak (berkembang secara perlahan selama berminggu – minggu sampai berbulan – bulan) 6. Peningkatan frekuensi pernapasan 7. Ekspansi buruk pada tempat yang sakit 8. Bunyi napas hilang dan ronkhi kasar, pekak pada saat perkusi 9. Demam persisten 10.Manifestasi gejala yang umum: pucat, anemia, kelemahan, dan penurunan berat badan 2.2.7 Komplikasi Menurut Wahid&Imam (2013), komplikasi yang muncul pada TB paru yaitu : 1. Pneumothorak (adanya udara di dalam rongga pleura) spontan : kolaps spontan karena kerusakan jaringan paru. 2. Bronki ektasis (peleburan bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) di paru. 3. Penyebaran infeksi keorgan lainnya seperti otak,tulang, persendian, ginjal dan sebagainya. 4. Insufisiensi kardiopulmonal (Chardio Pulmonary Insufficiency). 5. Hemoptisis berat (pendarahan pada saluran nafas bawah) yang mengakibatkan kematian karena terjadinya syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan pernafasan. 2.2.8 Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan Sputum Pemeriksaan sputum ini penting karena dengan ditemukannya kuman BTA pada sputumseseorang sudah dapat didiagnosa tuberkulosis paru. Pemeriksaan sputum juga dapatmengevaluasi pengobatan yang sudah diberikan. Pemeriksaan ini



mudah dan murah, tapi kadang-kadang sulit untuk mendapatkan sampelsputum. Apabila ditemui kesulitan dalam mendapatkan sampel maka dapat dilakukan hal sebagai berikut : 1). Pada pemeriksaan sputum pasien dianjurkan minum air sebanyak +2liter dan dianjurkanmelakukan reflex batuk. 2). Memberi tambahan obat-obat mukolitik eks-pektoran atau dengan inhalasi larutan garamhipertonik selama 20-30 menit. (Zulkifli Amin dan Asril Bahar,2009)Sputum yang diperiksa terdiri dari 3 spesimen, yaitu : a. Dahak setempat pertama ketika pasien dating b. Dahak pagi hari berisi semua dahak yang terkumpul selama 1-2 jam pertama c. Dahak setempat kedua ketika pasien kembali membawa dahak pagi hari Cara pemeriksaan sediaan sputum yang dilakukan adalah : 1. Pemeriksaan sediaan langsung dengan mikroskop biasa Dengan sediaan pulasan yang dipakai ialah menurut Wright-Giemza pulasan gram dan pulasan terhadap kuman tahan asam, yang penting adalah Ziehl-Nesslen



dan



pulasangram.Untuk pemeriksaan gram lebih bermakna, sebaiknya sputum yang diperoleh dicuci beberapa kali dengan larutan gram steril supaya kuman-kuman yang melekat hanya padaunsur-unsur sputum dan yang tidak berasal dari bronkus menjadi hanyut.Jika hendakmemakai sputum yang dipekatkan terlebih dulu untuk mencari bakteri tahan asam, carilahsebagian dari sputum ituyang berkeju atau yang purulent untuk dijadikan sediaan yanglebih tipis. Pemeriksaan sediaan langsung dengan mikroskop fluoresense dengan sinarultraviolet.Walaupun sensitivitasnya tinggi sangat jarang dilakukan karena pewarnaan yang dipakai (auraminro-damin) dicurigai bersifat karsinogenik. (Zulkifli Amin dan Asril Bahar,2009). Pemeriksaan biakan Setelah 4-6 minggu penanaman sputum dalam medium biakan koloni kuman Tuberkulosis mulai tampak. Bila setelah 1 minggu pertumbuhan koloni tidak juga tampak biakan dinyatakan negative Sediaan yang  dipakai yaitu Lowenstein Jensen, kudoh atauogawa. (Zulkifli Amin dan Asril Bahar, 2009). Saat ini sudah dikembangkan pemeriksaan biakan sputum BTA dengan cara bactee(bactee 400 radio metric system) dimana kuman sudah dapat



dideteksi



dalam



7-10



hari. Disamping



itu



dengan



teknik



Polimerase Chain Rection (PCR) dapat dideteksi kumanBTA lebih cepat. (Zulkifli Amin dan Asril Bahar,2009) Hasil



pemeriksaan



dinyatakan



positif



apabila



sedikitnya



dua



dari



tiga



specimenhasilnya positif. Bila hanya satu specimen yang positif perlu diadakan peme riksaan lebih lanjut fotorontgen dada atau pemerisaan sputum Sewaktu, Pagi, Sewaktu (SPS) diulang : a. Kalau hasil rontgen mendukung tuberkulosis paru, maka penderita di diagnosis sebagai penderita tuberkulosis paru BTA positif. b. Kalau hasil rontgen tidak mendukung tuberkulosis paru maka pemeriksaan dahakdiulangi dengan SPS lagi. Apabila fasilitas memnungkinkan maka dapat dilakukan pemeriksaan biakan. Bila 3spesimen dahak hasilnya negative, diberikan antibiotic spectrum luas (missal : contrimocsasolatau amoksisilin) Selama 1-2 minggu, bila tidak ada perubahan, namun gejala klinis tetapmencurigakan tuberkulosis paru, ulangi pemeriksaan dahak SPS. a. Kalau hasil SPS positive, maka didiagnosis sebagai penderita tuberkulosis paru BTA positive b. Kalau hasil SPS tetap negative, dilakukan pemeriksaan foto rontgen dada, untukmendukung diagnosis tuberkulosis paru 1). Bila hasil rontgen mendukung tuberkulosis paru, didiagnosis sebagai penderitatuberkulosis paru BTA negative rontgen positive 2). Bila hasil rontgen tidak mendukung tuberkulosis paru, pendrita tersebut bukantuberkulosis paru 2.2.9



Penatalaksanaan Medis



Penatalaksanaan keperawatan diantaranya dapat dilakukan dengan cara: a. Promotif 1. Penyuluhan kepada masyarakat apa itu TBC 2. Pemberitahuan baik melalui spanduk/iklan tentang bahaya TBC, cara penularan, cara pencegahan, faktor resiko



3. Mensosialisasiklan BCG di masyarakat. b. Preventif 1. Vaksinasi BCG 2. Menggunakan isoniazid (INH) 3. Membersihkan lingkungan dari tempat yang kotor dan lembab. 4. Bila ada gejala-gejala TBC segera ke Puskesmas/RS, agar dapat diketahui secara dini. Penatalaksanaan secara medik Dalam pengobatan TB paru dibagi 2 bagian : 1. Jangka pendek. Dengan tata cara pengobatan : setiap hari dengan jangka waktu 1 – 3 bulan. * Streptomisin injeksi 750 mg. * Pas 10 mg. * Ethambutol 1000 mg. * Isoniazid 400 mg. 2. Jangka panjang Tata cara pengobatan : setiap 2 x seminggu, selama 13 – 18 bulan, tetapi setelah perkembangan pengobatan ditemukan terapi. Terapi TB paru dapat dilakukan dengan minum obat saja, obat yang diberikan dengan jenis : * INH. * Rifampicin. * Ethambutol. Dengan fase selama 2 x seminggu, dengan lama pengobatan kesembuhan menjadi 6-9 bulan. 3. Dengan menggunakan obat program TB paru kombipack bila ditemukan dalam pemeriksan sputum BTA ( + ) dengan kombinasi obat : * Rifampicin. * Isoniazid (INH).



* Ethambutol. * Pyridoxin (B6). 2.3



Manajemen Asuhan Keperawatan



2.3.1



Pengkajian Keperawatan Asuhan keperawatan keluarga merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam



praktek keperawatan yang diberikan pada klien sebagai anggota keluarga pada tatanan komunitas dengan menggunakan proses keperawatan, berpedoman pada standar keperawatan dalam lingkup wewenang serta tanggung jawab keperawatan (WHO, 2014). Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian yang diberikan melalui praktik keperawatan dengan sasaran keluarga.



Asuhan ini bertujuan untuk



menyelesaikan masalah kesehatan yang dialami keluarga dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan, yaitu sebagai berikut (Heniwati, 2008) : 1. Pengkajian Pengkajian merupakan langkah awal pelaksanaan asuhan keperawatan, agar diperoleh data pengkajian yang akurat dan sesuai dengan keadaan keluarga. Sumber informasi dari tahapan pengkaajian dapat menggunakan metode wawancara keluarga, observasi fasilitas rumah, pemeriksaan fisik pada anggota keluarga dan data sekunder. Hal-hal yang perlu dikaji dalam keluarga adalah : a. Data Umum Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi : 1)



Nama kepala keluarga



2)



Alamat dan telepon



3)



Pekerjaan kepala keluarga



4)



Pendidikan kepala keluarga



5)



Komposisi keluarga dan genogram



6)



Tipe keluarga



7)



Suku bangsa



8)



Agama



9)



Status sosial ekonomi keluarga



10)



Aktifitas rekreasi keluarga



b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga meliputi : 1) Tahap perkembangan keluarga saat ini ditentukan dengan anak tertua dari keluarga inti. 2) Tahap keluarga yang belum terpenuhi yaitu menjelaskan mengenai tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga serta kendala mengapa tugas perkembangan tersebut belum terpenuhi. 3) Riwayat keluarga inti yaitu menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga inti yang meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga, perhatian terhadap pencegahan penyakit, sumber



pelayanan



kesehatan



yang



biasa



digunakan



keluarga



serta



pengalaman- pengalaman terhadap pelayanan kesehatan. 4) Riwayat keluarga sebelumnya yaitu dijelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga dari pihak suami dan istri. c. Pengkajian Lingkungan 1) Karakteristik rumah 2) Karakteristik tetangga dan komunitas RW 3) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat 4) Sistem pendukung keluarga d. Struktur keluarga 1) Pola komunikasi keluarga yaitu menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar anggota keluarga. 2) Struktur



kekuatan



keluarga



yaitu



kemampuan



anggota



keluarga



mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk merubah perilaku. 3) Struktur peran yaitu menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik secara formal maupun informal. 4) Nilai atau norma keluarga yaitu menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh keluarga yang berhubungan dengaan kesehatan. 5) Fungsi keluarga : a) Fungsi afèktif, yaitu perlu dikaji gambaran diri anggota keluarga, perasaan



memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota keluarga lain, bagaimana kehangatan tercipta pada anggota keluarga



dan



menghargai.



bagaimana Fungsi



keluarga



sosialisai,



yaitu



mengembangkan perlu



sikap



mengkaji



saling



bagaimana



berinteraksi atau hubungan dalam keluarga, sejauh mana anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya dan perilaku. b) Fungsi perawatan kesehatan, yaitu meenjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian, perlu dukungan serta merawat anggota keluarga yang sakit. Sejauh mana pengetahuan keluarga mengenal sehat sakit. Kesanggupan keluarga dalam melaksanakan perawatan kesehatan dapat dilihat dari kemampuan keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatan keluarga, yaitu mampu mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan untuk melakukan tindakan, melakukan perawatan kesehatan pada anggota keluarga yang sakit, menciptakan lingkungan yang dapat meningkatan kesehatan dan keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat di lingkungan setempat. c) Pemenuhan tugas keluarga. Hal yang perlu dikaji adalah sejauh mana kemampuan keluarga dalam mengenal, mengambil keputusan dalam tindakan, merawat anggota keluarga yang sakit, menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan dan memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada. 6) Stres dan koping keluarga a) Stressor jaangka pendek dan panjang (1) Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang dari 5 bulan. (2) Stressor jangka panjang yaitu stressor yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 bulan. b) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/ stressor c) Strategi



koping



permasalahan.



yang



digunakan



keluarga



bila



menghadapi



d) Strategi adaptasi fungsional yang divunakan bila menghadapi permasalah e) Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik dilakukan terhadap semua anggotaa keluarga. Metode yang digunakan pada pemeriksaan fisik tidak berbeda dengan pemeriksaan fisik di klinik. Harapan keluarga yang dilakukan pada akhir pengkajian, menanyakan harapan keluarga terhadap petugas kesehatan yang ada. 2.3.2



Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai individu, keluarga,



atau masyarakat yang diperoleh melalui suatu proses pengumpulan data dan analisa data secara cermat, memberikan dasar untuk menetapkan tindakan-tindakan dimana perawat bertanggung jawab untuk melaksanakannya (Harmoko, hal 86; 2012) Tipologi dari diagnosa keperawatan (Harmoko, hal 86; 2012) a. Diagnosis aktual: Masalah keperawatan yang sedang dialami oleh keluarga dan memerlukan waktu yang cepat. b. Diagnosis resiko tinggi: masalah keperawatan yang belum terjadi tetapi maslah keperawatan aktual dapatterjadi dengan cepat. c. Diagnosis potensial: suatu keadaan sejahtera ketika keluarga telah mampu memenuhi kebutuhan kesehatannya. Berdasarkan pengkajian asuhan keperawatan keluarga di atas maka diagnosa keperawatan keluarga yang mungkin muncul adalah : 2.3.2.1 Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah penyakit tuberculosis paru yang terjadi pada anggota keluarga 2.3.2.2 Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi penyakit tuberculosisbn paru 2.3.2.3 Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan hipertensi. 2.3.2.4 Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara atau memodifikasi lingkungan yang dapat mempengaruhi penyakit tuberculosis paru. 2.3.2.5 Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan guna perawatan dan pengobatan tuberculosis paru. 2.3.3



Intervensi Keperawatan



Menurut Suprajitno perencanaan keperawatan mencakup tujuan umum dan khusus yang didasarkan pada masalah yang dilengkapi dengan kriteria dan standar yang mengacu pada penyebab. Selanjutnya merumuskan tindakan keperawatan yang berorientasi pada kriteria dan standar. Perencanaan yang dapat dilakukan pada asuhan keperawatan keluarga dengan hipertensi ini adalah sebagai berikut : 2.3.3.1 Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah tuberculosis paru yang terjadi pada keluarga. Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat mengenal dan mengerti tentang penyakit tuberculosis paru. Tujuan : Keluarga mengenal masalah penyakit tuberculosis setelah tiga kali kunjungan rumah. Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan tentang penyakit tuberculosis patu. Standar : Keluarga dapat menjelaskan pengertian, penyebab, tanda dan gejala penyakit tuberculosis paru serta pencegahan dan pengobatan penyakit tuberculosis paru secara lisan. Intervensi : 1)Jelaskan arti penyakit tuberculosis paru 2)Diskusikan tanda-tanda dan penyebab penyakit tuberculosis paru 3)Tanyakan kembali apa yang telah didiskusikan. 2.3.3.2 Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi penyakit tuberculosis paru. Sasaran :



Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat mengetahui akibat lebih lanjut dari penyakit hipertensi.



Tujuan :



Keluarga dapat mengambil keputusan untuk merawat anggota keluarga dengan hipertensi setelah tiga kali kunjungan rumah. Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan dan dapat mengambil tindakan yang tepat dalam merawat anggota keluarga



yang sakit. Standar : Keluarga dapat menjelaskan dengan benar bagaimana akibat tuberculosis paru dan dapat mengambil keputusan yang tepat. Intervensi: 1) Diskusikan tentang akibat penyakit tuberculosis paru 2) Tanyakan bagaimana keputusan keluarga untuk merawat anggota keluarga yang menderita tuberculosis paru. 2.3.3.3 Ketidakmampuan



keluarga



merawat



anggota



keluarga



dengan



tuberculosis paru Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga mampu merawat anggota keluarga yang menderita penyakit tuberculosis paru. Tujuan : Keluarga dapat melakukan perawatan yang tepat terhadap anggota keluarga yang menderita tuberculosis paru setelah tiga kali kunjungan rumah. Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan cara pencegahan dan perawatan penyakit tuberculosis paru Standar : Keluarga dapat melakukan perawatan anggota keluarga yang menderita penyaki tuberculosis paru i secara tepat. Intervensi: 1) Jelaskan pada keluarga cara-cara pencegahan penyakit tuberculosis paru. 2) Jelaskan pada keluarga tentang manfaat istirahat, diet yang tepat dan olah raga khususnya untuk anggota keluarga yang menderita tuberculosis paru. 2.3.3.4 Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara atau memodifikasi lingkungan yang dapat mempengaruhi penyakit tuberculosis paru Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga mengerti tentang pengaruh lingkungan terhadap penyakit tuberculosis paru. Tujuan : Keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang dapat menunjang penyembuhan dan pencegahan setelah tiga kali kunjungan rumah.



Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan tentang pengaruh lingkungan terhadap proses penyakit tuberculosis paru Standar : Keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang dapat mempengaruhi penyakit tuberculosis paru. Intervensi : 1) Ajarkan cara memodifikasi lingkungan untuk mencegah dan mengatasi penyakit tuberculosis paru misalnya : a) Jaga lingkungan rumah agar bebas dari resiko kecelakaan misalnya benda yang tajam. b) Gunakan alat pelindung bila bekerja Misalnya sarung tangan. c) Gunakan



bahan yang



lembut



untuk



pakaian



untuk



mengurangi terjadinya iritasi. 2) Motivasi keluarga untuk melakukan apa yang telah dijelaskan. 2.3.3.5 Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan guna perawatan dan pengobatan tuberculosis paru. Sasaran



: Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan.



Tujuan



: Keluarga dapat menggunakan tempat pelayanan kesehatan yang tepat untuk mengatasi penyakit tuberculosis paru setelah dua kali kunjungan rumah.



Kriteria



: Keluarga dapat menjelaskan secara lisan ke mana mereka harus meminta pertolongan untuk perawatan dan pengobatan penyakit tuberculosis paru.



Standar



: Keluarga dapat menggunakan fasilitas pelayanan secara tepat.



Intervensi : Jelaskan pada keluarga ke mana mereka dapat meminta pertolongan untuk perawatan dan pengobatan tuberculosis paru. 2.3.4



Implementasi Keperawatan Pelaksanaan merupakan salah satu tahap dari proses keperawatan keluarga



dimana perawat mendapatkan kesempatan untuk membangkitkan minat keluarga



dalam mengadakan perbaikan ke arah perilaku hidup sehat. Tindakan keperawatan keluarga mencakup hal-hal di bawah ini (Harmoko, hal 98; 2012). a. Menstimulasi kesehatan atau penerimaan keluarga mengenai kebutuhan kesehatan dengan cara memberikan informasi kesehatan, mengidentifikasi kebutuhan, dan harapan tentang kesehatan, serta mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah. b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat dengan cara mengidentifikasi konsekuensi untuk tidak melakukn tindakan, mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga, dan mendiskusikan konsekuensi setiap tindakan. c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit dengan cara mendemonstrasikan cara perawatan, menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah, dan mengawasi keluarga melakukan perawatan. d. Membantu keluaga untuk menemukan cara membuat lingkungan menjadi sehat dengan



menemukan



sumber-sumber



yang



dapat



digunakan



keluargadan



melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin. e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan dengan cara mengenalkan



fasilitas



kesehatan



yang



ada



dilingkungan



keluarga



cara



menggunakan fasilitas tersebut. 2.3.5



Evaluasi Keperawatan Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses perawatan untuk mengukur



keberhasilan dari rencana perawatan dalam memenuhi kebutuhan klien  Bila masalah tidak dipecahkan atau timbul masalah baru, maka perawat harus berusaha untuk mengurangi atau mengatasi beban masalah dengan meninjau kembali rencana perawatan dengan menyesuaikan kembali terhadap keadaan masalah yang ada.



BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN A. Identitas klien / keluarga Nama KK



: Tn B



Umur



: 40 tahun



Agama



: Kristen Protestan



Jenis Kelamin



: Laki-laki



Suku



: Jawa



Pendidikan



: SMA



Pekerjaan



: Swasta



Alamat



: Jl. Petuk Katimpun 1 No 27



No.Telp



: 0813-4005-3211 Komposisi Keluraga



No



Nama (Inisial)



Gende Umur



r (L / P)



Hubungan Dg KK



Pendidikan



Pekerjaan



1



Ny. R



34 thn



P



Ibu



SMA



IRT



2



An. J



12 thn



L



Anak



SMP



Pelajar



3



An. J



4 thn



L



Anak



TK



Pelajar



4



An. A



1 thn



L



Anak



Belum



-



Sekolah



Tipe Keluarga Tn.B yaitu keluarga inti dengan anggota keluarga yaitu Ny.R, An. J, An.J dan An.A. Ny R umur 34 tahun, jenis kelamin perempuan hubungan dengan kepala keluarga yaitu istri, pendidikan terakhir SMA, pekerjaan ibu rumah tangga. An.J umur 12 tahun,jenis kelamin laki-laki,pendidikan SMP. An.J umur 4 tahun, jenis kelamin laki-laki, pemdidikan TK dan An.A umur 1 tahun,jenis kelamin laki-laki, pendidikan belum sekolah hubungan dengan kepala keluarga anak kandung. Tipe Keluarga : Tipe keluarga Tn. B adalah tipe keluarga inti



B. Riwayat Perkembangan Keluarga



Tahan perkembangan keluarga dengan anak usia sekolah (family with school children) Memberikan perhatian tentang kegiatan social anak, pendidikan, dan semangat belajar terpenuhi. Tetap mempertahankan hubungan yang harmonis dalam perkawainan terpenuhi. Mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya intelektual terpenuhi. Menyediakan aktivitas untuk anak terpenuhi. Menyesuaikan pada aktivitas komunitas dengan mengikut sertakan anak terpenuhi dan tahap perkembangan keluarga dengan anak remaja (family with teenagers) . Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggungjawab mengingat remaja yang sudah bertambah dewasa dan meningkat otonominya terpenuhi . Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga terpenuhi. Mempertahankan komunikasi yang terbuka antara anak dan orangtua, hindari perdebatan, kecurigaan, dan permusuhan terpenuhi Tugas Perkembangan Keluarga : Tugas sebagai kepala keluarga dapat dijalankan oleh suami dalam memenuhi kebutuhan sehari harinya. *Genogram (3 generasi):



Keterangan : : Laki – Laki



: Tinggal satu rumah



: Perempuan



: Hubungan Keluarga



: klien



: Meninggal



C. Struktur Keluarga



Pola komunikasi keluarga baik menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa dayak, dapat berinteraksi terbuka dan jujur, selalu menyelesaikan konflik dalam keluarga dengan baik, Peran dalam keluarga tidak ada masalah dapat menjalankan peran masing-masing, Nilai / norma keluarga tidak ada konflik nilai D. Fungsi Keluarga 1. Fungsi afektif Fungsi afektif keluarga Tn.B berfungsi baik,



keluarga dapat saling



menghargai dan menghormati anggota keluarga lainnya, memiliki rasa kasih sayang kepada pasangan dan anak, saling memberikan dukungan kepada anggota keluarga lainnya. 2. Fungsi Sosial Interaksi Tn. B dengan istri dan anaknya terjalin dengan sangat baik saling mendukung, bahu membahu, dan saling ketergantungan satu sama lain. Tn. B dan Ny.R selalu bersikap adil kepada seluruh anggota keluarganya. 3. Fungsi Ekonomi Keluarga memberikan finansial untuk anggota keluarga dan kepentingan di masyarakat. 4. Fungsi Perawatan Kesehatan Masalah kesehatan yang saat ini sedang dialami oleh keluarga Keluarga Tn. B adalah Tn. B yang saat ini memiliki penyakit Tuberculosis Paru. Keluarga Tn. B mengatakan bahwa Tn. B sering tidak menutup mulut saat batuk/bersin. Keluarga



Tn. B juga tamapk sering bertanya tentang penularan penyakit ini dan Ny.R mengatakan datang ke Puskesmas apabila ada keluarga yang sakit dan apabila ingin mengambil obat. Masalah Keperawatan : Perilaku Kesehatan Cenderung Berisiko



E. Pola Koping Keluarga 1. Stressor jangka pendek Yang menjadi beban pikiran jangka pendek Tn. B yaitu sakit tuberculosis paru Tn. B yang belum sembuh 2. Stressor jangka panjang



Yang menjadi beban jangka panjang Tn. B yaitu bagaimana ia mencari penghasilan untuk keluarga. Sedangkan ada istri dan anak-anak nya yang harus ia nafkahi. 3. Kemampuan keluarga berespon terhadap masalah Untuk mengatasi masalah tersebut Tn. A selalu rutin minum obat nya supaya segera pulih dari penyakitnya sehingga Tn. B dapat bekerja seperti biasanya 4. Strategi koping yang digunakan Jika ada masalah yang tidak bisa diselesaikan Tn. B dan keluarga akan tetap mencari jalan keluar dengan musyawarah. 5. Strategi adaptasi disfungsinal Jika merasa lelah dan sakit Tn. B akan beristirahat dan tidur.



F. Spiritual Keluarga Tn. B taat ibadah dan mengikuti kegiatan gereja



G. Pola Aktivitas sehari-hari 1. Pola makan Tn. B dan keluarga rutin makan hanya 2x sehari dalam porsi sedikit 2. Pola Minum Tn. B dan keluarga selalu mengupayakan cukup minum air putih 8 gelas sehari 3. Istirahat Tn. B dan keluarga selalu cukup tidur dan istirahat setiap hari 4. Pola BAK BAK baik, Tn. B dan keluarga tidak memiliki gangguan pencernaan 5. Pola Kebersihan diri Tn.A dan keluarga rutin mandi 2x sehari 6. Tingkat kemandirian Tn. B mampu melakukan aktivitas mandiri H. Psikososial 1. Keadaan emosi pada saat ini



Tn. B mengatakan tidak marah, tidak tidak sedih,tidak ketakutan,tidak pustus asa,dan tidak stress 2. Kurang interaksi dengan orang lain



Tn. B mengatakan masih berinteraksi dengan tetangga seperti biasa 3. Menarik diri dengan lingkungan



Tn. B mengatakan saat ini dirinya dan keluarga tidak menarik diri dari lingkungan 4. Konflik dengan keluarga



Tn. B mengatakan dirinya tidak ada konflik 5. Penurunan harga diri



Tn. B mengatakan tidak mengalami penurunan harga diri 6. Gangguan gambaran diri



Tn. B tau bahwa dia sebagai kepala keluarga, ayah kandung dari anakanaknya dan berperan dalam keluarga tersebut. I.



Faktor resiko masalah kesehatan



1. Tidak pernah / jarang periksa kes. Tn. B mengatakan dirinya jarang memeriksakan Kesehatan kecuali sedang sakit seperti sekarang. 2. Social ekonomi kurang Tn. B mengatakan keluarganya termasuk yang berkecukupan untuk kebutuhan sehari hari 3. Total pendapatan kelurga per bulan: Tn. B mengatakan pendapatan suaminya cukup untuk kebutuhan keluarga, berobat, dan menyekolahkan anak-anaknya. Pendapatan perbulan kisaran Rp. 600.000,- s/d 1.000.000.



J. Pemeriksaan Fisik VITAL SIGN



Nama (Inisial



BB/TB



)



TD



N



RR



S



Tn. B



110/80



98



18



36,



Tanggal



Lain- lain



pemeriksaan 46/167



29/09/2022



Pasien mengatakan masih batuk, namun



5 Ny. R



110/70



97



19



36,



sudah agak membaik 60/160



29/09/2022



1 An. J



-



-



-



-



-



An. J



-



-



-



-



-



An. A



-



-



-



-



-



Status mental: Keluarga Tn.B mengatakan tidak mengerti tentang penyakit tuberculosis dan keluarga Tn. B sering bertanya mengenai penyebab, tanda dan gejala serta cara mencegah penularan dari penyakit tuberculosis paru. Tidak ada mengalami Cemas, tidak mengalami



Disorientasi Tidak mengalami Depresi tidak Menarik diri dari lingkungan social. Masalah Keperawatan: Manajemen Kesehatan Tidak Efektif



1. Sistem Kardiovaskuler : Aritmia tidak, Nyeri dada tidak ada, tidak mengalami distensi vena jugularis , jantung berdebar tidak 2. Nyeri spesifik : Nyeri tidakada 3. Sistem pernafasan : Stridor tidak ada, suara nafas wheezing, ronchi tidak ada, akumulasi Sputum tidak ada.Tidak ada masalah kesehatan



4. Sistem Integumen : Tidak ada mengalami ciasonis, Akral Dingin tidak ada, tidak mengalami Diaporesis, tidak mengalami Juandice, tidak ada Luka. Tidak ada masalah kesehatan 5. Sistem Muskuloskeletal : Tidak mengalami tonus otot, Paralisis tidak ada, Hemiparesis tidak ada, ROM tidak ada, Gangguan keseimbangan Tidak ada Tidak ada masalah kesehatan 6. Mukosa Mulut Kapiler refil time, Kurang dari 2 detik Tidak ada masalah kesehatan 7. Sistem Persarafan : Nyeri kepala tidak ada, Pusing tidak ada, tremor tidak ada, Reflek pupil anisokor tidak ada, tidak mengalami Paralisis : lengan kiri/ lengan kanan/ kaki kiri/ kaki kanan, tidak mengalami, anestesi daerah perifer Tidak ada masalah kesehatan 8. Sistem Perkemihan : Tidak mengalami Disuria, tidak mengalami Hematuria, Frekuensi normal, tidak mengalami Retensi, tidak mengalami Inkontinensia Tidak ada masalah kesehatan 9. Sistem Pencernaan : Intake cairan kurang hanya mengonsumsi cairan 5 gelas/hari atau setara dengan 1 liter air, tidak mengalami mual/ muntah, tidak mengalami nyeri perut, tidak ada muntah darah, tidak mengalami flatus, tidak ada distensi abdomen, colostomy tidak



ada, tidak



mengalami diare, tidak mengalami konstipasi, bising usus



18x/menit tidak terpasang sonde 10. Riwayat Pengobatan : Tidak mengalami Alergi obat K.



Pengkajian Lingkungan:



Keluarga Ny.R memiliki luas tanah 60-72 m2 dan memiliki luas bangunan rumah 9 x 4 m2 (tipe 36). Bangunan tersebut milik sendiri, Rumah Tn. B memiliki 2 kamar, 1 ruang tamu, 1 ruang keluarga, 1 dapur, 1 kamar mandi dan wc. Penataan alat/perabot rumah tangga yang cukup rapi, ventilasi/penerangan bagi keluarga Tn. B cukup memadai sinar matahari bisa masuk ke dalam rumah., dengan jumlah jendela 5 buah, ventilasi 5 buah. Lantai rumah tampak bersih, hal ini terlihat dari tidak adanya kotoran pada lantai, lingkungan rumah bersih, lantai rumah menggunakan semen dan keramik, dinding rumah terbuat dari beton. Sumber air untuk keperluanminum keluarga Tn. B menggunakan air mineral Sumber air untuk keperluan mandi dan cuci menggunaka sumur Bor, dan sumber listrik dari PLN. Denah Rumah Tn. S



1. Jarak sumber air dengan pembuangan limbah keluarga/septic tank yaitu >10 meter 2. Tempat penampungan air sementara yaitu bak 3. Kondisi tempat penampungan air terbuka 4. Kondisi air: Tidak berasa, tidak berbau, dan tidak berwarna Sampah Keluarga 1. Pembuangan sampah: di TPU 2. Rumah memiliki tempat penampungan sampah sementara 3. Kondisi penanmpungan sampah dalam kondisi terbuka



4. jarak tempat penampungan sampah dengan rumah yaitu >5meter Sistem pembuangan kotoran : 1. Tempat Keluarga buang hajat(BAK/BAB) : Jamban(WC) 2. Keluarga memiliki jamban jenis leher angsa 3. Untuk pembuangan air limbah yaitu resapan Hewan peliharaan / ternak 1. Keluarga tidak memiliki hewan peliharan/ ternak 2. Tidak ada memiliki hewan ternak/ peliharaan 3. bila ya, apakah hewan ternak ada kandangnya tidak memeliharan ternak/peliharaan 4. bila ada, dimana letaknya ? Didalam rumah, Diluar rumah 5. bila diluar rumah, berapa jauh jaraknya ? 6. kondisi kandang : Terawat Tidak terawatt



Perawatyang mengkaji Nama :Hepi Nopita Sari



Tgl 29 September 2022



Pkl : 13.00 WIB



Catatan Keperawatan Keluarga II. Analisa Data No 1



Data Penunjang DS: -



Keluarga Tn. B mengatakan



tidak



mengerti



tentang



penyakit tuberculosis paru DO: -



Keluarga



Tn.



B



sering



bertanya mengenai penyebab, tanda dan gejala serta cara mencegah



penularan



penyakit tuberculosis paru -



BB : 46 kg



-



TB : 167 cm



-



TTV :



TD =180/100 mmHg. N = 100 /mnt RR = 18 /mnt S = 36,5 ℃



dari



Masalah



Penyebab



Manajemen Kesehatan



Kurangnya



Tidak Efektif



terpaparnya informasi



2



DS : -



Keluarga Tn. B pasien mengatakan bahwa Tn. B sering tidak menutup mulut saat batuk/bersin



-



Keluarga Tn.B mengatakan datang ke Puskesmas apabila ada keluarga yang sakit dan apabila ingin mengambil obat.



DO: -



Keluarga Tn. B tampak sering bertanya tentang penularan penyakit ini.



-



TTV :



TD =180/100 mmHg. N = 100 /mnt RR = 18 /mnt S = 36,5 ℃



Perilaku kesehatan cenderung berisiko



Kurangnya pengetahuan tentang cara mencegah penularan tuberculosis paru



III. Skoring Prioritas Diagnosa Keperawatan Keluarga Diagnosa 1 Kriteria



Skore



Sifat Masalah (Bobot 1) Skala:



Pembenaran Dg 1



3/3x1= 1



3 : Aktual



Kurangya pemahaman keluarga Tn. B mengenai Tuberculosis Paru



2 : Resiko 1 : Sejahtera Kemungkinan Masalah Dapat Diubah (Bobot 2)



Dg 1 2/2x2= 2



Mudah karena peralatan mudah



Skala:



disediakan



dan



hanya



2 : Mudah



membutuhkan kesiapan keluarga



1 : Sebagian



Tn. B menerima materi.



0 : Rendah Pontensial Masalah Untuk Dicegah (Bobot 1)



Dg 1 3/3x1=1



Semangat dan antusias keluarga Tn.



Skala:



B sangat tinggi dalam mengikuti



3 : Tinggi



kegiatan



2 : Cukup 1 : Rendah Menonjolnya Masalah (Bobot 1)



Dg 1 2/2x1= 1



2 : Berat, Segera ditangani 1



:



Tidak



Perlu



B mengenai Tubeculosis Paru



Segera



ditangani 0 : Tidak Dirasakan TOTAL



Kurangya pemahaman keluarga Tn.



Dg 1 = 5



Diagnosa 2 Kriteria



Skore



Pembenaran



Sifat Masalah (Bobot 1) Skala:



2/3x1= 2/3



Dg 2



3 : Aktual



Belum



ada



terjadinya



2 : Resiko



serius pada keluarga Tn. B akibat



1 : Sejahtera



dari



kurangnya



masalah



pengetahuan



keluarga Tn. B mengenai cara mencegah penularan tuberculosis paru namun harus ditangani segera Kemungkinan Masalah Dapat Diubah (Bobot 2)



2/2/x2= 2



Dg 2



Skala:



Mudah karena tidak membutuhkan



2 : Mudah



perelatan khusus dan membutuhkan



1 : Sebagian



kesiapan keluarga Tn. B dalam



0 : Rendah



menerima materi.



Pontensial Masalah Untuk



Dg 2



Dicegah (Bobot 1)



3/3x1=1



Semangat dan antusias keluarga Tn.



Skala:



B sangat tinggi dalam mengikuti



3 : Tinggi



kegiatan



2 : Cukup 1 : Rendah Menonjolnya Masalah (Bobot 1)



Dg 2 2/2x1= 2



Belum



adanya



timbul



masalah



2 : Berat, Segera ditangani



serius pada keluarga Tn. B



1



kurangnya



:



Tidak



Perlu



Segera



terpapar



dari



informasi



ditangani



tentang cara mencegaha penularan



0 : Tidak Dirasakan



tuberculosis paru, namun harus ditangani segera



TOTAL



Dg 2 = 5,2



V. Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga 1.



Diagnosa Keperawatan : Manajemen Kesehatan Tidak Efektif berhubungan dengan kurang terpapar nya informasi Tujuan Khusus



Keluarga mengenal masalah



Kriteria



Standart Hasil



Keluarga dapat



1. Keluarga Tn.B dapat menjelaskan



penyakit tuberculosis paru



menjelaskan



pengertian, penyebab, tanda dan



setelah tiga kali kunjungan



secara lisan



gejala penyakit hipertensi serta



rumah.



tentang penyakit tuberculosis paru.



pencegahan dan pengobatan penyakit tuberculosisparu secara lisan.



Intervensi Keperawatan



1. Identifikasi TTV 2. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi 3. Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan 4. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan 5. Jelaskan arti penyakit tuberculosis paru 6. Diskusikan tanda-tanda dan penyebab penyakit tuberculosis 7. Berikan kesempatan untuk bertanya 8. Tanyakan kembali apa yang telah didiskusikan.



Diagnosa Keperawatan : Perilaku Kesehatan Cenderung Berisiko berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang cara mencegah



Tujuan Khusus



Kriteria



Standart Hasil



Keluarga mengenal cara



Keluarga dapat



1. Keluarga Tn. B dapat menjelaskan



mencegahan penularan



menjelaskan



pengertian, tujuan, dan manfaat



setelah tiga kali kunjungan



secara lisan



serta cara mencegah penularan



rumah.



tentang



penyakit secara lisan.



Intervensi Keperawatan



1



Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi



2



Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan



3



Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan



4



Jelaskan cara mencegah penularan penyakit



5



Diskusikan tujuan dan manfaat pencegahan penularan penyakit



6



Berikan kesempatan untuk bertanya



7



Tanyakan kembali apa yang telah didiskusikan.



pencegahan penularan penyakit



penularan tuberculosis paru VI. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Keluarga 1. Diagnosa 1 : Manajemen Kesehatan Tidak Efektif berhubungan dengan kurang terpapar nya informasi



Hari/Tanggal



Pukul



29 Oktober



13:00 WIB



2022



Implementasi



1



Mengidentifikasi TTV



2



Mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi



3



Menyediakan materi dan media pendidikan kesehatan



4



Menjadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan



5



Menjelaskan penyakit tuberculosis paru



6



Mendiskusikan tanda-tanda dan penyebab penyakit tuberculosis paru



7



Memerikan kesempatan untuk bertanya



8



Menanyakan kembali apa yang telah didiskusikan.



Diagnosa 2 :



Evaluasi



S = Tn. B mengatakan “saya mengerti dan paham dari pengertian, penyebab, tanda dan gejala penyakit tuberculosis paru serta pencegahan dan pengobatan penyakit tuberculosis paru”.



O= - TTV : Tn. B, TD = 110/80 mmHg, S = 36,5 °C, RR = 18 x/m , N=100x/m. - Keluarga Tn.B tampak rileks - Keluarga Tn. B lebih mudah memahami dengan adanya media (Sop dan leaflet) - Pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan(13:00 WIB) - Keluarga Tn. B memberikan pertanyaan kepada perawat - Keluarga Tn. B memahami masalah hipertensi dan dapat menjawab dengan benar apa yang ditanyakan perawat. A = Masalah telah teratasi P = Intervensi terselesaikan.



2. Perilaku Kesehatan Cenderung Berisiko berhubungan dengan Kurangnya pengetahuan tentang cara mencegah penularan tuberculosis



paru Hari/Tanggal



Pukul



29



13:00 WIB



September 2022



Implementasi



1. Mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi 2. Menyediakan materi dan media pendidikan kesehatan 3. Menjadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan 4. Menjelaskan arti pencegahan 3 M 5. Mendiskusikan tujuan dan manfaat pencegahan 3 M 6. Memerikan kesempatan untuk bertanya 7. Menanyakan kembali apa yang telah didiskusikan.



Evaluasi



S = Tn. B mengatakan “saya mengerti dan paham dari pengertian, tujuan, dan manfaat serta cara mencegah penularan penyakit



O= - Keluarga Tn. B tampak rileks - Keluarga Tn. B lebih mudah memahami dengan adanya media (Sop dan leaflet) - Pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan(13:00 WIB) - Keluarga Tn.B memberikan pertanyaan kepada perawat - Keluarga Tn. B memahami masalah hipertensi dan dapat menjawab dengan benar apa yang ditanyakan perawat. A = Masalah telah teratasi P = Intervensi terselesaikan.



BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan Tuberkulosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang dapat menyerang pada berbagai organ tubuh mulai dari paru dan organ di luar paruseperti kulit, tulang, persendian, selaput otak, usus serta ginjal yang sering disebut dengan ekstrapulmonal TBC. Tuberculosis paru adalah suatu penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman Mycrobacterium Tuberculosis. Sebagian bersar kuman tuberculosis menyerang paru tetapi juga dapat menyerang organ tubuh lainnya. Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksius yang menyerang paru-paru yang secara khas ditandai oleh pembentukan granuloma dan menimbulkan nekrosis jaringan. Penyakit ini bersifat menahun dan dapat menular dari penderita kepada orang lain. Diagnosa yang pertama Ketidak efektifan bersihan jalan nafas b/d penumpukan secret yang tidak keluar saat batuk. Sehingga pasien dengan ini sangat membutuh suplai O2 lebih banyak dengan pemberian oksigenasi. Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 7 jam Diagnosa yang pertama Ketidak efektifan bersihan jalan nafas b/d penumpukan secret yang tidak keluar saat batuk di tandai dengan dahak susah keluar. Sehingga pasien Pola nafas teratur, Frekwensi pernafasan membaik, Menunjukan kepatenan jalan nafas, Pasien mampu menguasai teknik batuk efektif, Keadaan pasen membaik. 4.2 Saran Sebagai mahasiswa keperawatan diharapkan mampu membuat asuhan keperawatan dengan baik terhadap penderita penyakit saluran pernapasan terutama TB Paru. Oleh karena itu, mahasiwa keperawatan juga harus mampu berperan sebagai pendidik dalam hal ini melakukan penyuluhan ataupun memberikan edukasi kepada pasien maupun keluarga pasien terutama mengenai tanda-tanda, penanganan dan pencegahannya.



DAFTAR PUSTAKA Kapita Selekta Penyakit Nurse’s Quick Check. edisi 2, alih bahasa Dwi Widiarti, 2011. Jakarta : EGC Smeltzer, S.C., 2013. “Keperawatan Medikal Bedah Brunner and Suddarth, edisi 12”. Jakarta : EGC, Somantri, Irman, 2008. “Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan.” Jakarta: Salemba Medika.  



Wilkinson Judith M, Ahern Nancy R, 2011. “ Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 9,Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC.” Jakarta : EGC



Andarmoyo, Sulistyo. (2012). Kebutuhan Dasar Manusia (Oksigenasi). Yogyakarta : Graha Ilmu Bulechek, Gloria M, dkk. (2013). Nursing Interventions Classification (NIC). Indonesia : Elsevier Chandra, Budiman. (2013). Kontrol Penyakit Menular pada Manusia. Jakarta : EGC Fitriana, Mutiara Ayu Rahma, dkk. (2013). Gambaran Perilaku Pencegahan Penularan TB Paru pada Penderita TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Mayong II Kabupaten Jepara (online), http://perpusnwu.web.id/karyailmiah Herdman, T. Heather & Shigemi Kamitsuru. (2016). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10. Jakarta : EGC PPNI (2018).Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP.PPNI. PPNI.(2016).Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta : DPP.PPNI.



LAMPIRANG SATUAN ACARA PENYULUHAN



OLEH : HEPI NOVITA SARI NIM : 2019.C.11a.1011



YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN TAHUN AKADEMIK 2022/2023



SATUAN ACARA PENYULUHAN(SAP) PENULARAN DAN PENCEGAHAN TUBERKULOSIS (TB PARU) Pokok Bahasan           : Tuberkulosis (TB Paru) Hari/tanggal                : Kamis, 29 September 2022 Jam/waktu                  : 13.00 WIB Sasaran                       : Keluarga Tn.B Penyuluh                     : Hepi Nopita Sari Tempat                        : Palangka Raya       1.



Tujuan Instruksional Umum ( TIU ) Setelah mendapatkan penjelasan tentang nutrisi ibu hamil selama 10 menit,



diharapkan pasien  dapat mengerti dan memahami tentang Tuberkulosis (TB Paru)       2.



Tujuan Instruksional Khusus ( TIK ) Setelah mendapatkan penjelasan tentang nutrisi ibu hamil, diharapkan klien



mampu: 1.



Klien dapat memahami jalan penularan Tuberkulosis (TB Paru)



2.



Klien dapat mengetahui cara mencegah penyakit Tuberkulosis (TB Paru)



3.



Klien dapat meningkatkan kesehatan secara keseluruhan



3.



Metode



1.



Ceramah



2.



Tanya jawab



4.



Media dan Alat Peraga



1.



Leaflet



5.



Proses Kegiatan Penyuluhan



Jam



Kegiatan



11.00 sd



a) Pendahuluan



11.05



b) Menyampaikan salam



Respon



Waktu 5 Menit



Membalas salam



c) Menjelaskan tujuan d) Kontrak waktu



Mendengarkan



e) Tes awal Memberi respon Menjawab soal 11.05



Inti



Mendengarkan dengan penuh



Sd 11.10



a. Memulai penkes b. Menjelaskan pengertian Tuberculosis (TB Paru) c. Menjelaskan jalan penularan Tuberculosis (TB Paru) d. Menjelaskan pengaturan pentalaksanaan mencegah penyakit Tuberculosis (TB Paru)



perhatian



11.15 sd



Penutup



a. Menanyakan yang belum



11.20



a. b. c. d.



Melakukan evaluasi jelas Memberikan kesimpulan b. Aktif bersama Menutup penkes c. Menyimpulkan Memberikan salam penutup d. Membalas salam



10 Menit



5 Menit



MATERI PENYULUHAN 1. Definisi TB Paru Tuberkolusis paru adalah penyakit akibat infeksi bakteri Mycobacterium Tuberculosis yang bersifat sistemik sehingga dapat mengenai hampir semua organ tubuh, dengan lokasi terbanyak di paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi primer (Tanto C & Hanifati S, 2014). Tuberculosis merupakan penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis, pada umumnya menyerang jaringan parenkim organ paru. Tuberculosis merupakan penyakit



kronis dengan fase kekambuhan-



penyembuhan berulang. Respons imun seluler berperan utama pada pathogenesis TB, berupa reaksi Delayed type Hipersensitivity (DTH) patologis yang menimbulkan suatu perkembangan lambat dari lesi granulomatous dengan akibat kerusakan jaringan yang luas (Mertaniasih ND, Koendhori EB, & Kusumaningrum D, 2013) bebas dari tuberkulosis, nol kematian, penyakit, dan penderitaan yang disebabkan oleh TBC. (Infodatin, 2018). 2. Manifestasi Klinis Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus yang timbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak terlalu khas terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnosa secara klinik. Menurut Maesaroh L ( 2016) gejala TBC itu sendiri adalah: a. Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul. b. Sesak dan nyeri dada saat menarik nafas c. Penurunan nafsu makan dan berat badan. d. Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah). e. Perasaan tidak enak (malaise), lemah. 3. Patofisiologi Menurut Somantri (2008) di dalam Retno Dwi L (2015), infeksi diawali karena seseorang menghirup basil Mycobacterium tuberculosis. Bakteri menyebar melalui



jalan napas menuju alveoli lalu berkembang biak dan terlihat bertumpuk. Perkembangan Mycobacterium tuberculosis juga dapat menjangkau sampai ke area lain dari paru-paru (lobus atas). Basil juga menyebar melalui sistem limfe dan aliran darah ke bagian tubuh lain (ginjal, tulang dan korteks serebri) dan area lain dari paruparu (lobus atas). Selanjutnya sistem kekebalan tubuh memberikan respons dengan melakukan reaksi inflamasi. Neutrofil dan makrofag melakukan aksi fagositosis (menelan bakteri), sementara limfosit spesifik-tuberkulosis menghancurkan (melisisikan) basil dan jaringan normal. Reaksi jaringan ini mengakibatkan terakumulasinya eksudat dalam alveoli yang menyebabkan bronkopneumonia. Infeksi awal biasanya timbul dalam waktu 210 minggu setelah terpapar bakteri. Interaksi antara Mycobacterium tuberculosis dan sistem kekebalan tubuh pada masa awal infeksi membentuk sebuah massa jaringan baru yang disebut granuloma. Granuloma terdiri atas gumpalan basil hidup dan mati yang dikelilingi oleh makrofag seperti dinding. Granuloma selanjutnya berubah bentuk menjadi massa jaringan fibrosa. Bagian tengah dari massa tersebut disebut ghon tubercle. Materi yang terdiri atas makrofag dan bakteri yang menjadi nekrotik yang selanjutnya membentuk materi yang penampakannya seperti keju (necrotizing caseosa). Hal ini akan menjadi klasifikasi dan akhirnya membentuk jaringan kolagen, kemudian bakteri menjadi nonaktif. 4. Jalan Penularan Tuberculosis Penyakit TB paru ini dapat ditularkan oleh penderita dengan hasil pemeriksaan BTA positif. Lebih jauh lagi penularan TB paru dapat terjadi di dalam ruangan yang gelap dan lembab karena kuman M. tuberculosis ini dapat bertahan lama apabila di kondisi ruangan yang gelap dan lembab tersebut. Dalam hal ini makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan maka orang itu makin berpotensi untuk menularkan kuman tersebut. Selain itu faktor yang memungkinkan seseorang untuk terpapar yaitu seberapa lama menghirup udara yang sudah terkontaminasi kuman M. tuberculosis tersebut dan konsentrasi percikan dalam udara itu. (DEPKES RI, 2007).



Sumber penularan adalah penderita Tuberculosis (TB Paru) yang menyebarkan kuman ke udara pada saat batuk atau bersin dalam bentuk droplet. Inhalasi merupakan cara terpenting masuknya kuman penyebab Tuberculosis (TB Paru) kedalam saluran pernapasan yaitu bersama udara yang dihirup, disamping ituterdapat juga cara penularan langsung yaitu melalui percikan droplet yang dikeluarkan oleh penderita saat batuk, bersin dan berbicara kepada orang di sekitar penderita, trasmisi langsungdapat juga melalui ciuman, memegang/menggunakan benda yang telah terkena sekresi saluran pernapasan penderita (Azwar, 1985). 5. Pemeriksaan Diagnostik Menurut Tanto C & Hanifati S ( 2014) diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan dari gambaran klinis, pemeriksaan mikrobiologi, dan hasil radiologi: a. Pemeriksaan bakteriologi Diambil dari specimen: dahak, cairan pleura, cairan serebrospinal, bilasan bronkus dan lambung, bronchoarveolar lavage, biopsy. Untuk pengambilan spesemen dahak dilakukan tiga kali yaitu sewaktu kunjungan, pagi keesokan harinya atau setiap pagi tiga hari berturut-turut. Proses pengiriman bahan dapat ditaruh di pot dengan mulut lebar, tutup berulir, penampang 6cm atau dibuat sediaan apus di gelas objek atau menggunakan kertas saring. Pemeriksaan spesemen ini dilakukan secara mikroskopis dan biakan. Pewarnaan mikroskopis biasa dengan Ziehl-Nielsen sedangkan fluoresens dengan auramin-rhodamin. Kultur M.tb dapat menggunakan metode Lowenstein-jensen. Interpretasi hasil dahak 1) BTA (+) : 3x positif, atau 2x positif, 1x negative 2) BTA (-) : 3x negative 3) Jika hasil 1x positif, 2x negative diulang pemeriksaan BTA 3x lagi Interpretasi pembacaan dengan mikroskop dengan skala IUATLD 1) Tidak ada BTA dalam 100 lapang pandang, negative 2) Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang, ditulis jumlah kuman yang terlihat 3) Ditemukan 10-99 BTA dalam 100 lapang pandang 1+ 4) Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang pandang, 2+ 5) Ditemukan >10 BTA dalam 1 lapang pandang, 3+



b. Radiologi Foto polos torak PA yang biasa dilakukan. Atas indikasi foto lateral, top lordotik, oblik, CT scan. Dicurigai lesi TB aktif : 1) Bayangan berawan/ nodular di lobus atas paru segmen apical dan posterior, lobus bawah segmen posterior 2) Kavitas 3) Bercak miler 4) Efusi pleura unilateral Gambaran foto polos torak lainnya 1) Gambaran lesi tidak aktif, fibrotic, klasifikasi, schwarte atau penebalan pleura 2) Destroyed lung, atelektasos, kavitas multiple, fibrosis di parenkim paru. 3) Lesi minimal: lesi pada satu atau dua paru tidak melebihi sela iga 2 depan, tidak ada kavitas 4) Lesi luas, jika lebih luas dari lesi minimal c. Pemeriksaan penunjang lain 1) Analisis cairan pleura- uji rivalta (+), eksudat, limfosi dominan, glukosa rendah 2) Biopsy, diambil 2 spesimen untuk dikirim ke laboratorium mikrobiologi dan histology 3) Darah, tidak spesifik, termasuk limfosit yang meningkat, LED jam pertama, kedua dapat menjadi indicator penyembuhan pasien. 4) MTB/RIF Penatalaksanaan Terdapat dua fase pengobata TB, yaitu intensif (2-3 bulan) dan lanjutan (4-7 bulan). Evaluasi pengobata dilakukan setiap dua minggu sekali selama bulan pertama pengobatan. Selanjutnya satu bulan sekali. Pengobatan untuk pasien TB selain OAT boleh diberikan pengobatan suportif lainnya untuk meningkatkan daya tahan tubuh atau untuk mengatasi keluhan lainnya, contoh : vitamin. Indikasi rawat inap pada pasien TB : hemapto massif, kondisi umum buruk, pneumotoraks, empiema, efusi pleura, sesak napas berat, TB millier, meningitis TB. Golongan Obat Obat Golongan 1 lini1 Isoniazid (H), Ethambutol (E), Pirazinamid (Z), Rifampicin (R), Streptomisin (S) Golongan 2 lini 2 Kanamisin (Km), Amikasin (Am), Capreomicyn (Cm) Golongan 3 Golongan floroquilonole Ofloxacin (Ofx), Levofloxacin (Lfx), Moxifloxacin (Mfx)



Golongan 4 Obat bakteriostatik lini 2 Etionamid, Prothionamid, Sikloserin, Paraaminosilisilat, Terizidon Golongan 5 Obat yang belum terbukti Clofazim, Linezolid, Amoksisilinklavulanat, Tioacetazon, Clarithromycin, efikasinya dan tidak di rekomendasikan oleh WHO Imipenem 6. Pencegahan penyakit Tuberculosis a. Paham etika batuk efektif b. Menggunakan masker ketika kontak dengan orang lain c. Mendesign rumah bersih dan rapi d. Ventilasi yang cukup e. Pencahayaan secara langsung f. Membuang dahak ditempat yang susah di dekati orang lain.