Askep WTS [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ASKEP WTS Pelayanan perawat dalam masyarakat sangat erat hubungannya dengan pelayanan yang dilakukan di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Upaya pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat melalui upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan. Salah satu upaya kesehatan pengembangan yang dilakukan oleh Puskesmas adalah program Perawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas). Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor: 128/Menkes/SK/II/Tahun 2004 tentang kebijakan dasar Puskesmas, upaya perawatan kesehatan masyarakat merupakan upaya program pengembangan yang kegiatannya terintegrasi dalam upaya kesehatan wajib maupun upaya kesehatan pengembangan. Perawatan kesehatan masyarakat (Perkesmas) merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan dasar yang dilaksanakan oleh Puskesmas khususnya pelayanan yang dilakukan perawat kepada masyarakat. Perkesmas dilakukan dengan penekanan pada upaya pelayanan kesehatan dasar. Pelaksanaan Perkesmas bertujuan untuk meningkatkan kemandirian masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan yang dihadapi, sehingga tercapai derajat kesehatan yang optimal. Untuk mengupayakan terbinanya kesehatan masyarakat, maka diharapkan 40 % keluarga rawan kesehatan memperoleh kunjungan rumah dan pembinaan kesehatan oleh tenaga kesehatan atau perawat melalui kegiatan perkesmas. Sasaran perawatan kesehatan masyarakat adalah individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang mempunyai masalah kesehatan akibat faktor ketidaktahuan, ketidakmauan maupun ketidakmampuan dalam menyelesaikan masalah kesehatannya. Prioritas sasaran adalah yang mempunyai masalah kesehatan terkait dengan masalah kesehatan prioritas daerah yaitu belum kontak dengan sarana pelayanan kesehatan atau sudah memanfaatkan tetapi memerlukan tindak lanjut. Fokus utama pada keluarga rawan kesehatan yaitu keluarga miskin yang rentan dan keluarga yang termasuk resiko tinggi. Keluarga yang tidak mendapat pelayanan perkesmas merupakan beban sosial dan ekonomi serta dapat berdampak buruk terhadap masyarakat lainnya. Pemerintah memiliki tanggung jawab melindungi kesehatan masyarakat dan memberikan akses ke pelayanan kesehatan terutama bagi keluarga yang memiliki hambatan untuk mencapai pusat-pusat pelayanan kesehatan. Penduduk rawan ini telah menjadi salah satu bagian sasaran program Perkesmas di Puskesmas.



Kesehatan adalah kebutuhan dasar yang merupakan modal utama untuk hidup, karena setiap manusia berhak untuk hidup dan memiliki kesehatan. Kenyataannya tidak semua orang memperoleh atau memiliki derajat kesehatan yang optimal, karena berbagai masalah secara global diantaranya adalah kesehatan lingkungan yang buruk, sosial ekonomi yang rendah yang menyebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan gizi, pemeliharaan kesehatan pendidikan dan kesehatan masyarakat dan kebutuhan lainnya. Oleh karena itu pelayanan kesehatan utama merupakan salah satu pendekatan dan alat untuk mencapai kesehatan bagi semua masyarakat sebagai tujuan pembangunan kesehatan dalam rangka mencapai derajad kesehatan yang optimal.



Dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan yang optimal dan mampu mendorong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan. Berbagai upaya kesehatan telah diselenggarakan. Salah satu bentuk pelayanan kesehatan yaitu melalui Puskesmas dan Rumah Sakit sebagai rujukannya. Hal ini merupakan Sistem Pelayanan Kesehatan yang dianut dan dikembangkan dalam Sistem Kesehatan Nasional dengan melibatkan peran serta pendidikan dan masyarakat. Keperawatan komunitas sebagai salah satu bentuk pelayanan kesehatan utama yang ditujukan pada masyarakat pada prakteknya memerlukan acuan atau landasan teoritis untuk menyelesaikan penyimpangan dalam kebutuhan dasar komunitas. Salah satunya adalah konsep menurut (Christine Ibrahim, 1986) keperawatan dikarakteristikkan oleh 4 (empat) konsep pokok, yang meliputi konsep manusia, kesehatan, masyarakat dan keperawatan. Paradigma keperawatan ini menggambarkan hubungan teori-teori yang membentuk susunan yang mengatur teori-teori itu berhubungan satu dengan yang lain sehingga menimbulkan hal-hal yang perlu di selidiki. Keperawatan Kesehatan Masyarakat merupakan salah satu kegiatan pokok Puskesmas. Keperawatan Kesehatan Masyarakat merupakan sub-sistem dari pelayanan kesehatan masyarakat. Pada dasarnya keperawatan kesehatan masyarakat merupakan sintesa dari konsep keperawatan dengan konsep kesehatan masyarakat yang didukung oleh ilmu -ilmu lainnya. Sasaran kegiatan keperawatan kesehatan masyarakat adalah individu, keluarga, kelompok khusus, serta masyarakat dalam wilayah kerja Puskesmas. Mengingat luasnya wilayah dan besarnya sasaran, maka untuk mencapai sasaran asuhan keperawatan kesehatan masyarakat menggunakan strategi yaitu; pembinaan keluarga melalui seleksi keluarga, pembinaan kelompok khusus di institusi maupun tempat tertentu, pembinaan keluarga melalui tindak lanjut kasus, serta penanganan kasus-kasus resiko tinggi baik di Puskesmas/ Puskesmas Perawatan maupun di rumah. Dengan strategi tersebut maka dapat di tentukan prioritas sasaran yang membutuhkan pelayanan. Upaya Keperawatan Kesehatan Masyarakat secara luas telah dilaksanakan di s eluruh wilayah Indonesia sejak tahun 1980, namun dari hasil penilaian stratifikasi pada akhir tahun 2000, belum menunjukkan hasil yang memuaskan



BAB I PEMBAHASAN



A. Pengertian WTS adalah seseorang yang mempunyai mata pencaharian dengan cara memberikan pelayanan seksual di luar perkawinan kepada siapa saja dari jenis kelamin berbeda yang tujuannya adalah untuk mendapatkan imbalan berupa uang



WTS adalah salah satu bentuk prilaku yang menyimpang dimasyarakat yaitu prilaku yang tidak berhasil menyesuaikan diri dengan kehendak-kehendak masyarakat atau kelompok tertentu dalam masyarakat. Penyimpangan adalah perbuatan yang mengabaikan norma, dan penyimpangan ini terjadi jika seseorang tidak mematuhi patokan baku dalam masyarakat. B. Penyebab Banyak hal menyebabkan seorang perempuan bekerja menjadi PSK. Diantaranya adalah: 1. akibat kegagalan dalam perkawinan 2. karena tekanan ekonomi. Meskipun bekerja sebagai PSK dianggap melanggar norma dan moralitas, namun sebagai individu mereka tidak dapat terlepas dari lingkungan sosialnya. Untuk itu diperlukan adanya proses penyesuaian diri. dalam interaksinya mereka berusaha menutupi pekerjaan sebagai PSK, terutama di lingkungan keluarga dan tempat tinggal, untuk menghindari keterasingan dari lingkungan tersebut. Penyesuaian diri yang dilakukan bersifat pasif, mereka menyesuaikan diri dengan bersikap dan bertingkah laku layaknya individu lain di lingkungan tersebut. Ditinjau dari teori Haber dan Runyon, penyesuaian diri yang mereka lakukan tidak memenuhi keseluruhan karakteristik penyesuaian diri yang sehat. C. Faktor pendukung 1. Adanya kecenderungan menghancurkan diri 2. Adanya nafsu seksual yang abnormal 3. Tekanan ekonomi 4. Aspirasi material (materialistis) 5. Kompensasi terhadap perasaan inferior 6. Rasa ingin tahu yang besar 7. Memberontak terhadap otoritas orang tua 8. Pengalaman seksual di masa anak 9. Tergiur bujukan laki-laki hidung belang atau calo 10. Banyaknya stimulasi seksual 11. Broken home



12. Pengaruh narkoba (Kartono, 2001) D. JENIS-JENIS WTS 1. PELACURAN TERORGANISIR a. WTS berada di bawah pengawasan langsung mediatornya seperti germo, mucikari, mami. b. Termasuk di dalamnya: lokalisasi WTS, panti pijat plus dan tempat-tempat yang mengusahakan wanita panggilan. c. Aktivitasnya tergantung pada mucikari, penjaga keamanan atau agen lainnya yang membantu mereka untuk berhubungan dengan calon pelanggan serta melindungi dalam kondisi bahaya. d. Berbagi hasil dengan mediator. 2. PELACURAN YANG TIDAK TERORGANISIR a. WTS mencari pelanggannya sendiri tanpa melalui mediator. Langsung transaksi dengan pelanggan. b. Termasuk di dalamnya: perempuan jalanan, perempuan lainnya yang beroperasi secara gelap di tempat umum, wanita panggilan yang bekerja mandiri, ayam kampus, wanita simpanan. c. Tempat: mal, diskotik, pub, café, dsb d. Posisinya lemah saat menghadapi pelecehan baik dari pelanggan atau perazia e. Tidak perlu berbagi hasil dengan mediator 3. KATEGORI LAIN a. Pergundikan (istri simpanan) b. Tante girang c. Wanita panggilan d. Wanita pelayan bar/diskotik/night club e. ABG Juvenile delinquence f. WTS ABG -> siswa SMP, SMA



g. “Penggali emas” -> wanita cantik (pramugari, artis atau aktris yang mengeruk kekayaan orang-orang berduit h. Hostest (pramuria) -> night club E. KARAKTERISTIK 1. Atraktif, bermake up semenarik mungkin 2. Sebagian besar masih muda (11-25 th) -> walau ada juga yang sudah dewasa – tua 3. Pakaiannya seronok bahkan eksentrik 4. Bersifat sangat mobile -> sering berpindah tempat dengan cepat, menggunakan nama samaran, berasal dari daerah lain 5. Tingkat IQ yang rendah (WTS kelas bawah) 6. Latar belakang pendidikan buruk (WTS kelas bawah), pendidikan menengah ke atas (WTS kelas atas)



BAB II ASUHAN KEPERAWATAN Pengkajian I Di lokalisasi SK terdapat 30-an tempat hunian PSK, setiap hunian terdapat 6 PSK. Terdapat 80% PSK yang tidak pernah cek kesehatannya, 20% PSK positif GO, 15% PSK positif sifilis, 8% di indikasi AIDS. Kesadaran pencegahan penyakit menular sangatlah rendah. Di dapatkan data : – Jumlah PSK di lokalisasi SK 180 – 80% PSK mengaku tidak pernah cek kesehatannya – Terdapat 20% PSK positif GO – Terdapat 15% PSK positif sifilis – Terdapat 8% PSK terindikasi AIDS – Menurut pengakuan, kesadaran akan penyakit menular sangatlah rendah



Pengkajian II Tempat pelayanan kesehatan ± 4 Km dari tempat lokalisasi SK. Dari keterangan PSK pendidikan mereka sangat rendah, di dapatkan data 20% lulusan SMA, 25% lulusan SMP, 35% lulusan SD dan 20% tidak sekolah. 50% merokok, 10% memakai narkoba, 20% minum minuman keras/alkohol. Dari keterangan PSK yang memakai pengaman (kondom) 40%. Di dapatkan data : – Tempat pelayanan kesehatan ± 4 Km – Tingkat pendidikan rendah, diantaranya 20% lulusan SMA, 25% lulusan SMP, 35% lulusan SD dan 20% tidak sekolah – 50% merokok, 10% memakai narkoba, 20% minum minuman keras/alkohol – PSK yang memakai pengaman (kondom) 40%.



DAFTAR PUSTAKA Depsos RI. 1999. Petunjuk Teknis Kemitraan Depsos Dengan Lembaga Sosial Kemasyarakatan (LKS). Jakata: Direktorat Bina Keesjahteraan Sosial Anak,Keluarga dan Lanjut Usia. Entjang, indan, dr.2000. ilmu kesehatan masyarakat. Jakarta : citra aditya bakti Margono S. 1996. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta. Rineka Cipta. http://id Wikipedia.org/wiki/usaha_kesehatan_sekolah. https://radenketutari.wordpress.com/2011/11/05/askep-comunity-wts/



Pengkajian I Di lokalisasi SK terdapat 30-an tempat hunian PSK, setiap hunian terdapat 6 PSK. Terdapat 80% PSK yang tidak pernah cek kesehatannya, 20% PSK positif GO, 15% PSK positif sifilis, 8% di indikasi AIDS. Kesadaran pencegahan penyakit menular sangatlah rendah. Di dapatkan data :



– Jumlah PSK di lokalisasi SK 180 – 80% PSK mengaku tidak pernah cek kesehatannya – Terdapat 20% PSK positif GO – Terdapat 15% PSK positif sifilis – Terdapat 8% PSK terindikasi AIDS – Menurut pengakuan, kesadaran akan penyakit menular sangatlah rendah Pengkajian II Tempat pelayanan kesehatan ± 4 Km dari tempat lokalisasi SK. Dari keterangan PSK pendidikan mereka sangat rendah, di dapatkan data 20% lulusan SMA, 25% lulusan SMP, 35% lulusan SD dan 20% tidak sekolah. 50% merokok, 10% memakai narkoba, 20% minum minuman keras/alkohol. Dari keterangan PSK yang memakai pengaman (kondom) 40%. Di dapatkan data : – Tempat pelayanan kesehatan ± 4 Km – Tingkat pendidikan rendah, diantaranya 20% lulusan SMA, 25% lulusan SMP, 35% lulusan SD dan 20% tidak sekolah – 50% merokok, 10% memakai narkoba, 20% minum minuman keras/alkohol – PSK yang memakai pengaman (kondom) 40%.