Aspek Sosial Budaya Dalam Pendidikan Kesehatan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ASPEK SOSIAL BUDAYA DALAM PENDIDIKAN KESEHATAN Disusun Guna Memenuhi Tugas dalam Mata Kuliah Ilmu Perilaku



MAKALAH Disusun Oleh: Kelompok 8 Amalia Puspita



(P2.31.31.1.11.003)



Jamilatul Amaliah



(P2.31.31.1.11.025)



Mutiara Dinda Lestari



(P2.31.31.1.11.032)



Puput Sumarta Puri



(P2.31.31.1.11.040)



Program Studi Diploma IV Gizi Semester VI



Politeknik Kesehatan Kemenkes Jakarta II 2014



KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt yang telah memberikan rahmat, karunia serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini dengan baik. Makalah ini berjudul “Aspek Sosial Budaya dalam Pendidikan Kesehatan”. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai salah satu metode pembelajaran bagi mahasiswi dalam memenuhi tugas dalam Mata Kuliah Ilmu Perilaku di semester 6 ini. Makalah ini berisikan tentang aspek-aspek sosial dan budaya yang mempengaruhi dalam pendidikan kesehatan yang diberikan. Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak yang membaca.



Jakarta, 3 Maret 2014



Penulis



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi yang banyak membawa perubahan terhadap kehidupan manusia baik dalam hal perubahan pola hidup maupun tatanan sosial termasuk dalam bidang kesehatan yang sering dihadapkan dalam suatu hal yang berhubungan langsung dengan norma dan budaya yang dianut oleh masyarakat yang bermukim dalam suatu tempat tertentu. Pengaruh sosial budaya dalam masyarakat memberikan peranan penting dalam mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Perkembangan sosial budaya dalam masyarakat merupakan suatu tanda bahwa masyarakat dalam suatu daerah tersebut telah mengalami suatu perubahan dalam proses berfikir. Perubahan sosial dan budaya bisa memberikan dampak positif maupun negatif. Hubungan antara budaya dan kesehatan sangatlah erat hubungannya, sebagai salah satu contoh suatu masyarakat desa yang sederhana dapat bertahan dengan cara pengobatan tertentu sesuai dengan tradisi mereka. Kebudayaan atau kultur dapat membentuk kebiasaan dan respons terhadap kesehatan dan penyakit dalam segala masyarakat tanpa memandang tingkatannya. Karena itulah penting bagi tenaga kesehatan untuk tidak hanya mempromosikan kesehatan, tapi juga membuat mereka mengerti tentang proses terjadinya suatu penyakit dan bagaimana meluruskan keyakinan atau budaya yang dianut hubungannya dengan kesehatan. B. Tujuan Tujuan dari pembuat makalah ini adalah selain untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah Ilmu Perilaku juga untuk mengetahui: 1. Mengetahui definisi sosial dan budaya 2. Mengetahui aspek-aspek sosial budaya dalam pendidikan kesehatan



BAB II ISI



A. Definisi Sosial Budaya Sosial adalah segala sesuatu yang mengenai masyarakat atau kemasyarakatan atau dapat juga berarti suka memperhatikan kepentingan umum (kata sifat). Budaya dari kata Sans atau Bodhya yang artinya pikiran dan akal budi. Budaya ialah segala hal yang dibuat oleh manusia berdasarkan pikiran dan akal budinya yang mengandung cinta, rasa dan karsa. Dapat berupa kesenian, moral, pengetahuan, hukum, kepercayaan, adat istiadat, dan ilmu. Budaya adalah segala nilai, pemikiran, dan simbol yang mempengaruhi perilaku, sikap, kepercayaan, dan kebiasaan seseorang dan masyarakat. Sosial Budaya adalah segala hal yang dicipta oleh manusia dengan pemikiran dan budi nuraninya dalam kehidupan bermasyarakat. Secara sederhana kebudayaan dapat diartikan sebagai hasil dari cipta, karsa, dan rasa. Sebenarnya Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Koentjaraningrat (2002) mendefinisikan kebudayaan adalah seluruh kelakuan dan hasil kelakuan manusia yang teratur oleh tata kelakuan yang harus didapatkannya dengan belajar dan semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat. Asalkan sesuatu yang dilakukan manusia memerlukan belajar maka hal itu bisa dikategorikan sebagai budaya. Taylor dalam bukunya Primitive Culture, memberikan definisi kebudayaan sebagai keseluruhan yang kompleks yang didalamnya terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan, dan kemampuan kesenian, moral, hukum, adatistiadat dan kemampuan lain serta kebiasaankebiasaan yang didapat manusia sebagai anggota masyarakat. Menurut Herskovits, Budaya sebagai hasil karya manusia sebagai bagian dari lingkungannya (culture is the human-made part of the environment). Artinya segala sesuatu yang merupakan hasil dari perbuatan manusia, baik hasil itu abstrak maupun nyata, asalkan merupakan proses untuk terlibat dalam lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun sosial, maka bisa disebut budaya. B. Unsur-Unsur Kebudayaan Koentjaraningrat (2002) membagi budaya menjadi 7 unsur, yakni: 1. Sistem religi dan upacara keagamaan 2. Sistem dan organisasi kemasyarakatan 3. Sistem pengetahuan 4. Bahasa 5. Kesenian 6. Sistem mata pencaharian hidup, dan 7. Sistem teknologi dan peralatan



Ketujuh unsur itulah yang membentuk budaya secara keseluruhan.  Sikap dan Perilaku yang Dipengaruhi Oleh Budaya Engel, Blackwell, dan Miniard (1995) menyebutkan 10 sikap dan perilaku yang sangat dipengaruhi oleh budaya, yaitu sebagai berikut. 1. Kesadaran diri dan ruang (sense of self and space). 2. Komunikasi dan bahasa. 3. Pakaian dan penampilan. 4. Makanan dan kebiasaan makan. 5. Waktu dan kesadaran akan waktu. 6. Hubungan keluarga, organisasi, dan lembaga pemerintah. 7. Nilai dan norma. 8. Kepercayaan dan sikap. 9. Proses mental dan belajar. 10. Kebiasaan kerja.



C. Aspek Sosial yang Mempengaruhi Status Kesehatan dan Perilaku Kesehatan Ada beberapa aspek sosial yang mempengaruhi status kesehatan antara lain adalah: 1. Umur Jika dilihat dari golongan umur maka ada perbedaan pola penyakit berdasarkan golongan umur. Misalnya balita lebiha banyak menderita penyakit infeksi, sedangkan golongan usila lebih banyak menderita penyakit kronis seperti hipertensi, penyakit jantung koroner, kanker, dan lain-lain. 2. Jenis Kelamin Perbedaan jenis kelamin akan menghasilkan penyakit yang berbeda pula. Misalnya dikalangan wanita lebih banyak menderita kanker payudara, sedangkan laki-laki banyak menderita kanker prostat. 3. Pekerjaan Ada hubungan antara jenis pekerjaan dengan pola penyakit. Misalnya dikalangan petani banyak yang menderita penyakit cacing akibat kerja yang banyak dilakukan disawah dengan lingkungan yang banyak cacing. Sebaliknya buruh yang bekerja diindustri , misal dipabrik tekstil banyak yang menderita penyakit saluran pernapasan karena banyak terpapar dengan debu.



4. Sosial Ekonomi



Keadaan sosial ekonomi juga berpengaruh pada pola penyakit. Misalnya penderita obesitas lebih banyak ditemukan pada golongan masyarakat yang berstatus ekonomi tinggi, dan sebaliknya malnutrisi lebih banyak ditemukan dikalangan masyarakat yang status ekonominya rendah.



Menurut H.Ray Elling (1970) ada 2 faktor sosial yang berpengaruh pada perilaku kesehatan : a. Self Concept Self concept kita ditentukan oleh tingkatan kepuasan atau ketidakpuasan yang kita rasakan terhadap diri kita sendiri, terutama bagaimana kita ingin memperlihatkan diri kita kepada orang lain. Apabila orang lain melihat kita positip dan menerima apa yang kita lakukan, kita akan meneruska perilaku kita, begitu pula sebaliknya. b. Image Kelompok Image seorang individu sangat dipengaruhi oleh image kelompok. Sebagai contoh, anak seorang dokter akan terpapar oleh organisasi kedokteran dan orang-orang dengan pendidikan tinggi, sedangkan anak buruh atau petani tidak terpapar dengan lingkungan medis, dan besar kemungkinan juga tidak bercita-cita untuk menjadi dokter. D. Aspek Budaya yang Mempengaruhi Status Kesehatan dan Perilaku Kesehatan Menurut G.M. Foster (1973) , aspek budaya dapat mempengaruhi kesehatan antara lain: 1. Pengaruh Tradisi Ada beberapa tradisi didalam masyarakat yang dapat berpengaruh negatif terhadap kesehatan masyarakat. 2. Sikap Fatalistis Hal lain adalah sikap fatalistis yang juga mempengaruhi perilaku kesehatan. Contoh : Beberapa anggota masyarakat dikalangan kelompok tertentu (fanatik) yang beragama islam percaya bahwa anak adalah titipan Tuhan, dan sakit atau mati adalah takdir, sehingga masyarakat kurang berusaha untuk segera mencari pertolongan pengobatan bagi anaknya yang sakit. 3. Sikap Ethnosentris Sikap yang memandang kebudayaan sendiri yang paling baik jika dibandingkan dengan kebudayaan pihak lain. 4. Pengaruh Rasa Bangga pada Statusnya



Contoh : Dalam upaya perbaikan gizi, disuatu daerah pedesaan tertentu, menolak untuk makan daun singkong, walaupun mereka tahu kandungan vitaminnya tinggi. Setelah diselidiki ternyata masyarakat bernaggapan daun singkong hanya pantas untuk makanan kambing, dan mereka menolaknya karena status mereka tidak dapat disamakan dengan kambing. 5. Pengaruh Norma Contoh : upaya untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi banyak mengalami hambatan karena ada norma yang melarang hubungan antara dokter yang memberikan pelayanan dengan bumil sebagai pengguna pelayanan. 6. Pengaruh Nilai Nilai yang berlaku didalam masyarakat berpengaruh terhadap perilaku kesehatan. Contoh : masyarakat memandang lebih bergengsi beras putih daipada beras merah, padahal mereka mengetahui bahwa vitamin B1 lebih tinggi diberas merah daripada diberas putih. 7. Pengaruh Unsur Budaya yang Dipelajari pada Tingkat Awal dari Proses Sosialisasi terhadap Perilaku Kesehatan. Kebiasaan yang ditanamkan sejak kecil akan berpengaruh terhadap kebiasaan pada seseorang ketika ia dewasa. Misalnya saja, manusia yang biasa makan nasi sejak kecil, akan sulit diubah kebiasaan makannya setelah dewasa. 8. Pengaruh Konsekuensi dari Inovasi terhadap Perilaku Kesehatan Apabila seorang petugas kesehatan ingin melakukan perubahan perilaku kesehatan masyarakat, maka yang harus dipikirkan adalah konsekuensi apa yang akan terjadi jika melakukan perubahan, menganalisis faktor-faktor yang terlibat/berpengaruh pada perubahan, dan berusaha untuk memprediksi tentang apa yang akan terjadi dengan perubahan tersebut.



E. Perubahan Sosial Budaya Menurut Koentjaraningrat, bahwa perubahan budaya yg terjadi di masyarakat dapat dibedakan kedalam beberapa bentuk: a. Perubahan yang terjadi secara lambat dan cepat b. Perubahan yang pengaruhnya kecil dan besar c. Perubahan yang direncanakan dan yang tidak direncanakan



F. Makanan dan Budaya



a. Definisi Makanan Makanan adalah bahan selain obat yang mengandung zat-zat gizi dan atau unsur-unsur/ikatan kimia yang dapat diubah menjadi zat gizi oleh tubuh, yang berguna bila dimasukkan dalam tubuh. b. Kebudayaan Menentukan Makanan Sebagai suatu konsep budaya, makanan (food) bukanlah semata-mata suatu produk organik dengan kualitas-kualitas biokimia yang dapat dipakai oleh organisma termasuk manusia untuk mempertahankan hidupnya. Akan tetapi makanan sebagai sesuatu yang akan dimakan, diperlukan pengesahan budaya. Lewat konsep-konsep budaya itulah sejumlah makanan yang menurut ilmu gizi sangat bermanfaat untuk dikonsumsi, tetapi dalam prakteknya bisa jadi justru dihindari.  Contoh: o Adanya pantangan bayi dan anak tidak diberikan daging, ikan, telur, dan makanan yang dimasak dengan santan dan kelapa parut sebab dipercaya akan menyebabkan cacingan, sakit perut, dan sakit mata. o Bagi gadis dilarang makan buah: pepaya, nanas dan jenis pisang tertentu (yang dianggap tabu) karena ada hubungan yang erat dengan siklus masa haid, hubungan kelamin dan reproduksi. Jadi, dapat kita pahami bahwa adanya masalah gizi di Indonnesia bukan hanya karena masalah sosek, tapi juga karena alasan-alasan budaya, di mana ada ketersediaan makanan tetapi terpaksa tidak dikonsumsi karena kepercayaan atau ketidaklaziman atau karena larangan agama. Beberapa contoh larangan yang umum dijumpai pada masyarakat Indonesia Larangan Wanita hamil tidak boleh makan nanas



Alasan Mengurangi konsumsi nanas



Anak gadis pantang makan dan minum pada Meningkatkan konsumsi peralatan rumah wadah yang retak tangga Anak gadis tidak boleh memakan pepaya



Mengurangi konsumsi pepaya



Tidak boleh makan mendahului orang tua Tidak boleh makan dijalan Wanita hamil memakai penangkal setan Peningkatan konsumsi bawang putih dan (palasit), yaitu menggunakan bawang putih barang-barang yang terbuat dari besi putih, atau benda-benda yang terbuat dari besi putih disaat banyaknya wanita hamil Ada keturunan tertentu (Jawa turunan) tidak Permintaan terhadap ikan jenis lain seebagai boleh makan lobster dan ikan belanak produk substitusi meningkat



Dilarang membersihkan ikan (menyiang ikan) saat sedang maghrib c. Istilan Makanan “Food Versus Nutrimen” Masalah aktivitas makan tidak semata-mata sebagai aktivitas fisik manusia untuk pemenuhan naluriahnya seperti lapar, tetapi juga di dalamnya dilekati oleh pengetahuan budaya. Lewat pengetahuan budaya itu, masyarakat manusia mengkategorikan makanan ke dalam dua istilah yaitu nutrimen (nutriment) dan makanan (food). o Nutriment adalah suatu konsep biokimia, suatu zat yang mampu untuk memelihara dan menjaga kesehatan organisme yang menelannya, terlepas dari apakah makanan itu diperbolehkan atau dilarang dalam kaitannya dengan budaya. o Food adalah suatu konsep budaya. Sebagai konsep budaya, maka di dalamnya terdapat penjelasan budaya mengenai kategori (bahan) makanan anjuran lawan makanan tabu (larangan); makanan prestise lawan makanan rendah; makanan dingin lawan makanan panas, dan sebagainya. Sebagai suatu konsep budaya, makanan (food) bukanlah semata-mata suatu produk organik dengan kualitas-kualitas biokimia yang dapat dipakai oleh organisma termasuk manusia untuk mempertahankan hidupnya. Akan tetapi makanan sebagai sesuatu yang akan dimakan, diperlukan pengesahan budaya. o Jellife & Bennet 1962 menyatakan: “Manusia dimana saja, bahkan dalam keadaan sukar sekalipun, hanya makan sebagian dari bahanbahan yang sebenarnya dapat dimakan tersedia”. d. Klasifikasi Makanan Variasi klasifikasi makanan antara lain: o Menurut prestise – status o Pertemuan sosial o Usia o Keadaan sehat – sakit o Nilai simbolik – ritual e. Peranan Simbolik Makanan 1. Sebagai ungkapan ikatan sosial Misalnya: o Menawarkan makanan sebagai simbolis ungkapan persahabatan, perhatian, kasih saying o Tidak memberi makanan sebagai ungkapan simbolis permusuhan, kemarahan



2. Sebagai ungkapan kesetiakawanan kelompok Misalnya, makan bersama, berkumpul dimeja besar melambangkan keakraban keluarga. 3. Makanan dan stress Misalnya, terpenuhinya makanan kesukaan – kebiasaan membuat dirinya tenang. 4. Simbolisme makanan dalam bahasa Kualitas makanan digunakan untuk menggambarkan kualitas manusia. Misalnya wajah susu madu diartikan sebagai seseorang dengan wajah kuning langsat. f. Pembatasan Budaya Terhadap Kecukupan Gizi 1. Kegagalan melihat hubungan antara makanan dan kesehatan Kegagalan melihat hubungan antara makanan dan kesehatan adalah kesenjangan yang besar dalam pemahaman tentang bagaimana makanan itu dapat digunakan sebaik-baiknya untuk kesehatan, misalnya: o Susunan hidangan yang cenderung ditafsirkan berdasar kuantitasnya tanpa memperhatikan kualitas. o Kepercayaan / tabu terhadap makanan yang tidak menguntungkan kesehatan bila tabu tersebut diterapkan.



2. Kegagalan untuk mengenali kebutuhan gizi pada anak-anak o Kegagalan budaya masyarakat memahami bahwa anak-anak memerlukan makanan khusus. o Kepercayaan/tabu terhadap makanan yang merugikan anak-anak. o Ketidaktahuan gizi / kecukupan gizi anak.



G. Manfaat Bagi Petugas Kesehatan Mempelajari Kebudayaan Manfaat bagi petugas kesehatan mempelajari kebudayaan diantaranya yaitu: a. Di dalam semua religi atau agama, ada kepercayaan tertentu yang berkaitan dengan kesehatan, gizi, dll. Misal : orang yang beragama Islam : tidak makan babi, sehingga dalam 2 rangka memperbaiki status gizi, seorang petugas kesehatan dapat menganjurkan makanan lain yang bergizi yang tidak bertentangan dengan agamanya. b. Dengan mempelajari organisasi masyarakat, maka petugas kesehatan akan mengetahui organisasi apa saja yang ada di masyarakat, kelompok mana yang berkuasa, kelompok mana yang menjadi panutan, dan tokoh mana yang



c.



d.



e.



f. g.



disegani. Sehingga dapat dijadikan strategi pendekatan yang lebih tepat dalam upaya mengubah perilaku kesehatan masyarakat. Petugas kesehatan juga perlu mengetahui pengetahuan masyarakat tentang kesehatan. Dengan mengetahui pengetahuan masyarakat maka petugas kesehatan akan mengetahui mana yang perlu ditingkatkan, diubah dan pengetahuan mana yang perlu dilestarikan dalam memperbaiki status kesehatan. Petugas kesehatan juga perlu mempelajari bahasa lokal agar lebih mudah berkomunikasi, menambah rasa kedekatan, rasa kepemilikan bersama dan rasa persaudaraan. Selain itu perlu juga mempelajari tentang kesenian dimasyarakat setempat. Karena petugas kesehatan dapat memanfaatkan kesenian yang ada dimasyarakat untuk menyampaikan pesan kesehatan. Sistem mata pencaharian juga perlu dipelajari karena sistem mata pencaharian ada kaitannya dengan pola penyakit yang diderita oleh masyarakat tersebut. Teknologi dan peralatan masyarakat setempat . Masyarakat akan lebih mudah menerima pesan yang disampaikan petugas jika petugas menggunakan teknologi dan peralatan yang dikenal masyarakat.



H. Definisi Kesehatan Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pemeliharaan kesehatan adalah upaya penaggulangan dan pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan/atau perawatan termasuk kehamilan dan persalinan. Pendidikan kesehatan adalah proses membantu sesorang, dengan bertindak secara sendiri-sendiri ataupun secara kolektif, untuk membuat keputusan berdasarkan pengetahuan mengenai hal-hal yang mempengaruhi kesehatan pribadinya dan orang lain. Definisi yang bahkan lebih sederhana diajukan oleh Larry Green dan para koleganya yang menulis bahwa pendidikan kesehatan adalah kombinasi pengalaman belajar yang dirancang untuk mempermudah adaptasi sukarela terhadap perilaku yang kondusif bagi kesehatan. Data terakhir menunjukkan bahwa saat ini lebih dari 80 persen rakyat Indonesia tidak mampu mendapat jaminan kesehatan dari lembaga atau perusahaan di bidang pemeliharaan kesehatan, seperti Akses, Taspen, dan Jamsostek. Golongan masyarakat yang dianggap 'teranaktirikan' dalam hal jaminan kesehatan adalah mereka dari golongan masyarakat kecil dan pedagang. Dalam pelayanan kesehatan, masalah ini menjadi lebih pelik, berhubung dalam manajemen pelayanan kesehatan tidak saja terkait beberapa kelompok manusia, tetapi juga sifat yang khusus dari pelayanan kesehatan itu sendiri. UU No.23,1992 tentang Kesehatan menyatakan bahwa: Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Dalam pengertian ini maka kesehatan harus



dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri dari unsur-unsur fisik, mental dan sosial dan di dalamnya kesehatan jiwa merupakanbagian integral kesehatan. I. Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Kesehatan dipengaruhi oleh lingkungan, perilaku, petugas kesehatan, keturunan. Blum (1974). Green (1980), kesehatan diperngaruhi oleh faktor perilaku dan non perilaku . Perilaku dipengaruhi oleh faktor: o Predisposisi (predispocing factor) yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, nilai-nilai, dan sebagainya o Pendukung (enabling factor) yang terwujud dari lingkungan fisik seperti tersedia atau tidaknya fasilitas kesehatan o Pendorong (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan



J. Prinsip Pendidikan Kesehatan 1. Berfokus pada klien Pendidikan kesehatan adalah hubungan terapeutik yg berfokus pada kebutuhan klien yang spesifik. Klien dgn isu kesehatan apapun membutuhkan atau dilibatkan dlm pemberian pelayanan kesehatan. Klien dianjurkan utk mengekspresikan perasaan dan pengalamannya kepada petugas kesehatan. 2. Bersifat holistic Dalam memberikan pend.kes harus dipertimbangkan klien scr keseluruhan, tdk hanya berfokus pada spesifik saja. Petugas kesehatan dan klien saling berbagi pengalaman, perasaan, keyakinan dan filosofi personal. 3. Negosiasi Petugas kesehatan dan klien bersama - sama menentukan apa yang telah diketahui dan apa yang penting utk diketahui. Jika sudah ditentukan kemudian dibuat perencanaan yg dikembangkan berdasarkan masukan dari klien dan petugas kesehatan. 4. Interaktif Pendidikan kesehatan adalah suatu proses yg dinamis dan interaktif yg melibatkan partisipasi dari petugas kesehatan dan klien. Penkes dapat dilakukan dimana saja sepanjang dapat mempengaruhi pengetahuan, sikap, perilaku kesehatan, pendidikan kesehatan tidak dapat dipaksakan oleh karena pendidik hanya berperan menciptakan suasana. Pendidikan kesehatan berhasil bila sikap dan perilaku masyarakat berubah sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.



K. Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan Ruang lingkup pendidikan kesehatan dapat dilihat dari berbagai dimensi, antara lain: 1. Dimensi sasaran pendidikan kesehatan, antara lain: a. Pendidikan kesehatan individual b. Pendidikan kesehatan kelompok c. Pendidikan kesehatan masyarakat 2. Tempat Pelaksanaan a. Pendidikan kesehatan di sekolah b. Pendidikan kesehatan di pelayanan kesehatan c. Pendidikan kesehatan di tempat - tempat kerja d. Pendidikan kesehatan di rumah tngga/ tempat tinggal e. Pendidikan kesehatan di tempat-tempat umum 3. Tingkat pelayanan kesehatan Berdasarkan five levels of prevention (leavel & clark), yaitu : a. Promosi kesehatan (health promotion), misal: peningkatan gizi b. Perlindungan khusus (specific protection), misal : immunisasi, perlindungan kecelakaan tempat kerja. c. Diagnosa dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt treatment), misal : pencarian kasus, surveillance, pencegahan penyebaran penyakit menular d. Pembatasan kecacatan (disability limitation) misal : perawatan utk menghentikan penyakit, pencegahan komplikasi lbh lanjut e. Pemulihan (rehabilitation), misal : latihan penderita patah tulang, pendidikan masyarakat utk menggunakan tenaga cacat



BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan dari beberapa definisi materi yang telah kami tuliskan diatas dapat disimpulkan bahwa aspek sosial budaya dalam pendidikan kesehatan sangat beragam dan perlu diketahui oleh calon tenaga kesehatan dalam menerapkan prinsip-prinsip pendidikan dalam kesehatan ke masyarakat luas.



B. SARAN 1. Petugas kesehatan perlu mengetahui pengetahuan masyarakat tentang bagaimana persepsi mereka tentang kesehatan. jika petugas kesehatan sudah mengetahui pengetahuan masyarakat, maka petugas kesehatan dapat mengetahui apa yang perlu ditingkatkan, diubah dan pengetahuan mana yang perlu dilestarikan dakam memperbaiki status kesehatan masyarakat luas. 2. Sebagai petugas kesehatan perlu mempelajari bahasa lokal agar lebih mudah berkomunikasi dengan masyarakat yang diberikan edukasi kesehatan. selain itu juga dapat menambah rasa kedekatan, rasa kepemilikan bersama dan rasa persaudaraan bersama.



Daftar Pustaka Sumarwan, Ujang. 2011. Perilaku Konsumen. Ghalia Indonesia: Bogor http://revliemrt.blogspot.com/2013/04/aspek-sosial-budaya.html (di buka hari Senin, 3 Maret 2014 pukul 19.49) http://satyaexcel.blogspot.com/2012/10/makalah-tentang-aspek-sosial-budaya.html (Sabtu, 1 Maret 2014 pukul 19.37) http://sitirohmie.blogspot.com/2013/04/makalah-pengaruh-sosial-budaya.html Maret 2014 pukul 16.48)



(Senin,



3



http://zahra-sanjaya.blogspot.com/2012/06/makalah-aspek-sosial-budaya-yang.html (1 Maret 2014 11.25am)



Lampiran Soal 1. Dalam upaya perbaikan gizi, disuatu daerah pedesaan tertentu, menolak untuk makan daun singkong, walaupun mereka tahu kandungan vitaminnya tinggi. Setelah diselidiki ternyata masyarakat bernaggapan daun singkong hanya pantas untuk makanan kambing, dan mereka menolaknya karena status mereka tidak dapat disamakan dengan kambing. Berdasarkan deskripsi kasus diatas permasalahan tersebut, menurut aspek budaya dapat mempengaruhi kesehatan Menurut G.M. Foster (1973) yaitu : a. Pengaruh tradisi b. Sikap fatalistis c. Sikap ethnosentris d. Pengaruh perasaan bangga pada statusnya 2. Beberapa anggota masyarakat dikalangan kelompok tertentu (fanatik) yang beragama islam percaya bahwa anak adalah titipan Tuhan, dan sakit atau mati adalah takdir, sehingga masyarakat kurang berusaha untuk segera mencari pertolongan pengobatan bagi anaknya yang sakit. Berdasarkan deskripsi kasus diatas permasalahan tersebut, menurut aspek budaya dapat mempengaruhi kesehatan Menurut G.M. Foster (1973) yaitu : a. Pengaruh nilai b. Sikap fatalistis c. Sikap ethnosentris d. Pengaruh norma 3. Masyarakat memandang lebih bergengsi beras putih daipada beras merah, padahal mereka mengetahui bahwa vitamin B1 lebih tinggi diberas merah daripada diberas putih. Berdasarkan deskripsi kasus diatas permasalahan tersebut, menurut aspek budaya dapat mempengaruhi kesehatan Menurut G.M. Foster (1973) yaitu : a. Pengaruh nilai b. Pengaruh perasaan bangga pada statusnya c. Sikap ethnosentris d. Pengaruh norma 4. Pendidikan kesehatan adalah suatu proses yg dinamis dan interaktif yg melibatkan partisipasi dari petugas kesehatan dan klien. Sekelompok mahasiswa melakukan penyuluhan kepada siswa/i sekolah dasar kelas 2 tentang pentingnya mencuci tangan. Kegiatan tersebut merupakan pendidikan kesehatan pada ruang lingkup… a. Pendidikan kesehatan individual b. Pendidikan kesehatan di sekolah c. Dimensi sasaran pendidikan kesehatan d. Tempat pelaksanaan



5. Pendidikan kesehatan adalah hubungan terapeutik yg berfokus pada kebutuhan klien yang spesifik. Klien dgn isu kesehatan apapun membutuhkan atau dilibatkan dlm pemberian pelayanan kesehatan. Klien dianjurkan utk mengekspresikan perasaan dan pengalamannya kepada petugas kesehatan. Pendidikan kesehatan yang seperti di atas merupakan pendidikan kesehatan yang berprinsip pada? a. Interaktif b. Negoisasi c. Bersifat holistic d. Berfokus pada klien 6. Berikut merupakan larangan-larangan umum yang dijumpai di Indonesia: - Wanita hamil tidak boleh makan nanas - Anak gadis tidak boleh memakan pepaya - Ada keturunan tertentu (Jawa turunan) tidak boleh makan lobster dan ikan belanak Hal tersebut menunjukkan bahwa: a. Kebudayaan menentukan sikap b. Kebudayaan menentukan makanan c. Kebudayaan menentukan larangan d. Kebudayaan menentukan kebiasaan 7. Ada beberapa aspek sosial yang mempengaruhi status kesehatan antara lain adalah : umur, jenis kelamin, pekerjaan, dan sosial ekonomi Menurut H.Ray Elling (1970) ada 2 faktor sosial yang berpengaruh pada perilaku kesehatan adalah a. Self concept dan image kelompok b. Self confident dan image individu c. Self concept dan image individu d. Self confident dan image kelompok 8. UU No.23,1992 tentang Kesehatan menyatakan bahwa: Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Green (1980), kesehatan diperngaruhi oleh faktor perilaku dan non perilaku Perilaku dipengaruhi oleh faktor: predoposisi, pendukung dan pendorong. Pengertian dari predoposisi adalah a. terwujud dari lingkungan fisik seperti tersedia atau tidaknya fasilitas kesehatan b. terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, nilai-nilai, dan sebagainya c. terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan d. terwujud dari kebiasaan sehari-hari 9. Produk jasa memainkan peranan yang sangat penting dalam mempengaruhi budaya, karena produk mampu membawa pesan makna budaya. Sebagai contoh setiap kali seseorang pergi ke pesta atau ke upacara yang penting selalu memakai make up yang rapi.



Makna budaya atau makna simbolik yang telah melekat kepada produk akan dipindahkan kepada konsumen dengan cara… a. possession ritual b. exchange ritual c. grooming ritual d. divestment ritual 10. Gatot Kaca yang digunakan dalam symbol suplemen merupakan pahlawan dalam legenda pewayangan yang memiliki kekuatan yang amat besar. Penggunaan symbol Gatot Kaca dalam produk Kuku Bima dimaksudkan setelah konsumen menggunakan produk tersebut akan kuat seperti Gatot Kaca. Makna budaya atau makna simbolik yang telah melekat kepada produk akan dipindahkan kepada konsumen dengan cara… e. possession ritual f. exchange ritual g. grooming ritual h. divestment ritual