Aspek Struktural Rumah Baduy Luar [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

STRUKTUR ATAS Atap rumah adat baduy disebut dengan Sulah Nyanda. Nyanda berarti sikap bersandar, sandarannya tidak lurus melainkan agak merebah ke belakang. Sulah Nyanda menggunakan bentuk atap pelana dengan penutup atap berupa ijuk yang terbuat dari daun kelapa yang dikeringkan. Alasan dari penggunaan ijuk daun kelapa ini berhubungan dengan kepercayaan yang diyakini oleh masyarakat badui. Penggunaan atap genting yang berbasal dari tanah sama seperti mengubur diri sendiri, karena tanah hanya diperuntukan untuk orang-orang yang sudah meninggal.



Atapnya terdiri dari dua bagian, yaitu bagian kiri dan kanan. Atap bagian kiri lebih panjang dari atap sebelah kanan, karena memiliki satu atap tambahan yang disebut



curugan. Curugan merupakan bagian atap yang berada di bagian bawah rangka atap dan memiliki kemiringan yang lebih rendah. Tujuannya untuk memberikan kehangatan. Bagian atas pada pertemuan antara sisi kiri dan kanan dibuat cabik yang berfungsi untuk menahan air hujan yang turun dan juga cabik ini sebagai lambang lingkaran hidup bagi masyarakat badui. Rangka atap menggunakan konstruksi kayu dengan rangka penutup atap berupa bambu. Atap bangunan dibentuk oleh rangka kuda-kuda dengan arah melintang dan rangka kuda-kuda dengan arah memanjang.



STRUKTUR TENGAH Dinding terbuat dari anyaman bambu dengan tulangan dari bambu motif anyaman seperti kepang. Pada bagian atas dinding, jarak anyaman lebih renggang sedangkan pada bagian bawah, bentuk anyaman lebih rapat. Model anyaman bambu vertikal berbahan bilah bambu digunakan pada pintu masuk. Dinding anyaman bambu yang diterapkan pada rumah adat Badui memiliki ‘pori-pori’ yang berfungsi sebagai sirkulasi udara. Kolom pada rumah adat Badui menggunakan konstruksi kayu sehingga menjadikan bangunan tersebut memiliki konstruksi yang ringan.



STRUKTUR BAWAH Pondasi Suku Baduy memiliki aturan dimana dalam membangun rumah tidak boleh menyentuh atau menapak langsung dengan tanah, serta dapat dibangun dengan mengikuti kontur permukaan tanah yang berarti, bangunan harus dibuat apa adanya pada tanah yang ada agar tidak terjadi pengurukan tanah dan tidak merusak alam. Jika tanah di bawahnya miring atau tidak rata, maka pondasi akan disanggah dengan menggunakan batu-batuan. Namun ada hal yang menarik yaitu, area tanah yang menjadi lahan bangun itu boleh diubah konturnya, sehingga rumah-rumah yang berada di Baduy Luar kebanyakan memiliki tanah yang rata.



Pondasi pada rumah baduy luar yang tidak memiliki sambungan seperti paku dan lain sebagainya, menggunakan batu utuh yang tidak dipecah dan tidak tertanam terlebih dahulu sebagai landasan tiang kayu rumah. Pondasi yang digunakan pada rumah Ketua adat adalah batu kali yang kurang lebih berukuran 40 x 40 cm, pada bangunan Leuit dan bangunan Jamban adalah batu kali yang kurang lebih berukuran 30 x 30 cm, dengan masing-masing ketebalan kurang lebih 20 cm. Batu tersebut berpijak pada tanah keras, yang kemudian tepat diatas pondasi tersebut dibebani tiang kayu yang berukuran 20 x 20 cm sepanjang 35 cm.



Lantai Rangka dari lantai bangunan rumah adat Baduy Luar dibuat dengan menggunakan bambu dan bagian atasnya ditutup dengan bambu yang dipecah menjadi potongan-potongan kecil yang memanjang, sehingga bambu yang semula berbentuk lingkaran menjadi rata. Pada bangunan Jamban, di bagian bawah lantai terdapat saluran air sehingga bambu dibiarkan berjajar sehingga sela-selanya dapat dilalui air. Bagian lantai rumah Baduy Luar menggunakan sambungan Paku sebagai media penguat antara penopang dibawahnya. Balok-balok yang menopang lantai merupakan jajaran bambu yang berbentuk silinder utuh yang merupakan struktur dengan fleksibilitas yang tinggi.



MATERIAL Masyarakat Suku Baduy mengutamakan prinsip bangunan yang ramah lingkungan. Seluruh bahan-bahan untuk membuat rumah adat tersebut menggunakan bahan yang ada langsung dari alam sekitarnya. Dalam hal ini masyrakat baduy luar banyak menggunakan bambu, ijuk yang terbuat dari daun kelapa yang dikeringkan, kayu dan batu.



DAFTAR PUSTAKA Permana, R.C.E (2006). Tata Ruang Masyarakat Baduy. Jakarta: Wedatama Widya Sastra Harapan, Andi (2019). Sistem Bangunan Ruamh Tradisional di Kampung Adat Baduy Luar Kadu Ketug, Kabupaten Lebak, Banten. Bandung: Universitas Komputer Indonesia Sardjono, A. B & S. Nugroho (2017). Menengok Arsitektur Pemukiman Masyarakat Badui: Arsitktur Berkelanjutan dari Halaman Sendiri. Semarang: Universitas Diponegoro