9 0 264 KB
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS KEKURANGAN VITAMIN A
Disusun oleh: 1. Dara Ayu Tri Prasasti
(201902056)
2. Elfina Susilowati
(201902061)
3. Fera Fazera
(201902064)
4. Kolida Septi Utami
(201902071)
5. Riski Romadhon
(201902083)
6.Yupita Ratnawati
(201902090)
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN 2021/2022
KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Allah, Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat taufik dan hidayah Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Asuhan Keperawatan komunitas kekurangan vitamin a”sebagai tugas mata kuliah Keperawatan komunitas 1. Dalam menyelesaikan makalah ini, penulis telah mendapat bantuan berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini kami ingin menyampaikan terimakasih kepada : 1.Bapak priyoto, S.Kep.,Ns.,M.Kes selaku dosen mata kuliah Keperawatan komunitas 1 di STIKES BHM MADIUN 2.Teman – teman anggota kelompok 04 yang ikut bekerja sama atas penyelesaian makalah ini, beserta 3.Rekan – rekan yang telah memberi dukungan pada kami. Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun guna sebagai bahan evaluasi penulis untuk kedepannya lebih baik lagi. Akhir dari penulisan makalah ini penulis ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah ikut membantu dan berpartisipasi dalam menyusun makalah ini.
Madiun, 16 Januari 2022
Penulis
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan Penulisan C. Batasan Masalah BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Komunitas B. Konsep Dasar Penyakit BAB 3 KASUS (ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS) BAB 4 PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Tujuan utama dari pembangunan nasional adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal (Wahit, 2005). Dalam mencapai tujuan tersebut, terdapat beberapa kendala, salah satu kendala yang berpengaruh sekali adalah adanya masalah kesehatan yang bersumber dari berbagai faktor seperti faktor keturunan, perilaku, pelayanan kesehatan dan lingkungan. Keperawatan komunitas merupakan salah satu strategi guna mencapai tujuan pembangunan nasional. Keperawatan komunitas merupakan sebuah upaya pelayanan keperawatan yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh perawat dengan mengikutsertakan tim kesehatan lainnya dan masyarakat untuk memperoleh tingkat kesehatan yang lebih tinggi dari individu, keluarga dan masyarakat (Depkes RI, 1986). Tujuan dari keperawatan komunitas menurut Wahit (2005) adalah untuk mencegah dan meningkatkan kesehatan masyarakat melalui upaya keperawatan, sehingga diharapkan masyarakat dapat secara mandiri untuk mengidentifikasi masalah kesehatan, menetapkan dan memprioritaskan masalah tersebut, merumuskan serta memecahkan, menanggulangi masalah kesehatan serta mengevaluasi keberhasilan dari suatu pemecahan masalah sehingga dapat meningkatkan kemampuan dalam memelihara kesehatan secara mandiri. Tujuan inilah yang dapat dijadikan strategi utama dalam mencapai derajat kesehatan yang optimal seperti yang diharapkan dalam pembangunan nasional. Guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat sesuai dengan tujuan pembangunan nasional, khususnya di daerah pedesaan, Mahasiswa Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun Program Studi Keperawatan melakukan upaya dengan menjalankan Praktek Keperawatan Komunitas di RW III Desa Karangduren, Kecamatan Sokaraja, Kabupaten Banyumas. Pada saat pembekalan di Desa Karangduren Kepala Desa menyampaikan bahwa lingkungan di desa Karangduren secara umum belum berperilaku hidup sehat
dan
memfikirkan tentang kesehatan dan dari data t menunjukan adanya suatu masalah kesehatan di RW III
Desa Karangduren. Masalah kesehatan yang muncul tersebut antara lain : mengenai angka kesakitan balita yang menunjukan 12 % balita menderita diare, 11 % menderita ISPA. Terdapat pula data temuan tentang pemanfaatan posyandu, yang menunjukan 14,75% balita tidak rutin ke posyandu. Masalah – masalah tersebut telah diinformasikan kepada warga Desa Karangduren, khususnya warga RW III serta petugas Puskesmas dan petugas kesehatan setempat pada saat Musyawarah Masyarakat Desa dengan diberikan arahan bahwa untuk balita dengan sakit yang diderita tersebut sebagian besar penyebab darI Kekurangan Vitamin A .Dan tanggapan warga terhadap penentuan pokok masalah tersebut sangatlah baik dan warga juga sangat antusias ketika diminta kerjasamanya untuk menyusun perencanaan guna menyelesaikan masalah-masalah tersebut. Sebagai bentuk realisasi dari perencaaan pada saat Musyawarah Masyarakat Desa, mahasiswa bekerja sama dengan petugas kesehatan, tokoh masyarakat serta warga setempat dalam melakukan implementasi dari berbagai perencanaan tersebut. Sebagai bahan evaluasi dan guna mengetahui seberapa besar peningkatan derajat kesehatan warga desa Karangduren RW III, maka perlu adanya suatu pelaporan hasil kegiatan melaksanakan tindakan keperawatan tersebut. B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Mampu menerapkan untuk memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan kekurangan vitamin A 2. Tujuan Khusus a. Dapat melakukan pengkajian secara langsung pada anak dengan kekurangan vitamin A. b. Dapat merumuskan masalah dan membuat diagnosa keperawatan pada anak dengan kekurangan vitamin A. c. Dapat membuat perencanaan pada anak dengan kekurangan vitamin A. d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan dan mampu mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan pada anak dengan kekurangan vitamin A. C. Batasan Masalah Dalam penyusunan laporan ini, penyusun memfokuskan masalah yang terjadi di masyarakat RW III Desa Karangduren, antara lain mengenai adanya resiko peningkatan
angka kesakitan diare dan ISPA pada balita akibat kurangnya gizi atau vitamin A dapat teratasi, dan kurangnya pemanfaatan posyandu balita dapat teratasi guna untuk memberikan kesehatan pada anak-anak balita pada RW III Desa Karangduren.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Komunitas Perawatan Kesehatan adalah sebagai suatu lapangan khusus dibidang kesehatan, keterampilan, hubungan antar manusia dan keterampilan organisasi diterapkan dalam hubungan yang serasi kepada masyarakat (Freeman, 1961). Perawatan komunitas merupakan perawatan kesehatan masyarakat yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok yang memepengaruhi kesehatan keseluruhan penduduk, meliputi: peningkatan kesehatan, pemeliharaan kesehatan, penyuluhan kesehatan, koordinasi dan pelayanan keperawatan berkelanjutan dipergunakan sebagai suatu pendekatan yang komperhensip (Wahit, 2005). Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa perawatan komunitas merupakan bidang khusus dalam ilmu keperawatan yang ditunjukan kepada individu, keluarga, kelompok yang mempengaruhi kesehatan. 1. Asuhan Keperawatan Komunitas a. Pengkajian Riyadi, S (2007) menjelaskan bahwa pengkajian komunitas merupakan suatu proses untuk dapat mengenal masyarakat. Masyarakat merupakan mitra terhadap keseluruhan proses. Tujuan keperawatan dalam mengkaji komunitas adalah mengidentifikasi faktorfaktor, baik faktor positif maupun faktor negatif yang mempengaruhi kesehatan warga masyarakat. Menurut Anderson dan Elisabeth (2006) dalam Riyadi, S(2007) pengkajian sumber data yang digunakan data diperoleh melalui beberapa sumber yaitu : 1) Sensus Sensus merupakan sumber data yang paling lengkap. Data sensus dapat diperoleh dengan cara survey terhadap masyarakat. Meskipun data sensus sangat lengkap namun kerancuan masih terjadi. Masyarakat mungkin masih memberikan jawaban yang tidak jujur atas pertanyaan yang bersifat pribadi.
Data yang diperlukan meliputi data jumlah penduduk, komposisi penduduk berdasarkan usia dan jenis kelamin, mata pencaharian penghasilan dan tingkat pendidikan.
2) Data statitik vital Data statitik vital adalah data tentang kejadian-kejadian yang tercatat secara terus menerus badan pemerintahan. Data tersebut meliputi data kelahiran, kematian, perkawinan, perkawinan, perceraian, serta mobilitas penduduk (migrasi, imigrasi, transmigrasi). 3) Laporan penyakit yang terinformasika Laporan penyakit yang terinformasikan adalah data yang dilaporkan oleh Departemen Kesehatan baik pusat maupun daerah tentang penyakit-penyakit atau kejadian luar biasa yang pernah atau sedang dialami oleh suatu daerah, misalnya penyakit yang pernah wabah atau penyakit yang mayoritas pernah diderita oleh sebagian besar mayarakat di suatu daerah. 4) Catatan medis dan rumah sakit Catatan medis ini diperlukan untuk mengetahui sejauh mana masyarakat memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada. Selain itu, juga diperlukan untuk mengetahui jenis penyakit dan angka kesakitan di daerah tersebut. Namun catatan-catatan ini tidak menyajikan gambaran yang lengkap atau valid tentang kesehatan komunitas karena tidak semua masyarakat memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan sehingga perlu dilakukan pendataan yang lebih lengkap melalui pemeriksaan langsung kemasyarakat. b. Analisa Data Analisa data merupakan suatu proses yang terdiri dari banyak langkah. Fase-fase yang dapat digunakan dalam membantu proses analisa data adalah : 1) Kategorisasi Untuk menganalisa data pengkajian komunitas sangat membantu jika pertamatama mengkategorikan data. Data dikategorikan dalam berbagai cara. Kategori data pengkajian komunitas ini meliputi : a) Karakteristik demografi (ukuran keluarga, usia, jenis kelamin, dan kelompok etnis serta ras).
b) Karakteristik geografi (batas wilayah, jumlah dan ukuran lahan tempat tinggal, ruang publik dan jalan). c) Karakteristik sosial ekonomi (kategori pekerjaan, penghasilan, pendidikan yang dicapai dan pola penyewaan atau kepemilikan rumah). d) Struktur dan pelayanan kesehatan (rumah sakit, pusat pelayanan kesehatan mental, bidan desa, polikinik kesehatan desa, Pukesmas). 2) Ringkasan Setelah menentukan kategorisasi langkah selanjutnya membuat ringkasan data dalam tiap kategori dan dibutuhkan pernyataan ringkasan maupun ukuran ringkasan seperti rata-rata, diagram dan grafik. 3) Pembandingan Tugas selanjutnya sebagai tambahan dalam menganalisa data adalah mengidentifikasi kesenjangan, kerancuan dan kehilangan data. Kesenjangan data tidak dapat dihindari seperti kesalahan dalam pencatatan, tugas penting adalah menganalisa secara ktiris data dan menyadari potensi adanya kesenjangan. 4) Penarikan Kesimpulan Setelah mengkategorikan, meringkas, dan membandingkan data yang telah dikumpulkan, langkah terakhir adalah menarik kesimpulan logis dari bukti yang
ada untuk mengarah ke rumusan diagnosa keperawatan komunitas.
Analisa data dilaksanakan berdasarkan data yang telah diperoleh dan disusun dalam suatu format yang sistematis. Dalam menganalisa data memerlukan pemikiran yang kritis. Data yang terkumpul kemudian dianalisa seberapa besar faktor stressor yang mengancam dan seberapa berat reaksi yang timbul dalam komunitas. Tugas terakhir adalah menganalisa penyataan kesimpulan menjadi diagnosa keperawatan komunitas. c. Diagnosa Keperawatan Diagnosa adalah pernyataan hasil analisa data. Diagnosa merupakan label yang mendeskripsikan situasi atau kondisi dan mengandung etiologi. Diagnosa keperawatan membatasi proses diagnostik pada berbagai diagnosis yang ditegakkan untuk menjadi respon manusia terhadap masalah kesehatan baik aktual maupun potensial, yang dapat secara legal ditangani oleh perawat.
Diagnosis keperawatan terdiri atas tiga bagian, yaitu : bagian pertama adalah deskripsi masalah, respon berdasarkan kondisi, bagian kedua adalah identifikasi berbagai faktor etiologi yang berhubungan dengan masalah dan bagian ketiga adalah tanda dan gejala yang merupakan karakteristik masalah. Diagnosa keperawatan komunitas berfokus pada suatu komunitas yang biasanya didefinisikan sebagai suatu kelompok, populasi atau kumpulan orang dengan sekurang-kurangnya memiliki suatu karakteristik tertentu. Untuk memperoleh diagnosa komunitas, data hasil pengkajian komunitas dianalisa dan dibuat kesimpulan. Pernyataan kesimpulan tersebut membentuk diagnosa keperawatan. Beberapa kesimpulan membentuk bagian deskriptif dari diagnosa keperawatan yaitu menunjukkan masalah kesehatan komunitas potensial dan aktual. Pernyataan kesimpulan bersifat etiologi dan mencatat kemungkinan penyebab timbulnya masalah kesehatan. Pernyataan etiologi dihubungkan dengan menggunakan “berhubungan dengan”, yang diikuti tanda dan gejala dari etiologi tersebut. d. Perencanaan Setelah mengkaji kesehatan komunitas, menganalisa datadan menetapkan diagnosa keperawatan komunitas. Langkah selanjutnya adalah mempertimbangkan intervensi keperawatan yang dapat meningkatkan kesehatan komunitas tersebut untuk memfokuskan rencana berfokus komunitas. Masing-masing diagnosa keperawatan komunitas mengarahkan kepada upaya perencanaan perawat. Setiap bagian dari diagnosis selain menggambarkan pengkajian komunitas juga memberikan pengarahan bagi perencanaan, implementasi dan evaluasi program. Rencana berfokus komunitas didasarkan pada diagnosa keperawatan yang mengandung tujuan serta intervensi spesifik dalam mencapai hasil yang diharapkan. Perencanaan seperti pengkajian dan analisa merupakan proses sistematik yang dibuat melalui kerja sama lintas program dan lintas sektoral dalam komunitas. Setelah tersusun diagnosa keperawatan kemudian semua ide dan proposal implementasi dihasilkan melalui satu tujuan berfokus komunitas dan rencana kegiatan konkrit. Setelah memvalidasi diagnosa keperawatan bersama komunitas, tujuan berfokus untuk melaksanakan program promosi kesehatan berdasarakan isi yang didasarkan warga, dengan menggunakan yang diterima oleh norma, budaya dan dilakukan dari lokasi yang terjangkau oleh komunitas. Setelah merumuskan tujuan langkah selanjutnya adalah menetapkan aktivitas program secara spesifik.Perencanaan yang detail dari aktivitas program dan pencapaian tujuan.
e. Pelaksanaan Pada tahap ini rencana yang telah disusun dilaksanakan dengan melibatkan individu, keluarga dan masyarakat sepenuhnya dalam mengatasi masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi.Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam melaksanakan kegiatan perawatan kesehatan masyarakat : 1) Melaksanakan kerja sama lintas program dan lintas sektoral dengan instansi terkait. 2) Mengikutsertakan partisipasi individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan. 3) Memanfaatkan potensi dan sumber daya yang ada di masyarakat. f. Evaluasi Evaluasi dilakukan atas respon komunitas terhadap program kesehatan. Hal-hal yang perlu dievaluasi adalah masukan atau input, pelaksanaan atau proses dan hasil akhir atau output. Penilaian yang dilakukan berkaitan dengan tujuan yang akan dicapai sesuai dengan perencanaan yang telah disusun semula. Fokus evaluasi adalah : 1) Relevansi atau hubungan antara kenyataan yang ada dengan pelaksanaan. 2) Perkembangan atau kemajuan proses pelaksanaan kegiatan. 3) Efektifitas kerja mahasiswa Praktek Keperawatan Komunitas dan masyarakat. 4) Seberapa besar peran serta masyarakat dalam setiap kegiatan. 5) Keberhasilan : Apakah status kesehatan meningkat atau menurun dalam waktu tertentu? 6) Tindak lanjut dari pelaksanaan kesehatan yang ada terhadap masalah kesehatan yang belum teratasi. B. Konsep Dasar Penyakit 1. Definisi Vitamin A adalah salah satu zat gizi dari golongan vitamin yang sangat diperlukan oleh tubuh yang berguna untuk kesehatan mata (agar dapat melihat dengan baik) dan untuk kesehatan tubuh (meningkatkan daya tahan tubuh untuk melawan penyakit misalnya campak, diare dan penyakit infeksi lain). Vitamin A atau berdasarkan struktur kimianya dibagi menjadi 2 bentuk yaitu : i.
Retinol
Retinol dapat dimanfaatkan langsung oleh tubuh karena umumnya sumber retinol diperoleh dari makanan hewani seperti,telur, hati, atau minyak ikan yang mudah dicerna dalam tubuh. ii.
Betacarotene Sering disebut pro-vitamin A baru dapat dirasakan setelah mengalami proses pengolahan menjadi retinol. Sumber betacarotene berasal dari makanan nabati yang berwarna orange atau hijau tua, seperti wortel, bayam, ubi, mangga, dan papaya.
Retinol atau Retinal atau juga Asam Retinoat, dikenal sebagai faktor pencegahan xeropthalmia, berfungsi untuk pertumbuhan sel epitel dan pengatur kepekaan rangsang sinar pada saraf mata, Jumlah yang dianjurkan
berdasarkan Angka Kecukupan Gizi yang
dianjurkan (KGA-2004) per hari 400 ug retinol untuk anak-anak dan dewasa 500 ug retinol.Tubuh menyimpan retinol dan betacarotene dalam hati dan mengambilnya jika tubuh memerlukannya. 2. Etiologi Kekurangan vitamin A yang dipicu oleh kondisi gizi kurang atau buruk. Kerap terjadi pada bayi lahir berat badan rendah, gangguan akibat kurang yodium (GAKY) serta anemia gizi ibu hamil. Kelompok rentan xeroftalmia adalah anak dari keluarga miskin, anak di pengungsian, anak di daerah yang pangan sumber vitamin A kurang, anak kurang gizi atau lahir dengan berat badan rendah, anak yang sering menderita penyakit infeksi (campak, diare, tuberkulosis, pneumonia) serta cacingan serta anak yang tidak mendapat imunisasi serta kapsul vitamin A dosis tinggi.Defisiensi vitamin A awalnya merupakan ancaman yang tidak kelihatan, yang apabila tidak ditangani dapat menyebabkan hilangnya penglihatan seseorang terutama pada anak-anak. Dampak selanjutnya adalah ketika mereka tidak lagi bisa melihat pada cahaya yang suram dan akan menderita penyakit yang disebut night blindness (buta senja) atau xerophthalmia.Apabila penderitaan terus berlanjut konjangtiva dan cornea mata menjadi kuning) kemudian muncul bercorak pada kornea dan selanjutnya berakibat pada kebutaan yang permanen. Penyebab utama kekurangan vitamin A adalah asupan zat gizi vitamin A (preformed retinol) atau prekursor vitamin A yang tidak mencakupi peningkatan kebutuhan vitamin A pada kondisi fisiologis dan patologis tertentu, penyerapan yang kurang kehilangan karena diare sering merupakan penyebab kekurangan vitamin A.
Defisiensi vitamin A dapat menyebabkan fungsi kekebalan tubuh menurun, sehingga mudah terkena infeksi. Kekurangan vitamin A menyebabkan lapisan sel yang menutupi paruparu tidak mengeluarkan lendir, sehingga mudah dimasuki mikroorganisme, bakteri, dan virus yang dapat menyebabkan infeksi. Jika hal ini terjadi pada permukaan dinding usus halus, akan menyebabkan diare. Vitamin A menpunyai peranan penting pada sintesis protein yaitu pembentukan RNA sehingga berperan terhadap pertumbuha sel. Vitamin A dibutuhkan untuk perkembangan tulang dan sel epitel yang membentuk email gigi. Pada orang yang kekurangan vitamin A, pertumbuhan tulang terhambat dan bentuk tulang tidak normal. Pada anak-anak yang kekurangan vitamin A, terjadi kegagalan pertumbuhan. Pada keadaan dimana terjadi defisiensi vitamin A akan terjadi gangguan mobilisasi zat besi dari hepar, dengan akibat terjadi penurunan kadar feritin. Gangguan mobilisasi zat besi jugaakan menyebabkan rendahnya kadar zat besi dalam plasma, dimana hal ini akan mengganggu proses sintesis hemoglobin sehingga akan menyebabkan rendahnya kadar Hb dalam darah. Defisiensi vitamin A kronis anemia serupa seperti yang dijumpai pada defisiensi besi, ditandai dengan Mean Corpuscular Volume (MCV) dan Mean Corpuscular Haemoglobin Concentration (MCHC) rendah, terdapat anisositosis dan poikilositosis, kadar besi serum rendah tetapi cadangan besi (ferritin) didalam hati dan sumsum tulang meningkat. KVA menghambat penggunaan kembali besi untuk eritropoiesis, mengganggu pembentukan transferin dan mengganggu mobilisasi besi. 3. Gejala Klinis Kurang vitamin A (KVA) adalah kelainan sistemik yang mempengaruhi jaringan epitel dari organ-organ seluruh tubuh, termasuk paru-paru, usus, mata dan organ lain, akan tetapi gambaran yang karakteristik langsung terlihat pada mata. Kelainan kulit pada umumnya tampak pada tungkai bawah bagian depan dan lengan atas bagian belakang, kulit tampak kering dan bersisik seperti sisik ikan. Kelainan ini selain disebabkan karena KVA dapat juga disebabkan karena kekurangan asam lemak essensial, kurang vitamin golongan B atau Kurang Energi Protein (KEP) tingkat berat atau gizi buruk. Gejala klinis KVA pada mata akan timbul bila tubuh mengalami KVA yang telah berlangsung lama. Gejala tersebut akan lebih cepat timbul bila anak menderita penyakit campak, diare, ISPA dan penyakit infeksi lainnya.
4. Komplikasi a)
Kurang vitamin A (KVA) pada anak-anak yang berada di daerah pengungsian dapat menyebabkan mereka rentan terhadap penyakit infeksi, sehingga mudah sakit.
b) Anak yang menderita kurang vitamin A, bila terserang campak, diare atau penyakit infeksi lain, penyakitnya tersebut akan bertambah parah dan dapat mengakibatkan kematian. Infeksi akan menghambat kemampuan tubuh untuk menyerap zat-zat gizi dan pada saat yang sama akan mengikis habis simpanan vitamin A dalam tubuh. c)
Kekurangan vitamin A untuk jangka waktu lama juga akan mengakibatkan terjadinya gangguan pada mata, dan bila anak tidak segera mendapat vitamin A akan mengakibatkan kebutaan.
d) Bayi-bayi yang tidak mendapat ASI mempunyai resiko lebih tinggi untuk menderita KVA, karena ASI merupakan sumber vitamin A yang baik. 5. Pemeriksaan diagnostic a)
Tes adaptasi gelap
b) Kadar vitamin A dalam darah (kadar < 20 mg/200 ml menunjukkan kekurangan intake) 6. Penatalaksanaan a)
Pencegahan
Prinsip dasar untuk mencegah adalah memenuhi kebutuhan vitamin A yang cukup untuk tubuh serta mencegah penyakit infeksi terutama diare dan campak. Selain itu perlu memperhatikan kesehatan secara umum. Berikut beberapa langkah untuk mencegah: 1) Mengenal tanda-tanda kelainan secara dini 2) Bagi yang memiliki bayi dan anak disarankan untuk mengkonsumsi vitamin A dosis tinggi secara periodik, yang didapatkan umumnya pada Posyandu terdekat. 3) Segera mengobati penyakit penyebab atau penyerta 4) Meningkatkan status gizi, mengobati gizi buruk 5) Memberikan ASI Eksklusif 6) Ibu nifas mengkonsumsi vitamin A (1.000.000 JMLH RUMAH
1 8 15 3 7 33
2 7 25 8 0 40
3 5 13 9 12 39
4 14 21 3 3 41
5 4 15 11 7 37
6 7 14 7 11 39
JMLH 45 103 41 40 229
Berdasarkan survey yang telah dilakukan di RW III kondisi perekonomian warga tergolong pada perekonomian menengah rata-rata setiap warga mempunyai penghasilan Rp 500.000,00 – Rp 700.000,00 per bulan sebanyak 103 KK. Fasilitas ekonomi di RW III antara lain warung, kios, sedangkan fasilitas lain seperti minimarket berada di RW lain yang jaraknya cukup dekat.
B. Analisa Data Data Etiologi Masalah 1. Terdapat 7 balita (12 Kurangnya kesadaran Resiko terjadinya %) mengalami diare.
hidup
sehat
2. Terdapat 6 balita (11 pemenuhan %) mengalami ISPA.
dengan peningkatan
angka
kebutuhan kesakitan diare dan ISPA
gizi (kurangnya vitamin pada balita RW III Desa A)
Karangduren
C. Diagnosa Keperawatan 1. Resiko terjadinya peningkatan angka kesakitan diare dan ISPA pada balita RW III Desa Karangduren berhubungan dengan : a. Kurangnya kesadaran hidup sehat dengan pemenuhan kebutuhan gizi (kurangnya vitamin A) Dimanefestasikan dengan : 1) Terdapat 7 balita (12 %) mengalami diare. 2) Terdapat 6 balita (11 %) mengalami ISPA. D. Prioritas Diagnosa
No
Diagnosa
Peran Resiko
Resiko
Potensia
Minat
Sesuai
Kemungkinan
Keperawata
CHN Terjadi
Keparaha
l
Masyrkat
Program
Diatas
n
Penkes
3
5
n Resiko
1.
Pemerintah
terjadinya peningkatan angka
5
4
4
3
4
kesakitan diare
dan
ISPA
pada
balita
Tempat 5
Dana 4
Tersedianya Sumber Waktu Fasilitas 5 5
Jmlh Petugas 5
52
Keterangan: Kriteria nilai ditentukan dengan rentang 1 – 5 dengan ketentuan: 5 : maksimal 4 : sedang 3 : kurang 2 : rendah 1 : tidak ada E. Perencanaan No
Diagnosa
Tujuan
Strategi
Sasaran
Kriteria Evaluasi
Rencana Kegiatan
1.
Tupan Resiko terjadinya Mening
Tupen Setelah
KIM :
Warga
peningkatan angka katnya
dilakuk
Pergera
kesakitan
diare hidup
an
dan
pada sehat
tindaka
ISPA
balita RW III Desa dengan
Standar Warga
1. Berikan
RW III f
mampu
penyuluhan
kan
Desa
menjela tentang
massa
Karang
Psikom
skan
perilaku
duren.
otor
atau
hidup sehat
n
Kriteria Kogniti
Karangduren
pemenu asuhan
menger
dan
berhubungan
han
ti
seimbang
dengan :
kebutuh watan
tentang
(vitamin A)
Kurangnya
an gizi
:
2. Lakukan
kepera diharap
KIE : -
gizi
kesadaran
kan :
-
koordinasi
-
Perilak
dengan
mening
u hidup pengurus
katnya
sehat.
(kurangnya
kesadar
-
vitamin A)
an
seimba
kegiatan
hidup
ng
memberika
sehat.
(vitami
n
-
n A)
gizi
sehat
hidup dengan
pemenuhan kebutuhan
gizi
RW untuk
gizi melakukan
mening
asupan pada
balita.
katnya pemenu han kebutuh an gizi (vitami n A). F. Implementasi N o 1.
Diagnosa
Tujuan
Resiko
Khusus 1.Kesadara
terjadinya
n
peningkata
tentang
n
5
Bpk
jawab Dara Ayu
Memberikan
Evaluasi
sugeng
Fera Fazera
penyuluhan
struktur:
warga januari
2.Kesadara
dan n
2022
RT
2
7 2022
pemenuhan
Implementasi
tentang
RW III
warga januari
ISPA pada tentang balita
Penanggung
angka hidup sehat
kesakitan diare
Tanggal Tempat
Evaluasi
Diare a.Rencana
dan Ispa akibat Penyuluhan
Ibu
Elfina
kurangnya
yekti
Susilowati
perilaku hidup hari
RT
3 Kolida Septi sehat
RW III
U
Dilakukan dan Sebelum
kurangnya
Pelaksanaan
gizi
10
Bpk
pemenuhan
b.Informasi
seimbang
januari
bandi
gizi seimbang
Penyuluhan
(vitamin A)
2022
RT
4 Riski
RW III
Disampaikan
Romadhon
satu hari
Yupita
Sebelum
tiga
Ratnawati
Pelaksanaan Evaluasi Proses: c.Peserta
Yang
Hadir Sebanyak RT 2 : 29 Orang RT 3 : 39 Orang RT 4 : 21 Orang Evaluasi Hasil: Warga RW III desa Karangduren mampu mamahami tentang penyakit Diare dan ISPA ditunjukkan dengan
warga
RW III mampu menjawab pertanyaan yang diajukan penyuluh dan mampu mendemonstrasi kan
cara
memberikan pemenuhan gizi seimbang
pada
anak (memberikan vitamin A sesuai kebutuhan)
BAB 4 PENUTUP Asuhan keperawatan komunitas pada warga RW III Desa Karangduren telah dilakukan pada tanggal 1 Januari 2022- 15 Januari 2022. Penyusun dapat mengambil kesimpulan dan saran berdasarkan asuhan keperawatan yang telah kami susun dengan harapan dapat bermanfaat bagi pemberian asuhan keperawatan komunitas yang akan datang. A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan maka dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu : 1. Pengkajian dilakukan dengan cara wawancara, survey, observasi, dan pemeriksaan kesehatan pada masyarakat untuk mendapatkan data statistik vital dan laporan penyakit yang terinformasikan serta catatan medis dari sosialitas pelayanan kesehatan terdekat diantaranya Puskesmas dan Poliklinik Kesehatan Desa (PKD). Dalam pengkajian ada beberapa kekurangan karena adanya beberapa kendala yaitu instrumen yang kurang lengkap sehingga banyak data yang tidak terkaji maksimal, adanya rumah yang tidak ditempati warga saat survey sehingga tidak terkaji dan kesibukan warga yang menyebabkan terhambatnya pengkajian. 2. Pada analisa data terdapat data yang sudah diklasifikasikan yang mendukung masalah keperawatan komunitas dengan prosentase angka yang tidak terukur secara pasti akibat instrumen yang tidak lengkap, akan tetapi data tersebut diperkuat dengan hasil wawancara dan data berupa gambar-gambar tentang keadaan lingkungan di RW II yang membenarkan hasil survey yang tidak tertabulasi.
3. Diagnosa keperawatan yang muncul ada satu dan diurutkan berdasarkan prioritas masalah yang terlampir. Masalah yang muncul tersebut adalah kebiasaan hidup yang sehat pada warga di RW III Desa Karangduren, resiko terjadinya peningktan angka kesakitan diare dan ISPA pada balita RW III Desa Karangduren, kurangnya balita di RW III Desa Karangduren. 4. Rencana tindakan dan implementasi untuk semua diagnosa keperawatan komunitas yang telah dilakukan diantaranya melakukan koordinasi dengan pihak Puskesmas, tokoh masyarakat, dan warga kemudian juga melakukan upaya penyuluhan kesehatan pada warga yang dilakukan setiap ada kegiatan warga seperti arisan RT, tahlilan dan muslimatan dan dilakukan berdasarkan pada tiap permasalahan yang ada. Selain pendidikan kesehatan, penggerakan massa juga dilakukan dengan mengadakan kegiatan posyandu dan kegiatan mengenai tentang gizi. 5. Masalah keperawatan komunitas yang muncul sebagian teratasi, namun dalam hal ini sebatas pada peningkatan pengetahuan warga mengenai kesehatan, penyakit yang ada di masyarakat khususnya RW III Desa Karangduren, pola perilaku hidup sehat. Oleh karena itu, diperlukan kerjasama dan koordinasi yang baik melalui kerjasama baik lintas program maupun lintas sektoral dalam upaya tindak lanjut. B. Saran Berdasarkan asuhan keperawtan komunitas yang telah dilaksanakan pada warga RW III Desa Karangduren, maka penyusun memberikan saran kepada para pembaca khususnya para komponen masyarakat yang terkait pada masalah kesehatan komunitas serta kepada mahasiswa dalam melakukan asuhan keperawatan komunitas yakni : 1. Persiapan a. Persiapan ke Masyarakat Sebelum dilakukan pengkajian hendaknya dipersiapkan dengan matang dari segi informasi mengenai kondisi masyarakat dan wilayah yang akan dilakukan asuhan keperawatan komunitas. Hal tersebut dapat diperoleh melalui pembekalan yang diperoleh dari pembimbing akademik, pihak pemerintah desa, puskesmas maupun pihak-pihak lain yang terkait. b. Persiapan Teknis Instrumen pengkajian hendaknya disusun secara komprehensif atau mencakup keseluruhan kondisi yang ada di masyarakat terkait masalah kesehatan. Selain itu, dilakukan pula permohonan izin dan menjalin kerjasama yang baik dengan
pemerintahan desa setempat untuk melakukan asuhan keperawatan komunitas di wilayah tersebut. 2. Pelaksanaan a. Pengkajian dilaksanakan secara komprehensif yaitu meliputi observasi, wawancara, angket maupun kuisioner. Instrumen pengkajian hendaknya disusun sedemikian rupa secara komprehensif agar memudahkan dalam mengkaji kesehatan masyarakat. Pengorganisasian masyarakat menjadi suatu tahap yang harus dilalui secara urut. Hal ini dilakukan agar upaya pemasukan data dapat dilakukan secara optimal. b. Agar data yang terkaji tepat dan akurat sebagai pendukung ditegakkannya diagnosa keperawatan, hendaknya instrumen pengkajian disusun secara tepat dan akurat dan disesuaikan dengan kondisi serta kemungkinan permasalahan yang muncul. Sebelum melakukan pengkajian dilakukan pencarian data atau informasi mengenai kondisi masyarakat dan wilayah tersebut. c. Penentuan prioritas masalah hendaknya dibuat secara tepat dan akurat disesuaikan dengan fakta yang ada dan program yang ada berdasarkan masalah keperawatan yang muncul dalam masyarakat sehingga ditemukan diagnosa keperawatan yang tepat. d. Rencana tindakan dan implementasi diusahakan untuk dilakukan secara optimal yaitu dengan mengikutsertakan peran serta masyarakat dalam menyelesaikan masalah dan perlu adanya pemberian motivasi serta informasi kepada masyarakat dengan memanfaatkan kegiatan-kegiatan yang ada di masyarakat. e. Evaluasi hasil kegiatan masalah keperawatan sebaiknya dilakukan berdasarkan perencanaan yang telah direncanakan. Dalam hal ini perlu peran serta dari perangkat desa maupun petugas kesehatan untuk memotivasi dan mengevaluasi setiap kegiatan yamg telah dilakukan terkait masalah kesehatan yang muncul dalam masyarakat serta untuk rencana tindak lanjut diperlukan pendelegasian yang jelas dan tepat kepada bidan desa atau pihak yang terkait agar derajat kesehatan semakin meningkat.