Asuhan Keperawatan Neonatus Bronkopneumonia [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK



ASUHAN KEPERAWATAN NEONATUS PADA By. R DENGAN DIAGNOSA BRONKOPNEUMONI DI RUANG PERINATOLOGI RSUD K.R.M.T WONGSONEGORO SEMARANG



Disusun Oleh : FAYRUZ ZAHROTIN NISWAH P.1337420919067



PROGRAM STUDI PROFESI NERS JURUSAN KEPERAWATAN SEMARANG POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG 2019



1



ABSTRAK ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK An.T DENGAN DIAGNOSA BRONKOPNEUMONI DI RUANG RAWAT NAKULA 4, RSUD KRMT WONGSONEGORO, SEMARANG Fayruz Zahrotin Niswah1, Budiyati, S.Kep, Ners, M.Kep2 1



Mahasiswa Program Studi Profesi Ners, Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Semarang 2 Dosen Jurusan Keperawatan, Poltekkes Kemenkes Semarang Koresponden: [email protected]



Latar Belakang : Pneumonia merupakan pembunuh utama anak dibawah usia lima tahun (Balita) di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti AIDS, Malaria dan Campak. Namun, belum banyak perhatian terhadap penyakit ini. Di dunia, dari 9 juta kematian Balita lebih dari 2 juta Balita meninggal setiap tahun akibat pneumonia atau sama dengan 4 Balita meninggal setiap menitnya. Dari lima kematian Balita, satu diantaranya disebabkan pneumonia. Di Indonesia berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, menunjukkan; prevalensi nasional ISPA: 25,5% (16 provinsi di atas angka nasional), angka kesakitan (morbiditas) pneumonia pada Bayi: 2.2 %, Balita: 3%, angka kematian (mortalitas) pada bayi 23,8%, dan Balita 15,5% Tujuan : Untuk mengidentifikasi dan penatalaksanaan klien bayi sakit dengan diagnosa medis bronkopneumoni, dan masalah keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d kondisi fisiologis akibat proses penyakit. Metode : Metode asuhan keperawatan yang dilakukan adalah mengidentifikasi masalah klien, menentukan intervensi dan penatalaksanaan dengan mengacu pada handbook diagosa NANDA NIC & NOC 2018 serta mengimplementasikan untuk kemudian dilakukan observasi atau evaluasi akhir setelah dilakukan intervensi sesuai dengan waktu yang ditargetkan. Hasil : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, klien mengalami perkembangan yang signifikan pada masalah keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d kondisi fisiologis akibat proses penyakit setelah dilakukan tindakan latihan batuk efektif dan konsumsi obat. Begitupula dengan diagnosa keperawatan defisit pengetahuan b.d kurangnya informasi, menunjukkan pemahaman yang dapat dibuktikan setelah dilakukan tindakan edukasi terkait penyakit yang diderita oleh bayi. Saran : Diharapkan agar jalan napas serta bersihan jalan napas klien cukup adekuat dan keluarga dapat lebih aware terhadap kondisi, serta mampu memenuhi kebutuhan anak dengan baik, berikut kebutuhan fisiologis maupun psikologis bayi. Kata kunci : neonatus, bronkopneumonia, nursing intervention and outcomes.



2



DAFTAR ISI



HALAMAN JUDUL ............................................................................................................... 1



ABSTRAK ............................................................................................................................... 2



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .................................................................................................................... 4 B. Web of Causation ................................................................................................................ 5



BAB 2 LAPORAN KASUS KELOLAAN A. Pengkajian ........................................................................................................................... 6 B. Diagnosa Keperawatan ........................................................................................................ 15 C. Intervensi Keperawatan ....................................................................................................... 16 D. Implementasi Keperawatan ................................................................................................. 18 E. Evaluasi Keperawatan ......................................................................................................... 21



BAB 3 PEMBAHASAN A. Analisa Kasus ..................................................................................................................... 23 B. Analisa Intervensi Keperawatan ......................................................................................... 27



BAB 4 PENUTUP A. Kesimpulan ......................................................................................................................... 28 B. Saran ................................................................................................................................... 28



DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 29



LAMPIRAN ........................................................................................................................... 30



3



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bronkhopneumoni adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam bronkhi dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya. ( Smeltzer & Suzanne C, 2002 : 572 ). Bronkhopneumoni adalah suatu peradangan paru yang biasanya menyerang di bronkeoli terminal. Bronkeoli terminal tersumbat oleh eksudat mokopurulen yang membentuk bercak-bercak konsolidasi di lobuli yang berdekatan. Penyakit ini sering bersifat sekunder, menyertai infeksi saluran pernafasan atas, demam infeksi yang spesifik dan penyakit yang melemahkan daya tahan tubuh. Kesimpulannya bronkhopneumoni adalah jenis infeksi paru yang disebabkan oleh agen infeksius dan terdapat di daerah bronkus dan sekitar alveoli. Pneumonia merupakan pembunuh utama anak dibawah usia lima tahun (Balita) di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti AIDS, Malaria dan Campak. Namun, belum banyak perhatian terhadap penyakit ini. Di dunia, dari 9 juta kematian Balita lebih dari 2 juta Balita meninggal setiap tahun akibat pneumonia atau sama dengan 4 Balita meninggal setiap menitnya. Dari lima kematian Balita, satu diantaranya disebabkan pneumonia. Di Indonesia berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, menunjukkan; prevalensi nasional ISPA: 25,5% (16 provinsi di atas angka nasional), angka kesakitan (morbiditas) pneumonia pada Bayi: 2.2 %, Balita: 3%, angka kematian (mortalitas) pada bayi 23,8%, dan Balita 15,5%. Penyakit ISPA merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak. Episode penyakit batuk-pilek pada Balita di Indonesia diperkirakan 3-6 kali per tahun, ini berarti seorang Balita rata-rata mendapat serangan batuk pilek sebanyak 3 sampai 6 kali setahun. Sebagai kelompok penyakit, ISPA merupakan salah satu penyebab utama kunjungan pasien di sarana kesehatan yaitu sebanyak 40% - 60% kunjungan berobat di Puskesmas dan 15% - 30% kunjungan berobat di bagian rawat jalan dan rawat inap rumah sakit. Program pengendalian penyakit ISPA di Indonesia dimulai tahun 1984, bersamaan dengan dilancarkannya pengendalian penyakit ISPA di tingkat global oleh WHO. Sejak tahun 1990, pengendalian penyakit ISPA menitikberatkan kegiatannya pada penanggulangan pneumonia pada Balita. Di negara berkembang 60% kasus pneumonia disebabkan oleh bakteri, sementara di negara maju umumnya disebabkan virus, ujar Menkes. Menurut Menkes, pemerintah Indonesia telah berkomitmen untuk mencapai Millennium Development Goals (MDGs) bidang kesehatan yang salah satunya adalah 4



menurunkan 2/3 kematian balita pada rentang waktu antara 1990-2015. Apabila angka kematian yang disebabkan oleh pneumonia dapat diturunkan secara bermakna, maka dampaknya terhadap pencapaian MDGs akan besar pula. Upaya pemerintah dalam menekan angka kematian akibat pneumonia diantaranya melalui penemuan kasus pneumonia Balita sedini mungkin di pelayanan kesehatan dasar, penatalaksanaan kasus dan rujukan. Adanya keterpaduan dengan lintas program melalui pendekatan MTBS di Puskesmas serta penyediaan obat dan peralatan untuk Puskesmas Perawatan dan di daerah terpencil. Menkes menghimbau masyarakat untuk selalu waspada dengan penyakit ISPA sebagai penyakit yang muncul kembali(re-emerging/new emerging disease) yang sedang melanda dunia karena semuanya berakhir dengan pneumonia. Belum selesai dengan pengendalian flu burung H5N1, sudah timbul penyakit Influenza A Baru H1N1 yang menjadi pandemi. Kita bersyukur Influenza A Baru H1N1 tidak seganas H5N1. Namun, kita harus tetap waspada adanya kemungkinan gelombang kedua yang tingkat keganasannya tidak dapat diketahui secara pasti, tegas Menkes. Menurut Menkes, pengendalian penyakit ISPA memiliki kendala diantaranya cakupan penemuan masih sangat rendah akibat tingginya mutasi tenaga kesehatan. Selain itu pengendalian pneumonia bukan program prioritas karena di beberapa daerah anggaran untuk pneumonia jumlahnya tidak memadai bahkan tidak ada sama sekali.



B. Web of Causation (Terlampir)



5



BAB II ASUHAN KEPERAWATAN PADA NEONATUS DENGAN BRONKOPNEUMONIA



I. PENGKAJIAN A. Data Demografi 1. Klien a. Tanggal Pengkajian



: 13 September 2019



b. Tanggal masuk



: 13 September 2019 jam 15:42 WIB



c. Ruangan



: Perinatologi



d. Identitas 1) Nama



: By. N



2) TTL



: Semarang, 10 Juni 2019



3) Jenis kelamin : Perempuan 4) Agama



: Islam



5) Suku



: Jawa



6) Diagnosa Medis: Bronkopneumonia 2. Orang tua/Penanggung jawab Ibu a. Nama



: Ny. S



b. Umur



: 35 tahun



c. Hubungan dengan klien



: Ibu klien



d. Pendidikan



: SMA



e. Pekerjaan



: Ibu rumah tangga



f. Suku



: Jawa



g. Agama



: Islam



h. Alamat



: Kalitengah, Mranggen, Demak



RIWAYAT KEPERAWATAN 1. Keluhan utama : Batuk ±7 hari, demam. 2. Riwayat keperawatan sekarang : Bayi N lahir preterm (36 minggu), lahir SC pada jam tanggal 10 Juni 2019 di Ruang IBS RSWN. Saat dilakukan pemeriksaan antropometri 13 September 2019, klien 6



memiliki berat badan 2,520 gram. Klien dibawa ke RSWN pukul 15:42 WIB karena mengalami demam dan batuk-batuk selama ±7 hari. 3. Riwayat keperawatan dahulu : a. Prenatal Ibu mengatakan sering memeriksakan kehamilannyaa ke bidan. Ibu mengatakan mual dan muntah pada trimester pertama kehamilannya. Selama hamil ibu mendapatkan vitamin. Ibu mengalami kenaikan berat badan selama hamil 13 kg dan ibu mengatakan selama kehamilan tekanan darah saat hamil normal. b. Natal Ny. S mengatakan pada usia kehamilan 36 minggu ketubannya pecah. Kemudian bayi Ny. R lahir secara SC di IBS RSWN pada tanggal 10 Juni 2019 dengan berat bayi lahir 2,200 gr. c. Post Natal Pada saat lahir By.N menangis dengan APGAR Skor 9-10-10, ASI hingga usia 3 bulan, saat ini mendapatkan makanan tambahan yaitu susu formula khusus (neocat / ureamino) 8 x 50 cc.. 4. Genogram :



5. Riwayat kesehatan keluarga : Ny. S mengatakan anak sebelumnya tidak pernah mengalami riwayat sakit yang sama dengan klien. 6. Faktor risiko ibu : Tidak ada faktor risiko pada ibu ketika kehamilan. 7. Riwayat alergi : Bayi Ny. S tidak memiliki alergi terhadap obat.



7



PEMERIKSAAN FISIK 1. Penampilan umum : -



Keadaan umum : baik



-



Tanda-tanda vital : RR : 40 x/mnt HR : 146 x/mnt SpO2 : 100% Suhu : 37,2oC Berat badan : 2,520 gr



2. Kepala : a. Kepala : Bentuk mesocephal, terdapat caput succedaneum, tidak ada cephal hematom, tidak terdapat lanugo, LK 33cm. b. Mata : Reflek glabellar positif, bentuk mata simetris, tidak ada konjunctivitis, sklera tidak ikterik c. Hidung : Simetris, bersih, tidak terdapat polip d. Mulut : Bibir kering, bersih, tidak ada perdarahan gusi e. Telinga : Simetris, bersih, tidak terdapat benjolan 3. Dada : a. Jantung : -



Inspeksi



: Tidak tampak ictus cordis



-



Palpasi



: Ictus cordis teraba di intercosta ke IV-V, pada midclavicula sedikit 2cm medial sinistra



-



Perkusi



: Suara perkusi jantung pekak



-



Auskultasi



: Bunyi jantung S1-S2 reguler, tidak ada bunyi jantung tambahan seperti murmur dan gallop



b. Paru-paru : -



Inspeksi



: Tidak terdapat retraksi dada, pergerakan dada sewaktu ekspirasi dan inspirasi simetris.



-



Auskultasi



: Suara napas ronchi halus



-



Palpasi



: Vokal fremitus seimbang kanan dan kiri



-



Perkusi



: Sonor seluruh lapang paru 8



4. Abdomen : -



Inspeksi



: Perut tidak ada lesi, perut cembung supel dan tidak terdapat spider navi, Lingkar perut 32 cm



-



Auskultasi



: Bising usus 10x/menit



-



Palpasi



: Tidak ada pembesaran hepar dan limpa



-



Perkusi



: Terdengar suara tympani



5. Genetalia : Klien berjenis kelamin perempuan, tidak ada kelainan pada alat vital klien. 6. Ekstremitas : -



Ekstremitas atas



: Kulit tampak kering, tidak ikterik, Tidak terdapat lanugo, tidak terdapat lesi dan edema, kulit tampak kemerahan



-



Ekstremitas bawah



: Kulit tampak kering, tidak ikterik, Tidak terdapat lanugo, tidak ada lesi dan edema, kulit tampak kemerahan



POLA FUNGSIONAL 1. Manajemen kesehatan : Ibu klien mengatakan sejak kehamilannya ia selalu rajin periksa kehamilannya setiap bulan. Jika terdapat keluhan pada kehamilannya Ny. S segera periksa ke puskesmas terdekat. 2. Eliminasi : a. BAB



: Klien BAB rutin setiap hari 3-4 dengan karakteriksik warna kuning kecoklatan, konsistensi lembek, bau khas feces, tidak ada darah



b. BAK



: Klien BAK 5-7 kali sehari dengan karakteristik warna kuning jernih, bau khas urine, tidak ada darah



3. Nutrisi dan cairan : Klien mendapatkan asupan nutrisi dari ASI dan dibantu oleh susu formula khusus secara oral dengan alat bantu yaitu OGT. Reflek hisap klien kuat. Ibu klien mengatakan setiap hari 2 sampai 3 jam klien disusui. Dalam sehari klien mendapatkan diet ASI / Susu formula ureamino neocat 8 x 50cc. A: a. Berat badan lahir



: 2,200 gram 9



b. Berat badan saat ini



; 2,520 kg



c. Panjang badan/tinggi badan



: 49 cm



d. Lingkar Kepala



: 32 cm



e. Lingkar Lengan



: 9 cm



f. Lingkar Dada



: 30 cm



B : Hemoglobin : 11,2 g/dl (N) Hematokrit : 34,30 % (N) Leukosit : 12,3 / uL C : Mukosa bibir kering, kulit kering, CRT 1 detik. D : Diit ASI / Susu formula ureamino neocat 8 x 50cc. 4. Istirahat dan tidur : Dalam 24 jam klien banyak tidur di dalam tempat tidur bayi, sesekali membuka mata dan bergerak-gerak. 5. Aktifitas : Gerakan bayi aktif, tangisan lemah. 6. Persepsi, sensori dan kognitif : Klien menangis saat dirangsang nyeri. Pola persepsi dan kognitif klien belum terkaji karena klien masih bayi berumur 3 bulan. 7. Pola seksual dan reproduksi : Klien berjenis kelamin perempuan, organ vital tidak ada masalah. 8. Hubungan dan peran : Klien merupakan anak kedua dari 1 bersaudara pasangan Ny. S dan Tn. A. 9. Mekanisme koping dan stress : Belum terkaji karena klien masih bayi berumur 3 bulan. 10. Spiritual/keyakinan : Klien beragama islam, belum mampu beribadah karena masih berumur 3 bulan, saat lahir klien diadzani oleh ayahnya.



10



PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Hasil laboratorium tgl 13 September 2019, pukul 16:08 WIB. NILAI PEMERIKSAAN



HASIL



SATUAN



Hemoglobin



11.2



g/dL



11 – 15



Hematokrit



34.30



%



35 – 47



Leukosit



12.3



/uL



6 – 17



Trombosit



342



/uL



150 – 400



NORMAL



Hematologi



Kimia Klinik Natrium



133



135 – 147



Kalium



4.8



3.5 – 5



Kalsium



1.29



1.0 – 1.15



2. Pengkajian Resiko Jatuh (Humpty Dumpty) Parameter Usia



Jenis Kelamin Diagnosis



Gangguan Kognitif



Faktor Lingkungan



Kriteria < 3 Tahun 3 – 7 tahun 7 – 13 tahun ≥ 13 tahun Laki – laki Perempuan Diagnosis neurologi Perubahan oksigenasi (diagnosis respiratorik, dihaidrasi, anemia, anoreksia, sinkop, Pusing, dll Gangguan prilaku / psikiatri Diagnosis lainnya Tidak menyadari keterbatasan lainnya Lupa akan adanya keterbatasan Orientasi baik terhadap diri sendiri Riwayat jatuh / bayi diletakkan ditempat tidur dewasa Pasien menggunakan alat bantu / bayi diletakkan dalam tempat tidur bayi / perabot rumah. 11



Nilai 4 3 2 1 2 1 4 3



2 1 3 2 1 4 3



Skor 4



1 3



3



3



Pasien diletakkan pada tempat tidur Area diluar rumah sakit Pembedahan / Dalam 24 jam sedasi/ anestesi Dalam 48 jam >48 jam dan tidak menjalani pembedahan / sedasi / anastesi. Penggunaan medika Penggunaan multiple sedative, obat hypnosis, mentosa barbiturate, fenotiazid, antidepresan, pencahar, diuretic, narkose. Penggunaan obat salah satu diatas Penggunaan medikasi lainnya / atau tidak ada medikasi. Jumlah Skor Humpty Dumpty Keterangan : Skor 16 (Resiko tinggi).



2 1 3 2 1



1



3



2 1



1 16



5. Hasil Radiologi: Tgl 2 September 2019, pukul 10:04 WIB. 



X-foto Thorax AP COR : CTR 53,1%, bentuk, letak normal. Pulmo : Corakan vaskuler meningkat. Tampak bercak-bercak pada 2 perihiler dan parakardial kanan. Hilus kanan membesar, diafragma dan sinus kostofrenikus kanan kiri normal. Tulang dan soft tissue baik. Kesan : COR konfigurasi normal Gambaran bronkopneumonia Pembesaran hilus kanan  DD : Limfadenopati, vaskuler



12



6. Terapi No 1.



2.



Terapi



8 tpm



IV Line



Infus NaCl 3 %



8 tpm



IV Line



Infus KCl 2 mg



13 cc, 8 tpm



IV Line



Cefotaxime



60 mg x 2



IV Line



Dexamethason



0.3 mg x 3



IV Line



5 mg x 2



IV Line



0.3 mg x 3



Oral



1 cc x 3



Oral



Flexotid



1 respul x 2



Inhalasi / Nebulizer



Combivent



1 respul x 2



Inhalasi / Nebulizer



12 mg x 2



Topikal



Injeksi



Oral



Sucralfat



5.



Cara pemberian



Infus D10%



PCT



4.



Pakai



Infus



Ranitidin 3.



Aturan



Inhalasi



Topikal Gentamicin



13



ANALISA DATA No 1



Tanggal



Data Fokus



Masalah



Jumat, 13 DS: Sept 2019



-



Etiologi



Ketidakefekti Kondisi Klien datang ke IGD RSWN pada hari



fan bersihan



fisiologis



15:50



Jumat tanggal 13 September 2019



jalan napas



akibat proses



WIB



dengan keluhan panas demam, dan batuk



penyakit



±7 hari. DO: -



Terlihat lemas.



-



TTV 1. RR : 40x/menit 2. Auskultasi suara napas tambahan ronchi halus. 3. Irama napas irreguler.



3.



Klien tampak terbatuk-batuk.



Jumat, 13 DS: Sept 2019



-



Defisit Orang tua klien mengatakan kurang pengetahuan



15:50



mengetahui tentang penyakit yang di



WIB



alami anaknya. DO: 1)



Orang tua klien terlihat bingung saat di ajak berdiskusi tentang penyakit yang di derita.



-



Orangtua menanyakan



banyak



menanyakan



mengenai



proses



penyakit, bagaimana caranya kenapa bisa tertular, apakah dapat sembuh, serta pertanyaan-pertanyaan seputar pengobatan.



14



Kurang informasi



II. Diagnosa Keperawatan 1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d kondisi fisiologis akibat proses penyakit. 2. Defisit pengetahuan b.d kurangnya informasi (proses dan perjalanan penyakit, faktor resiko serta pengobatan).



15



III. INTERVENSI KEPERAWATAN Tgl / jam No 13 Sept



1



Intervensi keperawatan



Diagnosa Keperawatan



NOC



NIC



Ketidakefektifan bersihan



NOC :



NIC



2019



jalan napas b.d kondisi



Setelah dilakukan tindakan keperawatan



17:00



fisiologis akibat proses



selama 1x 24 jam diharapkan masalah



WIB



penyakit



ketidak efektifan bersihan jalan napas dapat teratasi dengan kriteria hasil: -



Menunjukkan napas



jalan



efektif



yang



dibuktikan dengan tidak terjadi aspirasi,



status



pernapasan



ventilasi tidak terganggu, dan menunjukkan



kepatenan



jalan



napas -



2. Pengisapan jalan napas



4. Identifikasi, mengobati dan mencegah reaksi inflamasi pada jalan napas 5. Observasi pernapasan 6. Peningkatan batuk efektif. 7. Pengaturan posisi untuk memudahkan ventilasi 8. Berikan bantuan ventilasi bila diperlukan



Menunjukkan status pernapasan kepatenan jalan jalan napas, yang dibuktikan



1. Memfasilitasi kepatenan jalan napas.



3. Cegah faktor resiko aspirasi



bersihan



yang



a. Manajemen jalan napas



oleh



indikator



:



gangguan ekstrem, berat, sedang, ringan, dan tidak ada gangguan.



16



9. Kolaborasi pemberian obat dengan dokter.



Jumat, 13 2



Defisit pengetahuan b.d



NOC



Sept 2019



kurangnya informasi (proses



Setelah dilakukan tindakan keperawatan



17:00



dan perjalanan penyakit,



selama 1x 24 jam diharapkan masalah



WIB



faktor resiko serta



defisit



pengobatan).



dengan kriteria hasil : -



-



NIC



pengetahuan



dapat



teratasi



1. Kaji tingkat pengetauan klien terkait penyakit 2. Identifikasi tindakan yang harus dilakukan klien dari keluarga terhadap sakitnya.



Pengetahuan : manajemen



3. Jelaskan tanda geja umum dari penyakit



penyakit akut



4. Identifikasi kemungkinan penybab



Mengetahui faktor penyebab



5. Berikan



Tanda dan gejala penyakit



17



informasi



pemeriksaan diagnostik.



mengenai



hasil



IV. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN No



Tgl



1.



Jumat,



No



Implementasi Keperawatan



Dx 1



Respon



1. Memfasilitasi kepatenan jalan napas (nasal kanul S : -



13 Sept



1 lpm).



2019



2. Mengidentifikasi,



16:00



O: mengobati



dan



mencegah



1. Keadaan umum lemah.



reaksi inflamasi pada jalan napas.



WIB



N : 144x/mt



3. Mengobservasi pernapasan.



RR : 40x/mt



4. Berkolaborasi pemberian obat dengan dokter.



S : 37,70C



5. Memberikan susu formula tambahan hangat.



2. Klien tampak terbatuk-batuk.



6. Melakukan terapi nebulizer



3. Auskultasi suara napas ronchi halus.



-



Combivent 1 respul



4. Klien tampak nyaman dan tenang.



7. Mengoleskan minyak telon untuk membantu meringankan jalan napas klien.



2.



Jumat,



2



1.



13 Sept 2019 16:00



2.



Mengkaji tingkat pengetahuan klien terkait S : Ibu klien mengatakan bisa memahami apa yang penyakit.



telah dijelaskan oleh petugas mengenai penyakit



Mengidentifikasi tindakan yang harus dilakukan



anaknya.



keluarga terhadap sakitnya klien.



O:



18



Ttd



WIB



3.



Menjelaskan tanda geja umum dari penyakit.



4.



Mengidentifikasi kemungkinan penyebab.



5.



Memberikan



6.



3.



Sabtu, 14 Sept 2019 17:00 WIB



1



informasi



mengenai



1. Ibu klien mampu menjawab dengan benar dari pertanyaan yang diberikan oleh perawat.



hasil



2. Ibu



klien



mampu



menyebutkan



dan



pemeriksaan diagnostik.



menjelaskan kembali terkait proses, tanda



Memberikan reinforcement positif kepada klien



gejala,



dan keluarga.



penyakit anaknya.



serta



penatalaksanaan



pengobatan



1. Memfasilitasi kepatenan jalan napas (nasal kanul S : 1 lpm). 2. Mengidentifikasi,



O: mengobati



dan



mencegah



reaksi inflamasi pada jalan napas.



1. Keadaan umum sedang. a.



N : 142x/mt



3. Mengobservasi pernapasan.



b.



RR : 41x/mt



4. Berkolaborasi pemberian obat dengan dokter.



c.



S : 36,80C



5. Memberikan susu formula tambahan hangat.



2. Klien tampak terbatuk-batuk.



6. Melakukan terapi nebulizer : Flexotid 1 respul



3. Auskultasi suara napas ronchi halus.



7. Mengoleskan minyak telon untuk membantu



4. Klien tampak nyaman dan tidur pulas



meringankan jalan napas klien.



19



4.



Minggu,



1



1.



15 Sept 2019



1 lpm). 2.



17:00 WIB



Memfasilitasi kepatenan jalan napas (nasal kanul S : O:



Mengidentifikasi, mengobati dan mencegah reaksi



1. Keadaan umum sedang.



inflamasi pada jalan napas.



a.



N : 142 x/mt



3.



Mengobservasi pernapasan.



b.



RR : 40 x/mt



4.



Berkolaborasi pemberian obat dengan dokter.



c.



S : 36,7 0C



5.



Memberikan susu formula tambahan hangat.



6.



Melakukan terapi nebulizer : Combivent 1 respul



7.



Mengoleskan minyak telon untuk membantu meringankan jalan napas klien.



20



2. Klien tampak sesekai bangun dan terbatuk-batuk 3. Auskultasi suara napas ronchi halus. 4. Klien tampak tenang dan nyaman



V. CATATAN PERKEMBANGAN No



Tgl/ Jam



1



Minggu, 15 Sept 2019



No



Evaluasi Keperawatan



Dx



( SOAP)



1



S:O: 1. Keadaan umum baik.



21:00



a. N : 136 x/mt



WIB



b. RR : 40 x/mt c. S : 36,7 0C 2. Klien tampak sesekali terbatuk. 3. Auskultasi suara napas ronchi halus. A : Masalah teratasi sebagian. P : Lanjutkan intervensi 1. Kolaborasi terkait pemberian terapi dengan dokter - Infus D10% 8 tpm IV - Infus NaCl 3% 2mg 8 tpm IV - Infus KCl 2 mg 13cc 8 tpm IV - Inj. Cefotaxime 60 mg / 12 jam IV - Inj. Dexamethason 0.3 mg / 8 jam IV - Inj. Ranitidin 5 mg / 12 jam IV - Nebul Flexotid 1 resp / 12 jam selang-seling - Nebul Combivent 1 resp / 12 jam selang-seling - PCT 0.3 mg / 8 jam P.O - Sucralfat 1 cc / 8 jam P.O 2. Mengobservasi bersihan serta pola napas. 3. Memberikan diit ASI dan Susu formula ureamino neocat secara tepat 8 x 50cc.



21



Ttd



2.



15 Sept



2



S : Ibu klien mengatakan bisa memahami apa yang telah



2019 21:00 WB



dijelaskan oleh petugas mengenai penyakit anaknya. O: 1. Ibu klien mampu menjawab dengan benar dari pertanyaan yang diberikan oleh perawat. 2. Ibu klien mampu menyebutkan dan menjelaskan kembali



terkait



proses,



tanda



gejala,



serta



penatalaksanaan pengobatan terkait penyakit anaknya. A : Masalah teratasi. P : Pertahankan intervensi. -



Evaluasi pengetahuan klien pada setiap kesempatan.



-



Berikan reinforcement positif kepada klien serta keluarga.



22



BAB III PEMBAHASAN



A. Analisa Kasus Setelah melakukan pengkajian pada By. N dengan diagnosa medis Bronkopneumonia dengan masalah keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d kondisi fisiologis akibat proses penyakit di ruang Perinatologi RS K.R.M.T Wongsonegoro selama tiga hari, maka pada bab ini akan dibahas kesenjangan antara teori dan kasus yang diperoleh sebagai hasil pelaksanaan studi kasus, juga menganalisa factor pendukung dan penghambat selama melaksanakan asuhan keperawatan. 1.



Pengkajian Pengkajian merupakan dasar utama dalam proses keperawatan pengumpulan data yang akurat dan secara sistematis dalam membantu dan menentukan status kesehatan klien serta merumuskan diagnosa keperawatan berdasarkan hal tersebut, penulis melakukan pengkajian pada By.N dengan kasus bronkopneumonia yang dirawat di ruang perawatan neonatus Perinatologi RS KRMT Wongsonegoro pada tanggal 13-15 September 2019. Adapun pengkajian yang difokuskan pada kasus bronkopneumonia ialah masalah ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d kondisi fisiologis akibat proses penyakit. Bronkhopneumoni adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam bronkhi dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya. (Smeltzer & Suzanne C, 2002 : 572). Bronkhopneumoni adalah suatu peradangan paru yang biasanya menyerang di bronkeoli terminal. Bronkeoli terminal tersumbat oleh eksudat mokopurulen yang membentuk bercak-bercak konsolidasi di lobuli yang berdekatan. Penyakit ini sering bersifat sekunder, menyertai infeksi saluran pernafasan atas, demam infeksi yang spesifik dan penyakit yang melemahkan daya tahan tubuh. Kesimpulannya bronkhopneumoni adalah jenis infeksi paru yang disebabkan oleh agen infeksius dan terdapat di daerah bronkus dan sekitar alveoli. Secara umum bronkhopneumoni diakibatkan penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme pantogen. Orang normal dan sehat mempunyai 23



mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan yang terdiri atas : reflek glotis dan batuk, adanya lapisan mukus, gerakan silia yang menggerakkan kuman keluar dari organ, dan sekresi humoral setempat. Timbulnya bronkhopneumoni disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, protozoa, mikobakteri, mikoplasma, dan riketsia. ( Sandra M. Nettiria, 2001 : 682 ) Antara lain : 1.



Bakteri



: streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae, Klebsiella.



2.



Virus



: legionella pneumoniae



3.



Jamur



: aspergillus spesies, candida albicans, hitoplasma



4.



Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung ke dalam pari-paru



5.



Terjadi karena kongesti paru yang lama Bronkhopneumonia biasanya didahului oleh suatu infeksi di saluran pernafasan



bagian atas selama beberapa hari. Pada tahap awal, penderita bronkhopneumonia mengalami tanda dan gejala yang khas seperti menggigil, demam, nyeri dada pleuritis, batuk produktif, hidung kemerahan, saat bernafas menggunakan otot aksesorius dan bisa timbul sianosis (Barbara C. long, 1996 : 435). Terdengar adanya krekels di atas paru yang sakit dan terdengar ketika terjadi konsolidasi (pengisian rongga udara oleh eksudat)(Sandra M. Nettina, 2001 : 683). Tanda gejala yang muncul pada bronkopneumonia (Martin tucker, Susan. 2000_247) adalah: a. Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan 1) Nyeri pleuritik 2) Nafas dangkal dan mendengkur 3) Takipnea b. Bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasi 1) Mengecil, kemudian menjadi hilang 2) Cracles, ronchi, c. Gerakan dada tidak simetris d. Menggigil dan demam 38,8 ° C sampai 41,1°C, delirium e. Diafoesis f. Anoreksia g. Malaise 24



h. Batuk kental, produktif Sputum kuning kehijauan kemudian berubah menjadi kemerahan atau berkarat i.



Gelisah



j.



Sianosis Area sirkumoral, dasar kuku kebiruan



k. Masalah-masalah psikososial : disorientasi, ansietas, takut mati. Untuk dapat menegakkan diagnosa keperawatan dapat digunakan cara: a.



Pemeriksaan Laboratorium 1) Pemeriksaan darah Pada kasus bronkhopneumonia oleh bakteri akan terjadi leukositosis (meningkatnya jumlah neutrofil). (Sandra M. Nettina, 2001 : 684) 2) Pemeriksaan sputum Bahan pemeriksaan yang terbaik diperoleh dari batuk yang spontan dan dalam. Digunakan untuk pemeriksaan mikroskopis dan untuk kultur serta tes sensitifitas untuk mendeteksi agen infeksius. (Barbara C, Long, 1996 : 435) 3) Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi dan status asam basa. (Sandra M. Nettina, 2001 : 684). 4) Kultur darah untuk mendeteksi bakteremia 5) Sputum, dan urin untuk tes imunologi untuk mendeteksi antigen mikroba (Sandra M. Nettina, 2001 : 684).



b. Pemeriksaan Radiologi 1) Rontgenogram Thoraks Menunjukkan



konsolidasi



lobar



yang



seringkali



dijumpai



pada



infeksi pneumokokal atau klebsiella. Infiltrat multiple seringkali dijumpai pada infeksi stafilokokus dan haemofilus(Barbara C, Long, 1996 : 435). 2) Laringoskopi/ bronkoskopi untuk menentukan apakah jalan nafas tersumbat oleh benda padat (Sandra M, Nettina, 2001).



25



2.



Diagnosa Secara teori konsep keperawatan pada kasus bronkopneumonia maka diagnosa keperawatan yang lazim muncul, yaitu sebagai berikut (Amin & Hardhi, 2015) : a.



Pola napas tidak efektif berhubungan dengan Proses inflamasi



b.



Bersihan jalan napas tidak efektif behubungan dengan Akumulasi Sekret



c.



Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan proses Inflamasi



d.



Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antarasuplay dan Kebutuhan oksigen



e.



Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya organisme inefektif



f.



Cemas berhubungan dengan dipsneu



g.



Perubahan proses keluarga berhubungan dengan hospitalisasi anak



h.



Ganguan pertukaran gas berhubungan dengan meningkatnya akumulasi sekret



i.



Resiko tinggi perubahan suhu tubuh : hipertemi berhubungan dengan proses inflamasi



j.



Resiko tinggi kekurangan cairan tubuh berhubungan dengan hipertermi Sedangkan diagnosa keperawatan yang ditemukan pada klien By.N dengan



bronkopneumonia yaitu : a.



Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d kondisi fisiologis proses penyakit.



b.



Kurang pengetahuan keluarga mengenai kondisi, aturan tindakan dan pencegahan penyakit b.d kurangnya informasi yang ada. Berdasarkan hal tersebut ditemukan kesenjangan pada kasus yang dialami By.N



antara diagnosa pada teori dan diagnosa pada kasus, dimana pada kasus tidak ditemukan diagnosa : Hiperthermia b.d proses peradangan. Diagnosa tersebut ditemukan pada teori tetapi tidak pada kasus. Hal ini disebabkan klien tidak mengalami hipertermi karena klien telah mendapatkan penanganan medis dengan baik.



26



B. Analisa Intervensi Keperawatan Untuk mengatasi masalah keparawatan ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d kondisi fisiologis akibat proses penyakit, rencana tindakan yang dilakukan yaitu : 1.



Kaji fungsi pernapasan: bunyi napas, kecepatan, kedalaman dan penggunaan otot aksesori. Rasional : Untuk mengetahui tingkat keparahan dan kompleksitas dari penyakit, serta mengetahui tingkat kesakitan serta nyeri yang dialami oleh anak. Hal ini dilakukan untuk diharapkan dapat mengetahui keadaan umum secara rinci sehingga bisa mengobservasi proses perkembangan penyakit dan tingkat keberhasilan perawatan.



2.



Catat kemampuan untuk mengeluarkan secret atau batuk efektif, catat karakter, jumlah sputum, dan lihat adanya hemoptisis. Rasional : Meringankan serta melancarkan jalan napas anak.



3.



Berikan pasien posisi semi atau fowler. Rasional : Memberikan support untuk melancarkan proses ventilasi.



4.



Bersihkan sekret dari mulut dan trakea, suction bila perlu.



5.



Berikan obat : agen mukolitik, bronkodilator sesuai indikasi.



1) Pelaksanaan Dari diagnosa yang ada, hanya satu diagnosa yang difokuskan yaitu bersihan jalan napas tidak efektif. Adapun tindakan yang dilakukan secara mandiri untuk mengatasi masalah bersihan jalan napas tidak efektif adalah monitoring TTV, mengkaji suara nafas klien, mengobservasi pemberian terapi oksigen nasal kanul 1 lpm, memberikan terapi inhalasi nebulizer combivent dan flexotid 1 respul/12 jam secara selang-seling, memonitor frekuensi dan irama pernapasan, memberikan diit teratur hangat (ASI/Susu formula ureamino neocat 8 x 50cc), dan mengoleskan minyak telon untuk membantu meringankan napas klien. Meskipun hanya satu masalah yang difokuskan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan yaitu bersihan jalan napas tidak efektif pada klien bronkopneumonia namun semua intervensi dari kedua diagnosa tersebut yang ditemukan pada tinjauan kasus tetap dilaksanakan, dan tidak ada hambatan yang dirasakan penulis



27



dalam pelaksanaan, sebab klien dan keluarga mau bekerja sama dan kooperatif dalam pemberian tindakan keperawatan.



2) Evaluasi Evaluasi merupakan langkah akhir dalam proses keperawatan yang meliputi hasil dari pencapaian asuhan keperawatan langsung kepada klien. Tahap evaluasi berpedoaman pada kriteria tujuan yang tercantum pada rencana keperawatan dan merupakan proses umpan balik dari tindakan yang diberikan selama tiga hari mulai tanggal 13-15 September 2019. Evaluasi yang menunjang adanya kemajuan dan dari masalah yang dihadapi oleh klien. Adapun evaluasi yang difokuskan ialah masalah bersihan jalan napas tidak efektif, namun masalah yang lain tetap dilakukan evaluasi. Setelah melakukan asuhan keperawatan selama 3 hari mulai dari tanggal 1315 September 2019 penulis berharap evaluasi kasus pada By.N adalah bersihan jalan napas serta pola napas klien kembali adekuat.



28



BAB IV PENUTUP



A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan yang dipaparkan tentang diagnosa keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d kondisi fisiologis akibat proses penyakit, masalah teratasi sebagian. Saya melakukan intervensi monitoring TTV, mengkaji suara nafas klien, mengobservasi pemberian terapi oksigen nasal kanul 1 lpm, memberikan terapi inhalasi nebulizer combivent dan flexotid 1 respul/12 jam secara selang-seling, memonitor frekuensi dan irama pernapasan, memberikan diit teratur hangat (ASI / Susu formula ureamino neocat 8 x 50cc), dan mengoleskan minyak telon untuk membantu meringankan napas klien. B. Saran Diharapkan agar jalan napas serta bersihan jalan napas klien cukup adekuat dan keluarga dapat lebih aware terhadap kondisi, serta mampu memenuhi kebutuhan anak dengan baik, berikut kebutuhan fisiologis maupun psikologis bayi..



29



DAFTAR PUSTAKA



Corwin, E.J. Handbook of pathophysiology. Alih bahasa : Pendit, B.U. Jakarta: EGC; 2001. Dongoes,Marilyn E et all.1999.Rencana Asuhan Keperawatan,Edisi 3.Jakarta : EGC Doengoes, M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C. Nursing care plans: Guidelines for planning and documenting patients care. Alih bahasa: Kariasa,I.M. Jakarta: EGC; 1999. Laban Y, Yoannes,2008.TBC.Yogjakarta: Kanisius Mansjoer,Arif.1999.Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, jilid 1.Jakarta : FKUI Nelson.1999.Ilmu Kesehatan Anak Nelson,Edisi 15,Volume 2.Jakarta : EGC Ngastiyah.1997.Perawatan Anak Sakit.Jakarta : EGC Price,Sylvia.1994.Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit,Edisi 4,Buku 2.Jakarta : EGC Reeves, C.J., Roux, G., Lockhart, R. Medical-surgical nursing. Alih bahasa : Setyono, J. Jakarta: Salemba Medika; 2001. Sloane, Ethel.2003.Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula.Jakarta: EGC Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. Brunner and Suddarth’s textbook of medical-surgical nursing. 8th Edition. Alih bahasa : Waluyo, A. Jakarta: EGC; 2000. Staf Pengajar FKUI.1985.Ilmu Kesehatan Anak.Jakarta : FKUI Suriadi & Rita Yuliani.2006.Asuhan Keperawatan pada Anak,Edisi 2.Jakarta: SAGUNG SETO Suyono, S, et al. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2001. Syaifudin,B.Ac.1997.Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat,Edisi 2.Jakarta : EGC Wong,Donna L.2003.Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik,Edisi 4.Jakarta : EGC



30