Asuhan Keperawatan Pada Bayi Resiko Tinggi Hiperbilirubin [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI RESIKO TINGGI. HIPERBILIRUBIN



Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak Dibimbing oleh: Musviro.S.Kep,Ns,.M.Kes



DISUSUN OLEH:



1. Chrisinta yuli rahmawati



(172303101003)



2. Rella desinta kustri Andini



(172303101004)



3. M. Fatchurrohim



(172303101009)



4. Putri Ayu Rokhmat



(172303101030)



5. Aprillia Tri Wulandari



(172303101040)



KEMENTRIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI PRODI D3 FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER KAMPUS LUMAJANG 2018



KATA PENGANTAR



Puji syukur kami ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,berkat limpah rahmat dan petunjuk-Nya ,kami dapat menyelesaikan buku Keperawatan Anak tentang Asuhan Keperawatan Pada Bayi Resiko Tinggi “Hiperbilirubin”.



Buku ini di buat dengan tujuan untuk mengetahui dan memahami lebih jauh tentang keparawatan Anak “Asuhan Keperawatan Pada Bayi Resiko Tinggi Hiperbilirubin”. Kami menyadari bahwa buku yang kami buat masih banyak kekurangan,oleh karena itu ,kami mengharap kan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca agar buku ini lebih sempurna dan dapat meningkatkan pembangunan bagi para pembaca. Terimakasih dan semoga buku ini memberikan manfaat positif bagi para pembaca dan kita semua. Lumajang, 04 – meret- 2018



Penyusun



2



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR................................................................................................................................... 2 DAFTAR ISI............................................................................................................................................... 3 BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................................. 4 1.1



LATAR BELANG ........................................................................................................................ 4



1.2



RUMUSAN MASALAH .............................................................................................................. 4



1.3



TUJUAN HIPERBILIRUBIN ........................................................................................................ 4



BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................................... 5 2.1



KONSEP PENYAKIT “HIPERBILIRUBIN”................................................................................... 5



2.1.2



DEFINISI ........................................................................................................................... 5



2.1.2



ETIOLOGI ......................................................................................................................... 5



2.1.3



PATOFISIOLOGI ............................................................................................................... 6



2.1.4



PATWAY .......................................................................................................................... 7



2.1.5



MANIFESTASI KLINIS ....................................................................................................... 7



2.1.6



PEMERIKSAAN PENUNJANG............................................................................................ 8



2.1.7



PENATALAKSANAAN ....................................................................................................... 9



2.1.8



KOMPLIKASI .................................................................................................................. 10



2.2



ASUHAN KEPERAWATAN HIPERBILIRUBIN ........................................................................... 10



2.2.1



PENGKAJIAN KEPERAWATAN ........................................................................................ 10



2.2.2



DIAGNOSA KEPERAWATAN ........................................................................................... 11



2.2.3



INTERVENSI KEPERAWATAN ......................................................................................... 11



2.2.4



IMPLEMENTASI KEPERAWATAN ...................................... Error! Bookmark not defined.



2.2.5



EVALUASI KEPERAWATAN............................................................................................. 11



BAB III PENUTUP ................................................................................................................................... 11 3.1



Kesimpulan................................................................................................................................ 12



3.2



Saran........................................................................................................................................14



DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 13



3



BAB I PENDAHULUAN



1.1



LATAR BELANG Hiperbilirubinemia merupakan suatu kondisi bayi baru lahir dengan kadar bilirubin serum total lebih dari 10 mg% pada minggu pertama yang ditandai dengan ikterus, yang dikenal dengan ikterus neonatorum patologis. Hiperbilirubimenia yang merupakan suatu keadaan meningkatnya kadar bilirubin di dalam jaringan ekstravaskular, sehingga konjungtiva, kulit, dan mukosa akan berwarna kuning. Keadaan tersebut juga bisa berpotensi besar terjadi ikterus, yaitu kerusakan otak akibat



perlengketan



bilirubin



indirek



pada



otak.



Bayi



yang



mengalami



hiperbilirubinemia memiliki ciri sebagai berikut : adanya ikterus terjadi pada 24 jam pertama, peningkatan konsentrasi bilirubin serum 10 mg% atau lebih setiap 24 jam, konsentrasi bilirubin serum 10 mg% pada neonatus yang cukup bulan dan 12,5 mg% pada neonatus yang kurang bulan, ikterus disertai dengan proses hemolisis kemudian ikterus yang disertai dengan keadaan berat badan lahir kurang dari 2000 gram, masa gestasi kurang dari 36 minggun, asfiksia, hipoksia, sindrom gangguan pernafasan, dan lain-lain. (Ely Susan, 2011) lirubin merupak Pada dasarnya hiperbilirubin merupakan penyakit yang menyerang sistim darah merah di mana hiperbiliburrin terjadi akibat pecahan sel darah merah yang sudah matang di dalam tubuh, sehingga bilirubin akan bergerak melewati hati daan menyebar ke dalam tubuh, pada penyakit hiperbilirubin produksi bilirubin meningkat sehingga mengakibaatkaan berubahnya warna kuning paadaaa kulit penderita hiperbilirubin. 1.2



RUMUSAN MASALAH 1. Apa yang menyebabkaan terjadinya hiperbilirubin 2. Apa sajakah Pengobataan hiperbilirrubin 3. Apakah komplikasi dari hiperbilirubin



1.3



TUJUAN HIPERBILIRUBIN 1. Untuk mengetahui penyebab terjadinya hiperbilirubin 2. Untuk mengetahui cara pengobatan hiperbilirubin 3. Untuk mengetahui komplikasi pada penyakit hiperbilirrubin



4



BAB II PEMBAHASAN



2.1



KONSEP PENYAKIT “HIPERBILIRUBIN”



2.1.2 DEFINISI Hiperbilirubinemia adalah salah satu masalah paling umum yang dihadapi dalam jangka bayi yang baru lahir. Secara historis, manajemen berasal ari studi tentang toksisitas bilirubin pada dengan penyakit hemolitik. Rekomendasi yang lebih baru mendukung penggunaan terapi yang kurang intensif dalam jangka bayi yang sehat dengan sakit kuning. Hiperbilirubinemia merupakan suatu kondisi bayi baru lahir dengan kadar bilirubin serum total lebih dari 10 mg% pada minggu pertama yang ditandai dengan ikterus, yang dikenal dengan ikterus neonatorum patologis. Hiperbilirubimenia yang merupakan suatu keadaan meningkatnya kadar bilirubin di dalam jaringan ekstravaskular, sehingga konjungtiva, kulit, dan mukosa akan berwarna kuning. Keadaan tersebut juga bisa berpotensi besar terjadi ikterus, yaitu kerusakan otak akibat



perlengketan



bilirubin



indirek



pada



otak.



Bayi



yang



mengalami



hiperbilirubinemia memiliki ciri sebagai berikut : adanya ikterus terjadi pada 24 jam pertama, peningkatan konsentrasi bilirubin serum 10 mg% atau lebih setiap 24 jam, konsentrasi bilirubin serum 10 mg% pada neonatus yang cukup bulan dan 12,5 mg% pada neonatus yang kurang bulan, ikterus disertai dengan proses hemolisis kemudian ikterus yang disertai dengan keadaan berat badan lahir kurang dari 2000 gram, masa gestasi kurang dari 36 minggu, asfiksia, hipoksia, sindrom gangguan pernafasan, dan lain-lain. (Ely Susan, 2011) 2.1.2 ETIOLOGI a. Produksi bilirubin yang berlebihan. Hal ini melebihi kemampuan bayi untuk mengeluarkannya, misalnya pada emolisis yang meningkat



pada inkompatibilitas Rh, ABO,



golongan darah



lain, defisiensi G6PD, piruvat kinase, perdarahan tertutup dan sepsis. b. Gangguan dalam proses uptake dan konjugasi hepar. Gangguan ini dapat disebabkan oleh imaturitas hepar, kurangnya substrat untuk konjugasi bilirubin, gangguan fungsi hepar, akibat asidosis, hipoksia dan infeksi atau tidak terdapatnya enzim glukorinil transferase (Sindrom Criggler-Najjar). 5



Penyebab lain adalah defisiensi protein Y dalam hepar yang berperanan penting dalam uptake bilirubin ke sel hepar. c. Gangguan transportasi Bilirubin dalam darah terikat pada albumin kemudian diangkut ke hepar. Ikatan bilirubin dengan albumin ini dapat dipengaruhi oleh obat misalnya salisilat, sulfarazole. Defisiensi albumin menyebabkan lebih banyak terdapatnya bilirubin indirek yang bebas dalam darah yang mudah melekat ke sel otak. d. Gangguan dalam ekskresi Gangguan ini dapat terjadi akibat obstruksi dalam hepar atau di luar hepar. Kelainan di luar hepar biasanya diakibatkan oleh kelainan bawaan. Obstruksi dalam hepar biasanya akibat infeksi atau kerusakan hepar oleh penyebab lain. (Sudoyo, Aru W., dkk. 2010)



2.1.3 PATOFISIOLOGI a. Saat eritrosit hancur di akhir siklus neonatus, hemoglobin pecah menjadi fragmen globin (protein) dan heme (besi). b. Fragmen heme membentuk bilirubin tidak terkonjugasi (indirek), yang berikatan dengan albumin untuk dibawa ke sel hati agar dapat berkonjugasi dengan glukuronid, membentuk bilirubin direk. c. Karena bilirubin terkonjugasi dapat larut dalam lemak dan tidak dapat diekskresikan di dalam urine atau empedu, bilirubin ini dapat keluar menuju jaringan ekstravaskular, terutama jaringan lemak dan otak, mengakibatkan hiperbilirubinemia. d. Hiperbilirubinemia dapat berkembang ketika : 



Faktor tertentu-tertentu mengganggu konjugasi dan merebut sisi yang mengikat albumin, termasuk obat (seperti aspirin, penenang, dan sulfonamide) dan gangguan (seperti hipotermia, anoksia, hipoglikemia, dan hipoalbuminemia)







Penurunan fungsi hati yang menyebabkan penurunan konjugasi bilirubin.







Peningkatan produksi atau inkompatibilitas Rh atau ABO.







Obstruksi bilier atau hepatitis mengakibatkan sumbatan pada aliran empedu yang normal.



6



2.1.4 PATWAY (Markum, H. 1991.)



2.1.5 MANIFESTASI KLINIS 1. Ikterus terjadi 24 jam. 2. Peningkatan kosentrasi bilirubin 5 mg% atau lebih setiap 24 jam. 3. Kosentrasi bilirubin serum sewaktu 10 mg% pada neonarus kurang bulan dan 12,5 mg% pada neonatus cukup bulan. 4. Ikterus yang disertai proses hemolisis (inkompabilitas darah, defisiensi enzim G6-PD (Glukosa 6 Phosphat Dehydrogenase)) 5. Ikterus yang disertai keadaan berikut : -



Berat lahir kurang dari 2000 gram



-



Masa gestasi kurang dari 36 minggu



-



Infeksi



-



Gangguan pernafasan



7



2.1.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Pemeriksaan Fisik Secara klinis, ikterus pada neonatus dapat dilihat segera setelah lahir atau setelah beberapa hari. Amati ikterus pada siang hari dengan lampu sinar yang cukup. Ikterus akan terlihat lebih jelas dengan sinar lampu dan bisa tidak terlihat dengan penerangan yang kurang, terutama pada neonatus yang berkulit gelap. Penilaian ikterus akan lebih sulit lagi apabila penderita sedang mendapatkan terapi sinar. Salah satu cara memeriksa derajat kuning pada neonatus secara klinis, mudah dan sederhana adalah dengan penilaian. Caranya dengan jari telunjuk ditekankan pada tempat-tempat yang tulangnya menonjol seperti tulang hidung, dada, lutut, dan lain-lain. Tempat yang ditekan akan tampak pucat atau kuning. Waktu timbulnya ikterus mempunyai arti penting pula dalam diagnosis dan penatalaksanaan penderita karena saat timbulnya



ikterus mempunyai kaitan



erat dengan kemungkinan penyebab ikterus tersebut. 2. Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan serumbilirubin (bilirubin total dan direk) harus dilakukan pada neonatus yang mengalami ikterus. Terutama pada bayi yang tampak sakit atau bayi-bayi yang tergolong risiko tinggi terserang hiperbilirubinemi berat. Namun pada bayi yang mengalami ikterus berat, lakukan terapi sinar sesegera mungkin, jangan menunda terapi sinar dengan menunggu hasil pemeriksaan kadar serum bilirubin. ‘Transcutaneous bilirubin (TcB)’ dapat digunakan untuk menentukan kadar serum bilirubin total, tanpa harus mengambil sampel darah. Namun alat ini hanya valid untuk kadar bilirubin total < 15 mg/dL (