9 0 410 KB
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Retardasi mental merupakan masalah dunia dengan implikasi yang besar terutama bagi Negara berkembang. Diperkirakan angka kejadian retardasi mental berat sekitar 0.3% dari seluruh populasi dan hamper 3% mempunyai IQ dibawah 70.Sebagai sumber daya manusia tentunya mereka tidak bias dimanfaatkan karena 0.1% dari anak-anak ini memerlukan perawatan, bimbingan serta pengawasan sepanjang hidupnya.(Swaiman KF, 1989). American Assosiation on Mental Retardation (AAMR) mengungkapkan bahwa Retardasi mental yaitu : Kelemahan/ketidakmampuan kognitif muncul pada masa kanakkanak (sebelum 18 tahun) ditandai dengan fase kecerdasan dibawah normal ( IQ 70-75 atau kurang), dan disertai keterbatasan lain sehingga retardasi mental masih merupakan dilema, sumber kecemasan bagi keluarga dan masyarakat. Demikian pula dengan diagnosis, pengobatan dan pencegahannya masih merupakan masalah yang tidak kecil. Retardasi mental (RM) adalah suatu keadaan dimana seseorang memiliki kemampuan mental yang tidak mencukupi (WHO). Retardasi mental adalah kelainan fungsi intelektual yang subnormal terjadi pada masa perkembangan dan berhubungan dengan satu atau lebih gangguan dari maturasi, proses belajar dan penyesuaian diri secara sosial. RM adalah suatu keadaan yang di tandai dengan fungsi intelektual berada di bawah normal, timbul pada masa perkembangan/dibawah usia 18 tahun, berakibat lemahnya proses belajar dan adaptasi sosial. Retardasi mental diartikan sebagai kelemahan atau ketidakmampuan kognitif muncul pada masa kanak-kanak (sebelum usia 18 tahun) ditandai dengan fungsi kecerdasan di bawah normal (IQ 70 – 75 atau kurang), dan disertai keterbatasan lain pada sedikitnya dua area berikut :berbicara dan berbahasa;ketrampilan merawat diri, ADL; ketrampilan sosial; penggunaan sarana masyarakat; kesehtan dan keamanan; akademik fungsional; bekerja dan rileks, dll. Retardasi mental adalah kondisi sebelum usia 18 tahun yang ditandai dengan rendahnya kecerdasan (biasanya nilai IQ-nya di bawah 70) dan sulit beradaptasi dengan kehidupan sehari-hari. Retardasi mental tertuju pada sekelompok kelainan pada fungsi intelektual dan defisit pada kemampuan adaptif yang terjadi sebelum usia dewasa. Akan tetapi, klasifikasi retardasi mental lebih bergantung pada hasil penilaian IQ dari pada kemampuan adaptif.
Menurut Rusdi Maslim (2001) retardasi mental adalah suatu keadaan perkem-bangan jiwa yang terhenti atau tidak lengkap, yang terutama ditandai oleh terjadinya hendaya ketrampilan selama masa perkembangan, sehingga berpengaruh pada tingkat kecerdasan secara menyeluruh, misalnya kemampuan kognitif, bahasa, motorik dan sosial. Menurut The American Association on Mental Deficiency (AAMD), definisi retardasi mental mencakup dua dimensi utama yaitu perilaku adaptif dan kecerdasan. Retardasi mental didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana fungsi intelektual umum dibawah rerata normal disertai dengan kekurangan atau hendaya dalam perilaku adaptif yang muncul pada periode perkembangan (Grossman, 1983 cit Drew, 1986, Cytryn dan Lourie, 1980). Kaplan (1985) mengemukakan bahwa dalam konsep definisi retardasi mental terdapat dua model pendekatan yang dipakai yaitu model pendekatan biomedik dan pendekatan sosiokultural. Dari pendekatan biomedik lebih menitikberatkan pada perubahan-perubahan dasar pada sistem otak, sedangkan pendekatan sosiokultural menyotroti fungsi-fungsi sosial dan adaptasi secara umum untuk mengikuti norma-norma yang berlaku.
B. Rumusan Masalah 1. Apakah definisi dari Retardasi Mental ? 2. Apa saja Klasifikasi Retardasi Mental? 3. Apa saja Tipe Retardasi Mental? 4. Apa Etiologi Retardasi Mental? 5. Bagaimana Patofisiologi dari Retardasi Mental? 6. Apa saja manifestasi klinis Retardasi Mental? 7. Apa saja Komplikasi Retardasi Mental? 8. Bagaimana penatalaksanaan Retardasi Mental? 9. Apa saja latihan yang diberikan kepada penderita Retardasi Mental? 10. Bagaimana Pencegahan Retardasi mental? 11. Apa saja pemeriksaan penunjang Retardasi Mental? 12. Bagaimana Asuhan Keperawatan yang diberikan untuk penderita Retardasi Mental?
C. Tujuan 1. Untuk mengetahui definisi dari Retardasi Mental ? 2. Untuk mengetahui Klasifikasi Retardasi Mental? 3. Untuk mengetahui Tipe Retardasi Mental?
4. Untuk mengetahui Etiologi Retardasi Mental? 5. Untuk mengetahui Patofisiologi dari Retardasi Mental? 6. Untuk mengetahui manifestasi klinis Retardasi Mental? 7. Untuk mengetahui Komplikasi Retardasi Mental? 8. Untuk mengetahui penatalaksanaan Retardasi Mental? 9. Untuk mengetahui latihan yang diberikan kepada penderita Retardasi Mental? 10. Untuk mengetahui Pencegahan Retardasi mental? 11. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang Retardasi Mental? 12. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan yang diberikan untuk penderita Retardasi Mental?
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Retardasi mental adalah kemampuan mental yang tidak mencukupi (menurut WHO).
Retradasi mental adalah suatu keadaan yang ditandai dengan fungsi intelektual berada dibawah normal, timbul pada masa perkembangan/dibawah usia 18 tahun, berakibat lemahnya proses belajar dan adaptasi sosial (D.S.M/Budiman M, 1991). Retardasi mental yaitu suatu kondisi yang ditandai oleh intelegensi yang rendah yang menyebabkan ketidak mampuan individu untuk belajar dan beradaptasi terhadap tuntutan masyarakat atas kemampuan yang di anggap normal.(Carter CH). Retardasi mental yaitu apabila jelas terdapat fungsi intelegensi yang rendah,yang di sertai adanya kendala dalam penyesuaian perilaku,dan gejalanya timbul pada masa perkembangan.(Crocker AC). Retaldasi mental adalah suatu gangguan heterogen yang terdiri dari gangguan fungsi dibawah rata-rata dan gangguan dalam ketrampilan adaptif yang ditemukan sebelum orang berusia 18 tahun (Mansjoer,2001) Retardasi mental adalah fungsi intelektual di bawah rata-rata yang muncul beramaan dengan kurangnya perilaku adatif, awitannya sebelum usia 18 tahun (Wong,2003).
B. Klasifikasi Klasifikasi Menurut IQ : 1. Idiot (IQ dibawah 20; umur mental dibawah 3 tahun) 2. Imbisil (IQ antara 20-50, umur mental 3-7,5 tahun) 3. Moron ( IQ 50-70, umur mental 7,5-10,5 tahun)
Untuk menentukan berat-ringannya retardasi mental, kriteria yang dipakai adalah: 1. Intelligence Quotient (IQ) 2. Kemampuan anak untuk dididik dan dilatih 3. Kemampuan sosial dan bekerja (vokasional). Berdasarkan kriteria tersebut didapat tingkatan / klasifikasi dari Retardasi mental (APA dan Kaplan; Sadock dan Grebb, 1994) : 1. Ringan ( IQ 52-69; umur mental 8-12 tahun) Karakteristik :
Usia presekolah tidak tampak sebagai anak RM, tetapi terlambat dalam kemampuan berjalan, bicara , makan sendiri, dll
Usia sekolah, dpt melakukan ketrampilan, membaca dan aritmatik dengan pendidik khusus, diarahkan pada kemampuan aktivitas sosial.
Usia dewasa, melakukan ketrampilan sosial dan vokasional, diperbolehkan menikah tidak dianjurkan memiliki anak. Ketrampilan psikomotor tidak berpengaruh kecuali koordinasi.
2. Sedang ( IQ 35- 40 hingga 50 – 55; umur mental 3 – 7 tahun) Karakteristik :
Usia presekolah, kelambatan terlihat pada perkembangan motorik, terutama bicara, respon saat belajar dan perawatan diri.
Usia sekolah, dapat mempelajari komunikasi sederhana, dasar kesehatan, perilaku aman, serta ketrampilan mulai sederhana, Tidak ada kemampuan membaca dan berhitung.
Usia dewasa, melakukan aktivitas latihan tertentu, berpartisipasi dlm rekreasi, dapat melakukan perjalanan sendiri ke tempat yang dikenal, tidak bisa membiayai sendiri.
3. Berat ( IQ 20-25 s.d. 35-40; umur mental < 3 tahun) Karakteristik :
Usia prasekolah kelambatan nyata pada perkembangan motorik, kemampuan komunikasi sedikit bahkan tidak ada, bisa berespon dalam perawatan diri tingkat dasar seperti makan.
Usia sekolah, gangguan spesifik dalam kemampuan berjalan, memahami sejumlah komunikasi/berespon, membantu bila dilatih sistematis.
Usia dewasa, melakukan kegiatan rutin dan aktivitas berulang, perlu arahan berkelanjutan dan protektif lingkungan, kemampuan bicara minimal, meggunakan gerak tubuh.
4. Sangat Berat ( IQ dibawah 20-25; umur mental seperti bayi) Karakteristik :
Usia prasekolah retardasi mencolok, fungsi Sensorimotor minimal, butuh perawatan total.
Usia sekolah, kelambatan nyata di semua area perkembangan, memperlihatkan respon emosional dasar, ketrampilan latihan kaki, tangan dan rahang. Butuh pengawas pribadi. Usia mental bayi muda.
Usia dewasa, mungkin bisa berjalan, butuh perawatan total, biasanya diikuti dengan kelainan fisik.
C. Tipe Retardasi Mental Bila ditinjau dari gejalanya, maka Melly Budhiman membagi: 1. Tipe klinik Pada retardasi mental tipe klinik ini mudah dideteksi sejak dini, karena kelainan fisis maupun mentalnya cukup berat. Penyebabnya sering kelainan organik. Kebanyakan anak ini perlu perawatan yang terus menerus dan kelainan ini dapat terjadi pada kelas sosial tinggi
ataupun yang rendah. Orang tua dari anak yang menderita retardasi mental tipe klinik ini cepat mencari pertolongan oleh karena mereka melihat sendiri kelainan pada anaknya 2. Tipe sosio budaya Biasanya baru diketahui setelah anak masuk sekolah dan ternyata tidak dapat mengikuti pelajaran. Penampilannya seperti anak normal, sehingga disebut juga retardasi enam jam. Karena begitu rnereka keluar sekolah, mereka dapat bermain seperti anakanak yang normal lainnya. Tipe ini kebanyakan berasal dari golongan sosial ekonomi rendah. Para orang tua dari anak tipe ini tidak melihat adanya ketainan pada anaknya, mereka mengetahui kalau anaknya retardasi dari gurunya atau dari psikolog, karena anaknya gagal beberapa kali tidak naik kelas. Pada urnumnya anak tipe ini mempunyai taraf IQ golongan borderline dan retardasi mental ringan.
D. Etiologi Secara kasar, penyebab RM dibagi menjadi beberapa kelompok: 1. Trauma (sebelum dan sesudah lahir)
Perdarahan intrakranial sebelum atau sesudah lahir
Cedera hipoksia (kekurangan oksigen), sebelum, selama atau sesudah lahir
Cedera kepala yang berat
2. Infeksi (bawaan dan sesudah lahir)
Rubella kongenitalis
Meningitis
3. Infeksi sitomegalovirus bawaan
Ensefalitis
Toksoplasmosis kongenitalis
Infeksi HIV
4. Kelainan kromosom
Kesalahan pada jumlah kromosom (Sindroma Down)
Defek pada kromosom (sindroma X yang rapuh, sindroma Angelman, sindroma PraderWilli)
Translokasi kromosom dan sindroma cri du chat
5. Kelainan genetik dan kelainan metabolik yang diturunkan
Galaktosemia
Penyakit Tay-Sachs
Fenilketonuria
Sindroma Hunter
Sindroma Hurler
Sindroma Sanfilippo
Leukodistrofi metakromatik
Adrenoleukodistrofi
Sindroma Lesch-Nyhan
Sindroma Rett
Sklerosis tuberose
6. Kelainan Metabolik
Sindroma Reye
Dehidrasi hipernatremik
Hipotiroid congenital
Hipoglikemia (diabetes melitus yang tidak terkontrol dengan baik)
7. Keracunan
Pemakaian alkohol, kokain, amfetamin dan obat lainnya pada ibu hamil
Keracunan metilmerkuri
Keracunan timah hitam
8. Kekurangan Gizi
Kwashiorkor
Marasmus
Malnutrisi
9. Lingkungan
Kemiskinan
Status ekonomi rendah
Sindroma deprivasi.
E. Patofisiologi Retardasi mental merujuk pada keterbatasan nyata fungsi hidup sehari-hari. Retardasi mental ini termasuk kelemahan atau ketidakmampuan kognitif yang muncul pada masa
kanak-kanak ( sebelum usia 18 tahun ) yang ditandai dengan fungsi kecerdasan di bawah normal ( IQ 70 sampai 75 atau kurang ) dan disertai keterbatasan-keterbatasan lain pada sedikitnya dua area fungsi adaftif : berbicara dan berbahasa , kemampuan/ketrampilan merawat diri, kerumahtanggaan, ketrampilan sosial, penggunaan sarana-sarana komunitas, pengarahan diri , kesehatan dan keamanan , akademik fungsional, bersantai dan bekerja. Penyebab retardasi mental bisa digolongkan kedalam prenatal, perinatal dan pasca natal. Diagnosis retardasi mental ditetapkan secara dini pada masa kanak-kanak.
F. Manifestasi Klinis Gejala klinis retardasi mental terutama yang berat sering disertai beberapa kelainan fisik yang merupakan stigmata congenital yang kadang-kadang gambaran stigmata mengarah kesuatu sindrom penyakit tertentu. Dibawah ini beberapa kelaianan fisik dan gejala yang sering disertai retardasi mental, yaitu : 1. Kelainan pada mata :
Katarak
Bintik cherry-merah pada daerah macula
Korioretinitis
Kornea keruh
2. Kejang
Kejang umum tonik klonik
Kejang pada masa neonatal
3. Kelainan kulit
Bintik café-au-lait
4. Kelainan rambut
Rambut rontok
Rambut cepat memutih
Rambut halus
5. Kepala
Mikrosefali
Makrosefali
6. Perawakan pendek
Kretin
Sindrom Prader-Willi
7. Distonia
Sindrom Hallervorden-Spaz
8. Gangguan kognitif ( pola, proses pikir ) 9. Lambatnya ketrampilan ekspresi dan resepsi bahasa 10. Gagal melewati tahap perkembangan yang utama 11. Lingkar kepala diatas atau dibawah normal ( kadang-kadang lebih besar atau lebih kecil dari ukuran normal ) 12. Lambatnya pertumbuhan 13. Tonus otot abnormal ( lebih sering tonus otot lemah ) 14. Terlambatnya perkembangan motoris halus dan kasar
G. Komplikasi 1. Serebral palcy 2. Gangguan kejang 3. Gangguan kejiwaan 4. Gangguan konsentrasi /hiperaktif 5. Defisit komunikasi 6. Konstipasi (Karena penurunan motilitas usus akibat oabt-obatan antikonvulsi, kurang mengkonsumsi makanan berserat dan cairan)
H. Penatalaksanaan Berikut ini adalah obat-obat yang dapat digunakan : 1. Obat-obat psikotropika ( tioridazin,Mellaril untuk remaja dengan perilaku yang membahayakan diri sendiri 2. Psikostimulan untuk remaja yang menunjukkan tanda-tanda gangguan konsentrasi/gangguan hyperaktif. 3. Antidepresan ( imipramin (Tofranil) 4. Karbamazepin ( tegrevetol) dan propanolol ( Inderal ) Penanganan terhadap penderita retardasi mental bukan hanya tertuju pada penderita saja, melainkan juga pada orang tuanya. Mengapa demikian? Siapapun orangnya pasti memiliki beban psiko-sosial yang tidak ringan jika anaknya menderita retardasi mental, apalagi jika masuk kategori yang berat dan sangat berat. Oleh karena itu agar orang tua dapat
berperan secara baik dan benar maka mereka perlu memiliki kesiapan psikologis dan teknis. Untuk itulah maka mereka perlu mendapatkan layanan konseling. Konseling dilakukan secara fleksibel dan pragmatis dengan tujuan agar orang tua penderita mampu mengatasi bebab psiko-sosial pada dirinya terlebih dahulu. Untuk mendiagnosis retardasi mental dengan tepat, perlu diambil anamnesis dari orang tua dengan teliti mengenai: kehamilan, persalinan, dan pertumbuhan serta perkembangan anak. Dan bila perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium. I.
Latihan Untuk Penderita Retardasi Mental Ada beberapa jenis latihan yang dapat diberikan kepada penderita retardasi mental, yaitu:
1. Latihan di rumah: belajar makan sendiri, membersihkan badan dan berpakaian sendiri, dst. 2. Latihan di sekolah: belajar keterampilan untuk sikap social. 3. Latihan teknis: latihan diberikan sesuai dengan minat dan jenis kelamin penderita 4. Latihan moral: latihan berupa pengenalan dan tindakan mengenai hal-hal yang baik dan buruk secara moral.
J.
Pencegahan Terjadinya retardasi mental dapat dicegah. Pencegahan retardasi mental dapat dibedakan menjadi dua yaitu pencegahan primer dan pencegahan sekunder.
1. Pencegahan Primer Usaha pencegahan primer terhadap terjadinya retardasi mental dapat dilakukan dengan: a) Pendidikan kesehatan pada masyarakat b) Perbaikan keadaan sosial-ekonomi c) Konseling genetic d) Tindakan kedokteran, antara lain:
Perawatan prenatal dengan baik,
Pertolongan persalinan yang baik, dan
Pencegahan kehamilan usia sangat muda dan terlalu tua.
2. Pencegahan Sekunder Pencegahan sekunder terhadap terjadinya retardasi mental dapat dilakukan dengan diagnosis dan pengobatan dini peradangan otak dan gangguan lainnya. Adapun tindakan lain yang bisa dilakukan adalah : a) Meningkatkan perkembangan otak yang sehat dan penyediaan pengasuhan dan lingkungan yang merangsang pertumbuhan
b) Harus memfokuskan pada kesehatan biologis dan pengalaman kehidupan awal anak yang hidup dalam kemiskinan dalam hal ini :
Perawatan prenatal
Pengawasan kesehatan regular
Pelayanan dukungan keluarga
K. Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan Laboratorium : a) Uji intelegensi standar ( stanford binet, weschler, Bayley Scales of infant development ) b) Uji perkembangan seperti DDST II c) Pengukuran fungsi adatif ( Vineland adaftive behaviour scales, Woodcock-Johnson Scales of independent Behaviour, School edition of the adaptive behaviour scales ). d) Pemeriksaan kromosom e) Pemeriksaan urin, serum atau titer virus 2. Pemeriksaan Diagnostic : a) EEG (Elektro Ensefalogram) b) MRI (Magnetic Resonance Imaging) c) CT Scan untuk identifikasi abnormalitas perkembangan jaringan otak, injury jaringan otak atau trauma yang mengakibatkan perubahan
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian 1. Anamnesa Mengenai kehamilan, persalinan dan perkembangan anak. 2. Evaluasi komprehensif Mengenai kekurangan dan kekuatan yang berhubungan dengan ketrampilan adaptif ; komunikasi, perawatan diri, interaksi sosial, penggunaan sarana-sarana di masyarakat pengarahan diri, pemeliharaan kesehatan dan keamanan, akademik fungsional, pembentukan ketrampilan rekreasi dan ketenangan dan bekerja. 3. Pemeriksaan fisik :
Kepala : Mikro/makrosepali, plagiosepali (btk kepala tdk simetris)
Rambut : Pusar ganda, rambut jarang/tdk ada, halus, mudah putus dan cepat berubah
Mata : mikroftalmia, juling, nistagmus, dll
Hidung : jembatan/punggung hidung mendatar, ukuran kecil, cuping melengkung ke atas, dll
Mulut : bentuk “V” yang terbalik dari bibir atas, langit-langit lebar/melengkung tinggi
Geligi : odontogenesis yang tdk normal
Telinga : keduanya letak rendah; dll
Muka : panjang filtrum yang bertambah, hipoplasia
Leher : pendek; tdk mempunyai kemampuan gerak sempurna
Tangan : jari pendek dan tegap atau panjang kecil meruncing, ibujari gemuk dan lebar, klinodaktil, dll
Dada & Abdomen : terdapat beberapa putting, buncit, dll
Genitalia : mikropenis, testis tidak turun, dll
Kaki : jari kaki saling tumpang tindih, panjang & tegap/panjang kecil meruncing diujungnya, lebar, besar, gemuk
4. Pemeriksaan Diagnostik :
EEG (Elektro Ensefalogram)
MRI (Magnetic Resonance Imaging)
CT Scan untuk identifikasi abnormalitas perkembangan jaringan otak, injury jaringan otak atau trauma yang mengakibatkan perubahan
B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b.d. kelainan fungsi kognitif 2. Gangguan komunikasi verbal b.d. kelainan fungsi kognitif 3. Gangguan interaksi social b.d. kesulitan adaptasi social 4. Deficit perawatan diri b.d. perubahan mobilitas fisik /kurangnya kematangan perkembangan.
C. Intervensi 1. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b.d. kelainan fungsi kognitif
Kriteria Hasil : Setelah dilakukan perawatan di rumah sakit pasien dapat berkembang sesuai dengan tingkatnya
ntervensi :
Kaji factor penyebab gangguan perkembangan anak Rasional :Agar tindakan yang dilakukan lebih tepat dan akurat Indentifikasi dan gunakan sumber pendidikan untuk memfasilitasi perkembangan anak yang optimal Rasional :Meningkatkan upaya perkembangan mental anak
Berikan reinforcement positif atas hasil yang dicapai anak Rasional :Meningkatkan rasa percaya diri anak
Manajemen perilaku anak yang sulit Rasional :Melatih otak untuk lebih perpikir supaya otak mengalami perkembangan
Berikan perawatan yang konsisten Rasional :Agar perkembangan mental anak tidak mengalami pemberhentian atau kemunduran Evaluasi :
Pasien dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan usianya
Pasien kembali mempunyai rasa percaya diri
2. Gangguan komunikasi verbal b.d. kelainan fungsi kognitif
Kriteria Hasil : Setelah dilakukan perawatan di rumah sakit pasien dapat berkomunikasi secara baik dengan orang lain
ntervensi :
Kaji tingkat penerimaan pesan klien Rasional :Mengetahui seberapa parah gangguan komunikasi verbal pasien
Tingkatkan komunikasi verbal dan stimualsi taktil Rasional :Untuk tetap melancarkan proses pengobatan / melatih perkembangan anak
Berikan instruksi berulang dan sederhana Rasional :Agar anak bisa menerima hal apa yang akan kita sampaikan
Ajarkan teknik-teknik kepada orang terdekat dan pendekatan berulang untuk meningkatkan komunikasi. Rasional :Mempermudah berkomunikasi dengan orang lain Evaluasi :
Pasien dapat berkomunikasi dengan baik
Pasien dapat merasa nyaman dengan cara berkomunikasinya
3. Gangguan interaksi social b.d. kesulitan bicara/ kesulitan adaptasi social Kriteria Hasil : Setelah dirawat dirumah sakit klien dapat berinteraksi secara normal dengan orang lain Setelah dirawat dirumah sakit klien dapat bersosialisasi dengan masyarakat Intervensi :
Diskusikan tentang manfaat berhubungan dengan orang lain Rasional :Meningkatkan pengetahuan klien tentang perlunya berhubungan dengan orang lain
Ciptakan lingkungan yang aman saat berinteraksi dengan siapapun Rasional :Tidak merasa canggung, tegang, atau takut saat berinteraksi
Bina hubungan saling percaya : sikap terbuka dan empati, sapa klien dengan ramah, pertahankan kontak mata selama interaksi Rasional :Meningkatkan kepercayaan hubungan antara klien dengan perawat, dan mempermudah perawat untuk berinterksi dengan anak
Dorong anak melakukan sosialisasi dengan orang lain Rasional :Klien mungkin mengalami perasaan tidak nyaman, malu dalam berhubungan sehingga perlu dilatih secara bertahap dalam berhubungan dengan orang lain
Dorong klien untuk mengemukakan perasaan tentang keluarga Rasional :Mengidentifikasi hambatan yang dirasakan oleh klien dalam berhubungan dengan orang lain Evaluasi :
Klien dapat menjelaskan manfaat berhubungan dengan orang lain
Klien dapat merasakan kewajaran saat berinteraksi seperti orang lain
Klien dapat menyebutkan cara berhubungan dengan orang lain
4. Deficit perawatan diri b.d. perubahan mobilitas fisik /kurangnya kematangan perkembangan. Kriteria Hasil : Setelah dirawat di rumah sakit klien dapat melakukan perawatan diri Intervensi :
Diskusikan tentang keuntungan melakukan perawatan diri Rasional :Untuk meningkatkan pengetahuan klien tentang perlunya perawatan diri
Diskusikan tentang kerugian tidak melakuakn perawatan diri Rasional :Untuk meningkatkan minat klien dalam melakukan perawatan diri
Dorong dan bantu anak melakukan perawatan sendiri Rasional :Untuk meningkatkan minat klien dalam melakukan perawatan diri
Beri pujian atas keberhasilan klien melakukan perawatan diri Rasional :Reinforcement positif dapat menyenangkan hati klien dan meningkatkan minat klien untuk melakukan perawatan diri Evaluasi : Klien dapat menyebutkan keuntungan dari melakukan perawatan diri
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Retardasi mental adalah bentuk gangguan atau kekacauan fungsi mental atau kesehatan mental yang disebabkan oleh kegagalan mereaksinya mekanisme adaptasi dari fungsi-fungsi kejiwaan terhadap stimulus eksteren dan ketegangan-ketegangan sehingga muncul gangguan fungsi atau gangguan struktur dari suatu bagian, satu organ, atau sistem kejiwaan mental. Retardasi mental bisa saja terjadi pada setiap individu / manusia karena adanya faktorfaktor dari dalam maupun dari luar, gejala yang ditimbulkan pada penderita retardasi mental umumnya rasa cemas, takut, halusinasi serta delusi yang besar. B. Saran Disarankan kepada para ibu agar memperhatikan kesehatan dirinya seperti memperhatikan gizi, hati-hati mengkonsumsi obat-obatan dan mengurangi kebiasaan buruk seperti: minum-minuman keras dan merokok. Pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan perlu melakukan langkah prepentif guna menanggulangi gangguan mental yang dapat membahayakan kesehatan anak dan remaja caranya yaitu dengan menggalakkan penyuluhan tentang retardasi mental kepada masyarakat.
Daftar Pustaka Nelson, 1994, Ilmu kesehatan anak, Jilid I,EGC, Jakarta. Betz and Sowden, 2002, Buku saku keperawatan pediatri, EGC, Jakarta. Mooihead,soe dkk. 2004. Nursing Outcomes Classification (NOC) edisi 4. Mas By Eiseuiere: LISA. McCloskey, Joanne, dkk. 2000. Nursing Interventions Classification (NIC) edisi 4. Mosby Elsevien: LISA.