At Tibyan - Adab Penghafal Al Qur'An [PDF]

  • Author / Uploaded
  • imam
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Imam Zubaidi SEKILAS TENTANG At-Tibyan : “ADAB PENGHAFAL AL-QUR’AN” At-Tibyan : “ADAB PENGHAFAL AL-QUR’AN”, karya Imam Nawawi rahimahullah menjelaskan bagaimana cara kita memuliakan Al-Qur’an, dengan membahas beberapa tema, antara lain: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.



Keutamaan pembaca dan penghafalnya Keutamaan qiraah dan ahluqiraah Keharusan memuliakan ahluqur’an Adab untuk pengajar, pelajar, dan penghafal Al-Qur’an Adab membaca Al-Qur’an Anjuran membaca ayat dan surah pada waktu serta keadaan tertentu Adab menulis dan memuliakan mushaf, dsb.



Buku ini penting untuk dibaca para santri, mahasiswa, pencari ilmu, dan masyarakat umum yang ingin menunaikan adab-adab terhadap Al-Qur’an. Dan, tentu saja, ia merupakan permata ilmu yang sangat berharga bagi Kita, para hafidz Al-Qur’an, penjaga kitabullah. Hal yang hendak saya ulas dalam tulisan kali ini adalah “Adab seorang pengajar dan pelajar AlQur’an” karena hal ini sejalan dengan profesi yang hendak saya capai yakni menjadi guru yang berakhlaqul karimah serta sehubungan dengan telah tersertifikasinya saya sebagai guru Al-Qur’an metode ummi dan juga kegiatan sehari-hari saya dalam mempelajari Al-Qur’an terkhusus menghafalkan Al-Qur’an. Adab Bagi Pengajar Al-Qur’an 1. Berniat Mengharapkan Ridha Allah Semata Berkaitan dengan niat, Rasulullah SAW bersabda dalam shohihain: “Sesungguhnya amalan itu bergantung pada niat dan sesungguhnya seseorang akan mendapatkan balasan sesuai dengan niatnya.” Hadits ini merupakan prinsip dari agama Islam. Hal ini juga berkaitan dengan keikhasan seseorang dalam melakukan ibadah kepada Allah SWT. Diriwayatkan dari Ustadz Abul Qasim Al-Qusyairi rahimahullah ia berkata: “Ikhlas ialah meniatkan ketaatannya hanya untuk Allah SWT semata: maksudnya dengan ketaatannya tersebut ia hanya bertujuan mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala bukan karena mengharap hal lain dari respon makhluk, mengharap pujian orang, menyukai pujian dari manusia, atau yang semacamnya selain untuk mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala.” Allah SWT berfirman dalam surah Al-Bayyinah (98) ayat 5: “Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah dengan Ikhlas, menjalankan agama untuk-Nya semata, melaksanakan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus (benar).” 2. Tidak Mengharap Hasil Duniawi Kenikmatan duniawi hanya bersifat sementara, hendaknya kita tidak meniatkan segala amal perbuatan kita untuk memperoleh kenikmatan duniawi. Allah Ta’ala berfirman dalam surah Asy-Syura (42) ayat 20:



3.



4.



5.



6.



7.



8.



“Barang siapa menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian darinya (keuntungan dunia), namun ia tidak akan mendapat bagian di akhirat.” Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a, ia berkata: Rasulullah bersabda: “Barang siapa yang mempelajari ilmu yang seharusnya diniatkan mengharap melihat Wajah Allah Ta’ala, akan tetapi ia tidak mempelajarinya kecuali untuk mendapatkan salah satu kenikmatan dunia maka ia tidak akan mencium semerbak wangi surga pada Hari Kiamat” (HR. Abu Daud dengan sanad shahih) Waspadai Sifat Sombong Diriwayatkan dari Musnad Imam yang telah disepakati hafalan dan imamahnya, Abu Muhammad Ad-Darimi ra, dari Ali bin Abi Thalib ra. Bahwa ia berkata: “Wahai para ulama amalkan ilmu kalian karena seorang ulama adalah orang yang mengamalkan ilmunya dan amalannya sesuai dengan ilmunya. Kelak akan ada orang yang memiliki ilmu, namun ilmunya tidak melampaui tenggorokannya. Amalan mereka mulai menyelisihi ilmu yang telah didapat, perilaku yang sebenarnya tak lagi sama dengan keadaan batin mereka. Mereka berkumpul dalam halaqah hanya untuk saling berbangga dengan lainnya, sampai seseorang memarahi temannya karena belajar kepada orang lain dan meninggalkannya. Amalan orang seperti itu hanya ada di majelis mereka tidak akan sampai kepada Allah” Menghiasi Diri Dengan Akhlak Terpuji Seorang guru semestinya dihiasi oleh perilaku yang dituntunkan oleh syariat. Sikap dan sifat yang terpuji lagi diridhoi seperti zuhud, membiasakan sikap wara’, khusyuk, rendah hati, tidak banyak tertawa dan bercanda, dan membiasakan pengamalan syariat. Seorang guru juga hendaknya menggunakan hadits-hadits yang ada sebagai pedoman dalam bertasbih, bertahlil, ataupun dalam mengamalkan doa dan dzikir lainnya. Hendaknya ia mempertahankan perasaan selalu diawasi oleh Allah baik dalam melakukan hal-hal yang tampak maupun tidak, juga memercayakan segala urusannya pada Allah Ta’ala. Memperlakukan Murid Dengan Baik Abu Harun Al-Abdi berkata: “Kami pernah mendatangi Abu Sa’id Al-Khidri ra. Dan saat itu ia mengatakan: “Selamat datang wasiat Rasulullah SAW, Sesungguhnya Nabi pernah bersabda: “Sungguh, orang-orang akan mengikuti kalian. Sungguh akan datang kepada kalian orangorang dari berbagai penjuru bumi untuk mendalami pemahaman tentang agama ini; jika mereka mendatangi kalian, perlakukan mereka dengan baik.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah, serta yang lainnya) Menasihati Murid Hendaknya seorang guru menasihati muridnya karena Rasulullah SAW bersabda: “Agama itu nasihat.” Para sahabat bertanya: “Bagi siapa?” Rasulullah menjawab: “Bagi Allah, kitab-Nya, rasul-Nya, bagi para pemimpin kaum muslimin, dan bagi kaum muslimin pada umumnya.” (HR. Muslim) Memperlakukan Murid Dengan Rendah Hati Hendaknya tidak mengagungkan murid, akan tetapi bersikap lembut dan rendah hati pada mereka. Telah banyak contoh tawadlu’ yang terdapat pada kepribadian banyak orang. Lalu bagaimana terhadap orang yang diposisikan sebagai anak-anak mereka, di sisi lain mereka adalah orang-orang yang menyibukkan diri dengan Al-Qur’an, yang juga memiliki hak persahabatan dan sering berkunjung padanya. Nabi SAW, bersabda: “Bersikap lembutlah kepada muridmu dan kepada gurumu.” Mendidik Murid Memiliki Adab Mulia



9.



10.



11.



12.



13.



14.



Hendaknya guru mendidik murid dengan adab-adab mulia bertahap. Mengajarinya untuk berperilaku yang diridhai, memotivasinya agar ucapan dan perbuatan sehari-hari selalu disertai keikhlasan dan kejujuran, niat yang lurus, serta selalu merasa diawasi oleh Allah di setiap waktu. Hukum Mengajar Fardhu Kifayah Mengajar hukumnya fardlu kifayah dan berubah menjadi fardlu ‘ain jika bisa melakukannya hanya satu orang. Jika disitu terdapat sekelompok orang yang mampu mengajar dan semua tidak mau melakukannya maka semua berdosa. Akan tetapi jika sebagian dari mereka melakukannya maka gugurlah kewajiban bagi yang lain. Pendapat yang banyak dijumpai adalah menolak mengajar jika diminta hukumnya makruh bila tanpa alasan yang jelas. Bersemangat Mengajar Seorang guru diharapkan bersemangat dalam mengajar. Mengutamakan pekerjaan mengajar daripada kepentingan duniawi yang tidak begitu mendesak. Tak kenal lelah dalam memahamkan murid dan menjelaskan apa yang ingin mereka ketahui. Mendahulukan Giliran Yang Lebih Dahulu Datang Jika murid banyak, hendaknya guru mendahulukan giliran murid yang pertama kali datang dan seterusnya. Jika yang pertama rela didahului maka tidak mengapa ia mendahulukan yang lain. Hendaknya guru menunjukkan wajah yang ceria dan berseri-seri di hadapan mareka, memeriksa keadaan mereka, dan menanyakan perihal ketidakhadiran teman-teman mereka. Niat Lillahi Ta’ala Para ulama berkata: “Jangan sampai menolak mengajari seseorang dengan alasan orang tersebut tidak memiliki niat baik.” Hendaknya ia menjaga kedua tangannya agar tidak melakukan hal sia-sia saat mengajar, menjaga kedua matanya dari melihat sesuatu yang tidak perlu, duduk dalam keadaan suci dan tenang, menghadap kiblat, serta hendaknya mengenakan baju yang berwarna putih bersih. Tidak Merendahkan Ilmu Jangan sampai seorang guru menghinakan ilmu dengan pergi ke tempat sang murid. Seorang guru harus menjaga ilmu tersebut dari hal semacam ini, sebagaimana yang dilakukan para salaf dalam banyak kisah-kisah populer. Memiliki Majelis Yang Luas Hendaknya ia membuat majelis yang luas agar memungkinkan bagi pelajar untuk duduk dan bergabung, sebagaimana tercantum dalam sebuah hadits dari Nabi SAW: “Sebaik-baik majelis adalah yang paling luas.” (HR. Abu Daud dalam Sunan-nya, pada awalawal bab “Adab” dengan sanad shahih dari riwayat Abu Sa’id Al-Khudri ra.)



Adab Orang Yang Mempelajari Al-Qur’an 1. 2. 3. 4. 5. 6.



Berguru Kepada Guru Yang Berkompeten Berpenampilan Sopan Bersikap Sopan Dan Bergabung Dengan Hadirin Belajar Tatkala Suasana Hati Guru Tenang Bersemangat Tinggi Waktu Belajar: Belajar Di Waktu Pagi Lebih Baik