Atonia Uteri [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ASUHAN KEPERAWATAN IBU HAMIL DENGAN ATONIA UTERI



Disusun Oleh : Karimah (14.401.19.030)



PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA TAHUN AKADEMIK 2021



KATA PENGANTAR



Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk masyarakat. Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.



Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.



Banyuwangi, 09 september 2021



Penulis



ii



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR..................................................................................................



ii



DAFTAR ISI.................................................................................................................



iii



BAB I PENDAHULUAN A...Latar Belakang.................................................................................................



1



B...Rumusan Masalah............................................................................................



1



C...Tujuan ..............................................................................................................



2



BAB II TINJAUAN PUSTAKA A...Pengertian.........................................................................................................



3



B...Etiologi...............................................................................................................



4



C...Tanda dan Gejala.............................................................................................



4



D...Patofosiologi......................................................................................................



5



E...Penatalaksanaan...............................................................................................



7



F... Penilaian Klinis.................................................................................................



10



G.. Pengkajian.........................................................................................................



11



H.. Diagnose............................................................................................................



15



I.... Intervensi...........................................................................................................



15



BAB III PENUTUP A...Kesimpulan.......................................................................................................



22



B...Saran..................................................................................................................



22



DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................



23



iii



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Perdarahan pasca persalinan / pasca partum atau dikenal juga sebagai homoragi post partum (HPP), yang merupakan perdarahan per vaginam yang melebihi 500 ml setelah bersalin dan biasanya menyebabkan kehilangan banyak darah adalah masalah kegawat daruratan yang serius di bidang kebidanan. Bidan sebagai tenaga professional yang diandalkan oleh masyarakat dapat mengenali sedini mungkin tanda – tanda perdarahan pasca persalinan ini dan melakukan konsultasi dan rujukan segera dan cepat ke fasilitas yang lebih lengkap (Maryunani, 2016). Perdarahan intrapartum atau pascapartum dini yang parah kadang-kadang diikuti oleh kegagalan hipofisis (sindrom sheehan) yang ditandai oleh kegagalan laktasi, amenore, atrofi payudara, rontoknya rambut pubis dan aksila, hipotiroidisme, dan insufisiensi korteks adrenal. Insidensi sindrom sheehan semula diperkirakan adalah 1 per 10.000 persalinan. Di Amerika Serikat, sindrom ini tampaknya sudah semakin jarang dijumpai (Sari, 2013). Perdarahan obstetri sering disebabkan oleh kegagalan uterus untuk berkontraksi secara memadai setelah pelahiran. Pada banyak kasus, perdarahan postpartum dapat diperkirakan jauh sebelum pelahiran. Contoh-contoh ketika trauma dapat menyebabkan perdarahan postpartum anatara lain pelahiran janin besar, pelahiran dengan forseps tengah, rotasi forseps, setiap manipulasi intrauterus, dan mungkin persalinan pervaginam setelah seksio sesarea (VBAC) atau insisi uterus lainnya. Atonia uteri yang menyebabkan perdarahan dapat diperkirakan apabila digunakan zat-zat anestetik berhalogen dalamm konsentrasi tinggi yang menyebabkan relaksasi uterus.(Yulianingsih,2011) B. Rumusan Masalah 1....Apa yang dimaksud dengan atonia uteri? 2....Apa saja yang dapat menyebabkan atonia uteri pada ibu hamil? 3....Bagaimana tanda dan gejala yang muncul pada atonia uteri? 4....Apa saja hal yang perlu dilakukan pada ibu dengan atonia uteri? 1



5....Hal apa saja yang perlu dikaji pada ibu dengan atonia uteri? 6....Diagnosa keperawatan apa saja yang muncul? 7....Bagaimana rencana tindakan yang perlu dilakukan? C. Tujuan Setelah membaca makalah ini diharapkan mahasiswa mampu memahami : 1....Apa yang dimaksud dengan atonia uteri 2....Apa saja yang dapat menyebabkan atonia uteri pada ibu hamil 3....Bagaimana tanda dan gejala yang muncul pada atonia uteri 4....Apa saja hal yang perlu dilakukan pada ibu dengan atonia uteri 5....Hal apa saja yang perlu dikaji pada ibu dengan atonia uteri 6....Diagnosa keperawatan apa saja yang muncul 7....Bagaimana rencana tindakan yang perlu dilakukan



2



BAB II TINJAUAN PUSTAKA KONSEP PENYAKIT A. Pengertian Atonia uteri didefinisikan sebagai suatu kondisi kegagalan uterus dalam berkontraksi dengan baik setelah persalinan, sedangkan atonia uteri juga di definisikan sebagai tidak adanya kontraksi uterus segera setelah plasenta lahir. Sebagian besar perdarahan pada masa nifas (75% - 80%) adalah akibat adanya atonia uteri. Sebagaimana kita ketahui bahwa aliran darah uteroplasenta selama masa kehamilan adalah 500 – 800 ml/menit, sehingga kita bayangkan ketika uterus tidak berkontraksi selama beberapa menit saja maka akan menyebabkan kehilangan darah yang sangat banyak. Sedangkan volume darah hanya sekitar 5 -6 liter saja. Antonia uteri (relaksasi otot uterus) adalah uteri tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah dilakukan pemijatah fundus uteri (plasenta telah lahir) (Sukarni, 2014). Atonia Uteri adalah kegagalan serabut – serabut otot miometrium uterus untuk berkontraksi dan memendek. Hal ini merupakan penyebab perdarahan post partum yang paling penting dan biasa terjadi segera setelah bayi lahir hingga 4 jam setelah persalinan. Atonia uteri dapat menyebabkan perdarahan hebat dan dapat mengarah ke syok hipovolemik. Atonia uteri merupakan penyabab utama terjadinya perdarahan pasca persalinan. Pada atonia uteri, uterus gagal berkontraksi dengan baik setelah persalinan (Yulianti, 2010). Atonia uteri adalah keadaan lemahnya tonus / kontraksi yang menyebabkan uterus tidak mampu menutup perdarahan terbuka dari tempat implantasi plasenta setelah bayi dan plasenta lahir (Sari, 2013). Atonia uteri merupakan perdarahan pasca persalinan yang dapat terjadi karena terlepasnya sebagian plasenta dari uterus dan sebagian lagi belum terlepas. Atonia uteri terjadi bila miometrium tidak berkontraksi. Uterus menjadi lunak dan pembuluh darah pada bekas perlekatan plasenta terbuka lebar.(Yulianingsih,2011)



3



B. Etiologi Antonia uteri dapat terjadi pada ibu hamil dan melahirkan dengan factor predisposisi (penunjang) seperti : 1. Overdestention uterus seperti : gemeli nakrosomia, polihidroamnion, atau paritas tinggi 2. Umur yang terlalu muda atau terlalu tua 3. Multipara dengan jarak kelahiran pendek 4. Partus lama/ terlantar 5. Malnutrisi 6. Penanganan salah dalam usaha melahirkan plasenta, misalnya plasenta belum terlepas dari dinding uterus (Sukarni, 2014) Menurut Sari (2013) factor predisposisi atonia uteri meliputi beberapa hal berikut : 1. Peregangan rahim berlebihan karena kehamilan gemeli, polihidramnion dan anak terlalu besar 2. Kelelahan karena persalinan lama atau terlambat 3. Kehamilan grande multipara 4. Ibu dengan keadaan umum yang jelek, anemis, atau menderita penyakit menaun 5. Mioma uteri yang mengganggu kontraksi rahim 6. Infeksi uterine (korioamnionitis) 7. Ada riwayat pernah atonia uteri sebelumnya 8. Kelainan uterus (leiomioma,kelainan kogential 9. Persalinan yang terlalu cepat sehingga rahim kelelahan dan tidak dapat berkontraksi 10. Plasenta previa dan solusion plasenta 11. Preeklamsi dan eklamsia C. Manifestasi Klinis 1. Perdarahan pervaginam Perdarahan yang terjadi pada kasus atonia uteri sangat banyak dan darah tidak merembes. Yang sering terjadi adalah darah keluar disertai gumpalan, hal ini terjadi karena tromboplastin sudah tidak ada lagi sebagai anti pembeku darah.



4



2. Konsistensi rahim lunak Gejala ini merupakan gejala terpenting / khas atonia dan yang membedakan atonia dengan penyebab perdarahan yang lainnya 3. Fundus uteri naik Disebabkan adanya yang terperangkap dalam cavum uteri dan menggumpal 4. Terdapat tanda – tanda syok Tekanan darah rendah, denyut nadi cepat dan kecil, ekstremitas dingin, gelisah, mual dan lain – lain. (Sukarni, 2014) D. Patofisiologi Perdarahan obstetri sering disebabkan oleh kegagalan uterus untuk berkontraksi secara memadai setelah pelahiran. Pada banyak kasus, perdarahan postpartum dapat diperkirakan jauh sebelum pelahiran. Contoh-contoh ketika trauma dapat menyebabkan perdarahan postpartum anatara lain pelahiran janin besar, pelahiran dengan forseps tengah, rotasi forseps, setiap manipulasi intrauterus, dan mungkin persalinan pervaginam setelah seksio sesarea (VBAC) atau insisi uterus lainnya. Atonia uteri yang menyebabkan perdarahan dapat diperkirakan apabila digunakan zat-zat anestetik berhalogen dalam konsentrasi tinggi yang menyebabkan relaksasi uterus Uterus yang mengalami overdistensi besar kemungkinan besar mengalami hipotonia setelah persalinan. Dengan demikian, wanita dengan janin besar, janin multipel, atau hidramnion rentan terhadap perdarahan akibat atonia uteri. Kehilangan darah pada persalinan kembar, sebagai contoh, rata-rata hampir 1000 ml dan mungkin jauh lebih banyak (pritchard, 1965). Wanita yang persalinannya ditandai dengan his yang terlalu kuat atau tidak efektif juga dengan kemuungkinan mengalami perdarahan berlebihan akibat atonia uteri setelah melahirkan. Demikian juga, persalinan yang dipicu atau dipacu dengan oksitosin lebih rentan mengalami atonia uteri dan perdarahan postpartum. Wanita dengan paritas tinggi mungkin berisiko besar mengalami atonia uteri. Fucs dkk. (1985) melaporkan hasil akhir pada hampir 5800 wanita para 7 atau lebih. Mereka melaporkan bahwa insiden perdarahan postpartum sebesar 2,7 persen pada para wanita ini meningkat empat kali lipat dibandingkan dengan populasi obstetri umum. Babinszki dkk. (1999) melaporkan insiden 5



perdarahan postpartum sebesar 0,3 persen pada wanita dengan paritas rendah, tetapi 1,9 persen pada mereka dengan para 4 atau lebih. Risiko lain adalah wanita yang bersangkutan perbah mengalami perdarahan postpartum. Akhirnya, kesalahan penatalaksanaan persalinan kala tiga berupa upaya untuk mempercepat pelahiran plasenta selain dari pada mengeluarkannya secara manual. Pemijatan dan penekanan secara terus menerus terhadap uterus yang sudah berkontraksi dapat mengganggu mekanisme fisiologis pelepasan plasenta sehingga pemisahan plasenta tidak sempurna dan pengeluaran darah meningkat.



6



Pathway Atonia Uteri



Kegagalan uteri untuk berkontraksi Uterus dalam keadaan relaksasi, melebar, dan lember Pembuluh darah tak mampu berkontraksi Pembuluh darah tetap terbuka Penurunan jumlah cairan intravaskuler Jumlah HB menurun Suplai O2 ke jaringan menurun



Berlangsung secara terus menerus



Hipoksia jaringan



Penurunan jumlah cairan intravaskuler dalam jumlah yang banyak



5L, mukosa pucat, akral dingin,konjungtiva anemis, nadi cepat lemah



Rejatan hipovolemik



Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer



Persalinan dengan (episiotomy), robekan serviks, robekan perineum



Terbentuknya porte de entre



Prosedur invansif Terutusnya inkontinuitas jaringan Nyeri akut bd luka post op



Resiko syok hipovolemik 1



Virus / bakteri dapat mudah masuk kedalam tubuh Resiko infeksi bd port de entre luka post operasi



2



E. Penatalaksanaan 1. Masase dan kompresi bimanual Masase dan kompresi bimanual akan menstimulasi kontraksi uterus yang akan menghentikan perdarahan Pemijatan fundus uteri segera setelah lahirnya plasenta (maksimal 15 detik) a. Gunakan sarung tangan DDT panjang b. Bersihkan vulva dan perineum dengan cairan antiseptic c. Kosongkan kandung kemih d. Mengelurkan semua bekuan darah atau selaput yang mungkin masih tertinggal e. Segera memulai kompresi bimanual internal f. Masukkan tangan yang memakai sarung tangan ke dalam vagina secara obstetric g. Kepalkan tangan pada forniks anterior h. Tekankan tangan yang ada dalam vagina dengan mantap i. Tekankan tangan luar pada perut dan gunakan tekanan melawan kepalan tangan yang berada di dalam vagina secara bersamaan j. Tahan dengan mantap k. Kontraksi pertahankan tekanan selama 2 menit, lalu dengan perlahan tariklah tangan keluar. Jika uterus berkontraksi, teruskan pemantauan l. Jika uterus tidak berkontraksi setelah 5 menit, suruhlah anggota keluarga untuk melakukan kompresi bimanual ekternal (KBE) sementara kita member injeksi methergin 0,2 mg IM dan memulai infuse IV (RL dengan 20 IU Oksitosin/ 500 cc terbuka lebar/ guyur) m. Jika uterus tetap tidak berkontraksi setelah 5 – 7 menit, segeralah perujukan dengan IV tetap terpasang dengan laju 500 cc/jam tiba di tempat perujukan atau jumlah seluruhnya 1,5 liter di infuskan, lalu teruskan dengan laju infuse 125 cc/jam. (Sukarni, 2014) 2. Resusitasi Apabila terjadi perdarahan postpartum banyak, maka penanganan awal yaitu resusitasi dengan oksigen dan pemberian cairan cepat, monitoring tanda – tanda vital,



7



jumlah urin dan saturasi oksigen. Pemeriksaan golongan darah dan crossmatch perlu dilakukan untuk persiapan tranfusi darah (Sukarni, 2014). 3. Uterotonika Oksitosin merupakan hormone sintetik yang diproduksi oleh lobus posterior hipofisis. Obat ini menimbulkan kontraksi uterus yang efeknya meningkat seiring dengan meningkatnya umur kehamilan dan timbulnya reseptor oksitosin. Pada dosis rendah, oksitosin menguatkan kontraksi dan meningkatkan frekuensi, tetapi pada dosis tinggi menyebabkan tetanus. Oksitosin dapat diberikan lewat infuse RL 20 IU per Liter, jika sirkulasi kolaps bias diberikan oksitosin 10 IU IM (Sukarni, 2014). 4. Uterine lavage dan uterine packing Pemberian 1 – 2 liter salin langsung ke dalam cavum uteri menggunakan pipa infuse. Prinsipnya adalah membuat distensi maksimum sehingga memberikan tekanan maksimum pada dinding uterus. Segmen rahim harus terisi sekuat mungkin, anastesi dibutuhkan dalam penanganan ini dan antibiotika broad – spectrum harus diberikan. (Sukarni, 2014). 5. Operatif Beberapa penelitian tentang ligasi arteri uterine menghasilkan angka keberhasilan 80 – 90 % (Sukarni, 2014). 6. Ligasi arteri iliaka interna Indikasi bifurkarsol arteri iliaka, tempat ureter menyilang untuk melakukan harus di lakukan insisi 5 – 8 cm pada peritoneum lateral parallel dengan garis ureter. Setelah peritorium dibuka, ureter dibalik ke medial kemudian dilakukan ligasi arteri 2,5 cm distal bifukarsio iliaka interna dan eksterna. Klem dilewatkan dibelakang arteri dan dengan menggunakan benang non absorbable dilakukan dua ligasi bebas berjarak 1,5 – 2 cm. hindari trauma pada bena iliaka interna. Odentofikasi denyut arteri iliaka eksterna dan femoralis harus dilakukan sebelu dan sesudah ligasi. Resiko ligasi arteri iliaka adalah trauma vena iliaka yang dapat menyebabkan perdarahan. Dalam wmelakukan tindakan ini dokter harus mempertimbangkan waktu dan kondisi pasien. (Sukarni, 2014).



8



7. Tehnik B – Lynch Teknik B-Lynch dikenal juga dengan “brace suture”, ditemukan oleh Chisropher B Lynch 1997, sebagai tindakan operatif alternative untuk mengatasi perdarahan postpartum akibat atonia uteri (Sukarni, 2014). 8. Histerektomi Histerektomi peripartum meruakan tindakan yang sering dilakukan jika terjadi perdarahan postpartum masih membutuhkan tindakan operatif. Insidensi mencapai 7 – 13 per 100.000 kelahiran, dan lebih banyak terjadi pada persalinan abdominal dibandingkan vaginal(Sukarni, 2014).



9



F. Penilaian Klinik Atonia Uteri (Oktarina, 2016)



   



Atonia Uteri  Kadar Hb  Jenis dan uji silang darah  Nilai fungsi pembekuan



Multiparitas Partus lama Regangan uterus Solusio placenta



Masase uterus dan kompresi bimanual oksitosin 10 IU IM dan infus 20 IU dalam 500 ml NS/RL tetes – guyur infus untuk restorasi cairan dan jalur obat esensial



Perdarahan uterus berlangsung Uterus tidak berkontraksi Kompresi bimanual Kompresi aorta abdominalis tekanan segmen bawah atau aorta abdominalis Berhasil



Identifikasi sumber perdarahan lain : laserasi jalan lahir, hematoma, parametrial, rupture uteri, inversion uteri, dan sisa fragmen placenta



Tidak berhasil Tampon uterus - Rujuk



Terkontrol



Ligasi arteri uterine dan ovarika



Masih Perdarahan



Tranfusi Tranfusi Rawat lanjut Observasi



Histerektomi 10



KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengkajian Pengkajian merupakan langkah awal dari proses keperawatan. Pengkajian yang benar dan terarah akan mempermudah dalam merencanakan tindakan dan evaluasi dari tidakan yang dilakasanakan. Pengkajian dilakukan secara sistematis, berisikan informasi subjektif dan objektif dari klien yang diperoleh dari wawancara dan pemeriksaan fisik. Pengkajian terhadap klien post meliputi: a. Anamnesa 1. Identitas klien Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat, medical record dan lain – lain. 2. Riwayat kesehatan a) Riwayat kesehatan dahulu Riwayat penyakit jantung, hipertensi, penyakit ginjal kronik, hemofilia, riwayat pre eklampsia, trauma jalan lahir, kegagalan kompresi pembuluh darah, tempat implantasi plasenta, retensi sisa plasenta. b) Riwayat kesehatan sekarang Keluhan yang dirasakan saat ini yaitu: kehilangan darah dalam jumlah banyak (>500ml), Nadi lemah, pucat, lokea berwarna merah, haus, pusing, gelisah, letih, tekanan darah rendah, ekstremitas dingin, dan mual. c) Riwayat kesehatan keluarga Adanya riwayat keluarga yang pernah atau sedang menderita hipertensi, penyakit jantung, dan pre eklampsia, penyakit keturunan hemopilia dan penyakit menular. 3. Riwayat obstetric a) Riwayat menstruasi meliputi: Menarche, lamanya siklus, banyaknya, baunya , keluhan waktu haid, HPHT b) Riwayat perkawinan meliputi : Usia kawin, kawin yang keberapa, Usia mulai hamil



11



c) Riwayat hamil, persalinan dan nifas yang lalu 1) Riwayat hamil meliputi: Waktu hamil muda, hamil tua, apakah ada abortus, retensi plasenta. 2) Riwayat persalinan meliputi: Tua kehamilan, cara persalinan, penolong, tempat bersalin, apakah ada kesulitan dalam persalinan anak lahir atau mati, berat badan anak waktu lahir, panjang waktu lahir. 3) Riwayat nifas meliputi: Keadaan lochea, apakah ada pendarahan, ASI cukup atau tidak dan kondisi ibu saat nifas, tinggi fundus uteri dan kontraksi d) Riwayat Kehamilan sekarang 1) Hamil muda, keluhan selama hamil muda 2) Hamil tua, keluhan selama hamil tua, peningkatan berat badan, tinggi badan, suhu, nadi, pernafasan, peningkatan tekanan darah, keadaan gizi akibat mual, keluhan lain 3) Riwayat antenatal care meliputi : Dimana tempat pelayanan, beberapa kali, perawatan serta pengobatannya yang didapat b. Pola aktifitas sehari-hari. 1. Makan dan minum, meliputi komposisi makanan, frekuensi, baik sebelum dirawat maupun selama dirawat. Adapun makan dan minum pada masa nifas harus bermutu dan bergizi, cukup kalori, makanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran dan buah – buahan. 2.



Eliminasi, meliputi pola dan defekasi, jumlah warna, konsistensi. Adanya perubahan pola miksi dan defeksi. BAB harus ada 3-4 hari post partum sedangkan miksi hendaklah secepatnya dilakukan sendiri (Rustam Mukthar, 1995 )



3. Istirahat atau tidur meliputi gangguan pola tidur karena perubahan peran dan melaporkan kelelahan yang berlebihan. 4. Personal hygiene meliputi : Pola atau frekuensi mandi, menggosok gigi, keramas, baik sebelum dan selama dirawat serta perawatan mengganti balutan atau duk.



12



B. Pemeriksaan Fisik 1. Inspeksi a) Mulut



: bibir pucat



b) Payudara



: hyperpigmentasi, hipervaskularisasi, simetris



c) Abdomen



: terdapat pembesaran abdomen



d) Genetalia



: terdapat perdarahan pervaginam



e) Ekstremitas



: dingin



2. Palpasi a) Abdomen : uterus teraba lembek, TFU lebih kecil daripada UK, nyeri tekan, perut teraba tegang, messa pada adnexa. b) Genetalia : Nyeri goyang porsio, kavum douglas menonjol. 3. Auskultasi a) Abdomen



: bising usus (+), DJJ (-)



4. Perkusi a) Ekstremitas : reflek patella + / + C. Pemeriksaan Umum Pemeriksaan fisik umum meliputi pemeriksaan pada ibu hamil: 1. Rambut dan kulit a. Terjadi peningkatan pigmentasi pada areola, putting susu dan linea nigra. b. Striae atau tanda guratan bisa terjadi di daerah abdomen dan paha. c. Laju pertumbuhan rambut berkurang. 2. Mata : pucat, anemis 3. Hidung 4.



Gigi dan mulut



5.



Leher



6. Buah dada / payudara a) Peningkatan pigmentasi areola putting susu b) Bertambahnya ukuran dan noduler 7. Jantung dan paru a) Volume darah meningkat b) Peningkatan frekuensi nadi 13



c) Penurunan resistensi pembuluh darah sistemik dan pembulu darah pulmonal. d) Terjadi hiperventilasi selama kehamilan. e) Peningkatan volume tidal, penurunan resistensi jalan nafas. f) Diafragma meninggi. g) Perubahan pernapasan abdomen menjadi pernapasan dada. 8. Abdomen a) Menentukan letak janin b) Menentukan tinggi fundus uteri 9. Vagina a) Peningkatan vaskularisasi yang menimbulkan warna kebiruan ( tanda Chandwick) b) Hipertropi epithelium 10. System musculoskeletal a) Persendian tulang pinggul yang mengendur b) Gaya berjalan yang canggung c) Terjadi pemisahan otot rectum abdominalis dinamakan dengan diastasis rectal D. Pemeriksaan Khusus Observasi setiap 8 jam untuk mendeteksi adanya tanda-tanda komplikasi dengan mengevaluasi sistem dalam tubuh. Pengkajian ini meliputi : 1. Nyeri/ketidaknyamananNyeri tekan uterus (fragmen-fragmen plasenta tertahan) Ketidaknyamanan vagina/pelvis, sakit punggung (hematoma). 2. Sistem vaskuler a) Perdarahan di observasi tiap 2 jam selama 8 jam 1, kemudian tiap 8 jam berikutnya b) Tensi diawasi tiap 8 jam c) Apakah ada tanda-tanda trombosis, kaki sakit, bengkak dan merah d) Haemorroid diobservasi tiap 8 jam terhadap besar dan kekenyalan e) Riwayat anemia kronis, konjungtiva anemis/sub anemis, defek koagulasi kongenital, idiopatik trombositopeni purpura. 3. Sistem Reproduksi a) Uterus diobservasi tiap 30 menit selama empat hari post partum, kemudian tiap 8 jam selama 3 hari meliputi tinggi fundus uteri dan posisinya serta konsistensinya 14



b) Lochea diobservasi setiap 8 jam selama 3 hari terhadap warna, banyak dan bau c) Perineum diobservasi tiap 8 jam untuk melihat tanda-tanda infeksi, luka jahitan dan apakah ada jahitannya yang lepas d) Vulva dilihat apakah ada edema atau tidak e) Payudara dilihat kondisi areola, konsistensi dan kolostrum f) Tinggi fundus atau badan terus gagal kembali pada ukuran dan fungsi sebelum kehamilan (sub involusi) 4. Traktus urinarius Diobservasi tiap 2 jam selama 2 hari pertama. Meliputi miksi lancar atau tidak, spontan dan lain-lain 5. Traktur gastro intestinal Observasi terhadap nafsu makan dan obstipasi 6. Integritas Ego : Mungkin cemas, ketakutan dan khawatir E. Diagnosa Keperawatan Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul adalah : 1. Hipovolemia 2. Risiko infeksi 3. Nyeri akut F. Intervensi Keperawatan 1. Hipovolemia Definisi: Mengidentifikasi dan mengelola penurunn cairan intravaskuler. Tindakan Observasi a. Periksa tanda dan gejala hypovolemia(mis.frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit, turgor kulit menurun, membrane mukosa kering, urin menurun, hematocrit meningkat, haus, lemah). b. Monitor intske output cairan. Terapeutik a. Hitung kebutuhan cairan 15



b. Berikan posisi modified terndelenburg c. Berikan asupan oral Edukasi a. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral b. Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak Kolaborasi a. Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis(mis. NaCl,RL) b. Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (mis. Glukosa 2,5%, NaCl 0,4%) c. Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis. Albumin, plasmanate) d. Kolaborasi pemberian produk darah 2. Risiko infeksi Definisi: mengidentifikasi dan menurunkan risiko terserang organisme patogenik Tindakan Observasi a. Monitor tanda dan gejala infeksi local dan sistemik Terapeutik a. Batasi jumlah pengunjung b. Berikan perawatan kulit pada area edema c. Cuci tanga sebelum dan sesudah kontak degan pasien dan lingkungan pasien Edukasi a. Jelaskan tanda dan gejala infeksi b. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi c. Anjurkan meningkatkan asupan cairan 3. Nyeri akut Definisi: Mengidentifikasi dan mengelola pengalaman sensori atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan atau fungsional deengan onset mendadak atau lambat dan berntensitas ringan hingga berat dan konstan Tindakan Observasi 16



a. Identifikasi local, karakteristk, durasi frekuensi, kualitas, intensitas nyeri b. Identifikasi skala nyeri c. Identifikasi respons nyeri non verbal Terapeutik a. Berikan tekhnik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hypnosis, aromaterapi, dll) b. Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri(mis, suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan) c. Fasilitasi istirahat tidur Edukasi a. Jelaskan penyebab, priode dan pemicu nyeri b. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri c. Ajarkan tekhnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri Kolaborasi Kolaborasi pemberian analgesik,



17



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Atonia uteri adalah keadaan lemahnya tonus / kontraksi rahim yang menyebabkan uterus tidak mampu menutup perdarahan terbuka dari tempat implantasi plasenta setelah bayi dan plasenta lahir. Perdarahan oleh karena atonia uteri dapat dicegah dengan: Melakukan secara rutin manajemen aktif kala III pada semua wanita yang bersalin karena hal ini dapat menurunkan insiden pendarahanpasca persalinan akibat atonia uteri.Pemberian misoprostol peroral 2 – 3 tablet (400 – 600 µg) segera setelah bayi lahir. Regangan rahim berlebihan karena gemeli, polihibramnion, atau anak terlalu besar. Kelelahan karena persalinan lama atau persalina kasep. Kehamilan grande-multipara. Ibu dengan keadaan umum yang jelek, anemis, atau menderita penyakit menahun. Mioma uteri yang menggangu kontraksi rahim. Infeksi intrauterin (korioamnionitis). Ada riwayat pernah atonia uteri sebelumnya. B. Saran Diharapkan perawat serta tenaga kesehatan lainnya mampu meminimalkan faktor risiko dari atonia uteri demi mempertahankan dan meningkatkan status derajat kesehatan ibu dan anak. Selain itu , mahasiswa dengan latar belakang medis sebagai calon tenaga kesehatan mampu menguasai baik secara teori maupun skil untuk dapat diterapkan pada masyarakat secara menyeluruh.



18



DAFTAR PUSTAKA Maryunani, A. (2016). Asuhan Kegawatdaruratan Dalam Kebidanan Edisi 2. Jakarta: CV Trans Info Media. Oktarina, M. (2016). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Yogyakarta: CV Budi Utama. Sari, A. M. (2013). Asuhan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal. Jakarta: CV Trans Info Media. Sukarni, I. (2014). PATOLOGI Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Neonatus Resiko Tinggi. Yogyakarta: Nuha Medika. Yulianingsih, A. M. (2011). Asuhan Kegawatdaruratan dalam Kebidanan. Jakarta: CV Trans Info Media. Yulianti, L. (2011). Asuhan Kebidanan (patologi Kebidanan). Jakarta: CV.Trans Info Media.



19