Awaiq Ath Thalab [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Karya : as-Syaikh Abdussalam bin Barjas Alu Abdul Karim



Awaiq Ath Thalab A. Pendahuluan {Pentingnya mengetahui penghalang-penghalang dalam menuntut ilmu} Awaiq adalah rintangan, kendala atau halangan dan ath thalab adalah pencari ilmu. Sehingga Awaiq ath-thalab berarti kendala langsung yang dialami pencari ilmu. Para ulama zaman dahulu sangat minim sarana tetapi karangannya sangat hebat. Hanya dalam puluhan tahun ulama dalam menghasilkan karya tulis lebih dari 500 judul. Syeikh islam Ibnu taimiyah, majmul fatawa 37 jilid dan belum seluruhnya. Imam ibnu hajar, mempunyai 80 judul kitab dan salah satunya adalah fathul bari syarah shahih bukhari sebanyak 13 jilid yang satu jilidnya 500 halaman rata-rata. Sedangkan para ulama juga sibuk kehidupannya. Mereka dapat menghasilkan karya yang luar biasa dan ulama sekarang tidak bisa menyamainya karena KEBERKAHAN ILMU. Dan penghalang keberkahan ilmu adalah kendala menuntut ilmu. Diantaranya yang diperoleh hanya sedikit dan terkadang keliru dalam memahaminya. Penuntut ilmu wajib mengetahui kendala-kendala menuntut ilmu. B. Penghalang pertama: menuntut ilmu bukan karena Allah Mencari ilmu karena dunia, ingin dipuji dan ingin popularitas dan hal tersebut merupakan hal yang vital dan berbahaya dan hilangnya keberkahan ilmu. Dari Umar radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Amal itu tergantung niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan RasulNya, dan barang siapa yang hijrahnya karena dunia atau karena wanita yang hendak dinikahinya, maka hijrahnya itu sesuai ke mana ia hijrah.” (HR. Bukhari, Muslim, dan empat imam Ahli Hadits) Para ulama menjelaskan ketika hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya secara terang terangan. Tetapi ketika hijrahnya hanya kepada dunia dan wanita maka sangat hina. Abdullah ibnu Mas’ud, aku mendengar nabi kalian berkata “Siapa orang yang menjadikan cita-citanya seluruh cita-citanya hanya akhirat, maka Allah akan memberikan kecukupan dunia kepada dia. Tetapi jika cita-cita duniawinya beragam, Allah tidak akan peduli di tanah mana dia akan binasa (Ibnu Majah dalam sunannya dan Imam Al-Hakim dalam kitab almusthodhroq dan ibnu Umar radhiyallahu’anhuma. Shahih sanadnya dari Imam Al-Hakim dan disepakati imam adz-dzahabi.) Maka hendaknya selalu memperbaiki niat dan menjaganya dari kerusakan, penulis berkata “Karena ilmu itu keutamaannya dapat diperoleh jika di niatkan secara ikhlas meraih wajah Allah, tetapi jika tidak begitu maka akan menjadi fitnah atau adzab dan akan memberi akibat yang sangat buruk. C. Hinanya niat menuntut ilmu karena dunia dan balasannya Salah satu syarat di terimanya amal adalah ikhlas. Ibadah teragung adalah ilmu dan wajib dilandasi secara ikhlas untuk diterapkan ke segala apapun. Jika tidak ikhlas maka telah



bermaksiat kepada Allah. Berkata Al Hasan Rahimahullah, “Siapa orang yang mencari ilmu karena akhirat maka dia akan memperoleh akhirat. Tetapi siapa yang mencari ilmu karena dunia maka itu yang akan dia dapatkan.” Rasulullah bersabda, Siapa orang yang mempelajari suatu ilmu dari ilmu ilmu yang dipelajari karena Allah, tetapi tidak mempelajari ilmu tersebut kecuali hanya untuk mendapat dunia maka tidak akan mencium baunya Surga. HR. Imam Ahmad, Imam Ibnu Majah. Berkata imam Ibnu Atha rahimahullah, Allah menjadikan ilmu yang diberikan kepada Orang yang niatnya tidak ikhlas maka Allah akan menjadikan tersebut sebagai alasan membinasakannya. Jangan engkau tertipu dengan banyaknya orang yang hadir dan mengambil ilmunya. Sabda Nabi, Allah menguatkan agama ini melalui seorang yang fajir/durhaka (karena niatnya). Contohnya seperti sholat ibadah yang agung menjadi maksiat karena niatnya (riya). Dakwah sekarang banyak yang terlibat dan wajib ikhlas karena Allah. Jika tidak ikhlas dan bermanfaat bagi umat seperti orang yang menggotong tanduk berisi putri berhias dan begitu berharga dan yang membawanya dianggap seperti orang yang hina. Maka penuntut ilmu yang tidak ikhlas maka seperti orang hina yang membawa sesuatu yang berharga. Penjelasan dari Hasiyah musnad Abi Ya’la juz ke-11. D. Pentingnya ketakwaan dalam menuntut ilmu Berkata Sahnun rahimahullah, Ibnu Qossim ketika mengajar menyebutkan “bertaqwalah kalian kepada Allah, karena sedikitnya ilmu ini disertai taqwa maka akan menjadi banyak dan sebaliknya”. Dari Imam Adz-Dzahabi dalam kitab siyaruA’lam. Berkata Yusuf bin Al husain, aku mendengar Zunnun al misry berkata, dahulu para ulama sering saling memberi nasehat yaitu : 1. Siapa orang yang memperbagus Sarirohnya maka Allah akan memperbagus Alaniyahnya. Sariroh yaitu yang bersifat sir atau batin hati dan jiwa hanya pemilik dan Allah dan malaikat pencatat isi hati manusia. Memperbagus aspek batin yaitu keikhlasannya, khaufnya, raja’nya, mahabahnya, tawakalnya maka akan diperbagus yang lahir atau lahiriyahnya (Alaniyah) seperti memperbagus amalan anggota badannya yang terlihat dan kondisi fisiknya peniliaan dan pandangan orang karena keindahan akhlak. 2. Siapa orang yang memperbaiki hubungan dengan Allah seperti sholat dan niat. Atau amalan yang langsung kepada Allah seperti makin intensif dalam berdoa dan Allah semakin diminta semakin senang. Dan hal tersebut salah satu makna Ar-rahman dan Ar-rahim. Seperti imam ibnu katsir mengatakan “makna ar-rahman adalah apabila dia diminta dia akan mencintai dan ar-rahim adalah bila dia tidak diminta dia akan marah. Allah akan marah kepada orang yang tidak meminta kepada Allah. Hanya dengan berdoa sudah beribadah menambah pahala menggugurkan dosa dan meninggikan derajatnya. Dan yang memperbaiki diri dengan Allah, maka Allah akan memperbaiki hubungannya dengan sesama manusia. Caranya : Berdoa dan memperbaiki hubungan kepada Allah. 3. Siapa yang memperbaiki urusan akhirat, maka Allah akan memperbaiki urusan dunianya. Maka hendaknya memperbaiki amalan kita. 3 Nasehat ini di nukil dari Imam Adz-Dzahabi dalam kitab siyaruA’alam



E. Perkataan Salaf {Dahulu kami menutut ilmu karena dunia, tapi ilmu itu yang memalingkan kami kepada akhirat} Berkata Abdullah ibn Mubarok, “ilmu awalnya adalah niat, niatnya harus lurus karena pondasinya. Kemudian istima bukan samia, istima mendengar secara sengaja sedangkan sami hanya mendengar saja. Kemudian memahami, lalu menghafalkan, lalu mengamalkannya untuk diri sendiri dan terakhir annasr yaitu menyebarkan atau mendakwahkan.” Hal yang diperhatikan, ada sekelompok ulama salaf zaman dahulu berkata yaitu pengalaman berharga dari hidupnya yang diwakafkan untuk menuntut ilmu. Mereka berkata “Pertama, Kami dahulu mencari ilmu karena dunia dan ini dialami ahli hadist dan imam al-Baihaqi mengakui hal tersebut. Maknanya, pertama ingin dipuji karena agung dan terhormatnya dipujinya ulama pada zaman tersebut, namun setelah belajar dengan niat yang salah akhirnya ilmu tersebut menarik kepada akhirat dan ditengah jalan terluruskan niatnya maka berkah ilmu tersebut menarik kepada niat yang benar. Kedua, Kami mempelajari ilmu ini dan tidak memiliki niat apapun, ilmu hanya sekedar pengetahun kemudian niat tersebut datang setelah mempelajarinya. Ketiga, Siapa orang yang mencari ilmu bukan karena Allah ilmu tersebut enggan untuk mendatanginya dan ilmu tersebut akan mengarahkan mereka kepada niat ikhlas kepada Allah.” Dinukil dari kitab jami’ul bayan ilmi wal fadli sususan ibnu abdil bar.