B - Arinda Eka Lidiastuti - Penguapan AIr Melalui Proses Transpirasi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Laporan Praktiukum Fisiologi Tumbuhan Penguapan Air melalui Proses Transpirasi



Oleh: Nama : Arinda Eka Lidiastuti Nim



: 140210103074



Kelas : B PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JEMBER 2016



I. II.



Judul Tujuan



: Penguapan Air Melalui Proses Transpirasi : Untuk mengetahui proses dan kecepatan penguapan air tumbuhan



III.



melalui proses transpirasi serta faktor – faktor lain yang mempengaruhinya Dasar Teori Transpirasi merupakan proses pengeluaran air dari tanaman dengan bantuan stomata. Menurut Tim Pengampu Mata Kuliah (2016), transpirasi adalah hilangnya air dalam bentuk uap air melalui tumbuhan, batang dan daun. Jumlah yang mengalami penguapan dari batang sangatlah sedikit, dan yang paling besar adalah penguapan melalui daun. Sehelai daun mampu melakukan transpirasi melebihi 36,1 bobotnya sendiri. Adanya aliran transpirasi menyebabkan daun pada tanaman tidak layu, transpirasi melalui pembuluh xylem yang mengalir dengan kecepatan 75 cm per menit (Reece,2003:329). Transpirasi dapat dilakukan oleh stomata dan kutikula. Oleh karena itu, terdapat transpirasi dengan istilah transpirasi stomata, transpirasi lentisel dan transpirasi kutikula. Transpirasi kutikula merupakan transpirasi yang terjadi secara langsung melalui kutikula epidermis. Transpirasi stomata merupakan transpirasi yang terjadi pada stomata dan banyak kehilangan air melalui stomata. Air yang diserap melalui akar yaitu bulu akar, kemudian diedarkan ke seluruh tubuh tumbuhan melalui jaringan pengangkut, yaitu xylem. Semua air yang masuk tidak digunakan sebagai fotosintesis, kelebihan air akan dibuang melalui proses transpirasi. Transpirasi dimulai dari penguapan air melalui sel – sel mesofil, ke rongga antar sel dalam daun. Dalam proses transpirasi, stomata memainkan peran penting didalamnya. Pada stomata terdapat sel penjaga (guard cell) dimana, ketika sel penjaga mengalami turgid dengan konsentrasi yang tinggi akan menyebabkan terbukanya stomata. Jumlah stomata pada bagian bawah daun lebih banyak dibandingkan pada permukaan atas daun, hal ini merupakan mekanisme adaptasi pada tumbuhan darat (Tambaru, dkk,2014:7). Terbukanya stomata akan menyebabkan terjadinya tranpirasi. Pada daerah kering jumlah stomata lebih sedikit, hal ini bertujua untuk mengurangi terjadinya penguapan air dalam jumlah banyak. Cekaman merupakan kondisi kadar air dalam tanah berada pada kondisi yang minimum dan untuk pertumbuhan dan perkembangan suatu tanaman,



sehingga menyebabkan menurunya hasil dari produksi tanaman tersebut (Setiawan, dkk, . Mekanisme adaptasi tanaman untuk mengatasi cekaman kekeringan adalah dengan respon konrol transpirasi. Jika kadar kehilangan air melalui transpirasi melebihi kadar pengambilan air tumbuhan tersebut, pertumbuhan pokok akan terhalang. Jadi transpirasi dapat diartikan sebagai proses kehilangan air dalam bentuk uap dari jaringan tumbuhan melalui stomata. Kemungkinan kehilangan air dari jaringan lain dapat saja terjadi, tetapi porsi kehilangan tersebut sangat kecil dibandingkan dengan yang hilang melalui stomata. Oleh sebab itu, dalam perhitungan besarnya jumlah air yang hilang dari jaringan tanaman umumnya difokuskan pada air yang hilang melalui stomata. Transpirasi memiliki beberapa manfaat bagi tumbuhan, antara lain adalah mengurangi jumlah air yang berlebihan jika dalam tumbuhan saat terjadi penyerapan yang berlebihan, mempercepat laju pengangkutan dan penyerapan unsur hara melalui jaringan pembuluh xylem, menjaga turgiditas sel tumbuhan agar tetap dalam pada kondisi optimal, dan meningkatkan daya isap daun pada penyerapan air. Transpirasi dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor dari dalam maupun faktor dari dalam. Laju transpirasi tanaman sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, oleh karena itu pengukuran laju transpirasi pada kondisis lingkungan ang tiak terkontrol dengan baik akan menjadi rumit (Setiawan, dkk,2015:107). Beberapa factor yang mempengaruhi transpirasi atau penguapan air pada tumbuhan melalui daun dan batang antara lain adalah besar kecilnya daun, tebal tipisnya daun, adanya lilin atau permukaan bulu pada daun. Dengan demikian, lebar dan luas permukaan dau berdampak pada stomata dan kutikula, terutama jumlahnya. Cahaya matahari menjadi pemicu membuka dan menutupnya stomata. Cahaya panas akan berakibat meningkatnya suh. Kenaikan suhu pada tingkat tertentu memaksa stomata melebar dan memperbesar transpirasi. Saat cuaca cerah maka kelembapan rendah, udara tidak banyak mengandung uap air, tekanan uap di dalam daun lebih tinggi daripada di luar daun, sehingga terjadi transpirasi. Sebaliknya, ketika udara berawan, kelembapan udara tinggi, tekanan uap di dalam dan di luar daun hamper sama, dalam kondisi tersebut transpirasi akan terhambat



(Trubus, 2009:23). Faktor – faktor yang mempengaruhi suatu transpirasi diantaranya terdapat faktor luar dan faktor dalam. Faktor luar yang mempengaruhi terjadinya transpirasi adalah: Sinar matahari Sinar matahari menyebabkan membuka dan menutupnya stomata. Panas yang dihasilkan oleh sinar matahari menambah panas, dan menaikan temperatue. Kenaikan temperature sampai pada batas tertentu menyebabkan membukanya stomata sehingga dapat memperbesar transpirasi. Temperatur Faktor lingkungan yang mempengaruhi transpirasi daun yang ada dalam keadaan turgor. Pengaruh temperatur terhadap transpirasi daun yaitu didalam hubungannya dengan tekanan uap air di dalam daun dan tekanan uap air di luar daun. Kenaikan temperatur menambah tekanan uap di dalam daun. Kenaikan temperatur menambah tekanan uap di luar daun, akan tetapi berhubung udara di luar daun itu tidak di dalam ruang yang terbatas, maka tekanan uap tiadak akan setinggi tekanan uap yang terkurung didalam daun. Akibat dari pada perbedaan tekanan ini, maka uap air akan mudah berdifusi dari dalam daun ke udara bebas, sehingga terjadi transpirasi. Kelembaban udara Saat cuaca cerah, dan panas maka tekanan uap di dalam daun jauh lebih lebih tinggi dari pada tekanan uap di luar daun, atau dengan kata lain, ruang di dalam daun itu lebih kenyang akan uap air daripada udara di luar daun, jadi molekul-molekul air berdifusi dari konsentrasi tinggi (di dalam daun) ke konsentrasi yang rendah. Udara basah menghambat transpirasi, sedang udara kering melancarkan transpirasi. Pada kondisi alamiah, udara selalu mengandung uap air, biasanya dengan konsentrasi antara 1 sampai 3 persen. Sebagian dari molekul air tersebut bergerak ke dalam daun melalui stomata dengan proses kebalikan transpirasi. Laju gerak masuknya molekul uap air tersebut berbanding dengan konsentrasi uap air udara, yaitu kelembaban. Gerakan uap air dari udara ke dalam daun akan menurunkan laju neto dari air yang hilang. Dengan demikian,



seandainya faktor lain itu sama, transpirasi akan menurun dengan meningkatnya kelembaban udara. Keadaan air dalam tanah Air di dalam tanah merupakan sumber pokok, tumbuhan mendapatkan air dari akar – akar yang berada dalam tanah pada umumnya. Absorpsi air lewat bagian-bagian lain yang ada di atas tanah seperti batang dan daun juga ada, akan tetapi pemasukan air lewat bagian-bagian itu tiada seberapa kalau dibanding dengan penyerapan air melalui akar. Tersedianya air dalam tanah adalah faktor lingkungan lain yang mempengaruhi laju transpirasi. Bila kondisi air tanah sedikit sehingga penyediaan air ke sel-sel mesofil terhambat, penurunan laju transpirasi akan segera tampak. Laju transpirasi dapat dipengaruhi oleh kandungan air tanah dan laju absorbsi air dari akar. Pada siang hari, biasanya air ditranspirasikan dengan laju yang lebih cepat daripada penyerapannya dari tanah. Hal tersebut menimbulkan defisit air dalam daun. Pada malam hari akan terjadi kondisi yang sebaliknya, karena suhu udara dan suhu daun lebih rendah. Jika kandungan air tanah menurun, sebagai akibat penyerapan oleh akar, gerakan air melalui tanah ke dalam akar menjadi lebih lambat. Faktor dalam yang mempengaruhi transpirasi adalah: Jumlah dan ukuran stomata Jumlah dan ukuran stomata, dipengaruhi oleh genotipe dan lingkungan mempunyai pengaruh yang lebih sedikit terhadap transpirasi total daripada pembukaan dan penutupan stomata. Stomata memiliki dua sel penutup yang berbentuk ginjal, dikelilingi oleh 3-6 sel tetangga (Dewi,dkk, 2015:294). Semakin banyak stomata yang terdapat pada daun maka dapat mempercepat transpirasi. Jumlah daun Semakin banyak daun pada suatu tumbuhan maka akan semakin cepat transpirasi. Besar kecilnya daun Daun dengan permukaan yang luas terdapat banyak stomata, daun dengan permukaan kecil jumlah stomata lebih sedikit. Luas permukaan daun berbanding lurus dengan jumlah stomata. IV.



Metode Penelitian 4.1 Alat dan Bahan



       



Alat: Mikroskop Kaca benda Kaca penutup Baskom Rak tabung Guntig Kertas kuarto Timbangan Bahan:



 Batang atau ranting pacar air (Impatiens balsamina)  Batang atau ranting kupu (Bauhinia sp.)  Minyak kelapa  Kuteks bening 4.2 Langkah Kerja Memotong batang atau ranting pacar air dan Bauhinia sp. di bawah permukaan air. Mengusahakan potongan selalu berada di dalam air, demikian juga sewaktu memasukkan potongan atau ranting tumbuhan ke dalam gelas ukur usahakan selalu terendam.



Mengisi untuk setiap perangkat (set) 3 gelas ukur 10 ml, dengan air sebanyak 6-7 ml.



Memasukkan segera potongan ranting tumbuhan tersebut ke dalam 2 gelas ukur dan satu gelas ukur dibiarkan tanpa tumbuhan (sebagai control).



Menambahkan minyak goreng pada masing-masing gelas ukur dan mencatat penambahan volume yang terjadi



Meletakkan 1 gelas ukur untuk tanaman pacar air (Impatiens balsamina ) di tempat terik (terang), 1 gelas ukur di tempat teduh (gelap)



Mengamati dan mencatat perubahan volume air selama 30 menit dengan membaca skala pada gelas ukur setiap interval 5 menit



Mencatat hasil pengamatan pada lembar pengamatan



Mengukur luas daun dengan metode penimbangan



Mengoleskan kuteks bening di sisi atas dan bawah daun, setelah mengering tarik dengan bantuan pinset dan letakkan pada gelas objek



Menambahkan air pada gelas objek dan amati dibawah mikroskop dengan perbesaran 400x



Menghitung jumlah stomata di atas dan dibawah permukaan daun serta luas buidang pandang (mm2 luas daun)



Mengkonversikan jumlah stomata per satuan mm2 luas daun dan mencatat hasil yang diperoleh pada tabel pengamatan



V.



Hasil Pengamatan 8 Laju 6 Tu



Transpira



7 Perlakuan



si



m 14 T 15 G 16 K



u h



13



a



W



n 39 1, 2,3



40 Pa ca r



stomata



ml/menit



b 5 Kel



10 ∑



9 Luas Stomata



41 0



air 57 5 73 10



(



(



(



m



m



m



l



l



l



) 42 7



)



)



,



43 8 44 7



3 58 7 59 8 ,



,



,



2



2



17 T



18 G



45 0,0



20 G



21 T



22 G



31 A



32 B



33 A 34 B 35 A



36 B



37 A



38 B



46 0,0



47 0,



48 3,



49 0 50 0



51 3



52 9



53 54



54 1



01



06



7



1



,



,



7



3



40



5



1



7



8



4



7



7



4



5



86



5



9



9



2



5



4



3



9



5



5 60 7



2 2 74 7 75 8 76 7 ,



19 T



3 1



89 15



90 7 91 8 ,



,



92 7



1 3 105 106 107 108



151



4 152



,5,6



Daun ku pu ku pu



20 7,1 121 122



8,3 123



7 124



25 7 137 138



8,1 139



7 140



30 7 153 154



8 155



7 156



0 7,6 169 170



7,2 171



7 172



5 7,4 185 186



7 187



7 188



10 7,2 201 202



6,9 203



7 204



15 7,2 217 218



6,8 219



7 220



20 7 233 234



6,8 235



7 236



25 6,9 249 250



6,7 251



7 252



157



0 158



0 159



160



161



162



163



0,7



3,1



1656 4295



53



568



4



14



4



4



5



,00



,00



28,2



19,6



44



33



6



2



9



4



164



165



7 166



6



30



6,8



6,6 9



7



VI.



Pembahasan VII.



Pada praktikum kali mengenai penguapan air melalui



proses transpirasi. Praktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui proses dan kecepatam penguapan air tumbuhan melalui proses transpirasi seta faktor – faktor lain yang mempengaruhinya. Transpirasi merupakan hilangnya air dalam bentuk uap air pada tumbuhan hidup pada batang dan daun, serta melalui stomata. Transpirasi pada daun terjadi dengan kehilangan air dalam jumlah besar dibandingkan dengan kehilangan air yang terjadi pada batang. Hal ini dikarenakan jumlah stomata pada daun lebih banyak jika dibandingkan pada batang. Transpirasi yang dilakukan kali ini dilakukan pada tempat terang dan tempat gelap. Tempat gelap dilakukan di tengah lapangan basket belakang gedung biologi, hal ini dikarenakan di tengah lapangan pencahayaan matahari maksimal, sedangkan tempat gelap berada di dalam ruangan dengan pencahayaan yang sedikit yaitu pada kamar mandi di depan ruang 21. Penetapan dilakukanya transpirasi di tempat gelap dan terang adalah untuk mengetahui perbedaan kecepatan transpirasi pada kedua tempat yang berbeda dengan intensitas suhu cahaya yang tidak sama. VIII. Cahaya, suhu, kelembapan merupakan salah satu factor yang



mempengaruhi



transpirasi.



Terdapat



beberapa



faktor



yang



mempengaruhi suatu laju transpirasi atau kecepatan transpirasi, baik faktor dari dalam mapun fator dari luar. Faktor dari dalam yang mempengaruhi transpirasi pada praktikum kali ini adalah besar kecilnya daun, tebal tipisnya daun, struktur anatomi daun dan jumlah stomata pada daun. Sedangkan faktor dari luar yang mempengaruhi adalah cahaya, shu, kelembapan. Cahaya pada sinar matahari mempengaruhi adanya transpirasi, banyaknya sinar matahari menyebabkan bertambahnya panas. Dengan bertambahnya panas mempengaruhi membuka stomata, saat stomata membuka dengan lebar maka akan menyebabkan transpirasi pada suatu tumbuhan berlangsung dengan cepat. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengamatan pada daun kupu (Bauhinia sp.), dimana laju transpirasi pada



tempat terang lebih tinggi daripada pada tempat gelap, yaitu 0,0044 ml/menit dan pada tempat gelap 0,0033 ml/menit. Suatu tempat dengan pencahayaan sinar matahari yang maksimal akan mempengaruhi membukanya stomata sehingga semakin panas suatu tempat, maka laju transpirasi pada suatu tanaman akan semakin cepat. Kemudian, yang mempengaruhi berikutnya adalah temperatur, kenaikan temperatur menambah tekanan uap air di dalam daun sehingga terdapat perbedaan tekanan uap air yang berada di dalam daun dan di luar daun. Adanya perbedaan tekanan inilah yang menyebabkan transpirasi terjadi yaitu dengan berdifusinya air dari dalam daun ke luar. Faktor luar lain yang mempengaruhi adalah suatu kelembapan, tingkat kelembapan tinggi akan memperlambat terjadinya proses transpirasi, sedangkan udara yang kering akan mempercepat adanya transpirasi. Gerakan uap air dari udara ke dalam daun akan menurunkan laju dari air yang hilang. Angin juga mempengaruhi terjadinya transpirasi, karena angina membawa pindah uap air yang tertimbun dekat stomata. Sehingga dengan adanya angin maka uap air yang berada di dalam daun akan berdifusi untuk ke luar. Dalam udara yang tenang suatu lapisan tipis udara jenuh terbentuk di sekitar permukaan daun yang aktif melakukan transpirasi. Secara keseluruahan udara tidak jenuh, maka terdapat konsentrasi uap air dari lapisan udara jenuh ke udara yang semakin tidak jenuh, sehingga menyebabkan transpirasi terhenti. Hal ini dikarenakan lapisan udara jenuh bertindak sebagai penghamba difusi uap air dari permukaan daun. Maka, dapat disimpulkan bahwa angin dapat meningkatkan laju transpirasi. Selain itu, ketersediaan air dalam tanah juga mempengaruhi terjadinya transpirasi, namun dalam praktikum kali ini tidak mengamati bagaimana pengaruh ketersediaan air dalam transpirasi. Namun, secara umum ketersediaan air di dalam menjadi sumber yang pokok. Pada siang hari laju transpirasi lebih cepat dibandingkan pada malam hari, hal ini dikarenakan suhu udara dan suhu daun lebih rendah. Apabila kandungan air dalam tanah menurun akan menyebabkan penyerapan air melalui akar akan menjadi lambat.



IX.



Selain faktor luar, faktor dalam yang mempengaruhi



transpirasi antara lain adalah luas sempitnya daun (hal ini pada daun Bauhinia sp. dan Impatiens balsamina), penutupan stomata, jumlah stomata, tebal tipisnya daun, jumlah daun, ada tidaknya lilin. Semakin luas suatu permukaan daun, maka semakin banyak air yang akan di transpirasikan. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengamatan yang telah dilakukan. Pada daun kupu – kupu (Bauhinia sp.) memiliki kemampuan laju transpirasi lebih cepat dibandingkan dengan tumbuhan pada pacar air (Impatiens balsamina) yang memiliki luas permukaan yang lebih sempit. Hal ini dibuktikan dari hasil pengamatan, yaitu pada Bauhinia sp. laju transpirasi diketahui 0,0044 ml/menit sedangkan pada daun pacar air (Impaties balsamina) laju transpirasinya adalah 0,0011 ml/menit pada tempat terang. Penutupan stomata juga mempengaruhi suatu laju transpirasi, ketika stomata menutup maka transpirasi terhambat. Jumlah stomata juga mempengaruhi adanya laju transpirasi, semakin banyak stomata maka akan menyebabkan transpirasi semakin cepat. Begitu juga sebaliknya, ketika jumlah stomata sedikit maka transpirasi yang dilakukan tidak sebanyak pada daun yang memiliki stomata dalam jumlah banyak. Selain itu jumlah daun juga mempengaruhi laju transpirasi, pada tumbuhan yang memiliki daun lebih banyak maka proses transpirasi juga akan semakin cepat, sedangkan pada tumbuhan dengan daun yang sedikit maka akan menyebabkan transpirasi tidak banyak dibanding dengan tumbuhan yang memiliki daun lebih banyak. Hal ini dapat dilihat dari bagaimana suatu tumbuhan beradaptasi dengan suatu kondisi lingkungan, saat musim kemarau pohon jati akan meranggas menggugurkan daunya. Hal ini bertujuan untuk mengurangi dari adanya transpirasi, sedangkan pada teratai memiliki daun yang lebar hal ini bertujuan untuk mempercepat proses transpirasi. Selain jumlah daun, jumlah stomata, ada tidaknya lilin pada suatu daun juga mempengaruhi terjadinya transpirasi. Lapisan lilin atau kutikula pada suatu daun juga mempengaruhi transpirasi. Lapisan lilin atau kutikula lebih banyak dijumpai pada tumbuhan yang hidup pada



daerah kering. Hal ini bertujuan untuk mengurangi terjadinya transpirasi, karena apabila transpirasi tidak terkendali sedangkan serapan air kurang maka akan menyebabkan cekaman bagi suatu tumbuhan. X. Suatu tumbuhan akan mengalami cekaman kekeringan apabila transpirasi tidak terkendali sedangkan serapan air kurang. Namun, terdapat manfaat bagi tumbuhan melakukan transpirasi, atau dalam kata lain fungsi dari suatu transpirasi antara lain adalah mengurangi jumlah air yang berlebihan ketika terjadi penyerapan air yang berlebihan, mempercepat laju pengangkutan dan penyerapan unsur hara melalui jaringan pembuluh xylem, selain itu transpirasi juga berfungsi dalam menjaga turgiditas sel tumbuhan agar tetap dalam kondisi optimal, meningkatkan daya isap daun pada penyerapan, dan pengaturan bukaan stomata. Adanya transpirasi pada suatu tanaman atau pada daun akan menghilangkan panas pada daun. Daun yang tidak melakukan transpirasi akan menyebabkan panas pada daun, dan akan lebih panas beberapa derajat. Perubahan suhu dari daun menunjukan adanya pertukaran energi dari daun ke lingkungan. XI. Dalam melakukan praktikum mengenai penguapan air melalui proses transpirasi. Memotong batang atau raning tumbuhan kupu (Bauhinia sp.) dan pacar air (Impatiens alsamina) dilakukan didalam air atau dalam keadaan terendam di wadah atau baskom. Hal ini bertujuan untuk menjaga ketersediaan di dalam tumbuhan tersebut. Apabila pemotongan tidak dilakukan dengan suatu perendaman atau berada dalm permukaan air, kemungkinan yang terjadi pada tumbuhan tersebut adalah ketersediaan air di dala tumbuhan akan berkurang sehingga saat melakukan praktikum hasil yang didapat tidak valid. XII. Pemotongan dahan atau rantig yang telah dilakukan di dalam suatu wadah atau baskom, kemudian dilakukan untuk mengisi air pada gelas kimia 10 ml, dengan air sebanyak 6-7 ml. Setelah itu dengan segera potongan ranting tersebut dimasukan dalam gelas ukur, dan membuat tinggi permukaan pada gelas kimia menjadi sama. Selanjutnya adalah dengan ditetesi minyak kelapa hingga menutupi seluruh permukaan



air. Hal ini bertujuan agar air tidak terjadi penguapan, sebelum dilakukan pengamatan. XIII. Mengamati perubahan air yang terjadi setiap 5 menit sekali dalam 30 menit dengan perlakuan tumbuhan di taruh di tempat terang dan gelap. Kemudian mengukur luasan daun dengan metode timbangan. Dan mengoleskan kuteks bening pada sisi atas dan bawah daun dan membiarkan hingga beberapa menit hingga kuteks kering. Olesan kuteks di atas dan bawah daun ini bertujuan untuk mempermudah pengambilan stomata atas dan bawah pada permukaan daun. Pengambilan stomata ini digunakan untuk di amati di bawah mikroskop, dan dihitung jumlahnya. XIV. Hasil dari pengamatan pada praktikum kali ini pada tumbuhan pacar air yang dilakukan di tempat terang di dapatkan data dengan jumlah stomata bagian atas adalah 37423, sedangkan pada bagian bawah adalah 93559. Sedangkan, pada tempat yang gelap jumlah stomata pada permukaan daun bagian atas adalah 544086, sedangkan pada bagian bawah daun adalah 1554531. Laju transpirasi yang didapat dari umbuhan pacar air (Impatiens balsamina) adalah pada tempat terang, 0,0011 sedangkan pada tempat gelap adalah 0,0067. Untuk tumbuhan berikutnya adalah pada daun kupu (Bauhinia sp.), jumlah stomata pada permukaan atas daun dengan perlakuan tempat terang adalah 1656, dan jumlah stomata pada permukaan bawah didapatkan 42954. Sedangkan dengan perlakuan di tempat gelap, jumlah stomata pada permukaan daun atas adalah 753144, sedangkan pada permukaan bawah didapatkan 568456 buah stomata. Laju transpirasi yang didapat dari hasil pengamatan pada Bouhinia sp. yang ditempatkan di tempat yang terang adalah 0,0044 sedangkan pada perlakuan d tempat yang gelap adalah 0,0033. Dari data yang didapat untuk tumbuhan pacar air, laju transpirasi yang diberi perlakuan di tempat terang lebih lambat disbanding di tempat yang gelap. Pada tempat terang laju transpirasinya 0,0011 sedangkan pada tempat gelap 0,0067, hal ini tidak sesuai dengan teori. Seharusnya, di tempat terang atau pada tempat dengan pencahayaan yang baik laju transpirasi lebih cepat dibanding laju transpirasi pada tempat yang gelap. Hal tersebut



terjadi dimungkinkan terdapat kesalahan dalam menghitung, atau saat mengamati. Karena pengamatan visual tingkat kesalahan yang terjadi cukup besar. XV. Namun, pada tumbuhan kupu (Bouhinia sp.), laju transpirasi pada tempat terang lebih cepat daripada pada tempat yang gelap. Hal ini sesuai dengan teori, bahwa laju transpirasi pada tempat terang lebih cepat disbanding dengan transpirasi pada tumbuhan di tempat gelap. Laju transpirasi pada tumbuhan Bouhinia sp. pada tempat terang yaitu, 0,0044 sedangkan pada tempat gelap 0,0033, hal ini menunjukan kesesuain dengan teori. Hal lain yang mempengaruhi laju transpirasi lebih cepat pada tumbuhan Bouhinia sp. adalah daunya yang lebar yang menyebabkan percepatan dalam laju transpirasi, dimana kita ketahui bahwa luas permukaan daun berbanding lurus dengan jumlah stomata. Semakin luas suatu permukaan daun akan menyebabkan jumlah stomata akan semakin banyak dan semakin banyak molekul air yang dapat keluar dari stomata, sebaliknya semakin kecilnya suatu daun maka jumlah stomata juga semakin kecil sehingga laju transpirasi kecil. XVI. Kesimpulan XVII. Proses transpirasi dimulai dari suatu tumbuhan menyerap air melalui akar dan kemudian melalui pembuluh xylem air diedarkan air diedarkan keseluruh tubuh tumbuhan. Laju transpirasi cepat apabila tumbuhan berada pada tempat terang, sedangkan pada tempat gelap laju transpirasi terhambat. Transpirasi dipengaruhi oleh faktor – faktor, baik faktor dari luar ataupun faktor dari dalam. Faktor dari luar antara lain cahaya, suhu, kelembapan, ketersediaan air dalam tanah. Faktor dari dalam antara lain adalah lebar kecilnya daun, tebal tipisnya daun, ada tidaknya lilin, banyak sedikitnya stomata dan banyak sedikitnya bulu. XVIII. Saran XIX. Diharapkan



praktikan



belajar



terlebih



dulu



dalam



memahami cara kerja sebelum melakukan praktikum, sehingga saat praktikum tiak lagi bingung dengan cara kerja. Selain it, saat melakukan



pengamatan di mikroskop hendaknya praktikan tidak meninggalkan mikroskop dalam kondisi hidup, sehingga mikroskop tidak rusak. XX. XXI. XXII. XXIII. XXIV. XXV. XXVI. XXVII. XXVIII. XXIX. XXX. Daftar Pustaka XXXI. Dewi,N.P.S.R., E. Kriswiyanti, dan P. K. Sutara.2016.Hubungan Kekerabatan 12 Kultivar Brokoli (Brassica oleracea L.) berdasarkan Karakter Anatomi Stomata.Jurnal Simbiosis.Vol.3 (1):291 – 300. XXXII. Reece.2003.Biologi.Jakarta:Erlangga XXXIII. Setiawan, A.B.,S.W.Budi.R,. dan C. Wibowo.2015.Hubungan Kemampuan Trasnpirasi dengan Dimensi Tumbuh Bibit Tanaman Acacia decurrens



Terkolonisasi



Glomus



etunicatum



dan



Gigaspora



margarita.Jurnal Silvilkultur Tropika.Vol.6 (2):107-113 XXXIV. Tambaru, E.,A.I.Latuara, dan S. Subadiyah.2015.Identifikasi Struktur Anatomi Stomata Daun beberapa Jenis Pohon Penghijauan di Kampus Universitas Hasanudin Makasar.Jurnal Alam dan Lingkungan.Vol.5 (8):5-10



XXXV.



Tim Pengampu Mata Kuliah Fisiologi Tumbuhan.2016.Buku



Petunjuk Praktikum Fisiologi Tumbuhan.Jember: Universitas Jember XXXVI. Trubus.2009.Aglounema.Jakarta:Trubus-on XXXVII. XXXVIII. XXXIX. XL. XLI. XLII. XLIII. XLIV. XLV. Lampiran XLVI.



XLVII. XLVIII. XLIX. L. LI. LII. LIII. LIV. LV. LVI. LVII. LVIII. LIX. LX. LXI.



LXII. LXIII. LXIV. LXV. LXVI. LXVII. LXVIII. LXIX. LXX. LXXI. LXXII. LXXIII. LXXIV. LXXV. LXXVI. LXXVII.



LXXVIII. LXXIX. LXXX. LXXXI. LXXXII. LXXXIII. LXXXIV. LXXXV. LXXXVI. LXXXVII. LXXXVIII. LXXXIX. XC. XCI.



XCII. XCII. XCII. XCII. XCII. XCII. XCII. XCII. XCII. XCII. XCII. XCII. XCII. XCII. XCII. XCII. XCII. XCIII. XCIV. XCV. XCVI. XCVII. XCVIII. XCIX.



C.



CI. CII. CIII.