LA - Kamilatul Khoiroh - 190210103028 - Penguapan Air Melalui Proses Transpirasi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN “PENGUAPAN AIR MELALUI PROSES TRANSPIRASI”



Oleh: Kamilatul Khoiroh NIM 190210103028 Kelompok 1 / Kelas A



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JEMBER 2021



I.



JUDUL Penguapan Air Melalui Proses Transpirasi



II. TUJUAN Mahasiswa diharapkan mampu untuk membuktikan proses dan kecepatan penguapan air tumbuhan melalui proses transpirasi serta faktor-faktor lain yang mempengaruhinya.



III. DASAR TEORI Tranpirasi bisa diartikan sebagai jalur utama proses kehilangan air dalam bentuk uap air dari jaringan tumbuhan melalui stomata. Selain berfungsi sebagai tempat terjadinya tranpirasi, stomata juga berfungsi sebagai tempat pertukaran CO2 pada daun untuk proses fotosintesis (Jelimat dan Ngadiani, 2020: 44). Pembukaan stomata dipengaruhi oleh CO2, cahaya, kelembaban, suhu, angin, potensial air daun, dan laju fotosintesis (Nuwa, 2019: 49). Meningkatnya jumlah stomata bisa membantu penyerapan CO2 untuk fotosintesis tanaman. Proses transpirasi tersebut selain mengakibatkan penarikan air melawan gaya gravitasi bumi, juga panas matahari karena melalui proses transpirasi terjadinya evaporasi air bisa



membantu



mengecilkan temperature pada tanaman. Kemudian, tanaman juga akan sering memperoleh air yang cukup untuk melakukan fotosintesis supaya keberlangsungan hidup tanaman akan terus terjaga (Jelimat dan Ngadiani, 2020: 45). Selama proses transpirasi berlangsung terjadi juga proses penyerapan air oleh akar tanaman. Terserapnya air karena adanya perbedaan potensial air yang disebabkan oleh proses transpirasi tersebut. Nilai potensial air di dalam tanah lebih rendah dibanding dengan permukaan bulu akar, sehingga air tanah masuk ke dalam jaringan akar (Purba, et al., 2021: 69). Proses transpirasi dipengaruhi oleh berbagai faktor internal dan eksternal. Faktor internal antara lain seperti ukuran/luas daun, tebal tipisnya daun, tebal lapisan lilin, jumlah rambut daun, jumlah, bentuk dan lokasi stomata, termasuk pula umur



jaringan, keadaan fisiologis jaringan dan laju metabolisme. Faktor-faktor eksternal antara lain meliputi radiasi cahaya, suhu, kelembaban udara, angin dan kandungan air tanah (Nuwa, 2019: 48). Luas daun pada tumbuhan berpengaruh terhadap laju transpirasi. Hal ini karena daun yang luas memiliki jumlah stomata yang banyak, sehingga mengakibatkan tingginya laju transpirasi (Nuwa, 2019: 49). Suhu mempengaruhi proses transpirasi karena apabila suhu disekitar tanaman melewati titik optimum, maka laju transpirasi juga akan meningkat. Kelembaban ada kaitannya dengan laju transpirasi melalui daun karena transpirasi akan terkait dengan laju pengangkutan air dan unsur hara terlarut. Bila kondisi lembab dapat dipertahankan maka banyak air yang diserap oleh tumbuhan dan lebih sedikit yang diuapkan. Kondisi ini mendukung aktivitas pemanjangan Sel sehingga sel-sel lebih cepat mencapai ukuran maksimum dan tumbuh tambah besar pada kondisi ini faktor kehilangan air sangat kecil karena transpirasi yang kurang. Adapun untuk mengatasi kelebihan air tanaman akan beradaptasi dengan memiliki permukaan daun yang lebar. Angin mempengaruhi transpirasi dengan bergeraknya uap air di sekitar tanaman sehingga memberikan kesempatan terjadinya penguapan lebih lanjut situasi ini merupakan tekanan yang kuat bagi keseimbangan air tanaman meskipun jumlah air dalam tanah cukup banyak pertumbuhan vertikal akan terbatas sesuai dengan kemampuan menghisap dan mentransformasikan air ke atas untuk mengimbangi transpirasi yang cepat hasilnya mungkin akan membentuk tanaman yang kerdil (Fitra et al., 2021: 49-52). Transpirasi tergantung pada ketersediaan air dalam tanah, dan kecepatan transpirasi bertambah karena penyediaan lebih banyak air untuk tumbuhan. Contoh pengaruh ini dapat dilihat pada pada vegetasi perairan dan pohon-pohon beririgasi yang memiliki kecepataan transpirasi yang tinggi, tetapi pada kondisi ketersediaan air tanah tinggi bila udara panas berangin dan kelembaban udara relatif rendah transpirasi dapat melebihi penyerapan air dan kelayuan serta penutupan stomata dapat terjadi. Hal ini selanjutnya biasanya mengurangi kapasitas fotosintesis dan pertumbuhan tanaman.



apabila tanaman mengalami penurunan ketersediaan air proses pertama yang terhambat adalah transpirasi diikuti oleh fotosintesis dan kemudian respirasi (Paembonan, 2020: 99). Transpirasi juga disebut sebagai salah satu faktor dominan penyebab sosot bobot pada tanaman buah dan sayur, karena terjadi perubahan fisikokimia berupa penyerapan dan pelepasan air ke lingkungan (Arti dan Manurug, 2018: 81). Transpirasi memiliki peranan yang penting bagi tumbuhan, salah satunya yaitu untuk membuang kelebihan energi panas, dan pergerakan air di xilem. Sebenarnya, mekanisme ini dapat terjadi melalui radiasi, konduksi dan konveksi. Namun, di antaranya yang paling signifikan adalah transpirasi. Ada tiga jalur transpirasi umumnya didefinisikan yaitu transpirasi stomata, kutikula, dan lenticular. Akan tetapi hampir 80 hingga 90% kehilangan air terjadi dari tanaman melalui transpirasi stomata. Seringkali lenticular dan kutikula juga berperan dalam proses transpirasi namun, sangat rendah (Santhosh dan Yohan, 2019: 796). Air hilang sebagian besar melalui stomata (lebih dari 90%), lebih sedikit melalui kutikula (∼10%), dan hanya sedikit dari lentisel (Wang et al., 2020: 1). Laju transpirasi melalui lentisel batang memiliki kecepatan kira-kira seperdelapan dari laju transpirasi daun. Kulit batang dan cabang tua > 3 tahun mengalami lignifikasi dan membentuk lentisel yang melakukan pertukaran gas dan melepaskan air ke atmosfer. Meskipun ada variasi musiman dalam lenticular transpirasi, lentisel tidak dapat mengatur laju transpirasi karena mereka tidak menutup. Sehingga, pelepasan air dari pohon di bawah kondisi kekeringan tergantung pada batang daripada daun, sehingga menyiratkan bahwa regulasi transpirasi dari batang akan memungkinkan tanaman menggunakan lebih sedikit air dengan lebih efisien untuk pertumbuhan pohon dan buah produksi (Iwasaki et al., 2019: 53).



IV. METODE PENELITIAN 4.1 Alat dan Bahan 4.1.1 Alat



1. Gelas plastik 2. Silet/cutter 3. Baskom 4. Sendok 5. Kamera hape 6. Penggaris 4.1.2 Bahan 1. 1 Tanaman/bibit terong 2. 1 Tanaman/bibit cabai 3. Minyak kelapa 4. Kertas HVS 5. Image Raster 4.2 Langkah Kerja Menyediakan 3 gelas plastik kemudian beri skala pada gelas plastik dengan menandai menggunakan spidol jarak 0,5 cm sampai mencapai tinggi setara 30 mL



Potonglah batang atau ranting tumbuhan Solanum sp. dan Capsicum sp. di bawah permukaan air dengan ukuran sekitar 10-12 cm. Usahakan potongan selalu berada dalam air, demikian juga sewaktu memasukkan potongan atau ranting tumbuhan ke dalam gelas plastik usahakan selalu terendam



Mengisi setiap set 3 gelas plastik, dengan air sebanyak 30 mL



Memasukkan segera potongan ranting tumbuhan tersebut ke dalam 2 gelas plastik dan 1 gelas plastik dibiarkan tanpa tumbuhan (sebagai kontrol)



Menambahkan minyak goreng pada permukaan air pada gelas plastik



sampai seluruh permukaannya tertutup, maksudnya agar air tidak menguap



Mencatat waktu saat memasukkan batang atau ranting tanaman ke dalam gelas plastik



Meletakkan perangkat gelas plastik di lapangan terbuka dengan terik matahari



Mengamati dan mencatat perubahan air yang terjadi dalam gelas plastik setiap 30 menit selama 2 jam dengan membaca skala yang ada pada gelas plastik. Lalu mencatat hasil pengamatan anda pada tabel data pengamatan



Mencatat jumlah air yang diuapkan setiap periode tersebut dan hitunglah nilai rataratanya



Mengukur luas daun yang anda gunakan pada percobaan dengan menggunakan software ImageJ



Membuka aplikasi imageJ dan buka foto daun yang telah disimpan dengan Pilih menu File, Open, pilih file foto daun



Mengatur skala (set scale up) dengan cara, pilih ikon Straight line , dan buatlah garis pada penggaris, pilih analyze, set scale, isikan known distance dengan 1.0 dan unit of lenght dengan cm (centimeter) Mengatur gambar dengan cara, image → type → pilih 8-bit



Mengukur objek daun yang digunakan dengan cara: pilih ikon Polygon



Selection, membuat garis sesuai dengan bentuk daun yang akan diukur. Untuk mempermudah membuat garis di sekeliling daun, gunakan menu magnifiying glass atau tanda + pada keyboard, sehingga garis yang dibuat lebih akurat Setelah garis dibuat pada tepi daun, pilih analyze → measure. Maka jendela hasil pengukuran akan muncul



Melakukan langkah pengukuran pada daun yang lain



V. HASIL PENGAMATAN



No.



Perubahan Volume



Rata-



Nama



Air (mL) pada



rata Air



Tumbuhan



Menit ke



Menguap



0 1



2



15 30 45 60



(mL)



Luas



Laju



Daun



Transpirasi



(cm2)



(ml/cm2/jam)



Jenis Cuaca



Cabai



30 29 29 28 28



2



17.173



0,116



Terik



Tomat



30 30 29 29 28



2



61.895



0,032



Terik



Kontrol



30 30 30 30 30



0



0



0



Terik



Cabai



30 29 28 28 27



3



15,409



0,194



Cukup terik



Terong



30 30 29 28 28



2



31,751



0,062



Cukup terik



Kontrol



30 30 30 29 29



1



0



0



Cukup terik



3



Cabai



30 30 30 29 29



1



33,68



0,029



Mendungcerah



Tomat



30 30 29 29 28



2



28,004



0,071



Mendungcerah



Kontrol



30 30 30 30 30



0



0



0



Mendungcerah



4



Cabai



30 30 28 27 25



5



20,9



0,095



Cerah sedikit mendung



Tomat



30 29 29 28 26



4



32,852



0,121



Cerah



Kontrol



30 30 30 30 30



0



0



0



Cerah sedikit mendung



5



Cabai



30 30 29 29 28



2



15,14



0,132



Sedikit cerah



Tomat



30 29 29 29 29



1



35,616



0,028



Mendung



Kontrol



30 30 30 30 30



0



0



0



Mendung



VI. PEMBAHASAN Praktikum kali ini tentang peristiwa penguapan air melalui proses transpirasi. Bahan yang digunakan yaitu, pertama tanaman bibit terong dan tanaman bibit cabai. Kedua tanaman tersebut berfungsi sebagai objek uji coba yang menyebabkan proses transpirasi dapat terjadi. Bahan kedua, minyak kelapa digunakan sebagai cairan yang ditambahkan ke dalam gelas berisi air, berguna agar air tidak mengalami penguapan. Ketiga, kertas HVS berfungsi untuk meletakkan daun tanaman di atasnya sebagai alas dokumentasi. Keempat, aplikasi Image Raster untuk membantu perhitungan luas daun. Adapun alat yang digunakan diantaranya adalah gelas plastik digunakan sebagai wadah tempat menampung air. Silet berfungsi sebagai alat untuk memotong batang tanaman cabai dan tanaman terong. Kedua, adalah baskom sebagai wadah tempat air yang digunakan ketika akan memotong batang tanaman cabai dan tomat. Ketiga, sendok sebagai alat untuk mengambil minyak goring dan dimasukkan ke dalam gelas plastik. Ketiga, kamera hape digunakan sebagai alat untuk memotret dokumentasi praktikum. Keempat, penggaris berfungsi sebagai alat pembanding daun dalam proses pengambilan gambar daun.



Langkah kerja yang dilakukan adalah pertama praktikan harus menyiapkan alat dan bahan yang sudah disebutkan diatas, lalu air sebanyak 30 ml dimasukkan ke dalam 3 gelas plastik yang mana setiap gelas plastik ditambah dengan minyak goring sampai seluruh permukaan tertutupi. Kedua, batan tanaman cabai dan terong diukur menjadi 12 cm dan di potong dalam kondisi terendam dalam air di dalam baskom/bak kecil. Ketiga, pindahkan kedua batang tanaman tersebut ke dalam gelas plastik lalu diletakkan pada halaman yang terkena panas matahari. Setelah itu, setiap 15 menit volume air diamati dan diukur perubahan volume air yang terjadi selama 1 jam. Setelah selesai 1 jam, daun pada setiap batang dipetik, di taruh di atas kertas HVS lalu diberi penggaris sebagai pembanding di sampingnya dan difoto menggunakan kamera hp. Setiap langkah kerja tersebut dilakukan, praktikan jangan lupa untuk mendokumentasikan kegiatannya. Langkah kerja berikutnya yaitu, mengukur luas daun yang dibantu dengan menggunakan aplikasi Image Raster. langkah pertama, membuka aplikasi imageJ dan membuka foto daun yang telah disimpan dengan Pilih menu File, Open, pilih file foto daun lalu mengatur skala (set scale up) dengan cara, pilih ikon straight line, dan buatlah garis pada penggaris, pilih analyze, set scale, isikan known distance dengan 1.0 dan unit of lenght dengan cm (centimeter). Kemudian, mengatur gambar dengan cara, image → type → pilih 8-bit. Selanjutnya mengukur objek daun yang digunakan dengan cara: pilih ikon Polygon Selection, membuat garis sesuai dengan bentuk daun yang akan diukur. Untuk mempermudah membuat garis di sekeliling daun, gunakan menu magnifiying glass atau tanda + pada keyboard, sehingga garis yang dibuat lebih akurat Setelah garis dibuat pada tepi daun, pilih analyze → measure. Maka jendela hasil pengukuran akan muncul dan dilanjutkan dengan melakukan langkah pengukuran pada daun yang lain. Adapun fungsi perlakuan adalah untuk mengetahui perbedaa laju transpirasi dari tanaman yang berbeda, yaitu tanaman cabai dan tanaman terong. Ada 3 perlakuan yang diberikan, pertama adalah kontrol digunakan untuk melihat laju transpirasi air murni disebabkan karena panas matahari



dengan penghalang berupa minyak goreng. Kedua, perlakuan diberikan tanaman cabai di dalam gelas plastik untuk membuktikan laju transpirasi pada tanaman yang disebabkan panas matahari dengan diberi penghalang berupa minyak goreng. Begitu pula dengan perlakuan ketiga, pada gelas plastic dimasukkan tanaman terong di dalam gelas plastik untuk membuktikan laju transpirasi pada tanaman yang disebabkan panas matahari dengan diberi penghalang berupa minyak goreng. Dengan demikian, pada praktikum ini dapat dipahami bahwa pengertian dari transpirasi adalah suatu jalur utama berupa proses kehilangan air dalam bentuk uap air dari jaringan tumbuhan melalui stomata. Sebesar 90% uap air pada tumbuhan menguap karena proses transpirasi ini, sedangkan sisanya dapat terjadi melalui lentisel pada kulit ranting dan dahan muda. Proses transpirasi berlangsung melalui suatu mekanisme dimana penyebab utama terjadinya transpirasi ini adalah perbedaan tekanan uap air antara ruang intraseluler pada daun dengan atmosper luar di sekitar daun. Kemudian, terjadi proses buka-tutup stomata yang mengatur transpirasi. Selama proses transpirasi terjadi, maka stomata akan terbuka disebabkan karena banyak ion K+ yang masuk ke dalam sel melalui vakuola sehingga air masuk dengan cara osmosis. Hal ini akan meningkatkan turgiditas stomata sehingga sel-sel nya akan membuka. Sebaliknya stomata akan kembali menutup pada saat ion K+ keluar dari vakuola sel, dan air masuk melalui proses osmosis sehingga stomata kehilangan turgiditasnya dan menutup. Pada saat stomata membuka itulah terjadi proses transpirasi. Proses transpirasi berlangsung dengan kecepatan yang berbeda pada masing-masing tanaman. Kecepatan hilangnya air dalam rentang waktu di dalam tumbuhan disebut sebagai laju transpirasi. Laju transpirasi ini juga dipengaruhi oleh luas daun pada tumbuhan. Selain itu, ada perbedaan laju transpirasi melalui stomata dan lentisel. Laju transpirasi melalui lentisel batang memiliki kecepatan kira-kira seperdelapan dari laju transpirasi daun. Berdasarkan data hasil pengamatan yang diperoleh, untuk gelas kontrol tidak mengalami perubahan volume dengan hasil rata-rata air



menguap yaitu 0 dengan laju transpirasi juga sama dengan 0, walaupun berada pada kondisi cuaca yang berbeda-beda baik itu terik, cukup terik, mendung cerah, cerah sedikit mendung, cerah, sedikit cerah, mendung, terkecuali pada data No. 2 diperoleh bahwa rata-rata air menguap yaitu 1 mL pada kondisi lingkungan yang cukup terik. Data ini menurut saya adalah keliru, disebabkan faktor kegagalan saat praktikum di antaranya yaitu skala pada gelas plastic memiliki ketelitian yang rendah sehingga bisa saja karena faktor tersebut serta keterbatasan mata manusia untuk melihat dengan jeli dan konsisten pada setiap kali pengambilan data. Namun, data ini tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap data lainnya sehingga bisa diabaikan dan dianggap data yang invalid. Prediksi ini didukung dengan penjelasan dalam literatur bahwa air sebenarnya akan mengalami penguapan apabila diletakkan di bawah sinar matahari, tetapi karena pada praktikum praktikan menambahakan minyak goreng di atas permukaan air sehingga minyak goreng tersebut akan menghalangi air untuk mengalami proses penguapan. Sebagaimana dijelaskan bahwa air dan minyak memiliki sifat kepolaran yang berbeda, air bersifat polar sedangkan minyak non-polar akibatnya kedua cairan tidak akan menyatu dan minyak goreng menutupi permukaan air dengan sempurna sehingga proses penguapan air tidak akan terjadi. Data perlakuan kedua yaitu dengan memasukkan tanaman cabai ke dalam gelas plastik berisi air dan minyak goreng, diperoleh 6 data, 5 data dari 6 data perolehan yaitu mempunyai rata-rata laju transpirasi 0,116; 0,194; 0,095; dan 0,132. Data tersebut cukup memberikan representative bahwa kecepatan laju transpirasi tanaman cabai apabila dibulatkan adalah 0,1 mL/cm2/jam dalam semua jenis cuaca. Sangat jelas bahwa artinya, laju transpirasi pada perlakuan ini dipengaruhi karena adanya tanaman cabai di dalam gelas plastik. Tanaman cabai akan mengatur kondisi kesimbangan air sehingga penyerapan air yang banyak melalui akar akan diimbangi dengan kemampuan menghisap dan mentransformasikan air ke atas atau bagian daun sehingga transpirasi berlangsung dengan cepat. Adapun 1 data lainnya yaitu data No. 3 laju transpirasinya adalah 0,029 mL/cm2/jam yang merupakan data



terkecil. Menurut hasil analisis, hal ini dipengaruhi karena faktor eksternal berupa intensitas cahaya matahari. Diketahui bahwa data No. 3 itu dilakukan ketika kondisi lingkungan sedang mendung, sehingga karena kurangnya intensitas cahaya yang diterima oleh tanaman, maka laju transpirasinya akan berlangsung lambat. Data perlakuan ketiga yaitu dengan memasukkan tanaman tomat ke dalam gelas plastik berisi air dan minyak goreng kecuali data No. 2 menggunakan tanaman terong. hasil yang diperoleh dari tanaman cabai adalah 0,032; 0,071; 0,121; dan 0,028. Dari ke 5 data ini diketahui bahwa laju transpirasi pada tomat berkisar antara 0,3-0,6 mL/cm2/jam, lebih rendah 0,4 mL/cm2/jam dari laju tanaman cabai. Adapun data No. 2 yang menggunakan tanaman terong juga sebesar 0,062 mL/cm2/jam. Walaupun kedua tanaman ini berbeda, namun keduanya termausk ke dalam jenis Solanum sp. sehingga memiliki karakteristik daun yang sama yaitu memiliki trikom adaun. Berdasarkan literatur, bahwa kecepatan laju transpirasi anatar satu tanaman dengan tanaman lainnya memang berbeda. Dalam hal ini, antara tanaman cabai dan tanaman tomat memiliki beberapa perbedaan diantaranya, pada tanaman cabai memiliki ukuran daun yang lebih luas dibandingkan dengan tanaman tomat, oleh karena itu karena daun yang luas memiliki jumlah stomata yang lebih banyak, sehingga mengakibatkan tingginya laju transpirasi. Sebaliknya pada tanaman tomat, memiliki luas daun yang lebih kecil dan juga dilengkapi dengan trikoma. Trikoma ini berupa bulu-bulu halus pada daun yang menyebabkan laju transpirasi tanaman tomat terhambat. Namun, selain dari strukturnya, trikoma mampu mensekresikan ion berupa NaCl dimana NaCl akan mempengaruhi penguapan air. Ion Cl bersifat negative sedangkan sedangkan K merupakan ion positif. Ketika K+ melimpah maka Cl akan berkurang sehingga stomata akan terbuka. Sebaliknya pada tanaman tomat, yang melimpah adalah Cl nya sehingga proses buka tutup stomata juga ikut berpengaruh karena adanya Cl berlawanan dengan gradien konsentrasi K. Akibat dari trikoma yang banyak dapat menghasilkan ion Cl yang banyak sehingga kemungkinan terbukanya stomata dapat berkurang dan



proses transpirasi akan menurun. Begitu pula pada tanaman terong, pada struktur daunnya mempunyai trikoma sehingga menghambat proses transpirasi. Berdasarkan analisis data diatas, bahwa dalam proses transpirasi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor internal dan faktor internal. Faktor internal meliputi ukuran dan ketebalan daun, struktur daun seperti lapisan lilin, rambut daun, bentuk dan lokasi stomata, umur jaringan, keadaan fisiologis jaringan, dan laju metabolisme. Sedangkan faktor eksternal meliputi intensitas cahaya, suhu, kelembaban udara, kecepatan angin, dan kandungan air tanah. Faktor internal yaitu ukuran/luas daun pada tumbuhan berpengaruh terhadap laju transpirasi karena daun yang luas memiliki jumlah stomata yang banyak,



sehingga



mengakibatkan



tingginya



laju



transpirasi.



Suhu



mempengaruhi proses transpirasi karena apabila suhu disekitar tanaman melewati titik optimum, maka laju transpirasi juga akan meningkat. Angin mempengaruhi transpirasi dengan bergeraknya uap air di sekitar tanaman meningkat sehingga memberikan kesempatan terjadinya penguapan lebih banyak. Semua faktor internal dan eksternal mempunyai dampak yang berbanding lurus terhadap laju tranpirasi, artinya semakin tinggi faktor internal, semakin cepat proses transpirasi yang terjadi. Kecuali untuk kelemban udara. Semakin tinggi kelembapan udara maka laju transpirasi akan menurun sebab difusi uap air yang keluar dari daun melambat jika sudah dikelilingi oleh udara lembab. Kendala yang dialami ketika praktikum yaitu kondisi cuaca yang tidak mendukung yaitu sedikit mendung sehingga tanaman perlakuan kurang mendapatkan intensitas cahaya yang cukup dan mempengaruhi hasil data laju transpirasi yang diperoleh.



VII. PENUTUP 7.1 Kesimpulan Proses tranpirasi dapat terjadi dan diartikan sebagai jalur utama proses kehilangan air dalam bentuk uap air dari jaringan tumbuhan melalui stomata. Adapun laju transpirasi adalah rata-rata bjumlah air yang hilang atau meguap dalam suatu waktu tertentu. Proses transpirasi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor internal dan faktor internal. Faktor internal meliputi ukuran dan ketebalan daun, struktur daun seperti lapisan lilin, rambut daun, bentuk dan lokasi stomata, umur jaringan, keadaan fisiologis jaringan, dan laju metabolisme. Sedangkan faktor eksternal meliputi intensitas cahaya, suhu, kelembaban udara, kecepatan angin, dan kandungan air tanah. 7.2 Saran Pada praktikum selanjutnya sebaiknya asisten tidak terlalu mepet untuk mengumumkan persiapan alat, bahan, dan langkah kerja apabila akan dilakukan praktikum mandiri sebelum jam praktikum berlangsung. Apabila bisa, diharapkan pula untuk asisten memberi tambahan waktu untuk praktikum mandiri agar diperpanjang durasinya



DAFTAR PUSTAKA Fitra Syawal Harahap, Hilwa Walida, dan Iman Arman · 2021. Dasar-Dasar Agronomi Pertanian. Sumatera Barat: Mitra Cendekia Media. Iwasaki, N., Hori, K., dan Ikuta, Y. 2019. Xylem plays an important role in regulating the leaf water potential and fruit quality of Meiwa kumquat (Fortunella crassifolia Swingle) trees under drought conditions. Agricultural water management. 214: 47-54. Jelimat, B. 2020. Pengaruh ekstrak pakis (Diplazium esculentum swartz) terhadap anatomi tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L). STIGMA: Jurnal Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Unipa. 13(02): 40-45. Nuwa, R. B. U. (2019). Studi perbandingan transpirasi antar pohon di hutan kota malabar (penelitian pendahuluan untuk solusi pengelolaan lahan kering). Buletin Loupe, 15(02): 300810. Paembonan, S. A. 2020. Silvika Ekofisiologi dan Pertumbuhan Pohon.Makassar: Fakultas Kehutanan Universitas Hassanudin. Purba, T., H. Ningsih, P. A. S. Juanedi, B. Gunawan, Junairiah, R. Firgiyanto, dan Arsi. 2021. Tanah dan Nutrisi Tanaman. Sumatera Utara: Yayasan Kita Menulis. Santhosh, B., dan Yohan, Y. 2019. Abiotic stress responses of cotton: A review. IJCS. 7(6): 795-798. Wang, Z., Zhou, Z. X., Wang, X. M., dan Chen, Z. J. 2018. Relationships between transpiration, water loss, and air conditions during physiological drying. Drying Technology. 36(2): 245-254.



LAMPIRAN FOTO KEGIATAN PRAKTIKUM MANDIRI



LAMPIRAN COVER BUKU DAN JURNAL