Bab 1 - 3 Fix Sempro [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK SISWA KELAS XI DI SMA NURUL AMALIAH TANJUNG MORAWA



PROPOSAL Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Medan Area Guna Memenuhi syarat seminar proposal



Oleh : Annisa Paragita 178600397



FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MEDAN AREA 2021



DAFTAR ISI DAFTAR ISI........................................................................................................i BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1 A. Latar Belakang Masalah ................................................................................1 B. Identifikasi Masalah ......................................................................................6 C. Batasan Masalah ............................................................................................7 D. Rumusan Masalah .........................................................................................8 E. Tujuan Penelitian ...........................................................................................8 F. Manfaat Penelitian .........................................................................................8 1. Manfaat Teoritis.........................................................................................8 2. Manfaat Praktis..........................................................................................8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... A. Siswa .............................................................................................................9 1. Pengetian Siswa..........................................................................................9 B. Prokrastinasi Akademik.................................................................................10 1. Pengertian Prokrastinasi Akademik ..........................................................10 2. Faktor-Faktor Prokrastinasi Akademik .....................................................13 3. Aspek-Aapek Prokrastinasi Akademik .....................................................19 4. Ciri-Ciri Prokrastinasi Akadmik................................................................21 C. Kontrol Diri ..................................................................................................25 1. Pengertian Kontrol Diri.............................................................................25 2. Faktor-Faktor Kontrol Diri........................................................................29 3. Aspek-Aspek Kontrol Diri.........................................................................30 D. Hubungan Antara Kontrol Diri dengan Prokrastinasi Akademik .................33 E. Karangka Konseptual ....................................................................................36 F. Hipotesis.........................................................................................................36 BAB III METODELOGI PENELITIAN..........................................................37 A. Tipe Penelitian ...............................................................................................37



i



B. Indentifikasi Variabel Penelitian ...................................................................37 C. Defenisi Variabel Penelitian...........................................................................38 1. Prokrastinasi Akademik.............................................................................38 2. Kontrol Diri...............................................................................................38 D. Subjek Penelitian ...........................................................................................39 1. Populasi ....................................................................................................39 2. Sampel ......................................................................................................39 3. Teknik Pengambilan Sampel.....................................................................39 E. Teknik pengumpulan Sampel ........................................................................39 1. Skala Prokrastinasi Akademik...................................................................40 2. Skala Kontrol Diri.....................................................................................41 F. Uji Validitas Dan Reliabilitas.........................................................................43 1. Validitas Alat Ukur ...................................................................................44 2. Reliabilitas Alat Ukur ...............................................................................44 G. Teknik Analisis Data......................................................................................44 DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................47



ii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah kekuatan yang dapat mengubah suatu peradaban bangsa, dimasa sekarang pendidikan sangatlah penting untuk kemajuan masa depan seseorang, pendidikan yang bermutu akan melahirkan bibit-bibit unggul yang berkualitas. Pendidikan merupakan suatu sasaran untuk mengasah dan mengembangkan kompetensi atau kemampuan yang dimiliki oleh seorang perserta didik. Menurut dalam kamus bahasa Indonesia (KBBI) Siswa merupakan seorang pelajar akademik, dimana seorang yang belajar pada jenjang tertentu mulai dari sekolah dasar, sekolah menengah dan seterusnya. Siswa bagian dari subyek dalam pendidikan yang tidak akan pernah terlepas dari aktivitas belajar, dan kewajibannya untuk mengerjakan tugas-tugas pembelajarannya. Tugas merupakan sesuatu yang wajib dikerjakan dan menjadi sebuah tanggung jawab seseorang untuk menyelesaikannya dengan tepat waktu. Dalam lingkungan sekolah, tugas biasanya diberikan oleh guru kepada siswa untuk latihan baik dirumah maupun disekolah, dengan pemberian tugas ini diharapkan siswa mampu menguasai materi pelajaran yang telah dijelaskan oleh guru dan dapat menyelesaikan tugas tersebut. Selain itu siswa sangatlah diharapkan dapat mengatur waktu dengan baik agar kewajiban atas tugas-tugas tersebut dapat terselesaikan dengan tepat waktu. Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan untuk para siswa-siswi dimana berada pada katagori pengawasan guru.



1



2



Dalam proses belajar disekolah tidak sedikit siswa yang mengalami masalah-masalah akademik misalnya, seperti kesulitan dalam pengaturan waktu belajar, kesulitan menyelesikan tugas-tugas sekolah, kesulitan dalam ujian dan sebagainya. Maka dari itu sering kali terlihat jelas fenomena penundaan baik itu dalam bentuk perkerjaan, akademik dan sebagainya, perilaku menunda-nunda atau tidak disiplin dalam pengaturan waktu dalam bidang psikologi dikenal dengan istilah prokrastinasi. Prokrastinasi disebut juga suatu tindakan mengganti tugas yang berkepentingan tinggi dengan tugas berkepentingan rendah, sehingga tugas penting tertunda. Prokrastinasi merupakan istilah yang merujuk pada penundaan yang dilakukan dengan sengaja oleh individu terhadap tugas atau pekerjaannya dan individu tersebut mengetahui bahwa penundaannya dapat berdampak buruk Steel (dalam Clara, dkk 2017). Dalam bidang pendidikan, terdapat pula istilah prokrastinasi akademik. Prokrastinasi akademik, merupakan suatu kecenderungan individu dalam merespon tugas yang dihadapi dengan mengulur-ulur waktu untuk memulai maupun menyelesaikan kinerja secara sengaja untuk melakukan aktivitas lain yang tidak dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas. Prokrastinasi akademik berupa penundaan yang hanya terbatas pada tugas dan aktivitas yang berkaitan dengan pembelajaran. Jenis tugas yang biasanya menjadi obyek prokrastinasi akademik siswa iyaitu tugas mengarang, belajar untuk menghadapi ujian, membaca, kinerja administratif, mengikuti pembelajaran di kelas, dan kinerja akademik secara keseluruhan. Salmon dan Rathblum (dalam Ghufron & Risnawita, 2016).



3



Fenomena prokrastinasi akademik tidak asing lagi terdengar khususnya di dunia pendidikan, tindakan prokrastinasi akademik tidak hanya terjadi pada mahasiswa saja namun juga terjadi di kalangan siswa. Siswa-siswi sering kali mengabaikan atau menyepelekan tugas yang menyangkut akademiknya dengan berbagai alasan, mereka berfikir tugas tersebut nantinya pasti dapat terselesaikan jika sudah mendekati batas waktunya. Siswa yang memiliki prokrastinasi yang rendah dapat dilihat melalui ciriciri seperti: penundaan untuk memulai dan menyelesiakan tugas yang dihadapi, keterlambatan dalam mengerjakan tugas karena melakukan hal-hal lain yang tidak dibutuhkan, kesenjangan waktu rencana dan kinerja aktual, melakukan aktivitas yang lebih menyenangkan daripada tugas yang harus dikerjakan (seperti ngobrol, nonton, main game, jalan-jalan, dll). Kerugian yang didapatkan dari perilaku prokrastinasi adalah tugas tidak terselesaikan, jika terselesaikan namun hasilnya tidak maksimal, karena dikejar deadline. Akan menimbulkan kecemasan sepanjang waktu pengerjaan tugas, sehingga jumlah kesalahan tinggi karena individu mengerjakan dalam waktu yang singat. Selain itu sulit berkonsentrasi karena ada perasaan cemas, bingung, stres, sehingga motivasi belajar dan kepercayaan diri menjadi sangat rendah. Akibatnya mereka mengalami kesulitan dalam diri mereka sendiri yang akan menyebabkan batas pengumpulan tugas melewatin waktu yang telah ditentukan. Hal tersebut juga diperkuat peneliti dengan melakukan komunikasi pribadi pada beberapa siswa yang sering melakukan prokrastinasi akademik,



4



terdapat



berbagai



alasan



mengapa



siswa-siswi



menunda-nunda



dalam



mengerjakan tugasnya, berikut kutipan wawancaranya : “Sering kali pun kak, karna saya kurang paham sama beberapa pelajaran disekolah, waktu saya coba mau ngerjakan tugas itu saya kurang yakin aja betul enggaknya sama jawabannya terus karna saya kurang yakin, jadinya saya nunggu temen-teman siap dulu baru saya ngerjainnya biar ada contoh kak, kalau udah keadaanya mendesak kali besoknya mau dikumpul barulah terpaksa dikerjakan, kalau pun tementemen banyak belum siap juga yaudahlah kak, paling kenak marah bareng-bareng”(FA, Hasil Wawancara 20 Oktober 2020). “Sering kak, terkadang saya kelupaan ngerjain pr/tugas tepat waktu, karna saya kira pr saya dikumpul masih lama lagi, rupanya dikumpul besok. Kadang saya ingat kak, cuma saya mikir entar-entar aja lah masih panjang waktunya, terakhir sering kali kelupaan karna hal lain yang saya lakukan kak, kayak main game ,buka media sosial, jalanjalan dan akhirnnya saya kelupaan, gak ingat waktu kadang kak, dan itu jadi buat saya pusing sendiri, kalau ngerjainnya terburu-buru kak”(AL, 20 Oktober 2020). Peneliti juga melakukan komunikasi pribadi pada salah satu guru yang mengajar ditempat penelitian berlangsung, pernyataan yang disampaikan guru dalam wawancaranya sebagai berikut: “Yang sering melakukan tindakan penundan tugas, sebenarnya hampir rata-rata semua kelas nak, tapi memang yang paling sering itu anak kelas XI, guru-guru disini sering ngeluh, karna rata-rata anakanak tersebut seringkali menunda-nunda tugas yang telah diberikan. Tidak hanya satu mata pelajaan saja namun ada beberapa mata pelajaran lainya juga. Alasannya ya mulai dari lupa, tidak paham dan kebingungan dalam mengerjakanya, padahal sudah di jelaskan sebelumnya.”(PL, Hasil Wawancara 09 Oktober 2020). Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan pada peneliti di SMA Nurul Amaliyah Tanjung Morawa, menunjukan bahwa siswasiswi di kelas XI sering menunda-nunda untuk mengerjakan atau mengumpulkan tugas pekerjaan rumah (PR). Mereka menunda untuk mengerjakan atau mengumpulkan tugas, dengan alasan seperti tidak paham terhadap pelajaran, lupa, bingung dan terkadang sering berleha-leha dalam mengerjakan tugasnya,



5



sehingga dikejar deadline yang membuat dirinya kebingungan dalam pengerjaan tugas-tugas yang telah diberikan oleh gurunya tersebut. Disamping itu kegiatan yang menyenangkan membuat mereka lupa serta tidak sadar akan kewajiban dasarnya sebagai siswa atau pelajar untuk menyelesaikan tugasnya dengan tepat waktu. Salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang untuk mempunyai suatu kecenderungan perilaku prokrastinasi akademik, antara lain kontrol diri. Kontrol diri (self control), diartikan sebagai kemampuan untuk menyusun, membimbing, mengatur, serta mengarahkan bentuk perilaku yang dapat membawa individu ke arah konsekuensi yang positif (dalam Ghufron & Risnawita, 2016). Kontrol diri merupakan suatu kecakapan individu dalam kepekaan membaca situasi diri dan lingkungannya. Selain itu, juga mampu untuk mengontrol dan mengelola situasi dan kondisi untuk menampilkan diri dalam melakukan sosialisasi untuk mengendalikan perilaku, kecendrungan menarik perhatian, keinginan mengubah perilaku agar sesuai untuk orang lain, menyenangkan orang lain, dan menutupi perasaannya. Seseorang yang memiliki kontrol diri yang tinggi akan mampu untuk mengelola perasaan impulsif dan juga emosi negatif dari dalam dirinya, lebih berpikir jernih, dan tetap fokus



walaupun di bawah tekanan. Sebaliknya



seseorang yang memilki kontrol diri yang rendah cenderung lebih sulit mengatur emosinya serta dorongan-dorongan yang ada didalam dirinya dan sulit sekali mengambil suatu tindakan serta keputusan dengan tepat. Dimana lebih sering



6



melakukan aktivitas sia-sia yang kurang bermanfaat dan hanya membuang waktunya saja. Seorang pelaku prokrastinasi kemungkinan akan memiliki kontrol diri yang rendah, sebab mereka tidak dapat mengatur waktu dengan sebaik-baiknya, sehingga menunda-nunda untuk melakukan tugasnya. Perilaku prokrastinasi akademik sering terjadi dikalangan siswa, hal ini sudah menjadi kebiasaan dan budaya yang turun-menurun. Berdasarkan fenomena yang ada maka peneliti ingin melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Antara Kontrol Diri Dengan Prokrastinasi Akademik Siswa Kelas XI Di SMA Nurul Amaliyah Tanjung Morawa”. Kenapa pada siswa SMA karna peneliti melihat dan merasakan langsung fenomena tersebut, maka dari itu peneliti ingin membuktikan adakah hubungan kontrol diri dengan prokrastinasi akademik. B. Identifikasi Masalah Masalah yang ingin diteliti dalam penelitian ini adalah hubungan antara kontrol diri dengan prokrastinasi akademik, setiap siswa tentunya memiliki tuntutan dan kewajiban atas tugas-tugasnya sebagai pelajar, iyaitu mengerjakan tugas dengan tepat waktu. Dan apabila siswa tersebut tidak mampu untuk mengatasinya maka siswa-siswi tersebut pasti akan mengalami prokrastinasi akademik. Melihat jenis tugas yang biasanya sering ditunda oleh siswa adalah salah satunya tugas perkerjaan rumah iyaitu (PR). Jika siswa-siswi tidak mengerjakan tugasnya dengan tepat waktu, kelemahan motivasi dalam dirinya akan menurun yang ditandai dengan munculnya ciri-ciri penundaan dalam mengerjakan tugas iyaitu, penundaan untuk



7



memulai dan menyelesaikan tugas, keterlambatan dalam mengerjakan tugas, kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja, melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan Melihat fenomena yang terjadi hubungan antara kontrol diri dengan prokrastinasi akademik yang dialami siswa di SMA Nurul Amaliyah, kontrol diri siswa-siswi tersebut relatif rendah, kurangnya kemampuan siswa dalam mengendalikan dirinya untuk bisa mengerjakan tugasnya dengan baik dan tepat waktu, mereka sering melakukan aktivitas sia-sia seperti begadang semalaman untuk bermain game online, membuka sosial media belebihan dan aktivitasaktivitas lain yang tidak bermanfaat yang hanya membuang-buang waktu saja. Dengan adanya hubungan tersebut peneliti ingin melihat lebih lanjut “Hubungan Antara Kontrol Diri Dengan Prokrastinasi Akademik Kelas XI di SMA Nurul Amaliyah Tanjung Morawa”. C. Batasan Masalah Agar penelitian dapat dilakukan lebih fokus, sempurna, dan mendalam maka penulis memandang permasalahan penelitian yang diangkat perlu dibatasi variabelnya. Oleh sebab itu, penulis membatasi diri hanya berkaitan dengan “Hubungan Antara Kontrol Diri Dengan Prokrastinasi Akademik Siswa Kelas XI Di SMA Nurul Amaliyah Tanjung Morowa”. D. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas maka peneliti membuat rumusan masalah. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Apakah



8



Ada Hubungan Antara Kontrol Diri Dengan Prokrastinasi Akademik Siswa Kelas XI Di SMA Nurul Amaliyah Tanjung Morawa? E. Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya “Hubungan Antara Kontrol Diri Dengan Prokrastnasi Akademik Siswa Kelas XI Di SMA Nurul Amaliyah Tanjung Morawa” F. Manfaat Penelitian 1.



Manfaat Teoritis Penelitian ini dapat memberikan pengetahuan dan informasi mengenai Hubungan Antara Kontrol Diri Dengan Prokrastinasi Akademik Siswa Kelas XI Di SMA Nurul Amaliyah Tanjung Morawa.



2.



Manfaat Praktis Dapat memberikan pengetahuan bahwa terdapat Hubungan Antara Kontrol Diri Dengan Prokrastinasi Akademik Siswa Kelas XI Di SMA Nurul Amaliyah Tanjung Morawa. Sebagai Referensi untuk penelitian selanjutnya untuk melakukan penelitian dimasa yang akan datang.



9



BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Siswa 1.



Pengertian Siswa Menurut kamus besar bahasa indonesia, siswa adalah pelajar akademik.



Dimana individu merupakan seorang yang belajar pada jenjang tertentu mulai dari sekolah dasar, sekolah menengah dan seterusnya. Siswa merupakan seseorang yang menjalani proses belajar di sekolah. Proses tersebut dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam berpikir, mengendalikan emosi, hingga menjalin hubungan dengan individu lain di lingkungan yang lebih luas (Sardiman 2003). Pengertian siswa (dalam adisty, 2019) merupakan pelajar yang duduk dimeja belajar setara sekolah dasar (SD) maupun menengah pertama (SMP), sekolah



menengah



keatas



(SMA).



Siswa-siswa



tersebut



belajar



untuk



mendapatkan ilmu pengetahuan dan untuk mencapai pemahaman ilmu yang telah didapat dunia pendidikan. Siswa atau perserta didik adalah mereka yang secara khusus diserahkan oleh kedua orangtuanya untuk mengikuti pembelajaran yang diselenggarakan di sekolah, dengan tujuan untuk menjadi manusia yang berilmu pengetahuan, berketerampilan, berpengalaman, berkepribadian, berahlak mulia, dan mandiri. Siswa adalah seseorang yang unik yang berkembang sesuai dengan tahap perkembangannya. Perkembangan seorang remaja adalah perkembangan dari seluruh



aspek



kepribadiannya,



namun



dengan



tempo



dan



irama



dari



perkembangan masing-masing remaja pada setiap aspek tidak selalu sama. Hal



10



yang sama adalah siswa yang juga bisa dikatakan sebagai kelompok orang, dengan usia tertentu yang belajar dengan baik, baik secara berkelompok maupun perorangan. Siswa juga bisa disebut sebagai pelajar, pada saat berbicara tentang siswa tentu pikiran kita tertuju pada lingkungan sekolah, baik di sekolah dasar atau menengah Jawa pos (dalam adisty 2019). Dari pendapat tersebut diketahui bahwa siswa adalah pelajar akademik. Dimana mereka merupakan seorang yang belajar pada jenjang tertentu mulai dari sekolah dasar, sekolah menengah dan seterusnya. Siswa-siswa tersebut belajar untuk mendapatkan ilmu pengetahuan untuk mencapai pemahaman ilmu yang telah didapat dalam dunia pendidikan. B. Prokrastinasi Akademik 1.



Pengertian Prokrastinasi Prokrastinasi berasal dari bahasa latin procrastination dengan awalan



“pro” yang berarti mendorong maju atau bergerak maju dan akhiran “crastinus” yang berarti keputusan hari esok. Jika digabungkan menjadi “menangguhkan” atau menunda sampai hari berikutnya. Menurut Brown dan Holzaman (dalam Ghufron dan Risnawita, 2016) Prokrastinasi digunakan untuk menunjukan suatu kecenderungan menunda-nunda menyelesaikan suatu tugas atau suatu perkerjaan. Dan menurut Watson (dalam Ghufron dan Risnawita, 2016) Prokrastinasi berkaitan dengan takut gagal, dan tidak suka pada tugas yang diberikan, menentang dan melawan kontrol, serta juga mempunyai sifat ketergantungan dan kesulitan dalam membuat keputusan.



11



Menurut Silver (dalam Ghufron dan Risnawita, 2016) Seseorang yang melakukan prokrastinasi tidak bermaksud untuk menghindari atau tidak mau tahu dengan tugas yang dihadapinya. Akan tetapi, seorang pelaku prokrastinasi hanya menunda-nunda untuk mengerjakannya sehingga menyita waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas. Prokrastinasi akademik diartikan sebagai kebiasaan individu untuk cenderung



meninggalkan,



menunda



serta



menghindarkan



diri



untuk



mmenuntaskan kegiatan yang semestinya harus dituntaskan. Tuckman (dalam Tresnawati, 2016) Menjelaskan pengertian dari prokrastinasi yaitu perilaku yang dapat dilakukan oleh berbagai kalangan tanpa memandang umur, jenis kelamin serta pekerjaan yang sudah bekerja maupun yang masih duduk di bangku pendidikan. Burka & Yuen (dalam Tresnawati 2016). Ellis dan knaus (dalam Ghufron dan Risnawita, 2016) Mengatakan bahwa prokrastinasi akademik adalah kebiasaan penundaan yang tidak bertujuan dan proses penghindaran tugas yang sebenarnya tidak perlu dilakukan. Hal ini terjadi karena adanya perasaan takut gagal, dan pandangan bahwa segala sesuatu harus dilakukan dengan benar. Penundaan yang telah terjadi respons tetap atau kebiasaan dapat dipandang sebagai suatu trait prokrastinasi. Salmon dan Rathblum (dalam Ghufron & Rasnawita 2016) Prokrastinasi akademik, adalah kecenderungan individu dalam merespon tugas yang dihadapi dengan mengulur-ulur waktu untuk memulai maupun menyelesaikan kinerja secara sengaja untuk melakukan aktivitas lain yang tidak dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas.



12



Menurut Solomon dan Rothblum (dalam Ghufron dan Risnawita, 2016) Jenis tugas yang menjadi obyek prokrastinasi akademik adalah: tugas mengarang, belajar untuk menghadapi ujian, membaca, kinerja administratif, mengikuti pembelajaran di kelas, dan kinerja akademik secara keseluruhan. Ferarri dkk (dalam Ghufron dan Risnawita, 2016) Menyimpulkan bahwa pengertian dari prokrastinasi dapat dilihat dari beberapa batasan yaitu : a. Prokrastinasi hanya sebagai suatu perilaku penundaan, setiap perbuatan yang menunda dalam menyelesaikan suatu tugas disebut prokrastinasi,



tanpa



mempermasalahkan



tujuan



serta



alasan



penundaan. b. Prokrastinasi sebagai suatu kebiasaan atau pola perilaku yang dimiliki individu yang mengarah kepada trait, penundaan sudah menjadi respontetap yang dilakukan seseorang dalam mengerjakan tugas, biasanya disertai oleh keyakinan-keyakinan irasional. c. Prokrastinasi sebagai suatu trai kepribadian, dalam pengertian ini prokrastinasi tidak hanya sebagai perilaku penundaan, tetapi merupakan traityang melibatkan komponen-komponen perilaku maupun struktur mental yang saling terkait yang dapat dikketahui secara langsung maupun tidak langsung. Dari



beberapa



penjelasan



diatas



prokrastinasi



akademik



dapat



disimpulkan sebagai kebiasaan penundaan yang tidak bertujuan dan proses penghindaran tugas yang sebenarnya tidak perlu dilakukan. Dimana adanya kecenderungan individu dalam merespon tugas yang dihadapi dengan mengulur-



13



ulur waktu untuk memulai maupun menyelesaikan kinerja secara sengaja untuk melakukan aktivitas lain yang tidak dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas. 2.



Faktor-Faktor Prokrastinasi Akademik Ghufron



&



Risnawita,



2016



faktor-faktor



yang



mempengaruhi



Prokrastinasi akademik dapat dikategorikan menjadi dua macam, iyaitu faktor internal dan faktor eksternal. a. Faktor internal Faktor internal adalah faktor-faktor yang terdapat dalam diri individu yang mempengaruhi pokrastinasi. Faktor-faktor itu meliputi kondisi fisik dan kondisi psikologis dari individu. 1) Kondisi fisik individu Faktor dari dalam individu yang turut mempengaruhi munculnya prokrastinasi akademik adalah keadaan fisik dan kondisi kesehatan individu, misalnya fatigue. Seseorang yang mengalami fatigue akan memiliki kecenderungan yang lebih tinggi untuk melakukan prokrastinasi dari pada yang tidak. Tingkat inteligensi yang dimiliki seseorang



tidak



memengaruhi



perilaku



prokrastinasi.Walaupun



prokrastinasi sering disebabkan oleh adanya keyakinan-keyakinan yang irasional yang dimiliki seseorang. 2)



Kondisi psikologis individu Menurut Millgram dkk, (dalam Ghufron & Risnawita 2016) Trait kepribadian individu yang turut mempengaruhi munculnya perilaku penundaan, misalnya trait kemampuan sosial yang tercermin dalam



14



self-regulation dan tingkat kecemasan dalam berhubungan sosial. Besarnya motivasi yang dimiliki seseorang juga akan mempengaruhi prokrastinasi secara negatif. Semakin tinggi motivasi intrinsik yang dimiliki individu ketika menghadapi tugas, akan semakin rendah kecenderungannya untuk melakukan prokrastinasi akademik. Selain itu yang turut mempengaruhi seseorang untuk mempunyai suatu kecenderungan perilaku prokrastinasi antara lain adalah self control, self efikasi diri, self conscious, dan self critical. b. Faktor eksternal Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang terdapat diluar diri individu yang mempengaruhi prokrastinasi. Faktor-faktor itu berupa pengasuhan orangtua dan lingkungan yang kondusif, yaitu lingkungan yang lenient (lunak). 1) Gaya pengasuhan orang tua Hasil penelitian Ferrari dan Ollivete (Gufron & Risnawati 2016) Menemukan bahwa tingkat pengasuhan otoriter ayah menyebabkan munculnya kecenderungan perilaku prokrastinasi yang kronis pada subjek penelitian anak perempuan, sedangkan tingkat pengasuhan otoriter



ayah



menghasilkan



anak



perempuan



yang



bukan



prokrastinator. Ibu yang memiliki kecenderungan melakukan avoidance procratination menghasilkan anak perempuan yang memiliki kecenderungasn untuk melakukan avoidance procratination pula.



15



2) Kondisi lingkungan Kondisi lingkungan yang lenient prokrastinasi akademik lebih banyak dilakukan pada lingkungan yang rendah dalam pengawasan daripada lingkungan yang penuh pengawasan. Tingkat atau level sekolah, juga apakah sekolah terletak di desa ataupun di kota tidak mempengaruhi perilaku prokrastinasi seseorang. Menurut Biordi (dalam Azhari, 2019) Mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi prokrastinasi akademik terbagi menjadi tiga yaitu: a. Karakteristik tugas yang dipersepsikan siswa sebagai tugas yang menyenangkan atau membosankan mempengaruhi siswa untuk menunda penyelesaian tugas. Karakteristik tugas yang membosankan pada umumnya membuat siswa melakukan penundaan terhadap suatu tugas. b. Individu yang memiliki kepercayaan diri yang rendah akan cenderung melakukan prokrastinasi. Hal ini merupakan faktor kepribadian prokrastinator. c. Faktor situasional, yaitu adanya gangguan atau distraksi lingkungan yang mempengaruhi seseorang untuk menunda pekerjaan. Catrunada, (dalam Arumsari, dkk 2018), mengungkapkan ada sepuluh faktor yang dapat menyebabkan prokrastinasi, yaitu : 1) Anxiety Anxiety dapat diartikan sebagai kecemasan. Kecemasan pada akhirnya menjadi kekuatan magnetik yang berlawanan dimana tugas-tugas yang



16



diharapkan dapat diselesaikan berinteraksi dengan kecemasan yang tinggi, sehingga seseorang cenderung menunda tugas tersebut. 2) Self-depreciation Dapat diartikan sebagai pencelaan terhadap diri sendiri. Seseorang memiliki penghargaan yang rendah atas dirinya sendiri dan selalu siap untuk menyalahkan diri sendiri ketika terjadi kesalahan dan juga merasa tidak percaya diri untuk mendapat masa depan yang cerah. 3) Low discomfort tolerance Dapat diartikan sebagai rendahnya toleransi terhadap ketidaknyamanan. Adanya kesulitan pada tugas yang dikerjakan membuat seseorang mengalami kesulitan untuk menoleransi rasa frustrasi dan kecemasan, sehingga mereka mengalihkan diri sendiri kepada tugas-tugas yang mengurangi ketidaknyamanan dalam diri mereka. 4) Pleasure-seeking Dapat diartikan sebagai pencari kesenangan. Seseorang yang mencari kenyamanan cenderung tidak mau melepaskan situasi yang membuat nyaman tersebut. Jika seseorang memiliki kecenderungan tinggi dalam mencari situasi yang nyaman, maka orang tersebut akan memiliki hasrat kuat untuk bersenang-senang dan memiliki kontrol impuls yang rendah. 5) Time disorganization



17



Dapat diartikan sebagai tidak teraturnya waktu. Mengatur waktu berarti bisa memperkirakan dengan baik berapa lama seseorang membutuhkan waktu untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut. Aspek lain dari lemahnya pengaturan waktu adalah sulitnya seseorang memutuskan pekerjaan apa yang penting dan kurang penting untuk dikerjakan hari ini. Semua pekerjaan terlihat sangat penting sehingga muncul kesulitan untuk menentukan apa yang harus dikerjakan terlebih dahulu. 6) Environmental disorganization Dapat diartikan sebagai berantakan atau tidak teraturnya lingkungan. Salah satu faktor prokrastinasi adalah kenyataan bahwa lingkungan disekitarnya berantakan atau tidak teratur dengan baik, hal itu terjadi kemungkinan karena kesalahan individu tersebut. Adanya begitu banyak gangguan pada area wilayah pekerjaan menyulitkan seseorang untuk berkonsentrasi sehingga pekerjaan tersebut tidak bisa selesai tepat pada waktunya. 7) Poor task approach Poor Task Approach Dapat diartikan sebagai pendekatan yang lemah terhadap tugas. Jika akhirnya seseorang merasa siap untuk bekerja, kemungkinan dia akan meletakkan kembali pekerjaan tersebut karena tidak tahu darimana harus memulai sehingga cenderung menjadi tertahan oleh ketidaktahuan tentang bagaimana harus memulai dan menyelesaikan pekerjaan tersebut.



18



8) Lack of assertion Dapat diartikan sebagai kurangnya memberikan pernyataan yang tegas. Contohnya adalah seseorang yang mengalami kesulitan untuk berkata tidak terhadap permintaan yang ditujukan kepadanya sedangkan banyak hal yang harus dikerjakan karena telah dijadwalkan terlebih dulu. Hal ini bisa terjadi karena mereka kurang memberikan kehormatan atas semua komitmen dan tanggung jawab yang dimiliki. 9) Hostility with others Dapat diartikan sebagai permusuhan terhadap orang lain. Kemarahan yang terus menerus bisa menimbulkan dendam dan sikap bermusuhan sehingga bisa menuju sikap menolak atau menentang apapun yang dikatakan oleh orang tersebut. 10) Stress and fatigue Dapat diartikan sebagai perasaan tertekan dan kelelahan. Stres adalah hasil dari sejumlah intensitas tuntutan negatif dalam hidup yang digabung dengan gaya hidup dan kemampuan mengatasi masalah pada diri individu. Semakin banyak tuntutan dan semakin lemah sikap seseorang dalam memecahkan masalah, dan gaya hidup yang kurang baik, semakin tinggi stres seseorang. Faktor lain yang di dapat dari penelitian yang dilakukan oleh Steel (dalam Indah Sari, 2018) Menyebutkan bahwa prokrastinasi dapat terjadi karena dipengaruhi oleh self regulatory failure (kegagalan dalam pengaturan diri),



19



rendahnya self efficacy, self control, dan keyakinan irasional (takut akan gagal dan perfeksionis). Jadi dari penjelasan diatas dapat disimpulkan ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi yaitu faktor internal, yang meliputi, self control, self efikasi diri, self conscious, dan self critical. Dan eksternal gaya pengasuhan orang tua dan kondisi lingkungan. 3.



Aspek-Aspek Prokrastinasi Akademik Menurut Tuckman (dalam jamila, 2020) Menjelaskan bahwa prokrastnasi



akademik terbagi menjadi beberapa aspek yang akan di jelaskan sebagai berikut: a.



Kecenderungan untuk menunda-nunda melakukan hal yang ingin dikerjakan (ketika menggunakan waktu senggang dan menunggu sampai menit terakhir). Individu yang melakukan prokrastinasi paham bahwa pekerjaan atau tugas yang dikerjakan harus segera diselesaikan, akan tetapi individu tersebut menunda-nunda untuk mengerjakannya, ataupun menunggu waktu yang tenggang dan bahkan menunggu sampai menit-menit terakhir tugas ingin dikumpul, selanjutnya menunda-nunda belajar ketika menghadapi ujian.



b.



Kecenderungan



melakukan



hal-hal



yang



menyenangkan



ketika



mengalami kesulitan dan bahkan menghindari ketidaknyamanan tentang tugas yang dikerjakan (mencari celah atau jalan pintas untuk melewati tugas berat). Seorang prokrastinator ketika mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas cenderung melakukan hal-hal yang menyenangkan, seperti mendengarkan musik, memainkan handphone, membaca buku



20



cerita dan sebagainya. Selanjutnya, menghindari ketidaknyamanan tentang tugas yang dikerjakan, seperti mencontek tugas temannya, jalan-jalan, dan sebagainya, sehingga menyita waktu yang dimiliki untuk mengerjakan tugas yang harus diselesaikan. c.



Kecenderungan untuk menyalahkan (saya percaya bahwa orang lain tidak memiliki hak untuk memberikan batas waktu). Seorang prokrastinator ketika tugasnya tidak selesai pada waktunya, cenderung menyalahkan orang lain, seperti menyalahkan guru terlalu cepat memberikan waktu untuk mengerjakan tugas yang telah diberikan, menyalahkan teman, orangtua, mengajak temannya untuk tidak mengerjakan tugas, dan bahkan objek lain yang menjadi sasaran untuk menutupi tugas yang dikerjakan itu tidak selesai, contohnya yaitu: membuat alasan mati lampu, ada acara keluarga, buku tugas tertinggal di rumah, dan sebagainya.



Menurut Millgram (dalam Ghufron dan Risnawita, 2016) Aspek-aspek prokrastinasi iyaitu perilaku spesifik yang meliputi : a. Suatu perilaku yang melibatkan unsur penundaan, baik untuk memulai maupun menyelesaikan suatu tugas atau aktivitas. b. Menghasilkan akibat-akibat lain yang lebih jauh, misalnya keterlambatan menyelesaikan tugas maupun kegagalan dalam mengerjakan tugas. c. Melibatkan suatu tugas yang dipersepsikan oleh pelaku prokrastinasi sebagai suatu tugas yang penting untuk dikerjakan, misalnya tugas kantor, tugas sekolah maupun tugas rumah tangga.



21



d. Menghasilkan keadaan emosional yang tidak menyenangkan, misalnya perasaan cemas, perasaan bersalah, marah, panik dan sebagainya. Dari uraian diatas dapat disimpulkan ada beberapa aspek yang dapat mempengaruhi prokrastinasi akademik iyaitu: kecenderungan untuk menundanunda melakukan hal yang ingin dikerjakan, kecenderungan melakukan hal-hal yang menyenangkan, kecenderungan untuk menyalahkan. Dan suatu perilaku yang melibatkan unsur penundaan, menghasilkan akibat-akibat lain, melibatkan suatu tugas yang dipersepsikan, menghasilkan keadaan emosional. 4.



Ciri-Ciri Prokrastinasi Akademik Menurut Ferrari dkk (dalam Ghufron & Risnawita 2016) Prokrastinasi



akademik sebagai suatu perilaku penundaan dapat dimanifestasikan dalam beberapa indikator tertentu yang dapat diamati ciri-cirinya, sebagai berikut: a. Penundaan untuk memulai dan menyelesaikan tugas. Seseorang yang melakukan prokrastinasi akademik tahu bahwa tugas yang dihadapi harus segera diselesaikan, akan tetapi ia menunda-nunda untuk memulai mengerjakannya ataumenunda-nunda untuk menyelesaikannya sampai tuntas. jika ia sudah mulai mengerjakan sebelumnya. b. Keterlambatan dalam mengerjakan tugas. Orang yang melakukan prokrastinasi akademik membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mengerjakan suatu tugas dari pada waktu yang dibutuhkan pada umumnya. Procrastinator menggunakan



22



banyak waktu untuk mempersiapkan dirinya secara berlebihan, selain itu melakukan hal-hal yang tidak berkaitan dengan tugas tanpa memperhitungkan keterbatasan waktu yang dimilikinya. Lambannya seseorang dalam mengerjakan tugas dapat menjadiciri umum dari prokrastinasi akademik. c. Kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual Seorang prokrastinator kesulitan untuk melakukan suatu tugas dengan batas waktu yang telah ditentukan sebelumnya, ia juga sering mengalami keterlambatan dalam memenuhi deadline yang telah ditentukan, baik oleh orang lain maupun rencana yang telah ditentukan oleh dirinya sendiri. Procrastinator sudah menentukan waktunya sendiri untuk mengerjakan tugas, akan tetapi ketika saatnya tiba ia tidak mengerjakan tugas sesuai waktu yang telah ditentukan sehingga menyebabkan keterlambatan bahkan kegagalan untuk menyelesaikan tugas secara memadai. d. Melakukan aktivitas yang lebih menyenangkan Menggunakan waktunya untuk melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan dan dianggap hiburan dari pada mengerjakan tugas yang harus dikerjakan, seperti membaca (Koran, majalah, buku cerita, dan lainnya) nonton, ngobrol, jala, mendengarkan music, dan sebagainya sehingga menyita waktu yang dia miliki untuk mengerjakan tugas yang seharusnya dikerjakan.



23



Edwin & Sia (dalamFatimaullah dkk, 2019) yang mengemukakan 4 ciri-ciri prokrastinasi akademik yang meliputi: 1) Perceived time, seseorang yang cenderung prokrastinasi adalah orangorang yang gagal menepati deadline. Mereka berorientasi pada masa sekarang dan tidak memertimbangkan masa mendatang. 2) Intention-action, celah antara keinginan dan tindakan. Perbedaan antara keinginan dan tindakan senyatanya ini terwujud pada kegagalan siswa dalam mengerjakan tugas akademik walaupun siswa tersebut punya keinginan untuk mengerjakannya. Hal ini terkait pula dengan kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual. 3) Emotional



distress,



adanya



perasaan



cemas



saat



melakukan



prokrastinasi. Perilaku menunda-nunda akan membawa perasaan tidak nyaman pada pelakunya, konsekuensi negatif yang ditimbulkan memicu kecemasan dalam diri perilaku prokrastinasi. 4) Perceived ability atau keyakinan terhadap kemampuan diri. Walaupun prokrastinasi



tidak



berhubungan



dengan



kemampuan



kognitif



seseorang, namun keragu-raguan terhadap kemampuan dirinya dapat menyebabkan seseorang melakukan prokrastinasi. Prokrastinasi akademik dapat termani-festasikan dalam indikator tertentu yang dapat diukur dan diamati dengan beberapa ciri. Ciri-ciri tersebut menurut Burka & Yuen (dalam azalia dkk, 2016), antara lain: a. Perfeksionis



24



Prokrastinator merasa bahwa segala sesuatunya itu harus sempurna. Lebih baik menunda daripada berkerja keras dan mengambil resiko kamudian dinilai gagal. Prokrastinator akan menunggu sampai dirasa saat yang tepat bagi dirinya untuk bertindak agar dapat memperoleh hasil yang sempurna. b. Kurang percaya diri Individu yang menunda biasnya berjuang dengan perasaannya yang kurang percaya diri dn kurang menghargai diri sendiri. individu yang demikian ini kemungkinan ingin berada pada penampilan yang bagus, sehingga menunda. Prokrastinator merasa tidak sanggup menghasilkan sesuatu dan terkadang menahan ide-ide yang dimilikinya karen takut tidak diterima orang lain. c. Penghindaran pada tugas Prokrastinator menghindari suatu tantangan segala sesuatu yang dilakukannya, bagi prokrastinator seharusnya terjadi dengan mudah dan tampa usaha. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri prokrastinasi akademik adalah penundaan untuk memulai maupun menyelesaikan kerja pada tugas yang dihadapi, keterlambatan dalam mengerjakan tugas, kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja, aktual dan melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan daripada melakukan tugas yang dikerjakan, perceived time, intention-action, emotional distress, perceived ability, perfeksionis, kurang percaya diri, pengindaran pada tugas.



25



C. Kontrol Diri 1.



Pengertian Kontrol Diri Kontrol diri diartikan sebagai kemampuan untuk menyusun membimbing



mengatur, dan mengarahkan bentuk perilaku yang dapat membawa ke arah kuensikuensi positif. Kontrol diri merupakan suatu kecakapan individu dalam kepekaan membaca situasi diri dan ingkungannya. Selain itu, juga kemampuan untuk menngontrol dan mengelola faktor-faktor perilaku sesuai dengan situasi dan kondisi untuk menampilkan diri dalam melakukan sosialisasi kemampuan untuk mengendalikan perilaku. Kecenderungan menarik perhatian, keinginan mengubah perilaku agar sesuai untuk orang lain, menyenangkan orang lain, selalu komform dengan orang lain (dalam Ghufron & Risnawita, 2016). Calhoun



dan



Acocella



(dalam



Ghufron



&



Risnawita



2016)



Mendefinisikan kontrol diri (self control) sebagai pengaturan proses-proses fisik, psikologis dan perilaku seseorang, dengan kata lain serangkaian proses yang membentuk dirinya sendiri. Lazarus (dalam Syamsul Bachri, 2010) Menjelaskan bahwa kontrol diri menggambarkan keputusan individu melalui pertimbangan kognitif untuk menyatukan perilaku yang telah disusun guna meningkatkan hasil dan tujuan tertentu sebagaimana yang diinginkan. Kontrol diri merujuk pada kemampuan seseorang untuk melakukan sesuatu yang ingin dilakukan tampa terhalangi baik oleh rintangan maupun kekuatan yang berasal dari dalam diri individu. Jadi kontrol dirimerupakan kemampuan individu untuk mengendalikan dorongandorongan, baik baik dalam diri maupun dari luar individu. (Gleitman, dalam Syamsul Bachri, 2010).



26



Syder dan Gangestad (dalam Ghufron & Risnawita, 2016) Mengatakan bahwa konsep mengenai kontrol diri secara langsung sangat relevan untuk melihat hubungan antar pribadi dengan lingkungan masyarakat dalam mengatur kesan masyarakat yang sesuai dengan isyarat situasional dalam bersikap dan berpendirian yang efektif. Menurut Mahoney dan Thoresen (dalam Gufron& Risnawita 2016) Kontrol diri merupakan jalinan secara utuh (Inegrative) yang dilakukan individu tehadap lingkungannya. Individu cenderung akan mengubah perilakunya sesuai dengan pemintaan situasi sosial yang kamudian dapat mengatur kesan yang dibuat perilakunya lebih responsif, berusaha untuk mempelancar interaksi sosial, bersikap hangat, dan terbuka. Hurlock (dalam Azalia 2019) Mengemukakan bahwa kemampuan mengontrol diri berkembang seiring dengan perkembangan usia. Salah satu tugas perkembangan yang harusdikuasai remaja adalah mempelajari apa yang diharapkan oleh kelompok dari dirinya kemudian mau membentuk perilakunya agar sesuai dengan harapan sosial tanpa harus dibimbing, diawasi didorong, dan diancam (hukuman) seperti yang dialami pada waktu anak-anak. Menurut Block and Block (dalam Ghufron & Risnawati, 2016) Ada tiga jenis kualitas kontrol diri, yaitu over control, under control, dan appropriate control. Over control merupakan control diri yang dilakukan oleh individu secara berlebihan yang menyebabkan individu banyak menahan diri dalam bereaksi terhadap stimulus. Under control merupakan suatu kecenderungan individu untuk melepaskan impulsivitas dengan bebas tampa perhitungan yang masak. Sementara



27



uppropriate control merupakan control individu dalam upaya mengendalikan implus secara tepat. Golemen (dalam Syamsul Bachri, 2010) Kontrol diri berkaitan erat dengan



keterampilan



emosional.



Keterampilan



emosional



mencangkup



pengendalian diri, semangat dan ketekunan, serta kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapin frustasi, kesanggupan untukmengendalikan dorongan hati dan emosi, tidak berlebihan dalam kesenangan, mengatur suasana hati, dan menjaga agar beban stres tidak melumpuhkan kemampuan berfikir, untuk membaca persaan terdalam orang lain. Selanjutnya kontrol diri berpengaruh terhadap kesuksesan studi dan kepribadian. Carly dan pater (dalam Syamsul Bachri, 2010) Keterampilan emosional adalah kempuan merasakan, memahami, dan secara selektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi dan mengaruh yang manusiawi. Keterampilan emosi menuntun penilikan perasaan, belajar mengakui menghargai perasaan pada diri dan orang lain, serta menanggapinya dengan tepat, menerapkan secara efektif energi emosi dalam kehidupan sehari-hari. Calhoun



dan



Acocella



(dalam



Ghufron



&



Risnawita



2016)



Mengemukakan dua alasan yang mengharuskan individu mengkontrol diri seacara kontinu. Pertama, individu hidup bersama kelompok sehingga dalam memuaskan keinginannya individu harus mengkontrol perilakunya agar tidak menggangu kenyamanan orang lain. Kedua, masyarakat mendorong individu untuk secara konstan menyusun standar yang lebih baik dari dirinya. Ketika berusaha memenuhi tuntutan, dibutkan pengontrolan diri agar dalam proses pencapaian standar tersebut individu tidak melakukan hal-hal yang menyimpang.



28



Kontrol diri berkaitan dengan bagaimana individu mengendalikan emosi serta



dorongan-dorongan



dari



dalam



dirinya.



Menurut



konsep



ilmiah,



pengendalian emosi berarti mengarahkan energi emosi ke saluran ekspresi yang bermanfaat dan dapat diterima secara social dimana konsep ilmiah menitik beratkan pada pengendalian akan tetapi, tidak sama artinya dengan penekanan. Ada dua kreteria yang menentukan apakah kontrol emosi dapat diterima secara social atau tidak. Kontrol emosi dapat diterima bila reaksi masyarakat terhadap pengendalian emosi adalah positif, namun reaksi positif saja tidakla cukup karenanya perlu diperhatikan kreteria lain, yaitu efek yang muncul setelah mengontrol emosi terhadap kondisi fisik dan psikis. Hurlock (dalam Gufron & Risnawita 2016) Menyebutkan tiga kreteria emosi. Di bawah ini adalah tiga kreteria emosi tersebut: 1. Dapat melakukan kontrol diri yang bisa diterima secara sosial. 2. Dapat memahami seberapa banyak kontrol yang dibutuhkan untuk memuaskan kebutuhannya dan sesuai dengan harapan masyarakat. 3. Dapat menilai situasi secara kritis sebelum meresponnya dan memutuskan cara beraksi terhadap situasi tersebut. Berdasarkan uraian penjelasan di atas, maka kontrol diri dapat diartikan sebagai suatuaktivitas pengendalian tingkah laku. Kontrol diri sebagai suatu kemampuan untuk menyusun, membimbing, mengatur dan mengarahkan bentuk perilaku yang dapat membawa individu kearah konsekuensi positif.



29



2.



Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kontrol Diri Ghufron & Risnawita, 2016 Faktor-faktor yang mempengaruhi kontrol



diri adalah faktor Internal dan faktor eksternal. a. Faktor internal Faktor internal yang ikut andil terhadap kontrol diri adalah usia. Semakin bertambah usia seseorang, maka semakin baik kemampuan mengontrol diri seseorang. b. Faktor Eksternal Faktor eksternal ini diantaranya adalah lingkungan keluarga. Lingkunag keluarga terutama orang tua menentukan bagaimana kemampuan mengontrol diri seseorang. Hasil penelitian Nasichah (2000) menunjukkan bahwa persepsi remaja terhadap penerapan disiplin orang tua yang semakin demokratis cenderung diikuti tingginya kemampuan mngontrol dirinya. Oleh sebab itu, bila orang tua menerapkan sikap disiplin kepada anaknya secara intens sejak dini, dan orang tua tetap konsisten terhadap semua konsekuensi yang dilakukan anak bila ia menyimpang dari yang sudah ditetapkan, maka sikap kekonsistensian ini akan di internalisasi anak. Tangney, dkk (dalam Ichdha & Abdurrohim, 2019) menyebutkan terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kontrol diri, antara lain yaitu : a. Emosi moral Mendominasi emosi yang berpotensi relevan untuk mengendalikan diri. Rasa malu dan bersalah telah dikaitkan dengan hasil interpersonal dan pribadi.



30



b. Fitur kepribadian Secara teoritis terkait dengan kecenderungan untuk mengendalikan diri. Kapasitas untuk mengendalikan diri jelas merupakan suatu komponen penting dari berperilaku. c. Perfeksionisme Kecenderungan untuk berpegang teguh pada harapan yang tinggi dan tidak realistis standar. Individu yang memiliki perfeksionisme tinggi terkadang dapat mengerahkan kontrol diri yang cukup besar dalam mengerjakan kesempurnaan. Berdasarkan uraian penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa faktorfaktor yang mempengaruhi kontrol diri, adanya faktor internal dan faktor eksternal. Dan faktor lainya iyaitu emosi moral, fitur kepribadian, dan pereksionisme. 3.



Aspek-Aspek Kontrol Diri Averill (Ghufron &Risnawita, 2016) Menyebut kontrol diri dengan



sebutan control personal, yaitu kontrol perilaku (behavior control), control kognitif (cognitive control), dan mengontrol keputusan (decisional control). a. Kontrol Perilaku (Behavior control) Kontrol perilaku merupakan kesiapan tersedianya suatu respon yang dapat secara langsung memengaruhi atau memodifikasi suatu keadaan yang tidak menyenangkan. Kemampuan mengontrol perilaku ini diperinci menjadi dua komponen yaitu mengatur pelaksanaan (regulated administration) dan kemampuan memodifikasi stimulus



31



(stimulus



modifiability).



Kemampuan



mengatur



pelaksanaan



merupakan kemampuan individu untuk mentukan siapa yang mengendalikan situasi atau keadaan. Apakah dirinya sendiri atau aturan perilaku dengan menggunakan kemampuan dirinya dan bila tidak mampu individu akan menggunakan sumber eksternal. Kemampuan mengatur stimulus merupakan kemampuan untuk mengetahui bagaimana dan kapan suatu stimulus yang tidak dikhendaki dihadapi. Ada beberapa cara yang dapat digunakan, iyaitu mencegah atau menjahui stimulus, mendapatkan tenggang waktu diantara rangkaian stimulus yang sedang berlangsung, menghentikan stimulus sebelum waktunya berakhir, dan membatasi intensitasnya. b. Kontrol Kognitif (Cognitive control) Kontrol kognitif merupakan kemampuan individu dalam mengolah informasi yang tidak diinginkan dengan cara menginterpretasi, menilai, atau menghubungkan suatu kejadian dalam suatu kerangka kognitif sebagai adaptasi psikologis atau mengurangi tekanan. Aspek ini terdiri atas dua komponen, yaitu memperoleh informasi (information gain) dan melakukan penilaian (appraisal). Dengan informasi yang dimiliki oleh individu mengenai suatu keadaan yang tidak menyenangkan, individu dapat mengantisipasi keadaan tersebut dengan berbagai pertimbangan. Melakukan penilaian berarti individu berusaha meniali dan menafsirkan suatu keadaan atau peristiwa dengan cara memerhatikan segi-segi porsitif secara subjektif.



32



c. Kontrol Dalam Mengambil Keputusan (Desional control) Mengontrol keputusan merupakan kemampuan seseorang untuk memilih hasil atau suatu tindakan berdasarkan pada sesuatu yang diyakini atau disetujuinya. Kontrol diri dalam menentukan pilihan akan berfungsi, baik dengan adanya suatu kesempatan, kebebasan, atau kemungkinan pada diri individu untuk memilih berbagai kemungkinan tindakan. Tangney, dkk (dalam Azhari, 2019) mengusulkan bahwa self-control atau kontrol diriterdiri atas lima aspek sebagai berikut ini: a.



Self-discipline, yaitu mengacu pada kemampuan individu dalam melakukan



disiplin



diri.



Hal



ini



berarti



individu



mampu



memfokuskan diri saat melakukan tugas. Individu dengan selfdiscipline mampu menahan dirinya dari hal-hal lain yang dapatmengganggu konsentrasinya. b.



Deliberate/nonimpulsive, yaitu kecenderungan individu untuk melakukan sesuatu dengan pertimbangan tertentu, bersifat hati-hati, dan tidak tergesa-gesa. Ketika individu sedang bekerja, ia cenderung tidak



mudah



teralihkan.



Individu



yang



tergolong



nonimpulsivemampu bersifat tenang dalam mengambil keputusan dan bertindak. c.



Healthy habits, yaitu kemampuan mengatur pola perilaku menjadi kebiasaan yang menyehatkan bagi individu. Oleh karena itu, individu dengan healthy habitsakan menolak sesuatu yang dapat menimbulkan dampak buruk bagi dirinya meskipun hal tersebut



33



menyenangkan. Individu dengan healthy habitsakan mengutamakan hal-hal yang memberikan dampak positif bagi dirinya meski dampak tersebut tidak diterima secara langsung. d.



Work ethicyang berkaitan dengan penilaian individu terhadap regulasi diri mereka di dalam layanan etika kerja. Individu mampu menyelesaikan pekerjaan dengan baik tanpa dipengaruhi oleh hal-hal di luar tugasnya meskipun hal tersebut bersifat menyenangkan. Individu dengan work ethic mampu memberikan perhatiannya pada pekerjaan yang sedang dilakukan.



e.



Reliability, yaitu dimensi yang terkait dengan penilaian individu terhadap kemampuan dirinya dalam pelaksanaan rancangan jangka panjang untuk pencapaian tertentu. Individu ini secara konsisten akan mengatur perilakunya untuk mewujudkan setiap perencanan.



Berdasarkan uraian dan penjelasan di atas, maka untuk mengukur kontrol diri biasanya digunakan aspek-aspek iyaitu: kemampuan mengontrol perilaku, kontrol kognitif, dan kontrol dalam mengambil keputusan. dan aspek lainya ada self-discipline,



deliberate/nonimpulsive,



healthy



habits,



work



ethicyang,



reliability. D. Hubungan Antara Kontrol Diri dengan Prokrastinasi Akademik Menurut Brown dan Holzaman (dalam Ghufron dan Risnawita, 2016) Prokrastinasi adalah suatu kecenderungan menunda-nunda menyelesaikan suatu tugas atau suatu perkerjaan. Dimana individu dalam merespon tugas yang dihadapi dengan sengaja mengulur-ulur waktu untuk memulai maupun



34



menyelesaikan kinerja untuk melakukan aktivitas lain yang tidak dibutuhkan untuk menyelesaikan tugasnya disebut dengan prokrastinasi. Seseorang individu atau disebut dengan (Prokrastinator) yang suka menunda perkerjanya dan tugasnya memilki ciri-ciri iyaitu: penundaan untuk memulai dan menyelesaikan tugas, keterlambatan dalam mengerjakan tugas, kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual, melakukan aktivitas yang lebih menyenangkan. Faktor yang mempengaruhi seorang siswa cenderung melakukan tindakan prokarastinasi salah satunya adalah kontrol diri. Kontrol diri diartikan sebagai kemampuan untuk menyusun membimbing mengatur, dan mengarahkan bentuk perilaku yang dapat membawa ke arah kuensikuensi positif. Besarnya motivasi yang dimiliki siswa juga akan mempengaruhi prokrastinasi secara negatif, semakin tinggi motivasi instriksik yang dimiliki siswa ketika menghadapi tugas, akan semakin rendah untuk melakukan prokrastinasi akademik. Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa kontrol diri dari aspek perilaku, kognitif serta mengambil keputusan sangat berpengaruh dalam melakukan tindakan, salah satunya adalah perilaku prokrastinasi akademik. Siswa dengan kontrol diri tinggi akan mampu untuk mengatur dan mengarahkan perilakunya ke arah yang positif, mampu mengatasi berbagai hal yang nantinya akan merugikannya. Sedangkan, siswa dengan kontrol diri rendah cenderung hanya mengejar kesenangan sesaat tanpa mempertimbangkan konsekuensi jangka panjang dan mudah teralihkan serta tidak dapat menahan dirinya untuk melakukan aktivitas lain.



35



Maka dapat disimpulkan bahwa Prokrastinasi akademik memiiki hubungan dengan kontrol diri. Hal tersebut dapat terlihat bahwa prokrastinasi akademik merupakan salah sau faktor yang mempengaruhi kontrol diri yang di kemukakan oleh Gufron & Risnawita, 2016). Hal ini sejalan dengan penelitian Husna & Suprihatin (2019) Dengan judul penelitian “Hubungan antara kontrol diri dengan prokrastinasi akademik pada siswa Islam Sultan Agung 1 Semarang”. Yang mengatakan bahwa terdapat hubungan negatif yang sangat signifikan antara kontrol diri dengan prokrastinasi akademik. Artinya semakin tinggi tingkat kontrol diri yang dimiliki siswa tersebut, maka akan semakin rendah tingkat prokrastinasi akademik, sebaliknya jika semakin rendah tingkat kontrol diri yang dimiliki siswa maka prokrastinasi akademik pada siswa akan semakin tinggi. Berikutnya ada penelitian dari Purwati (2016) Pengaruh antara kontrol diri dengan prokrastnasi peserta didik kelas X SMA Negeri1 Sunggal Ambawang. Penelitian ini menunjukkan terdapat pengaruh yang negatif signigikan antara kontrol diri terhadap prokrastinasi akademik. Tingkat kontrol diri dan prokrastinasi akademik peserta didik tergolong “Sedang”.Dan terdapat pengaruh negatif signifikan antara kontrol diri terhadap prokrastinasi akademik “Kuat”. Artinya semakin tinggi kontrol diri maka semakin rendah prokrastinasi akademik, sebaliknya semakin rendah kontrol diri maka semakin tinggi prokrastinasi akademik.



36



E. Karangka Konseptual Siswa



Kontrol Diri Aspek-Aspek



Prokrastinasi Akademik Ciri-Ciri



Menurut Averil (dalam Ghufron, Risnawati, 2016). 1)



Kontrol Perilaku (Behavioral



Kontrol Kognitif (Cognitive



Control)



(dalam



1) Penundaan untuk memulai



2) Keterambatan



dalam



mengerjakan tugas.



Kontrol Dalam Mengambil Keputusan



dkk



dan menyelesakan tugas.



Control) 3)



Ferrari



Ghufron, Risnawati,2016).



Control) 2)



Menurut



(Decisional



3) Kesenjangan



waktu antara



rencana dan kinerja aktual 4) Melakukan



aktivitas



yang



lebih menyenangkan.



E. Hipotesis Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah “Ada Hubungan Negatif Antara Kontrol Diri dengan Prokrastinasi Akademik Pada Siswa Kelas XI. Dengan asumsi bahwa semakin baik kontrol diri maka semakin rendah prokrastinasi akademiknya. Sebaliknya semakin rendah kontrol diri maka semakin tinggi prokrastinasinya.



37



BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif menurut Sugiyono (2016) adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan



instrumen



penelitian, analisis data bersifat kuantitatif atau statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Tipe penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan jenis korelasional Menurut Arikunto (2014), penelitian korelasional merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua atau beberapa variabel lainya. Tipe penelitian ini dianggap cocok karena bertujuan untuk melihat “Hubungan Antara Kontrol Diri Dengan Prokrastinasi Akademik Siswa Kelas XI Di SMA Nurul Amaliyah Tanjung Morawa”. B. Indentifikasi Variabel Penelitian Variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2016). Adapun variabel–variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Variabel Terikat



(Y)



: Prokrastinasi Akaemik



b. Variabel Bebas



(X)



: Kontrol Diri



38



C. Defenisi Oprasional Variabel Penelitian 1.



Prokrastinasi Akademik Prokrastinasi akademik dapat diartikan sebagai kebiasaan penundaan yang



tidak bertujuan dan proses penghindaran tugas yang sebenarnya tidak perlu dilakukan. Dimana adanya kecenderungan individu dalam merespon tugas yang dihadapi dengan mengulur-ulur waktu untuk memulai maupun menyelesaikan kinerja secara sengaja untuk melakukan aktivitas lain yang tidak dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas. Prokrastinasi akademik diukur dengan menggunakan skala yang telah dipersiapkan oleh peneliti berdasarkan ciri- ciri prokrastinasi akademik oleh Ferrari dkk (Ghufron & Risnawita, 2016)Yang meliputi: Penundaan untuk memulai dan menyelesaikan tugas, keterlambatan dalam mengerjakan tugas, kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja, melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan. 2.



Kontrol Diri Kontrol diri dapat diartikan sebagai suatu aktivitas pengendalian tingkah



laku. Kontrol diri sebagai suatu kemampuan untuk menyusun, membimbing, mengatur dan mengarahkan bentuk perilaku yang dapat membawa individu kearah konsekuensi positif. Kontrol diri diukur dengan menggunakan skala yang telah dipersiapkan oleh peneliti berdasarkan aspek-aspek kontrol diri oleh (Averill, dalam Ghufron & Risnawita, 2016) Yang meliputi: kontrol perilaku (behavior control), control kognitif (cognitive control), dan mengontrol keputusan (decisional control).



39



D. Subjek Penelitian 1.



Populasi Menurut (Sugiyono, 2016) Populasi adalah wilayah generalisasi yang



terdiri atas: subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Arikunto (2014), menjelaskan apabila subjek populasi jumlahnya kurang dari 100-150, sebaiknya digunakan sampel populasi (total sampel). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi kelas XI disekolah SMA Nurul Amaliyah Tanjung Morawa yang berjumlah sebanyak 105 orang. 2.



Sampel Menurut (Sugiyono, 2016) Sampel adalah sebagian jumlah dan



karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Untuk sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representative (mewakili), dalam menentukan jumlah sampel. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi kelas XI Di SMA Nurul Amaliyah Tanjung Morawa yang berjumlah sebanyak 105 orang. 3.



Teknik Pengambilan Sampel Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampling



jenuh yang artinya teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2016). E. Teknik pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan skala. Skala adalah suatu daftar yang berisi pernyataan yang diberikan kepada subyek agar dapat mengungkapkan aspek-aspek psikologis yang ingin diketahui. Skala yang digunakan di sini adalah tipe skala Likert. Skala likert adalah skala yang dapat



40



digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono,2016). 1. Skala Prokrastinasi Skala ini bertujuan untuk mengukur ciri-ciri prokrastinasi yang dikemukan oleh Ferrari dkk, (dalam Ghufron, Risnawati, 2016) meliputi: a. Penundaan untuk memulai dan menyelesaikan tugas. Seseorang yang melakukan prokrastinasi akademik tahu bahwa tugas yang dihadapi harus segera diselesaikan, akan tetapi ia menunda-nunda untuk



memulai



mengerjakannya



atau



menunda-nunda



untuk



menyelesaikannya sampai tuntas. jika ia sudah mulai mengerjakan sebelumnya. b. Keterlambatan dalam mengerjakan tugas. Orang yang melakukan prokrastinasi akademik membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mengerjakan suatu tugas dari pada waktu yang dibutuhkan pada umumnya. Procrastinator menggunakan banyak waktu untuk mempersiapkan dirinya secara berlebihan, selain itu melakukan halhal yang tidak berkaitan dengan tugas tanpa memperhitungkan keterbatasan waktu yang dimilikinya. Lambannya seseorang dalam mengerjakan tugas dapat menjadiciri umum dari prokrastinasi akademik. c. Kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual. Seorang prokrastinator kesulitan untuk melakukan suatu tugas dengan batas waktu yang telah ditentukan sebelumnya, ia juga sering mengalami keterlambatan dalam memenuhi deadline yang telah ditentukan, baik oleh orang lain maupun rencana yang telah ditentukan oleh dirinya sendiri.



41



Procrastinator sudah menentukan waktunya sendiri untuk mengerjakan tugas, akan tetapi ketika saatnya tiba ia tidak mengerjakan tugas sesuai waktu yang telah ditentukan sehingga menyebabkan keterlambatan bahkan kegagalan untuk menyelesaikan tugas secara memadai. d. Melakukan aktivitas yang lebih menyenangkan. Menggunakan waktunya untuk melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan dan dianggap hiburan dari pada mengerjakan tugas yang harus dikerjakan, seperti membaca (Koran, majalah, buku cerita, dan lainnya) nonton, ngobrol, jala, mendengarkan music, dan sebagainya sehingga menyita waktu yang dia miliki untuk mengerjakan tugas yang seharusnya dikerjakan. Skala prokrastinasi akademik ini disusun berdasarkan format likert dengan 4 (empat) alternatif. Sistem penilaian prokrastinasi akademik untuk item berdasarkan skala likert adalah favourable, nilai 1 untuk jawaban sangat tidak setuju (STS) nilai 4 jawaban sangat setuju (SS), nilai 3 untuk jawaban setuju (S), nilai 2 untuk jawaban tidak setuju (TS). Sedangkan untuk item yang unfavourable nilai 4 sangat tidak setuju (STS), nilai 3 untuk jawaban tidak setuju (TS), nilai 2 untuk jawaban setuju (S), dan nilai 1 untuk jawaban sangat setuju (SS). 2. Skala Kontrol Diri Skala ini bertujuan untuk mengukur Aspek-aspek kontrol yang dikemukan oleh Averil (dalam Ghufron & Risnawati, 2016) meliputi : a. Kontrol Perilaku (Behavior control) Kontrol perilaku merupakan kesiapan tersedianya suatu respon yang dapat secara langsung memengaruhi atau memodifikasi suatu keadaan



42



yang tidak menyenangkan. Kemampuan mengontrol perilaku ini diperinci menjadi dua komponen yaitu mengatur pelaksanaan (regulated administration) dan kemampuan memodifikasi stimulus (stimulus modifiability).



Kemampuan



mengatur



pelaksanaan



merupakan



kemampuan individu untuk mentukan siapa yang mengendalikan situasi atau keadaan. Apakah dirinya sendiri atau aturan perilaku dengan menggunakan kemampuan dirinya dan bila tidak mampu individu akan menggunakan sumber eksternal. Kemampuan mengatur stimulus merupakan kemampuan untuk mengetahui bagaimana dan kapan suatu stimulus yang tidak dikehendaki dihadapi.Ada beberapa cara yang dapat digunakan, iyaitu mencegah atau menjahui stimulus, mendapatkan tenggang waktu diantara rangkaian stimulus yang sedang berlangsung, menghentikan stimulus sebelum waktunya berakhir, dan membatasi intensitasnya. b. Kontrol Kognitif (Cognitive control) Kontrol kognitif merupakan kemampuan individu dalam mengolah informasi yang tidak diinginkan dengan cara menginterpretasi, menilai, atau menghubungkan suatu kejadian dalam suatu kerangka kognitif sebagai adaptasi psikologis atau mengurangi tekanan. Aspek ini terdiri atas dua komponen, yaitu memperoleh informasi (information gain) dan melakukan penilaian (appraisal). Dengan informasi yang dimiliki oleh individu mengenai suatu keadaan yang tidak menyenangkan, individu dapat mengantisipasi keadaan tersebut dengan berbagai pertimbangan. Melakukan penilaian berarti individu berusaha menilai dan menafsirkan



43



suatu keadaan atau peristiwa dengan cara memerhatikan segi-segi porsitif secara subjektif. c. Kontrol Dalam Mengambil Keputusan (Desional control) Mengontrol keputusan merupakan kemampuan seseorang untuk memilih hasil atau suatu tindakan berdasarkan pada sesuatu yang diyakini atau disetujuinya. Kontrol diri dalam menentukan pilihan akan berfungsi, baik dengan adanya suatu kesempatan, kebebasan, atau kemungkinan pada diri individu untuk memilih berbagai kemungkinan tindakan. Skala kontrol diri ini disusun berdasarkan format likert dengan 4 (empat) alternatif. Sistem penilaian prokrastinasi akademik untuk item berdasarkan skala likert adalah favourable, nilai 1 untuk jawaban sangat tidak setuju (STS) ni4 jawaban sangat setuju (SS), nilai 3 untuk jawaban setuju (S), nilai 2 untuk jawaban tidak setuju (TS). Sedangkan untuk item yang unfavourable nilai 4 sangat tidak setuju (STS), nilai 3 untuk jawaban tidak setuju (TS), nilai 2 untuk jawaban setuju (S), dan nilai 1 untuk jawaban sangat setuju (SS). F. Uji Validitas dan Reliabilitas Suatu alat pengumpulan data (alat ukur) dapat dikatakan baik apabila alat ukur tersebut valid dan reliabel. Sebelum digunakan dalam penelitian, maka alat ukur (skala) terlebih dahulu dilakukan uji coba (try out) untuk mengetahui validitas dan reliabilitasnya (Azwar,2012).



44



1. Validitas Alat Ukur Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevaliditan atau kesahihan sesuatu instrumen.Suatu instrumen yang valid atau sah mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah (Arikunto, 2014).Dalam penelitian ini teknik yang digunakan untuk pengkuran validitas alat ukur penelitian ini adalah teknik Correted Item Total Correlation. Validitas dalam penelitian ini akan diuji dengan mrnggunakan bantuan SPSS(Statistic Packages For Social Science). 2. Reliabilitas Alat Ukur Menurut Sugiyono (2016) reliabilitas adalah serangkaian pengukuran atau serangkaian alat ukur yang memiliki konsistensi jika pengukuran yang dilakukan dengan alat ukur itu dilakukan secara berulang. Reliabilitas tes, merupakan tingkat konsistensi suatu tes, adalah sejauh mana tes dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang konsisten, relatif tidak berubah meskipun diteskan pada situasi yang berbeda. Dalam penelitian ini teknik yang digunakan untuk pengkuran realibilitas alat ukur penelitian ini adalah teknik Alpha Cronbach. realibilitas dalam penelitian ini akan diuji dengan menggunakan bantuan SPSS (Statistic Packages For Social Science). G. Teknik Analisis Data Dalam penelitian kuantitatif, analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Kegiatan dalam analisis data adalah: mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data



45



tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan (Sugiyono, 2016). Teknik analisis data yang akan dipakai dalam penelitian ini adalah analisis statistik korelasi, product moment adalah salah satu teknik korelasi yang kedua variabelnya berskala interval. Alasan digunakan teknik korelasi ini disebabkan karena pada penelitian ini memiliki tujuan ingin melihat hubungan antara satu variabel bebas (Kontrol Diri) dengan satu variabel tergantung (Proktastinasi Akademik). Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik komputer dengan program SPSS (Statistic Packages For Social Science). Sebelum dilakukan analisis data terlebih dahulu dilakukan uji asumsi penelitian, dengan cara: a. Uji normalitas, yaitu mengetahui apakah distribusi data penelitian setiap masing-masing variabel telah menyebar secara normal. b. Uji linearitas, yaitu untuk mengetahui apakah data dari variabel bebas memiliki hubungan dengan data terikat.



47



DAFTAR PUSTAKA Cek BSK DI JURNAL Kartadinata dan Tjundjing (2008) HAPUS Adisty, L. (2019). Pengaruh Pembelajaran Strategi Pembelajaran Menyengkan Dengan Humor Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Bahasa Ingrris Di SMA NEGERI Labuhan Deli. Skripsi , Halaman 9-10. Andini Dwi Arumsari, S. M. (2018). Prokrastinasi Akademik Pada Mahasiswa Yang Berkerja. Jurnal Keguruan Dan Ilmu Pendidikan PGAD Fakultas Narotama Surabaya, halaman 32-34.



Arikunto, S. (2014). Prosedur Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta Azhari, D. T. (2019). Kontrol Diri Mahasiswa yang Memiliki Kecenderungan Prokrastinasi Akademik. Skripsi, halaman 22.



Azwar, S. (2012). Reliabilitas dan Validitas.Edisi 4. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Alfabeta, Cv Bandung. Alfabeta Cindy Clara, A. D. (2017). Peran Self-Eficancy dan Self-Control Terhadap Prokrastinasi Akademik Pada Siswa SMA. Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora Dan Seni, halaman 159. Fatimaullah, J. D. (2019). Faktor-faktor Penyebab Prokrastinasi Akademik Terhadap Penyelesaian Tugas Akhir Mahasiswa Jurusan Bimbingan Dan Konseling FKIP Universitas Halu Oleo Kendiri. Jurnal BEING; Volume 3 No 1, Halaman 115116. Farida Husna, T. S. (2019). Hubungan Antara Kontrol Diri Dengan Prokrastinasi Akademik Pada Siswa SMA Islam Sultan Agung 1 Semarang. Konferensi Ilmiah Mahasiswa UNISSULA (KMU), Halaman 10 & 96.



Ghufron, M. N. & Risnawita, R. (2016). Teori-teori psikologi. Jogjakarta: Ar-ruzz media. Ichdha Sausan Zahraningsih, A. (2019). Hubungan Antara Kontrol Diri Dengan Prokrastinasi Akademik Pada Siswa SMA Islam Agung 3 Kota Semarang. Jurnal Konferensi Ilmiah Mahasiswa Unissula (KIMU) 2 Universitas Islam Sultan Agung, Halaman 422. Ika Wahyuni Tresnawati, N. N. (2016). Hubungan Antara Kontrol Diri Dan Perilaku Asertif Dengan Prokrastinasi Akademik Peserta Didik Kelas IX SMP Negeri 34 Surabaya. Jurnal Bimbingan Dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan (UNS), Halaman 26. Jamila. (2020). Konsep Prokratinasi Akademik Mahasiswa. Jurnal Edutech, Vol 6 No 2, Halaman 259. Lubis, I. S. (2018). Hubungan Regulasi Diri Dalam Belajar Dan Efikasi Diri Dengan Prokrastinasi Akademik Mahasiswa. Jurnal Diversita, halaman 92.



48



Meliza Purwati, P. S. (2016). Pengaruh Kontrol diri Terhadap Prokrastinasi Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 1 Sungal Ambawang. Jurnal Bimbingan dan Konseling FKIP Untan, Halaman 14. Noven Azalia, M. R. (2019). Hubungan Self Kontrol Dengan Prokrastinasi Akademik Mahasiswa Jurusan Ilmu pendidikan 2016. Jurnal Ilmu Pendidikan FKIP Universitas Lampung, halaman 2.



Prof.Dr. Syamsul Bachri Thalib, M. (2010). Psikologi Pendidikan Berbasis Analisis Empriris Aplikatif, edisi 1. Rawamangun-jakarta: Kencana Prenada Media Group.



Sugiyono. ( 2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif. dan R&D. Penerbit Bandung, Alfabeta. Ulum, M. I. (2016). Strategi Self- Regulated Learning Untuk Menentukan Tingkat Prokrastinasi Akademik Siswa. Psympatyhtic Ilmiah Psikologi; Volume 3 No. 2, Halaman 157.