5 0 313 KB
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERTOLONGAN PERTAMA DENGAN TEKNIK BALUT BIDAI : LITERATURE REVIEW PROPOSAL PENELITIAN
DISUSUN OLEH: YUDISTIRA FAHRY MAHARDIKA 17111024110121
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN FARMASI UNIVERSITA MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR 2020
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERTOLONGAN PERTAMA DENGAN TEKNIK BALUT BIDAI : LITERATURE REVIEW PROPOSAL PENELITIAN
DISUSUN OLEH: YUDISTIRA FAHRY MAHARDIKA 17111024110121
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN FARMASI UNIVERSITA MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR 2020
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Yudistira Fahry Mahardika
Nim
: 17111024110121
Program studi
: S1 Keperawatan
Judul Penelitian
: Hubungan Tingkat Pengetahuan Pertolongan Pertama Dengan Teknik Balut Bidai
Menyatakan bahwa penelitian yang saya tulis ini benar – benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri. Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa terdapat plagiat dalam penelitian ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan perundang – undangan (Permendiknas No.17, tahun 2010).
Samarinda, ….. Oktober 2020 Materai Rp.6000,Yudistira Fahry Mahardika 17111024110121
LEMBAR PERSETUJUAN HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERTOLONGAN PERTAMA DENGAN TEKNIK BALUT BIDAI PROPOSAL PENELITIAN DISUSUN OLEH: Yudistira Fahry Mahardika 17111024110121 Disetujui untuk diujikan Pada tanggal, …. Desember 2020
Pembimbing
Ns. Alfi Arif Fakhrur Rizal, M.Kep NIDN. 111038601
Mengetahui, Koordinator Mata Kuliah
Ns. Milkhatun, M.Kep NIDN. 1121018501
LEMBAR PENGESAHAN HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERTOLONGAN PERTAMA DENGAN TEKNIK BALUT BIDAI PROPOSAL PENELITIAN DISUSUN OLEH: Yudistira Fahry Mahardika 17111024110121
Diseminarkan dan diujikan Pada tanggal, …. Desember 2020
Penguji I
Penguji II
NAMA
NAMA
NIDN
NIDN Mengetahui, Ketua
Program Studi S1 Keperawatan
Ns. Dwi Rahmah Fitriani, M.Kep NIDN. 1119097601
MOTTO
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Kesehatan ialah salah satu indikator untuk mengukur tingkat kesejahteraan
masyarakat.
Derajat
kesehatan
masyarakat
dipengaruhi oleh 4 faktor utama, yaitu faktor lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan keturunan. Faktor yang terbesar dan sangat mempengaruhi kesehatan adalah faktor lingkungan. Upaya kesehatan lingkungan sebagai bentuk kegiatan preventif ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik fisik, kimia, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap individu atau masyarakat dapat mencapai derajat kesehatan yang setinggitingginya
(Undang-Undang
Nomor
36
Tahun
2009
tentang
Kesehatan). Balut bidai merupakan pertolongan pertama kepada korban yang mengalami cedera pada sistem musculoskeletal. Kecelakaan pada sistem musculoskeletal harus ditangani dengan cepat dan tepat. Jika tidak akan menimbulkan cedera yang semakin parah dan dapat memicu terjadinya perdarahan. Dampak lain yang terjadi dapat mengakibatkan kelainan bentuk tulang atau kecacatan dan bahkan kematian.
Untuk
mencegah
terjadinya
cedera
pada
sistem
musculoskeletal dibutuhkan pertolongan balut bidai (Thygerson,
2011).
Balut
mengimobilisasi
bidai bagian
merupakan tubuh
tindakan
yang
memfiksasi
mengalami
cedera
atau yang
menggunakan benda yang bersifat kaku maupun fleksibel sebagai fiksator/imobilisasi. Fraktur merupakan ancaman potensial maupun aktual terhadap integritas seseorang, sehingga akan mengalami gangguan fisiologis maupun psikologis yang dapat menimbulkan respon berupa nyeri (Mediarti & Seprianti, 2015). Fraktur adalah terpurusnya kontinuitas tulang, retak atau patahnya tulang yang utuh, yang biasamya disebabkan oleh trauma/radupaksa atau tenaga fisik yang ditentukan jenis dan luasnya trauma (Lukman, dkk 2011). Tindakan pertama dalam menolong patah tulang dengan melakukan pembidaian. Yang sangat dibutuhkah sebagai tindakan dan upaya untuk mengistirahatkan bagian yang patah (Susilo, 2008). Pertolongan pertama merupakan tindakan awal yang harus segera diberikan pada korban yang mengalami masalah kegawatdaruratan akibat kecelakaan, insiden gawat darurat ataupun oleh penyakit mendadak sebelum datangnya, petugas medis terkait lainnya (Chanif, dkk, 2015). Pertolongan Pertama (First Aid) merupakan usaha dalam memberikan pertolongan terkait masalah kecelakaan di jalan, tempat kerja, sekolah maupun di rumah. Peristiwa kecelakaan atau musibah yang tidak diinginkan dapat terjadi dimana dan kapan saja. Dalam
suatu peristiwa yang membutuhkan penanganan medis, biasanya orang pertama yang akan memberikan pertolongan adalah mereka yang berada di tempat kejadian atau anggota keluarga korban tersebut. Prinsip kemanusian yang utama adalah mengurangi penderitaan korban dan memberikan pertolongan sesegera dengan sebaik baiknya. Pertolongan pertama merupakan tindakan sementara untuk menangani penderita segera mungkin ditempat kejadian sebelum tenaga medis melanjutkan/menangani penderita (PMI, 2016). First Aid sebenarnya dapat dilakukan oleh setiap orang apabila penolong sudah pernah mendapatkan pengatahuan atau mempraktekkan cara pertolongan pada kasus trauma atau medis. Pengetahuan first aid dapat diperoleh dengan pendidikan kesehatan dengan cara pelatihan. Setiap orang harus mampu melakukan pertolongan pertama, karena sebagian besar orang pada akhirnya akan berada pada situasi yang memerlukan pertolongan pertama untuk orang lain atau diri mereka sendiri. Angka Kecelakaan Kerja Tahun 2018 merupakan angka kecelakaan tertinggi dalam 28 tahun terakhir berdasarkan data yang diberikan
oleh
Badan
Penyelenggara
Jaminan
Sosial
(BPJS)
Ketenagakerjaan. Badan tersebut mengungkap bahwa pada tahun 2018 terjadi 173.105 kasus kecelakaan kerja dengan klaim Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) sebanyak Rp 1.2 Triliun. Jumlah kasus
kecelakaan kerja yang tercatat pada tahun 2018 ini melonjak sekitar 29% dari tahun 2017. Jumlah ini sekaligus “berhasil” mengungguli catatan kecelakaan kerja di semua tahun semenjak tahun 2001. Di Indonesia Kasus-kasus kecelakaan kerja menjadi pusat perhatian. Kecelakaan Kerja adalah sesuatu yang tidak terduga dan tidak diharapkan yang dapat mengakibatkan kerugian harta benda, korban jiwa/luka/cacat maupun pencemaran. Kecelakaan kerja merupakan kecelakaan yang terjadi akibat adanya hubungan kerja, (terjadi karena suatu pekerjaan atau melaksanakan pekerjaan). Kecelakaan kerja juga dapat didefinisikan suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan korban manusia dan atau harta benda tentunya hal ini dapat mengakibatkan kerugian jiwa serta kerusakan harta benda. Dalam penangan kecelakaan kerja ada teknik yang perlu dimiliki oleh tenaga kerja yaitu pertolongan pertama dengan teknik bantuan hidup dasar. Menurut data BPJS Ketenagakerjaan (2019) tentang kejadian kecelakaan kerja di indonesia, didapatkan pada tahun 2017 angka kecelakaan kerja yang dilaporkan sebanyak 123.041 kasus, sementara itu sepanjang tahun 2018 mencapai 173.105 kasus. Kesehatan merupakan salah satu indikator untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat. Derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh 4 faktor utama, yaitu faktor lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan keturunan. Faktor yang terbesar dan
sangat mempengaruhi kesehatan adalah faktor lingkungan. Bantuan Hidup Dasar (BHD) merupakan tindakan dini yang dilakukan pada seseorang dengan keadaan gawat darurat, apabila tidak dilakukan BHD dengan segera dapat menyebabkan kematian biologis (Bachtiar, 2016). Pertolongan pertama merupakan tindakan sementara untuk menangani penderita segera mungkin di tempat kejadian sebelum tenaga medis melanjutkan/menangani penderita (PMI, 2016). Di Indonesia Kasus-kasus kecelakaan kerja menjadi pusat perhatian. Kecelakaan Kerja adalah sesuatu yang tidak terduga dan tidak diharapkan yang dapat mengakibatkan kerugian harta benda, korban jiwa/luka/cacat maupun pencemaran.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan data yang telah ditemukan pada latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu apakah ada Hubungan Tingkat Pengetahuan Pertolongan Pertama Dengan Teknik Balut Bidai.
C. Tujuan Penelitian Tujuan penulisan Proposal Penelitian dalam
bentuk literatur
review ini yaitu untuk mengetahui Hubungan Tingkat Pengetahuan Pertolongan Pertama Dengan Teknik Balut Bidai.
D. Manfaat Penelitian Penulisan Proposal penelitian dalam bentuk literarure review ini diharapkan dapat bermanfaat dalam aspek yaitu manfaat keilmuan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Pengetahuan 1. Definisi Pengetahuan Pengetahuan merupakan pemahaman teoritis dan praktis (know-how) yang dimiliki manusia. Pengetahuan dapat disimpan
dalam
buku,
teknologi,
praktik,
dan
tradisi.
Pengetahuan dapat mengalami suatu perubahan apabila digunakan semestinya. Pengetahuan memiliki peran penting bagi kehidupan maupun perkembangan individu, masyarakat serta organisasi (Basuki, 2017). Hasil
dari
tahu
yang
terjadi
setelah
seseorang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek disebut pengetahuan.
Pada
penginderaan
pendengaran,
penglihatan,
terjadi
penciuman,
yaitu, perasaan
indera dan
perabaan. Pengetahuan pada manusia didapat melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2010). 2. Tingkat Pengetahuan
Menurut (Makhfudli, 2009), pengetahuan mencakupi enam tingkatan yaitu sebagai berikut:
a. Tahu (Know) Tahu merupakan proses meningkatkan kembali sesuatu yang telah dipelajari, pengetahuan dengan tingkatannya yang paling rendah dan alat ukur yang dipakai untuk kata kerja seperti menguraikan, menyebutkan, menyatakan, mendefinisikan, dan sebagainya, b. Memahami (comprehrension) Memahami merupakan kemampuan penjelasan secara tepat dan benar tentang objek materi yang diketahui serta dapat
diinterpretasikan
dengan
menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan dan sebagainya pada objek yang dipahami. c. Aplikasi (Application) Aplikasi merupakan kemampuan yang digunakan untuk materi yang dipelajari pada situasi maupun kondisi nyata. d. Analisis (Analysis) Analisis merupakan kemampuan dengan menjabarkan objek
pada
komponen-komponen
di
satu
struktur
organisasi yang berkaitan satu sama lainnya sehingga dapat dinilai dan diukur menggunakan kata kerja seperti
dapat menggambarkan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
e. Sintesis (Syntesis) Sintesis merupakan kemampuan dengan meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian pada bentuk keseluruhan yang baru atau melakukan penyusunan formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. f.
Evaluasi (Evaluation) Evaluasi
merupakan
kemampuan
yang
melakukan
justifikasi atau penilaian pada materi atau objek yang didasari oleh kriterian yang ditentukan sendiri atau kriteriakriteria yang telah ada. 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Menurut (Astutik, 2013), ada beberapa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang yaitu sebagai berikut: a. Usia Usia dapat mempengaruhi daya tangkap serta pola fikir seseorang, bertambahnya usia membuat berkembang pula daya tangkap serta pola fikir seseorang. Setelah melewati usia madya (40-60 tahun), maka daya tangkap serta pola fikir sesorang akan menjadi menurun.
b. Pendidikan Pendidikan
memliki
menentukan
tingkat
tingkat
pendidikan
kemampuan
yang
seseorang
dapat dalam
memahami dan menyerap pengetahuan yang diperoleh. Umumnya,
pendidikan
dipengaruhi
suatu
proses
pembelajaran, sehingga semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin baik pula tingkat pengetahuan seseorang. c.
Pengalaman Pengalaman merupakan proses memperoleh kebenaran pengetahuan dengan mengulang kembali pengetahuan yang telah diperoleh untuk memecahkan suatu masalah saat masa lalu dan dapat digunakan dalam memperoleh pengetahuan.
d. Informasi Mendapatkan informasi dengan baik dapat dari berbagai media seperti telivisi, radio, surat kabar, majalah dan lainlain, maka hal tersebut dapat meningkatkan tingkat pendidikan
yang
rendah
dengan
meingkatkan
pengetahuan seseorang. e. Sosial budaya dan ekonomi Tradisi atau kebiasaan sering dilakukan masyarakat yang dapat meningkatkan pengetahuan. Selain itu, status
ekonomi juga dapat mempengaruhi suatu pengetahuan dengan tersedia fasilitas yang dibutuhkan seseorang. f.
Lingkungan Lingkungan
memiliki
pengaruh
besar
pada
proses
penyerapan suatu pengetahuan yang berada pada suatu lingkungan. Hal ini dapat terjadi karena ada interaksi yang direspon sebagai pengetahuan dari setiap individu. 4. Pengukuran Pengetahuan Menurut (Arikunto, 2010), pengukuran pengetahuan dilakukan
dengan
wawancara
atau
angket
dengan
menanyakan isi materi yang akan diukur dari subjek atau responden pada pengetahuan yang diukur dan disesuaikan dengan tingkatannya, ada beberapa jenis pertanyaan yang digunakan untuk pengukuran pengetahuan secara umum dibagi menjadi dua jenis yaitu sebagai berikut: a. Pertanyaan subjektif Pada
jenis
penggunaan
pertanyaan
subjektif
menggunakan pernyataan esay dengan penilaian yang melibatkan faktor subjektif dari penilai, sehingga hasil nilai berbeda pada setiap penilai dari waktu ke waktu. b. Pertanyaan objektif Pada jenis penggunaan pertanyaan objektif menggunakan pilihan
ganda
(multiple
choise),
betul
salah
dan
pertanyaan menjodohkan dapat dinilai secara pas oleh penilai. Menurut
(Arikunto,
2010),
pengukuran
tingkat
pengetahuan dibedakam menjadi tiga yaitu sebagai berikut: 1. Pengetahuan baik apabila responden dapat menjawab 76-100% dengan jawaban benar dari total semua pertanyaan. 2. Pengetahuan
cukup
apabila
responden
dapat
menjawab 56-75% dengan jawaban benar dari total semua pertanyaan. 3. Pengetahuan
kurang
apabila
responden
dapat
menjawab