Bab 2 - Informasi Akuntansi Penuh [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB II INFORMASI AKUNTANSI PENUH A. DEFINISI INFORMASI AKUNTANSI PENUH B. FULL ACCOUNTING INFORMATION VS FULL COST



VS FULL COSTING. C. MANFAAT INFORMASI AKUNTANSI PENUH D. REKAYASA INFORMASI AKUNTANSI PENUH



A. DEFINISI INFORMASI AK PENUH  Pembahasan



informasi akuntansi penuh selalu bersangkutan dengan objek informasi (produk, aktivitas, depatermen, divisi, atau perusahaan secara keseluruhan.  Unsur yang membentuk informasi akuntansi penuh adalah total aktiva, total pendapatan, dan / atau total biaya. Jika informasi akuntansi penuh berupa aktiva maka informasi ini disebut dengan aktiva penuh (full Assets). Jika informasi akuntansi penuh berupa seluruh sumber yang dikorbankan maka disebut full costs dan jika informasi akuntansi penuh berupa pendapatan maka informasi ini disebut full revenue.



B. INFO AK PENUH VS FULL COST VS FULL COSTING  Informasi Akuntansi Penuh terdiri dari tiga elemen yaitu



full assets, full revenues, dan full costs.  Full cost merupakan total biaya suatu produk. Perhitungan full cost dapat digunakan cara full costing, variable costing dan activity – based costing.  Full Costing merupakan salah satu cara dalam menghitung full cost (biaya penuh).



Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan ketiga istilah di atas berbeda maknanya.



Full Accounting Information



Full Assets



Full Revenues



Full Costs



Total biaya yang bersangkutan dengan objek informasi



Full Cost (Biaya Penuh) Pendekatan Biaya Penuh Full Costing



Variable Costing



Activity Based Costing



Full Costing  Biaya dikategorikan sebagai Biaya produksi dan biaya non



produksi.



Jadi Biaya Penuh menurut full costing sbb: BBB xxx BTKL xxx Biaya Produksi BOP Var xxx Bop Tetap xxx By adm&umum xxx Biaya Non Produksi By Pemasaran xxx Biaya Penuh XXX



Variable Costing • Biaya dikategorikan sebagai Biaya Variabel dan Biaya Tetap. Jadi Biaya Penuh menurut Variable costing sbb: BBB xxx BTKL xxx BOP Var xxx Biaya Variabel By adm&umum Var xxx By Pemasaran Var xxx BOP tetap xxx By adm&umum Tetap xxx Biaya Tetap By Pemasaran Tetap xxx Biaya Penuh XXX



Activity Based Costing • Biaya dikategorikan sebagai Biaya desain&Pengembangan, by produksi dan by dukungan logistik. Jadi Biaya Penuh menurut ABC sbb: By Desain xxx Biaya desain & By Pengujian Produk xxx Pengembangan Facility sustaining activity cost xxx Product sustaining activity cost xxx Biaya Produksi Batch related activity cost xxx Unit level activity cost xxx By Iklan xxx Biaya Dukungan Logistik By Distribusi xxx By Garansi Produk xxx Biaya Penuh XXX



Rincian Biaya Dalam Activity Based Costing • Unit Level Activity Cost • Biaya yang dipengaruhi dan dibebankan oleh unit produk berdasarkan jumlah unit produk yang dihasilkan. • Ex. BBB dan BTKL • Batch Related Activity Cost • Biaya yang berhubungan dengan jumlah batch produk yang diproduksi dan besar kecilnya berdasarkan frekuensi order. • Ex. Biaya Angkut BB, Biaya Inspeksi, dan Biaya Order Pembelian



Rincian Biaya Dalam Activity Based Costing • Product Sustaining Activity Cost • Berhubungan dengan litbang, biaya ini dibebankan kepada produk berdasarkan taksiran jumlah unit produk yang akan dihasilkan selama umur produk. • Ex. Biaya Desain Produk, Biaya Proses Pengolahan Produk, dan Biaya Pengujian Produk • Facility Sustaining Activity Cost • Biaya yang berhubungan dengan kegiatan mempertahankan kapasitas yang dimiliki perusahaan. Dibebankan kepada produk atas dasar taksiran unit produk yang dihasilkan pada kapasitas normal divisi. • Ex. Biaya Depresiasi, Biaya Amortisasi dan Biaya Asuransi.



Perbedaan Full Costing, Variabel Costing dan Activity Based Costing Full Costing Biaya Produksi Biaya Pemasaran



Variabel Costing Biaya Variabel



Biaya Adminstrasi dan Biaya Tetap Umum



Activity Based Costing Unit Level Activity Cost Batch Related Activity Cost Product Sustaining Activity Cost Facility Sustaining Activity Cost



Perbedaan Conventional Costing Method dengan Activity Based Costing Method Keterangan



Conventional Costing



Activity Based Costing



Tujuan



Penilaian Persediaan Biaya Produksi



Lingkup



Tahap Produksi



Tahap Desain, Tahap Produksi, dan Tahap Dukungan Logistik



Fokus



Biaya Bahan Baku dan Biaya Tenaga Kerja Langsung



Biaya Overhead Pabrik



Periode



Periode Akuntansi



Daur Hidup Produk



Teknologi Informasi



Metode Manual



Komputer Telekomunikasi



C. Manfaat Informasi akuntansi penuh 1. Pelaporan Keuangan 2. Analisis Kemampuan Menghasilkan Laba 3. Jawaban atas pertanyaan “berapa biaya yg dikeluarkan utk sesuatu” 4. Penentuan hrg jual dlm cost type contract 5. Penentuan harga jual normal 6. Penentuan harga jual yg diatur dgn peraturan pemerintah 7. Penyusunan program



1. Pelaporan keuangan  Lap keuangan kepada pihak luar, harus full revenue dan full costing. Jadi hanya pendapatan kepada pihak luar yang blh disajikan di laba rugi.  Lap keuangan kepada pihak intern, prinsip akuntansi yg lazim bukan keharusan. Perusahaan yg memiliki byk divisi dimana Laba rugi divisi disajikan kpd manajemen puncak akan berisi pendapatan penuh dan biaya penuh. Pendapatan penuh = penjualan produk kpd pihak eksternal + penjualan produk antar divisi. Biaya penuh = Biaya langsung divisi + Biaya kantor pusat yang dialokasikan kepada divisi. By produksi yang merupakan unsur biaya penuh dapat dilaporkan scr full costing / Variable costing.



2. Analisis Profitabilitas



 Dengan adanya informasi yg detail manajemen dapat mengetahui bagaimana kontribusi masing-masing produk.



Rumus menghitung kembalian investasi Pendapa tan penuh  biaya penuh ROI  Aktiva



Residual Income (RI) dihitung dengan: Pendapatan Penuh Biaya penuh Laba bersih Beban modal = y% x aktiva penuh Residual Income



xxx xxx xxx xxx xxx



3. Jawaban atas biaya yg telah dikeluarkan



1. Evaluasi Konsumsi Sumber Daya. 2. Informasi untuk Melihat Struktur Biaya Pesaing. 3. Pengambilan Keputusan Beli / Buat Sendiri. 4. Penentuan Harga Jual Produk / Jasa. 5. Informasi Mengenai Non-Value-Added Costs. 6. Informasi Mengenai Product Life Cycle. 7. Informasi Mengenai Quality Costs. 8. Informasi Mengenai Cost Reimbursement. 9. Informasi Mengenai Inventory Costing.



4. Penentuan harga jual dalam sub contract



Cost type contract adalah kontrak pembuatan barang / jasa dimana pihak pembeli setuju untuk membeli pada harga tertentu berdasarkan total biaya sesungguhnya + % laba yang disepakati. Cth: Biaya yg sesungguhnya Laba 10% Harga yang dibayar pembeli



Rp.1.000 Rp. 100 Rp.1.100



5. Penentuan Harga Jual Normal



 PENENTUAN HARGA JUAL FULL COSTING Rumus:  Harga jual=biaya produksi + biaya nonproduksi + laba yg diharapkan



Atau harga jual = biaya produksi + markup mark up = biaya nonproduksi + laba yang diharapkan biaya produksi



PENENTUAN HARGA JUAL VARIABEL COSTING



Harga jual = biaya variable + markup



Markup = biaya tetap + laba yg diharapkan biaya variabel



Contoh Untuk menetapkan harga jual produknya dalam thn anggaran 20XX, PT X mengumpulkan informasi akuntansi penuh sbb: Taksiran biaya produksi untuk kapasitas produksi per thn 5000 unit sebesar Rp4.500.000. Total aktiva menurut neraca awal tahun anggaran adalah Rp4.800.000, biaya non produksi Rp1.050.000 dan laba yang diharapkan dari investasi dalam aktiva adalah 25%. Adapun data biaya sbb:



per unit Biaya Produksi Biaya bahan baku Biaya tenaga kerja langsung BOP variabel BOP tetap Total biaya produksi Biaya Non produksi Biaya adm&umum variabel Biaya pemasaran variabel Biaya adm&umum tetap Biaya pemasaran tetap Total biaya non produksi BIAYA PENUH



Rp



Rp



Rp



Rp



Total



300 150 200 250 900



Rp



75 80 25 30 210



Rp



Rp 1,110



Rp



1,500,000 750,000 1,000,000 1,250,000 4,500,000



Rp



375,000 400,000 125,000 150,000 1,050,000



Rp



5,550,000



Diminta: 1. Tentukan harga jual dengan pendekatan full costing.



2. Tentukan harga jual dengan pendekatan variabel costing.



Jawaban: 1. Harga jual berdasarkan full costing Markup Markup



= Biaya non produksi+ Laba yg diharapkan Biaya produksi = 1.050.000 + (25% x 4.800.000) = 50% 4.500.000



Harga jual=biaya produksi/ unit + markup = Rp 900 +(50% x Rp900) =Rp 1.350 per unit



Jawaban: 2. Harga jual berdasarkan variabel costing Markup Markup



= Biaya Tetap + Laba yg diharapkan Biaya Variabel = 1.525.000 + (25% x 4.800.000) 4.025.000 = 2.725.000 = 67,7% 4.025.000



Harga jual=biaya variabel/ unit + markup = Rp 805 +(67,7% x Rp805) =Rp 1.350 per unit



6. Penentuan Harga jual yg diatur oleh Peraturan Pemerintah



Contoh Untuk menghasilkan air, diperlukan investasi sebesar Rp.2 Milyar utk pembelian mesin dan equipment serta modal kerja. Taksiran produksi air adalah Rp.300 per liter pada volume 50.000.000 liter air per tahun. Biaya non produksi (biaya pemasaran dan adm&umum) diperkirakan sebesar Rp.1,1 Milyar. Diputuskan laba wajar utk perusahaan air tersebut adalah 20%. Berapa harga jual air tersebut per liter?



Jawaban % markup = By adm&umum dan by pemasaran + laba yg diharapkan By produksi per unit x volume produksi % markup = 1,1 Milyar+ 20% (2 Milyar) = 10% Rp.300 x 50.000.000 Harga Jual = By produksi + markup



Harga Jual = 300+10% (300) = Rp.330



Atau cara lain: Total Penjualan = By produksi + non produksi + laba yg diharapkan Total Penjualan = 15 Milyar + 1,1 Milyar + 0,4 Milyar Total Penjualan = 16,5 Milyar Harga Jual = Total Penjualan / unit terjual Harga Jual = 16,5 Milyar / 50.000.000 = Rp.330



REKAYASA INFORMASI AKUNTANSI PENUH



Tradisional costing Alokasi BOP



Activity based costing



Plant-wide rate Departement rate Sesuai cost driver yg tepat



 Plant-wide



costing : pembebanan Tarif Tunggal



untuk seluruh pabrik. Misal BOP didasarkan pada Jam tenaga kerja langsung / Jam mesin / Unit produksi / Biaya Tenaga Kerja langsung.  Departement rate: pembebanan tarif BOP berdasarkan tarif di suatu departermen.  ABC: pembebanan tarif berdasarkan aktivitas yang mempengaruhi munculnya BOP / sesuai dengan cost driver. Dari ketiga metode, yang paling baik adalah metode ABC karena lebih teliti dan sesuai.



PT XDS memproduksi 2 macam produk F dan K melalui dua departermen produksi : Departemen X dan departemen Y. Dengan informasi data dibawah ini, diminta: 1. Hitunglah biaya produksi per unit F dan K jika alokasi BOP menggunakan plant-wide rate atas dasar “Jam mesin”. 2. Hitunglah biaya produksi per unit F dan K jika alokasi BOP menggunakan departemen rate yaitu dep X dibebankan atas dasar “jam tenaga kerja langsung” dan dep Y atas dasar “jam mesin”.



Keterangan Unit yg diproduksi setiap tahun Biaya utama (BBB dan BTKL) Jam tenaga kerja langsung Jam mesin Production run Jam inspeksi Data Departermen Keterangan Jam tenaga kerja langsung Produk F Produk K Jumlah Jam Mesin Produk F Produk K Biaya Overhead Pabrik: Set up cost Biaya inspeksi Biaya tenaga listrik Biaya kesejahteraan karyawan Jumlah



Produk F 30,000 Rp 75,000 30,000 15,000 15 900



Produk K 150,000 Rp 375,000 150,000 75,000 45 1,100



Total 180,000 Rp 450,000 180,000 90,000 60 2,000



Dep X



Dep Y



Total



Rp Rp Rp Rp Rp



10,000 100,000 110,000



20,000 50,000 70,000



30,000 150,000 180,000



5,000 50,000 55,000



10,000 25,000 35,000



15,000 75,000 90,000



150,000 100,000 25,000 70,000 345,000



Rp 150,000 Rp 100,000 Rp 75,000 Rp 30,000 Rp 355,000



Rp Rp Rp Rp Rp



300,000 200,000 100,000 100,000 700,000



Jawaban (traditional costing) 1. Plan-wide rate = Anggaran BOP / cost driver tunggal Plan-wide rate = Rp700.000/90.000 jam mesin Plan-wide rate = Rp.7,78 per jam mesin. BOP = Tarif BOP x konsumsi cost driver Produk F: Biaya utama (prime cost) Rp.75.000/30.000 Rp.2,50 BOP = (Rp.7,78 x 15.000 jam mesin)/30.000 Rp.3,89 Biaya produksi per unit Rp.6,39 Produk K: Biaya utama (prime cost) Rp.375.000/150.000 Rp.2,50 BOP = (Rp.7,78 x 75.000 jam mesin)/150.000 Rp.3,89 Biaya produksi per unit Rp.6,39



2. Departemen X rate = BOP dep X/ cost driver X Departemen X rate = Rp.345.000/110.000 Departemen X rate = Rp.3,14 per jam TKL Departemen Y rate = BOP dep Y/ cost driver Y Departemen Y rate = Rp.355.000/35.000 Departemen Y rate = Rp.10,14 Produk F: Biaya utama (prime cost) Rp.75.000/30.000 Rp.2,50 BOP = ((3,14x10.000)+(10,14x10.000))/30.000 Rp.4,43 Biaya produksi per unit Rp.6,93 Produk K: Biaya utama (prime cost) Rp.375.000/150.000 Rp.2,50 BOP = ((3,14x100.000)+(10,14x25.000))/150.000 Rp.3,78 Biaya produksi per unit Rp.6,28



Contoh Berdasarkan data contoh sebelumnya, Departemen X dan Y memiliki empat jenis biaya overhead yang cost drivernya sebenarnya berlainan. Biaya persiapan produksi (setup cost) dan biaya inspeksi timbul sebagai akibat production run yg dibutuhkan oleh setiap produk yg diproduksi yg tidak berkaitan dengan volume produk. Biaya tenaga listrik dan biaya kesejahteraan karyawan timbul akibat dari jumlah jam mesin. Oleh karena itu dalam ABC dibentuk cost pool yg berisi aktivitas yang homogen dan kemudian dicari cost driver yang mampu mencerminkan konsumsi biaya overhead pabrik. Adapun cost pool pada kasus ini sbb: Cost pool 1 Cost pool 2: Set up cost Rp.300.000 Biaya inspeksi Rp.200.000 Jlh biaya Rp.500.000 Production run 60 Tarif BOP pool 1 per run Rp.8.333,33



By tenaga listrik Rp.100.000 By Kesejahteraan Kry Rp.100.000 Jlh biaya Rp.200.000 jam mesin 90.000 jam Tarif BOP pool 2 per JM Rp.2,22



Jadi biaya produksi F dan K menurut ABC sbb:



Produk F Biaya utama BOP: pool 1: Rp8.333,33x15 run pool 2: Rp2,22 x 15.000 JM



Rp75.000 = Rp125.000 = Rp 33.300



Jumlah biaya produksi Biaya produksi per unit (233.300)/30.000



Rp158.300 Rp233.300 Rp7,77



Produk K Biaya utama BOP: pool 1: Rp8.333,33x45 run pool 2: Rp2,22 x 75.000 JM



Rp375.000 = Rp375.000 = Rp166.500



Jumlah biaya produksi Biaya produksi per unit (916.500)/150.000



Rp541.500 Rp916.500 Rp6,11