Bab 2 Sidik Jari [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB II ISI A.



Pengertian dan Klasifikasi Sidik Jari



1.



Pengertian Sidik Jari Sidik jari merupakan salah satu identitas manusia yang tidak dapat diganti



atau dirubah. Selain itu juga dari sidik jari pula lah seseorang dapat dikenali. "Tidak ada manusia di dunia ini yang mempunyai sidik jari yang sama". Ungkapan ini mengungkapkan bahwa setiap manusia mempunyai sidik jari yang berbeda-beda. Sidik jari menjadi kekhasan setiap manusia. Menurut Reinhard Hutagaol Sidik jari sebenarnya 'adalah kulit yang menebal dan menipis membentuk suatu "punggungan" pada telapak jari yang membentuk suatu pola, sidik jari tidak akan hilang sampai seorang meninggal dunia dan busuk, goresangoresan atau luka biasanya pada waktu kulit berganti akan membentuk pola yang sama, namun sidik jari dapat rusak oleh karena kulit tesebut terkena luka bakar yang parah (Supardi, 2002). Sidik jari merupakan identitas diri seseorang yang bersifat alamiah, tidak berubah, dan tidak sama pada setiap orang. Sidik jari juga merupakan salah satu teknologi yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi seseorang. Bahkan sidik jari menjadi teknolgi yang dianggap cukup handal, karena terbukti relatif akurat, aman, mudah, dan nyaman untuk dipakai sebagai identifikasi bila dibandingkan dengan sistem biometri yang lainnya seperti retina mata/DNA (Deoxyribo Nucleic Acid) adalah jenis asam nukleat yang berisi perintah genetik yang digunakan di dalam perkembangan dan berfungsi pada semua organisma dan virus).



Penerapan teknologi sidik jari ini tidak hanya pada sistem absensi pegawai perusahaan, tetapi juga berkembang di bidang kedoteran forensik, yaitu proses visum et repertum. Visum et repertum merupakan laporan tertulis dokter untuk memberikan keterangan demi keperluan peradilan mengenai suatu hal yang ditemukan atau diketahui. Salah satu tahap visum et repertum adalah verifikasi sidik jari. Verifikasi ini dilakukan untuk mengetahui identifikasi seseorang terhadap suatu masalah pidana, contohnya kasus korban kecelakaan, korban tenggelam, kasus tindak pidana pembunuhan, dan lain-lain. Sidik jari memiliki beberapa sifat dan karakterisitik yaitu sebagai berikut: 1.



Parennial nature Sifat ini menunjukanbahwa sidik jari memiliki gutaran-gutaran pada sidik jari yang melekat pada manusia yang bersifat seumur hidup. Karena itu, pola sidik jari relatif mudah diklasifikasikan. Dalam sidik jari ada pola-pola yang dapat diklasifikasikan untuk berbagai keperluan misalnya pengukuran.



2.



Immutability Yang berarti bahwa sidik jari seseorang tidak akan pernah berubah. Sidik jari bersifat permanen, tidak pernah berubah sepanjang hayat. Sejak lahir, dewasa, hingga akhir hayat, pola sidik jari seseorang bersifat tetap kecuali sebuah kondisi yang terjadi sehingga terjadi perubahan pola sidik jari.



3.



Individuality Hal ini menunjukan keunikan sidik jari yang merupakan originalitas pemiliknya yang tak mungkin sama dengan siapapun dimuka bumi sekalipun kembar identik. Dengan kata lain, sidik jari bersifat spesifik untuk setiap orang. Kemungkinan pola sidik jari yang sama adalah 1:64.000.000.000, jadi



hampir mustahil ditemukan pola sidik jari yang sama antara dua orang. Pola sidik jari setiap bagian jari memiliki perbedaan (Leksono dkk, 2011). Pola pada tangan dan sidik jari merupakan bagian dari cabang ilmu yang disebut dermatoglyphics. Kata dermatoglyphics berasal dari kata yunani yaitu derma yang berarti kulit dan glyphe berarti ukiran. Disiplin ilmu ini mengacu kepada formasi garis-garis alur bubungan (ridge) yang terdapat pada telapak tangan dan telapak kaki manusia. selama ini klasifikasi pola sidik jari dilakukan secara manual oleh manusia yang diambil dari cap jari-jari tangan pada kartu. Kini telah dibuat teknik klasifikasi sidik jari otomatis secara digital, tetapi belum ada algoritma pendekatan yang dapat diandalkan. Biasanya sebelum diklasifikasi dilakukan terlebih dahulu pra-klasifikasi yang tujuannya adalah untuk meningkatkan kehandalan pencarian pada basis data yang besar. Adanya klasifikasi dapat membantu mempercepat proses identifikasi dan pencarian pada basis data sidik jari yang umumnya berjumlah besar. Penempatan sidik jari ke dalam beberapa kelompok kelas yang mempunyai pola dasar yang serupa memungkinkan pengisian, penelusuran, dan pencocokan data sidik jari dengan pemindaian yang cepat. Klasifikasi seperti ini dapat mengurangi ukuran dari ruang pencarian, yaitu membatasi pencarian dengan hanya pada sidik jari dalam kelas yang sama untuk identiflkasi. Klasifikasi sidik jari yang digunakan secara luas adalah sistem Henry dan variasi-variasinya yang diperkenalkan oleh Edward Henry (1899). Metode klasik identifikasi sidik jari yang selama ini digunakan, ternyata kurang sesuai untuk implementasi langsung dalam bentuk algoritma komputer. Oleh karena itu perlu dikembangkan model



matematika untuk anafisis sistem identifikasi sidik jari otomatis Automatic fingerprint identification systems (AFIS). Sebagian besar sistem untuk identifikasi sidik jari didasarkan pada pencocokan minutiae yaitu akhir atau percabangan garis alur sidik jari. Deteksi dari minutiae secara otomatis merupakan suatu proses kritis, terutama jika citra sidik jari berkualitas rendah dengan pola garis alur tidak jelas. Akibat noise dan kurangnya kontras menyebabkan adanya konfigurasi titik-titik gambar yang menyerupai minutiae palsu (menutupi minutiae sebenarnya). Maka tujuan dari pemodelan sidik jari ini ada 2 (dua) yaitu, pertama adalah untuk memahami penggambaran matematika untuk membuat pola sidik jari tiruan, dan kedua dalam mengembangkan algoritma baru yang lebih baik untuk sistem identifikasi sidik jari secara otomatis.



 2.



Macam-macam Sidik Jari Sidik jari memiliki suatu orientasi dan struktur periodik berupa kompolisi



dari garis-garis gelap dan kulit 25 yang naik (ndges) dan garis-garis terang dari kulit langlurun (furrows) yang berliku-liku membentuk pola yang berbeda-beda. Walaupun garis-garis alur tangan terbentuk berbeda-beda, tetapi sifat-sifat khusus dari sidik jari yang disebut dengan minutiae adalah unik untuk setiap individu. Ciri-ciri ini membentuk pola khusus yang terdiri dari terminasi atau percabangan dari alur. Untuk memeriksa apakah dua sidik jari berasal dari jari yang sama atau bukan, para ahli mendeteksi minutiae tersebut menggunakan Sistem Identifikasi Sidik Jari Otomatis yang akan mengambil dan membandingkan ciri-ciri tersebut untuk menentukan suatu kecocokan.



2.1  



 



Latent prints (Sidik jari laten)



Walaupun kata “laten” berarti tersembunya atau tak tampak, pada penggunaan modern di ilmu forensik istilah sidik laten berarti kemungkinan adanya atau impressi secara tak sengaja yang ditinggalkan dari aluralur tonjolan kulit jari pada sebuah permukaan, tanpa melihat apakah sidik tersebut terlihat atau tak terlihat pada waktu tersentuh. Teknik memproses secara elektronik, kimiawi, dan fisik dapat digunakan untuk melihat residu sidik laten yang tak terlihat yang ditimbulkan dari sekresi kelenjar ekrin yang berada di alur-alur tonjolan kulit (yang memproduksi keringat, sebum, dan berbagai macam lipid) walaupun impressi tersebut terkontaminasi dengan oli, darah, cat, tinta, dan lain-lain. Jejak



sidik



jari



yang



membekas



di



suatu



permukaan



yang



tersentuh/terpegang jari kita, karena jari kita mengeluarkan zat sekresi (lemak dan keringat), yang dihasilkan kelenjar keringat. Zat sekresi ini pada dasarnya adalah larutan elektrolit/garam bercampur dengan Urea dan lemak serta senyawa organik lainnya. Jejak sidik jari jenis ini tidak selalu bisa dilihat dengan jelas secara visual. Untuk membuatnya lebih jelas/kontras, digunakan zat kimia yang akan bereaksi dengan zat sekresi tersebut dan menghasilkan efek visual yang membuat sidik jari nampak lebih kontras. 



2.2



Patent prints (Sidik jari paten) Sidik ini ialah impressi dari alur-alur tonjolan kulit dari sumber yang tak



jelas yang dapat langsung terlihat mata manusia dan disababkan dari transfer materi asing pada kulit jari ke sebuah permukaan.. Jejak sidik jari ini membekas



pada suatu permukaankarena adanya zat pewarna seperti tinta, darah dan sebagainya. Sama seperti jejak plastik jejak sidik jari ini bisa langsung dilihat secara visual. Karena sudah dapat langsung dilihat sidik ini tidak butuh teknikteknik enhancement, dan diambil bukan dengan diangkat, tetapi hanya dengan difoto.



2.3



Plastic prints (Sidik jari plastik) Sidik plastik adalah impressi dari sentuhan alur-alur tonjolan kulit jari atau



telapak yang tersimpan di material yang mempertahankan bentuk dari alur-alut tersebut secara detail. Contoh umum: pada lilin cair, deposit lemak pada permukaan mobil. Jejak sidik jari ini bersifat mekanik, misalnya jika tangan memegang bahan yang sejenis lilin yang lunak , tekanan mekanik jari-jari kita bisa meninggalkan jejak sidik jari pada bahan tersbut. Jejak seperti ini umumnya mudah dilihat secara visual. Sidik-sidik seperti ini dapat langsung dilihat, tapi penyidik juga tak boleh mengenyampingkan kemungkinan bahwa sidik-sidik laten yang tak tampak dari sekongkolan pelaku mungkin juga terdapat pada permukaan tersebut. Usaha untuk melihat immpressi-impressi non plastik pun harus dilaksanakan.



3.



Klasifikasi Bentuk Sidik Jari Klasifikasi sidik jari adalah membagi data pola garis alur sidik jari ke



dalam kelompok-kelompok kelas ciri yang menjadi karakteristik sidik jari tersebut yaitu untuk memercepat proses identifikasi. Ada dua jenis kategori sidik jari yaitu kategori bersifat umum (global) dan kategori yang bersifat khusus (lokal) yaitu



untuk menggambarkan ciri-ciri khusus individual, seperti jumlah minutiae, jumlah dan posisi inti (core), dan jumlah dan posisi delta.



Gambar 1. Klasifikasi Sidik Jari Arches Loops Whorls



3.1



Bentuk Pokok Sidik Jari Karakteristik sidik jari yang bersifat global terlihat sebagai pola garis-garis



alur dan orientasi dari garis alur tersebut pada kulit. Sir Francis Galton (1982) mengklasifikasi ciri-ciri global sidik jari dalam tiga kategori bentuk: a. Arches adalah pola garis alur sidik jari berbentuk terbuka yang mencakup 5% dari populasi. b. Loops adalah jenis paling umum yaitu kurva melingkar meliputi 60% sampai dengan 65 % dari populasi. c. Whorls adalah berbentuk lingkaran penuh yang mencakup 30% sampai 35% dari populasi. Kurva terbuka (arches) dibagi lagi atas arch dan tented arch. Sedangkan loops dibagi dua menjadi kurva melingkar condong ke kiri (left loop) dan melingkar condong ke kanan (right loop). Ciri-ciri lokal sidik jari ditentukan oleh jumlah dan posisi garis alur dan banyaknya percabangan dari garis-garis alur yang terdiri dari Inti atau core (sebagai titik yang didekatnya terdapat alur-alur yang



membentuk susunan semi-melingkar). Inti ini digunakan sebagai titik pusat lingkaran balik garis alur yang menjadi titik acuan pembacaan dan pengklasifikasian sidik jari. 3.1.1



Loop (Sangkutan)  Bentuk pokok sidik jari dimana satu garis atau lebih datang dari satu sisi



lukisan, melereng, menyentuh atau melintasi suatu garis bayangan yang ditarik antara delta dan core, berhenti atau cenderung berhenti ke arah sisi semula. Syarat-syarat (ketentuan) loop: 1.



Mempunyai sebuah delta.



2.



Mempunyai sebuah core.



3.



Ada garis melengkung yang cukup.



4.



Mempunyai bilangan garis (Ridge Counting) >= 1



Bentuk loop terdiri dari 2 jenis, yaitu: 1.



Ulnar loop: garisnya memasuki pokok lukisan dari sisi yang searah dengan kelingking, melengkung di tengah pokok lukisan dan kembali atau cenderung kembali ke arah sisi semula.



2.



Radial loop: garisnya memasuki pokok lukisan dari sisi yang searah dengan jempol, melengkung di tengah pokok lukisan dan kembali atau cenderung kembali ke arah sisi semula. Tabel 1. Penentuan Bentuk Loop Sidik Jari



Asal Tangan Kanan Kiri Kanan Kiri



Delta Kanan Kiri Kiri Kanan



Loop Radial Radial Ulnar Ulnar



Singkatan KA+KA=R KI+KI=R KA+KI=U KI+KA=U



3.1.2  Arch (Busur)  Merupakan bentuk pokok sidik jari yang semua garis-garisnya datang dari satu sisi lukisan, mengalir atau cenderung mengalir ke sisi yang lain dari lukisan itu, dengan bergelombang naik di tengah-tengah. Arch terdiri dari: 1.



Plain Arch adalah bentuk pokok sidik jari dimana garis-garis datang dari sisi lukisan yang satu mengalir ke arah sisi yang lain, dengan sedikit bergelombang naik di tengah.



2.



Tented arch (Tiang Busur) adalah bentuk pokok sidik jari yang memiliki garis tegak (upthrust) atau sudut (angle) atau dua atau tiga ketentuan loop.



3.1.3 Whorl (Lingkaran)  Merupakan bentuk pokok sidik jari, mempunyai dua delta dan sedikitnya satu garis melingkar di dalam pattern area, berjalan di depan kedua delta. Jenis whorl terdiri dari Plain whorl, Central pocket loop whorl, Double loop whorl, dan Accidental whorl.



3.2



Focus Point (Titik Fokus) Keberadaan titik fokus di dalam sidik jari akan berperan penting dalam



menentukan termasuk klasifikasi apa sidik jari tersebut. Dalam pengklasifikasian dikenal dua jenis titik fokus yaitu delta yang merupakan titik fokus luar (outer terminus) dan core yang merupakan titik fokus dalam (inner terminus). Tidak semua sidik jari memiliki titik fokus tergantung jenis/klasifikasi dari sidik jarinya.



3.2.1 Core (inter terminus) Titik fokus dalam Core adalah titik tengah yang terdapat pada garis sidik jari loop yang terdalam dan terjauh dari delta. Dapat dikatakan bahwa core merupakan titik tengah atau pusat dari lukisan sidik jari. Dalam menentukan letak core berlaku beberapa ketentuan di bawah ini : 1.



Core ditempatkan pada garis sangkutan (loop) yang posisinya terletak paling dalam.



2.



Apabila garis sangkutan yang terdalam tidak berisi garis-berakhir atau garis-pendek yang naik sampai setinggi bahu sangkutan core ditempatkan pada bahu sangkutan yang posisinya terletak lebih jauh dari posisi delta.



3.



Apabila sangkutan terdalam berisi n (ganjil) buah garis-berakhir yang naik sampai bahu sangkutan core ditempatkan pada ujung garis yang paling tengah.



4.



Apabila sangkutan terdalam berisi n (genap) buah garis-berakhir yang naik



sampai ke bahu loop core ditempatkan pada ujung garis yang posisinya paling tengah dan terletak paling jauh dari posisi delta.



Gambar 2. Garis core sidik jari



Namun pada prakteknya letak core tidak selalu dapat ditentukan dengan aturan-aturan yang telah disebutkan di atas. Ada dua kasus yang pada umumnya dapat mengaburkan dalam menentukan letak core ini. Kasus yang pertama adanya garis tambahan (appendage). Munculnya appendage ini dapat merusak garis sidik jari bila appendage tersebut muncul di suatu garis sidik jari yang letaknya berada pada daerah melengkung antara bahu garis sangkutan. Apabila appendage ini akan dianggap sebagai garis berhenti bagi sangkutan yang tepat berada di luarnya. Kasus yang kedua adalah adanya garis loop yang terdalam (garis sangkutan) yang saling memotong satu sama lain (inter locking loop). Pada kasus ini kedua garis sangkutan yang saling memotong tersebut dianggap sebagai salah satu sangkutan dimana garis di dalamnya seakan-akan merupakan garis yang naik sampai setinggi bahu loop.



3.2.2 Delta (outer terminus)  Delta pada sidik jari memiliki arti sebagai titik fokus luar. Delta dalam pengertian sehari-hari adalah gugusan yang terdapat pada muara sungai air yang mengalir ke laut atau danau selalu membawa lumpur dan batu sehingga lamakelamaan terbentuk suatu gugusan pulau yang disebut “delta”. Delta yang sebenarnya pada sidik jari adalah titik/garis yang terdapat pada pusat perpisahan garis type lines. Delta merupakan titik fokus yang terletak di depan pusat berpisahnya garis pokok (type lines). Garis pokok lukisan merupakan dua buah garis yang paling dalam dari sejumlah garis yang berjajar (paralel) dan memisah serta (cenderung) melingkupi pokok lukisan (pattern area). Pokok lukisan adalah daerah/ruangan putih yang dikelilingi oleh garis type lines yang mana ruangan



tersebut merupakan tempat lukisan garis sidik jari. Pada kenyataannya tidak semua sidik jari memiliki delta tetapi ada juga sidik jari yang memiliki lebih dari satu delta.



Gambar 3. Bagian delta pada sidik jari



Ada beberapa ketentuan yang harus diperhatikan dalam menentukan posisi delta, yaitu: a.



Delta tidak boleh ditempatkan pada garis membelah yang tidak terbuka ke arah core.



b.



Apabila harus memilih antara garis membelah dan kemungkinan delta, maka garis membelah yang dipilih.



c.



Apabila terdapat dua atau lebih garis-garis yang memenuhi syarat delta maka pilih yang terdekat dengan core.



d.



Delta tidak boleh ditempatkan di tengah-tengah garis yang berada di antara garis pokok tetapi harus ditempatkan pada ujung garis yang terdekat letaknya dengan pusat berpisahnya garis pokok.



3.2.3 Ridge Counting Ridge counting merupakan bilangan garis yang menyentuh atau melintasi garis bayangan yang ditarik antara delta dan core (delta dan core tidak ikut masuk dalam penghitungan bilangan garis). Garis-garis yang kelihatannya sangat halus (tipis) di celah-celah garis-garis yang tebal disebut insipientridge, dan garis ini tidak ikut dihitung karena biasanya tidak selalu ada. Sedangkan, bagaimanapun kecilnya ukuran sebuah



titik



pendek



harus diperlakukan



(short



ridge)



(dot),



garis sidik jari yang ikut



dihitung,



sama tebalnya dengan



garis-garis



lain.



Gambar 4. Garis ridge counting sidik jari



3.3 Klasifikasi Bentuk Sidik Jari



garis



apabila yang



Gambar 5. Klasifikasi Sidik Jari Core



Gambar 7. Klasifikasi Sidik Jari Terminasi



Gambar 6. Klasifikasi Sidik Jari Delta



Gambar 8. Klasifikasi Sidik Jari Minutiae



Gambar 9. Klasifikasi Sidik Jari Percabangan



Delta didefinisikan sebagai suatu titik yang terdapat pada suatu daerah yang dibatasi oleh tiga sektor yang masing-masing memiliki bentuk hiperbolik. Titik ini merupakan pertemuan curam atau titik divergensi dari pertemuan dua garis alur. Minutiae didefinisikan sebagai titik-titik terminasi (ending) dan titik-



titik awal percabangan (bifurcafibn) dari garis-garis alur yang memberikan informasi yang unik dari suatu sidik jari. Selain itu dikenal juga jenis garis alur (type lines) yaitu dua garis alur paralel yang mengelilingi atau cenderung mengelilingi daerah pola, dan cacah garis alur idge couhtl atau kerapatan (density) yaitu jumlah dari garis-garis alur dalam daerah pola.



Gambar 10. Enam Kategori Klasifikasi Sidik Jari Berdasarkan Delta Dan Core



Berdasarkan jumlah serta posisi core dan delta dapat dikembangkan model matematika untuk mensimulasi enam kategori klasifikasi sidik jari, yaitu: arch, tented arch, right loop, left loop, whorl dan Twin Loop berdasarkan lumtan dan posisi inti (□) dan delta (▲). Gambar 10a memperlihatkan kategori Arcfi yang tidak memiliki delta dan inti. Gambar 10b adalah Tented Arcfi dengan satu delta (▲) dan satu inti (□)). Gambar 10c adalah Right Loop dengan satu delta dan satu inti. Gambar 10d adalah Left Loop dengan satu delta dan satu inti. Gambar 10e Whorl dengan satu delta dan dua inti. Terakhir 10f adalah Twin Loop dengan dua inti yang tidak tercitra. Hasil pengembangan ini dapat digunakan untuk



menyempurnakan proses identifikasi sidik jari secara otomatis (Ardisasmita, 2013).



4.



Identifikasi Forensik Melalui Pemeriksaan Sidik Jari Metode ini membandingkan sidik jari jenazah dengan data sidik jari



antemoftem. Sampai saat ini, pemeriksaan sidik jari merupakan pemeriksaan yang diakui paling tinggi ketepatannya untuk menentukan identitas seseorang. Dengan demikian harus dilakukan penanganan yang sebaik-baiknya terhadap jari tangan jenazah untuk pemeriksaan sidik jari, misalnya dengan melakukan pembungkusan kedua tangan jenazah dengan kantong plastik. ldentitas seseorang dapat diketahui dengan melakukan berbagai cara, antara lain, dengan cara mempelajari, mengamati dan meneliti profil wajah seseorang, pas foto, bentuk kepala, bentuk badan, gigi, sidik jari, atau suara. ldentifikasi merupakan bagian dari suatu proses untuk mengetahui atau mengenal sesorang berdasarkan organ tubuh atau barang miliknya sehingga seorang yang identitasnya sebelumnya tidak jelas menjadi jelas. ldentifikasi melingkupi beberapa hal antara lain: DNA, sidik jari, retina mata, bibir dan lain-lain. ldentitas seseorang yang sering digunakan dan dapat dijamin kepastian hukumnya adalah dengan mempelajari sidik jari, sidik jari seseorang disebut sebagai daktiloskopi. Daktiloskopi adalah ilmu yang mempelajari sidik jari untuk keperluan pengenalan kembali identitas orang dengan cara mengamati garis yang terdapat pada guratan garis jari tangan dan telapak kaki. Penyelenggaraan daktiloskopi adalah kegiatan mencari, menemukan, mengambil, merekam,



mempelajari, mengembangkan, merumuskan, mendokumentasikan, mencari kembali dokumen dan membuat keterangan sidik jari seseorang. Data sidik jari adalah rekaman jari tangan atau telapak kaki yang terdiri atas 24 kumpulan alur garis-garis halus dengan pola tertentu, baik yang sengaja diambil dengan tinta atau dengan cara lain maupun bekas yang tertinggal pada permukaan benda karena terpegang atau tersentuh oleh jari tangan atau telapak kaki. Keterangan sidik jari adalah uraian yang menjelaskan tentang identifikasi data sidik jari seseorang yang dibuat oleh pejabat daktiloskopi. Daktiloskopi dilaksanakan atas dasar prinsip bahwa sidik jari tidak sama pada setiap orang dan sidik jari tidak berubah seumur hidup, kecuali menderita luka bakar. Fungsi daktiloskopi adalah untuk memberikan kepastian dan perlindungan hukum terhadap identitas seseorang (Vaneza, 2013).



5.



Metode Identifikasi Sidik Jari



5.1



Identifikasi Sidik Jari Patent Sidik jari paten dikumpulkan menggunakan metode yang cukup sederhana



yaitu fotografi. Cetakan ini difoto dalam resolusi tinggi dengan skala pengukuran forensik pada gambar untuk referensi. Peneliti dapat meningkatkan kualitas gambar dengan menggunakan rendah-sudut atau sumber cahaya alternatif dan / atau bahan kimia tertentu atau pewarna selama fotografi, tapi ini biasanya tidak diperlukan.



5.2  



Identifikasi Sidik Jari Latent



5.2.1



Metode Dusting



Salah



satu



metode



yang



paling



umum



untuk



menemukan



dan mengumpulkan sidik jari laten adalah dengan membersihkan permukaan halus atau tidak keropos dengan bubuk sidik jari (granular hitam, serpihan aluminium, hitam magnetik, dll). Jika ada cetakan muncul, mereka difoto seperti yang disebutkan di atas dan kemudian diangkat dari permukaan dengan pita perekat jelas. Pencabutan rekaman kemudian ditempatkan pada kartu angkat laten untuk melestarikan cetak. Namun, bubuk sidik jari dapat mencemari bukti dan merusak kesempatan untuk melakukan teknik lain yang bisa muncul cetak tersembunyi atau informasi tambahan. Oleh karena itu, peneliti dapat memeriksa daerah dengan sumber cahaya alternatif atau menerapkan cyanoacrylate (lem super) sebelum menggunakan bubuk. Pengunaan uji serbuk dapat dilakukan ketika terdapat sejumlah besar sekresi ekrin yang menempel di permukaan, setidaknya 500 mg. Prosedur normal dilakukan dengan menaburkan bubuk dengan rambut unta, nilon, atau alat yang sesuai kamudian menyapukan kuas dengan hati-hati disepanjang permukaan yang diuji.Variasi dari metode ini adalah analisis reagen partikel kecil (small particle reagent/ SPR analysis). Prosedur ini dilakukan dengan cara menenggelamkan permukaan yang akan diuji kedalam suspensi zat padat yang sedikit larut dalam air. Zat padat ini akan menempel pada porsi organic dalam sekresi ekrin. Kemudian permukaan ini dapat dikeringkan untuk mendapatkan sidik jari yang diinginkan. Beberapa bubuk yang bisa dipakai oleh para ilmuan forensik adalah :



a.



Serbuk hitam sayuran yang merupakan suatu serbuk karbon yang mirip dengan bubuk pensil, bubuk ini digunakan pada kondisi permukaan benda yang berwarna terang.



b.



Serbuk Alumuniun yng memiliki tekstur bubuk ini putih halus dan di gunakan untuk kondisi jika sidik jari menempel pada permukaan benda yang berwarna gelap.



c.



Serbuk Timah,Cadmium, Tembaga  dan merkuri zat-zat ini merupakan zat yang bisa dengan mudah menempel pada sidik jari laten.



5.2.2 Uji Kimia Sidik jari laten biasanya menempel pada lempeng aluminium, kertas, atau permukaan kayu. Agar dapat tampak, para ahli dapat menggunakan zat kimia, seperti lem (sianoakrilat), iodin, perak klorida, dan ninhidrin. Metode kedua pendeteksian sidik jari melibatkan beberapa uji kimia yang menghasilkan produk dengan suatu warna tertentu. Uji kimia lebih sensitive dibandingkan uji serbuk dan umumnya dapat digunakan dengan residu dengan berat antara 100-200 ng. beberapa bahan kimia yang sering digunakan adalah : a.



Sianoakrilat Lem sianoakrilat digunakan untuk mengidentifikasi sidik jari dengan cara



mengoleskannya pada permukaan benda aluminium yang disimpan di dalam wadah tertutup, misalnya stoples. Dalam stoples tersebut, ditaruh juga permukaan benda yang diduga mengandung sidik jari yang telah diolesi minyak. Tutup rapat stoples. Sianoakrilat bersifat mudah menguap sehingga uapnya akan menempel



pada permukaan benda berminyak yang diduga mengandung sidik jari. Semakin banyak sianoakrilat yang menempel pada permukaan berminyak, semakin tampaklah sidik jari sehingga dapat diidentifikasi secara mudah. b.



Iodin Cara lainnya dengan menggunakan iodin. Iodin dikenal sebagai zat



pengoksidasi. Jika dipanaskan, iodin akan menyublim, yaitu berubah wujud dari padat menjadi gas. Kemudian, gas iodin ini akan bereaksi dengan keringat atau minyak pada sidik jari. Reaksi kimia ini menghasilkan warna cokelat kekuningkuningan. Warna yang dihasilkan tidak bertahan lama sehingga harus segera dipotret agar dapat didokumentasikan. c.



Perak Nitrat/ nindidrin Zat kimia lain yang biasa digunakan adalah perak nitrat dan larutan



ninhidrin. Jika perak nitrat dicampurkan dengan natrium klorida, akan dihasilkan natrium nitrat yang larut dan endapan perak klorida. Keringat dari pelaku mengandung garam dapur (natrium klorida, NaCl) yang dikeluarkan melalui poripori kulit. Pada praktiknya, larutan perak nitrat disemprotkan ke permukaan benda yang diduga tersentuh pelaku. Setelah 5 menit, permukaan benda akan kering dan perak nitrat pun terlihat. Lalu, sinar terang atau ultra violet yang disorotkan ke permukaan benda akan membuat sidik jari yang mengandung perak nitrat terlihat. Seperti halnya iodin, warna yang dihasilkan tidak bertahan lama sehingga harus segera dipotret agar dapat didokumentasikan. Ninhidrin merupakan zat kimia yang dapat bereaksi dengan minyak dan keringat menghasilkan warna ungu. Jika jari pelaku kejahatan mengandung minyak atau keringat, lalu tertempel pada permukaan benda, sidik jarinya akan



terlihat dengan cara menyemprotkan larutan ninhidrin. Setelah dibiarkan selama 10-20 menit, akan tampak warna ungu. Proses ini dapat dipercepat dengan memanfaatkan panas lampu. d.  Ruthenium tetraoksida Ruthenium tetraoksida: metode ini menggunakan ruthenium oksida yang akan bereaksi dengan sidik jari menghasilkan warna abu-abu gelap. Metode ini sering digunakan untuk penggunaan khusus seperti deteksi sidik jari pada kertas uang.



5.2.3 Metode MXRF Metode paling mutakhir yang digunakan untuk mengidentifikasi sidik jari adalah teknik micro-X-ray fluorescence (MXRF). Teknik ini dikembangkan oleh Christopher Worley, ilmuwan asal University of California yang bekerja di Los Alamos National Laboratory. Dibandingkan dengan metode lainnya yang biasa digunakan, teknik MXRF mempunyai beberapa kelebihan. MXRF dapat mengidentifikasi sidik jari yang tidak dapat diidentifikasi metode lain.



5.2.4



Alternatif Light Source (ALS) Metode ini umum bagi para penyidik untuk memeriksa setiap permukaan



kemungkinan (pintu, pegangan pintu, jendela, pagar, dll) dengan sumber cahaya alternatif. Alat yang digunakan yaitu sinar ultraviolet dan laser atau perangkat LED yang memancarkan panjang gelombang tertentu, atau spektrum cahaya menyebabkan sidik jari mengalami fluorescence. Laser yang tepat untuk tujuan ini



adalah laser argon dengan panjang gelombang 480 nm dalam kisaran sinar biruhijau dalam spectrum elektromagnetik. Beberapa perangkat memiliki filter yang berbeda untuk memberikan berbagai spektrum yang bisa difoto atau diproses lebih lanjut dengan bubuk atau noda pewarna. Sebagai contoh, peneliti dapat menggunakan cahaya biru dengan filter oranye untuk menemukan sidik jari laten pada meja, kursi, peralatan komputer atau benda lainnya di tempat istirahat.



6.



Prinsip Dasar Identifikasi Sidik Jari Untuk mengungkap pelaku tindak pidana dapat dilakukan dengan



mengidentifikasi sidik jari korban atau sidik jari yang diduga milik tersangka. Prinsip dasar dalam pendeteksian sidik jari adalah sebagai berikut: ketika seseorang menyentuh suatu permukaan dengan jejarinya, sejumlah kecil sekresi ekrin (eccrine) dari kelenjar keringat pada tangannya akan tertinggal di permukaan itu, sekresi inilah yang akan membentuk pola-pola sedik jari. Residu ini umumnya hampir seluruhnya mengandung air (98,5%) yang melarutkan berbagai zat padat. Dua pertiga zat ini adalah senyawa organic, selebihnya merupakan zat anorganik. Zat-zat ini adalah asam-asam amino, urea, asam urik, asam laktat, monosakarida/disakarida, keratin, kolin, klorida ion, ion logam, ion sulfat, fosfat, dan ammonia. Meskipun zat-zat ini hadir dalam jumlah kecil, zat-zat ini dapat dijadikan dasar pendeteksian sidik jari (Supardi, 2002).



7.



Prosedur ldentifikasi Sidik Jari Sampai sekarang ini, sistem penghitungan rumus sidik jari yang dilakukan



oleh pihak kepolisian masih menggunakan cara konvensional yang meliputi: a. Pengambilan sidik jari menggunakan peralatan tinta daktiloskopi, plat kaca, roller, penjepit kartu siddik jari dan kartu sidik jari itu sendiri. Sidik jari direkam pada sehelai kartu sidik jari dimana terdapat kolom-kolom untuk sidik jari yang digulingkan (rolled impression ), kolom sidik jari yang tidak digulingkan ( plain impression) dan kolom informasi beserrta identitas orang yang diambil sidik jarinya. b. Perumusan sidik jari (classification formula) merupakan penentuan rumus sidik jari yaitu pembubuhan tanda pada tiap-tiap kolom kartu sidik jari yaitu pembubuhan tanda pada tiap-tiap kolom kartu sidik jari yang menunjukan interprestasi mengenai bentuk pokok, jumlah bilangan garis, bentuk loop, dan jalannya garis yang diikuti pada bentuk whorl. Semua kegiatan diatas menggunakan bantuan kaca pembesar dan diperiksa satu persatu oleh petugas. c. Penyimpanan (filling) kartu sidik jari pada hakekatnya adalah menempatkan suatu kartu sidik jari pada file menurut rumus sidik jari yang tertera pada kartu sidik jari tersebut. Pelaksanaan teknik daktiloskopi membutuhkan peralatan yang khusus antara lain: a.



Tinta daktiloskopi yang biasanya berwarna hitam



b.



Sepotong kaca atau benda lain yang keras dan licin berukuran 30x15cm



c.



Roller (roda karet), untuk meratakan lapisan tinta pada kaca



d.



Formulir (slip) teraan jari terbuat dari kertas putih agak tebal menurut ukuran yang telah ditentukan



e.



Meja kecil untuk meletakan dan melakukan pengambilan teraan jari, sebaiknya dengan tinggi ±125cm.



f.



Alat-alat untuk membersihkan jari dan alat-alat pengambilan teraan jari, seperti : sabun, bensin/minyak tanah, lap dan lain-lain. Orang yang akan diambil teraan jarinya berdiri disebelah kanan dan



diperintahkan untuk mengikuti gerakan dengan dilemaskan (relax). Setelah itu mulai dengan menggulingkan jari-jari pada tinta di kaca satu persatu, dimulai dengan ibu jari kanan. Jari yang diberi tinta cukup diambil satu ruas ujung ditambah dengan setengah ruas kedua. Cara pengambilan teraan semaca m ini disebut “Teraan berguling” maksudnya agar mendapatkan seluruh gambaran atau permukaan teraan jari yang seluas-luasnya (rolled impression). Setelah itu dibuat “Teraan rata”, yaitu pengambilan teraan secara sekaligus dari kelima jari kanan dan kiri. Akan tetapi karena keadaan kelima jari itu tidak sama panjang, biasanya diambil dulu empat jari bersama -sama (telunjuk sampai dengan kelingking), lalu ibu jari dan cara menempelkannya supaya sejajar dengan keempat jari lainnya, cara ini disebut teraan rata (plain impressions), yang diambil dari seluruh bagian jari-jari itu. Pengambilan sidik jari dapat dilakukan dengan cara mengecapkan jari-jari itu dengan digulingkan atau dengan cara mengecapkan jari-jari itu dengan ditekan rata saja (Butarbutar, 2012). Setelah sidik jari ditemukan di TKP, maka akan dicocokan dengan sidik jari tersangka atau orang yang dicurigai. Sebelum sidik jari latent yang ditemukan di tempat kejadian perkara dibandingkan dengan sidik jari tersangka atau sidik jari



yang tersimpan di file yang tersimpan di data base Kepolisian atas nama orang tertentu, terlebih dahulu sidik jari latent tersebut dibandingkan dengan sidik jari orang-orang yang secara sah telah memegang sesuatu di TKP. Hal ini untuk mencocokan sidik jari latent yang ditemukan di TKP guna mencari ada atau tidaknya sidik jari asing (diduga pelaku) dalam tempat kejadian perkara tersebut (Sutra, 2012).



DAFTAR PUSTAKA Ardisasmita, M.S. 2013. Pengembangan Model Matematika Untuk Analisi Sisitem IdentifikasiI Sidik Jari Otomatis, BATAN, diakses tanggal 4 Maret



2007



. Butarbutar, A. 2013, ‘Teknik daktiloskopi dalam penyidikan tindak pidana pembunuhan dengan barang bukti honda jazz di Baturraden (studi kajian kriminalistik di Polres Banyumas)’, Skripsi, S.H., Hukum, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Indonesia. Leksono, B., Achmad, H. & Rizal, R.I. 2011. Aplikasi metode template matching untuk klasifikasi sidik jari, TRANSMISI, 13(1): 1-6. Purwadianto A, Sampurna B, Herkutanto. 1981. Kristal-Kristal Ilmu Kedokteran Forensik.  Bagian Ilmu Kedokteran Forensik FK UI/LK-UI, Jakarta, Indonesia. Supardi. 2002, Sidik Jari Dan Peranannya Dalam Mengungkap Suatu Tindak Pidana, Citra Aditya Bakti, Bandung. Sutra, D., 2012. Fungsi kepolisian sebagai penyidik utama: Studi identifikasi sidik jari dalam kasus pidana, Jurisprudence, 1(1):74-88.



Vaneza, A.D.A. 2013, ‘Fungsi sidik jari dalam mengidentifikasi korban dan pelaku tindak pidana’, Skripsi, S.H., Hukum, Universitas Hasannudin, Makasar, Indonesia.